Anda di halaman 1dari 17

Riset Kelompok Kelompok 1 : Noverina Myristika Dimas Indra Respati Firli Hidayat Gracia Masita Bimo Satriyo N.

Jawaban Soal 1 1. Tipe-tipe resiko yang ditemukan dalam audit : Risiko Deteksi Terencana Risiko deteksi terencana (planned detection risk) merupakan ukuran risiko bahwa bukti audit atas segmen tertentu akan gagal mendeteksi keberadaan salah saji yang melebihi suatu nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi, andaikan salah saji semacam itu ada. Terdapat dua poin utama tentang risiko deteksi terencana ini yaitu sebagai berikut : 1. Risiko ini tergantung pada ketiga faktor lainnya yang terdapat dalam model. Risiko deteksi terencana hanya akan berubah jika auditor melakukan perubahan pada salah satu dari ketiga faktor lainnya tersebut. 2. Risiko ini menentukan nilai substantif yang direncanakan oleh auditor untuk dikumpulkan, yang merupakan kebalikan dari ukuran risiko deteksi terencana itu sendiri. Jika nilai risiko deteksi terencana berkurang, maka auditor harus mengumpulkan lebih banyak bukti audit untuk mencapai nilai risiko deteksi yang berkurang ini.

Risko Inheren Risko inheren (inheren risiko) merupakan suatu ukuran yang dipergunakan oleh auditor dalam menilai adanya kemungkinan bahwa terdapat sejumlah salah saji

yang material (kekeliruan atau kecurangan) dalam suatu segmen sebelum ia mempertimbangkan keefektifan dan pengendalian intern yang ada. Dengan mengasumsikan tiadanya pengendalian intern, maka risiko inheren ini dapat dinyatakan sebagai kerentanan laporan keuangan terhadap timbulnya salah saji yang material. Jika auditor, dengan mengabaikan pengendalian intern, menyimpulkan

bahwa terdapat suatu kecenderungan yang tinggi atas keberadaan sejumlah salah saji, maka auditor akan menyimpulkan bahwa tingkat risiko inherennya tinggi. pengendalian intern diabaikan dalam menetapkan dalam menetapkan nilai risiko inheren karena pengendalian intern ini dipertimbangkan secara terpisah dalam model risiko audit sebagai risiko pengendalian. Penilaian ini cenderung didasarkan atas sejumlah diskusi yang telah dilakukan dengan pihak manajemen, pemahaman yang dimiliki akan perusahaan, serta hasil-hasil yang diperoleh dari tahun-tahun sebelumnya. Hubungan antara risiko dengan risiko deteksi terencana serta dengan bukti audit yang direncanakan adalah sebagai berikut : risiko inheren saling berlawanan dengan risiko deteksi terencana serta memiliki hubungan yang searah dengan bukti audit. Selain semakin meningkatnya bukti audit yang diperlukan untuk suatu tingkat risiko inheren yang lebih tinggi dalam suatu area audit tertentu, merupakan hal yang umum dilakukan pula untuk menugaskan staf yang telah memiliki lebih banyak pengalaman untuk melakukan audit pada area tersebut serta melakukan riview yang lebih mendalam pada kertas kerja yang telah selesai dibuat. Sebagai contoh : jika risiko inheren atas keusangan persediaan sanagt tinggi, maka sangatlah masuk akal bila kantor akuntan publik memilih staf yang berpengalaman untuk melakukan sejumlah tes yang lebih mendalam atas keusangan persediaan ini dan melakukan review yang lebih cermat atas hasil-hasil yang diperoleh dari audit ini.

Resiko Pengendalian Resiko pengendalian (control risk) merupakan ukuran yang digunakan oleh auditor untuk menilai adanya kemungkina bahwa terdapat sejumlah salah saji material yang melebihi nilai salah saji yang masi dapat ditoleransi atas segmen tertentu akan

tidak terhadang atau tidak terdeteksi oleh pengendalian intern yang dimiliki klien. Resiko pengendalian ini memperhatikan 2 hal berikut: 1. penilaian tentang apakah pengendalian intern yang dimiliki klien efektif untuk mencegah atau mendeteksi terjadinya salah saji. 2. kehendak auditor membuat penilaian tersebut senantiasa berada di bawah nilai maksimum (100 persen) sebagai bagian dari rencana audit yang dibuatnya. Model resiko audit menunjukan hubungan yang erat antara resiko inheren dan resiko pengendalian. Sama dengan yang terjadi pada resiko inheren, hubungan antara resiko pengendalian dan resiko deteksi terencana adalah saling berlawanan, sementara hubungan antara resiko pengendalian dan bukti substantif merupakan hubungan yang searah. Sebagai contoh, jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern bersifat efektif, maka nilai resiko deteksi terencana dapat meningkat sehingga jumlah bukti audit yang direncanakan akan dikumpulkan akan turun. Auditor dapat meningkatkan resiko deteksi terencana pada saat pengendalian intern bersifat efektif karena pengendalian intern yang efektif akan mengurangi kemungkinan hadirnya salah saji dalam laporan keuangan. Sebelum auditor dapat menetapkan nilai resiko pengendalian kurang dari 100 persen, auditor harus memahami pengendalian intern yang ada, dan berdasarkan pemahaman itu, auditor melakukan evaluasi tentang bagaimana seharusnya fungsi pengendalian intern tersebut, serta melakukan uji atas efektifitas pengendalian intern tersebut. Hal pertama dari semua ini adalah keharusan untuk memahami semua jenis audit. Dua hal terakhir adalah langkah-langkah penilaian resiko pengendalian yang diperlukan jika auditor memilih untuk memberikan nilai atas resiko pengendalian supaya berada di bawah nilai maksimum.

Resiko Akseptibilitas Audit Resiko akseptibilitas audit (acceptable audit risk) merupakan ukuran atas tingkat kesediaan auditor untuk menerima kenyataan bahwa laporan keuangan mungkin masih mengandung salah saji yang material setelah audit selesai dilaksanakan serta suatu laporan audit wajar tanpa syarat telah diterbitkan. Ketika

auditor memutuskan untuk menetapkan suatu tingkat resiko akseptibilitas audit yang lebih rendah, hal tersbut berarti bahwa auditor ingin memperoleh tingkat keyakinan yang lebih tinggi bahwa laporan keuangan tidak mengandung salah saji yang material. Resiko nol berarti yakin sekali, dan suatu tingkat resiko sebesar 100 persen berarti benar-benar tidak yakin. Dalam audit terdapat istilah audit assurance atau tingkat keyakinan, yaitu merupakan pelengkap dari resiko akseptibilitas audit. Audit assurance dihitung dengan perhitungan satu dikurangi resiko akseptibilitas audit. Sebagai contoh, tingkat resiko akseptibilitas audit sebesar 2 persen sama dengan tingkat audit assurance sebesar 98 persen. Dengan mempergunakan model audit, akan terlihat adanya hubungan yang searah antara resiko akseptibilitas audit dan resiko deteksi terencana, serta hubungan yang saling berlawanan antara resiko akseptibilitas audit dan bukti audit yang direncanakan. Sebagai contoh, jika auditor memutuskan akan mengurangi nilai resiko akseptibilitas audit, maka akan mengurangi pula resiko deteksi terencana serta bukti audit yang direncanakan akan dikumpulkan harus ditingkatkan. Auditor pun seringkali harus menugaskan staf yang lebih berpengalaman atau mereview kertas kerja dengan lebih cermat bagi klien dengan tingkat resiko akseptibilitas audit yang lebih rendah.

Resiko Kecurangan Resiko kecurangan merupakan resiko selain 4 resiko di atas dan resiko ini biasanya di perhitungkan di luar dari model resiko audit.Karena resiko kecurangan secara konsep dan praktek sangat sulit untuk dipisahkan faktor-faktornya ke dalam 4 jenis resiko di atas.Kecurangan sendiri memiliki arti kesalahan penyajian yang dilakukan secara sengaja dalam bentuk penggelapan aktiva dan kecurangan pelaporan keuangan. Untuk menilai resiko kecurangan, auditor mengumpulkan informasi untuk menentukan luasnya keberadaan kondisi kecurangan. Hal-hal yang menyebabkan timbulnya resiko kecurangan antara lain tekanan yang diterima manajemen baik kelompok maupun individual, kesempatan yang tercipta, dan perilaku manajemen untuk membiarkan terjadinya tindakan ketidakjujuran tersebut.

2. Metode yang Digunakan oleh Auditor dalam Menilai Berbagai Macam Resiko : Menilai Risiko Yang Dapat Diterima ( Acceptable Audit Risk ) Auditor harus memutuskan risiko audit yang dapat diterima yang tepat bagi suatu audit selama perencanaan audit. Pertama, auditor memutuskan risiko risiko penugasan. Risiko penugasan (engagement risk) adalah risiko bahwa auditor atau organisasi yang membawahi auditor akan menderita kerugian setelah selesainya audit, walaupun laporan audit sudah benar. Untuk menilai risiko audit yang dapat diterima, auditor harus menilai setiap factor yang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima Faktor faktor utama yang mempengaruhi resiko penugasan dan mempengaruhi resiko yang audit yang dapat diterima antara lain: a. b. c. Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan Kemungkinan klien mengalami kesulitan keuangan Integritas manajemen

Metode yang digunakan menilai risiko audit yang dapat diterima a. Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan Menelaah laporan keuangan Membaca notulen rapat dewan direksi unruk menentukan rencana masa depan b. Membahas rencana pembiayaan dengan manajemen. Kemungkinan klien mengalami kesulitan Menganalisis keuangan laporan keuangan dan menggunakan prosedur analitis lainnya Menelaah laporan arus kas historis dan proyeksi, untuk mempelajari arus kas masuk dan keluar

c.

Integritas manajemen Menganalisa prosedur penerimaan klien dan kelanjutan klien.

Menurut Petunjuk Teknis Penilaian Risiko Pemeriksaan BPK Penilaian risiko pemeriksaan yang dapat diterima secara kualitatif bisa dibagi menjadi 3 kategori yaitu: 1. Tingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima rendah, 2. Tingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima menengah, 3. Tingkat risiko pemeriksan yang dapat diterima tinggi. Sedangkan penilaian risiko pemeriksaan menggunakan pendekatan kuantitatif menetapkan tingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima merujuk pada ASOSAI yaitu: 1. Tingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima sebesar 5 %, artinya tingkat keyakinan pemeriksa atas opininya sebesar 95% (AAR=1-tingkat keyakinan). Tingkat ini berlaku untuk sebagian besar entitas yang diperiksa. 2. Tingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima sebesar 3%, artinya tingkat keyakinan pemeriksa atas opininya sebesar 97%. Tingkat ini dinilai cukup memadai untuk beberapa entitas yang sangat sensitif atau berisiko tinggi. 3. Tingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima sebesar 1%, artinya tingkat keyakinan pemeriksa atas opininya sampai 99%. Tingkat ini berlaku bagi beberapa entitas dengan ciri-ciri sebagai berikut: Entitas tersebut mempunyai pengguna eksternal yang sangat ekstensif perhatiannya terhadap laporan keuangan entitas tersebut, dan/atau Entitas tersebut cukup rentan akan terjadinya salah saji material dan secara politik sensitif dan/atau adanya harapan atas kewajaran laporan keuangan entitas tersebut sehingga pemeriksa membutuhkan tingkat keyakinan yang sangat tinggi.

Pemeriksa harus menentukan risiko pemeriksaan yang dapat diterima berdasarkan identifikasi kondisi entitas yang diperiksa dan juga informasi penting lainnya yang berkaitan. Pemeriksa juga perlu mempertimbangkan harapan penugasan atas entitas diperiksa apalagi jika entitas tersebut mempunyai stakeholders yang luas.

Menilai Risiko Inheren (Inherent Risk) Auditor melakukan penilaian risiko inheren selama tahap perencanaan dan memperbaharui penilaian tersebut selama audit berlangsung. Auditor harus mengevaluasi informasi yang mempengaruhi risiko inheren serta memutuskan faktor risiko inheren yang tepat bagi setiap tujuan audit. Faktor faktor yang mempengaruhi risiko inheren : a. Sifat bisnis klien Risiko inheren untuk akun tertentu dipengaruhi oleh sifat bisnis klien. Pemahaman auditor atas bisnis klien akan membantu menilai risiko inheren ini. b. Hasil audit sebelumnya Salah saji yang ditemukan dalam audit tahun sebelumnya dapat ditemukan lagi dalam audit tahun berjalan. Oleh karena itu auditor tidak boleh mengabaikan hasil audit tahun sebelumnya selama mengembangkan proses audit di tahun berjalan. c. Penugasan awal vs penugasan berulang Auditor akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang kemungkinan salah saji setelah mengaudit klien selama beberapa tahun. Auditor menetapkan risiko inheren yang tinggi pada tahun pertama audit dan mengurangi tinggkat risikonya pada tahun berikutnya karena telah semakin memahami klien. d. Pihak pihak yang terkait Pihak yang terkait yaitu perusahaan induk dengan perusahaan anak, serta manajemen dan entitas perusahaan.Risiko inheren atas transaksi pihak yang terkait ini sangat tinggi karena kemungkinan salah saji yang lebih besar. e. Transaksi non rutin

Transaksi yang tidak biasa bagi klien lebih besar resikonya dibandingkan transaksi rutin karen pengalaman untuk transaksi non rutin masih sedikit. f. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan tepat Auditor harus memperbesar risiko inheren karena banyak akun memerlukan estimasi dan banyak pertimbangan manajemen. g. Unsur unsur populasi Seluruh item yang membentuk populasi mempengaruhi ekspektasi auditor mengenai salah saji yang material h. Faktor faktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang curang dan misapropriasi aktiva Menurut konsep maupun praktik sangat sulit memisahkan faktor faktor risiko kecurangan ke dalam risiko yang dapat diterima ataupun risiko inheren.

Menurut Petunjuk Teknis Penilaian Risiko Pemeriksaan BPK Secara kualitatif, risiko inheren terbagi menjadi lebih rendah dan lebih tinggi. Pemeriksa dapat mendokumentasikan penilaian risiko inherennya pada setiap level melalui formulir Audit Risk Matrix (ARM). Berdasarkan analisis pada matriks ARM maka dihasilkan akun-akun apa saja yang signifikan dan beresiko tinggi terhadap kewajaran laporan keuangan. a. Lebih tinggi atau 100%. Pada saat pemeriksa mengidentifikasi risiko tertentu atau faktor lain yang menimbulkan keyakinan bahwa terdapat kemungkinan yang lebih besar akan terjadinya kesalahan atas hal yang menurut pemeriksaan penting, pemeriksa akan menilai risiko inheren bagi asersi laporan keuangan yang relevan dengan kriteria lebih tinggi. Pemeriksa juga menganggap risiko inheren sebagai 100% sebagai hasil pertimbangan profesionalnya dan bersifat konservatif. b. Lebih rendah atau <100%. Jika pemeriksa yakin bahwa kecil kemungkinan terjadinya kesalahan atas hal yang menurut pemeriksaan penting (dengan asumsi tidak ada pengendalian), pemeriksa akan memberi penilaian dengan kriteria lebih rendah.

Menilai Risiko Deteksi Yang Direncanakan (Planned Detection Risk) Para auditor menetapkan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima (risiko deteksi yang direncanakan) yang mempengaruhi tes-tes substantif yang mereka lakukan. a. Jika tingkat risiko deteksi yang direncanakan rendah, maka auditor akan mengumpulkan bukti sebanyak mungkin untuk menurunkan risiko kesalahan saji . b. Tingkat risiko deteksi yang direncanakan tinggi maka auditor mengurangi pengumpulan bukti .

Menurut Petunjuk Teknis Penilaian Risiko Pemeriksaan BPK, Ada dua jenis risiko deteksi berkaitan dengan audit sampling, yaitu risiko prosedur analitis dan risiko pengujian substantive. a. Risiko prosedur analitis berasal dari keputusan pemeriksa untuk menggunakan pertimbangannya dan menentukan apakah prosedur analitis merupakan prosedur yang efektif dan efisien dalam mendapatkan bukti pemeriksaan yang memadai. b. Penilaian risiko prosedur analitis sangat subyektif dan sulit untuk dikuantifikasikan. Oleh sebab itu biasanya pemeriksa secara konservatif memberikan nilai risiko ini cukup tinggi, yaitu antara 40% hingga 100%.

Menilai Risiko Pengendalian (Control Risk) Auditor harusmemahami perancangan dan pengimplementasian pengendalian internal untuk melakukan penilaian pendahuluan atas risiko pengendalian.Setelah memahami pengendalian internal, auditor dapat membuat penilaian pendahuluan atas risiko pengendalian sebagai bagian dari penilaian risiko secara keseluruhan. Penilaian ini merupakan ukuran ekspektasi auditor bahwa pengendalian internal akan mencegah salah saji material atau mendeteksi dan mengoreksinya jika terjadi.

Banyak auditor menggunakan matriks risiko pengendalian (control risk matrix) untuk membantu proses penilaian risiko pengendalian. Tujuannya adalah menyediakan cara yang mudah untuk mengatur penilaian risiko pengendalian bagi setiap tujuan audit. Langkah langkah dalam penilaian risiko pengendalian: Mengidentifikasi tujuan audit Mengidentifikasi pengendalian yang ada Menghubungkan pengendalian dengan tujuan audit Mengidentifikasi dan mengevaluasi defisiensi pengendalian, defisiensi yang signifikan dan kelemahan yang material Menghubungkan defisiensi yang signifikan dan kelemahan yang material dengan tujuan audit terkait. Menilai risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit.

Menurut Petunjuk Teknis Penilaian Risiko Pemeriksaan BPK Setelah pemeriksa menilai risiko inheren, risiko pengendalian juga harus dinilai sebagai bagian proses penilaian risiko dalam pemeriksaan keuangan. Penilaian risiko pengendalian merupakan estimasi terhadap risiko

pengendalian intern yang sangat bergantung pada bagaimana hasil evaluasi pemeriksa yang bersangkutan terhadap pengendalian intern entitas yang diperiksa, meskipun pertimbangan profesional pemeriksa masih juga menentukan. Apabila sistem pengendalian intern entitas yang diperiksa telah dirancang secara memadai, dan pengujian ketaatan yang dilaksanakan pemeriksa menunjukkan bahwa pengendalian tersebut telah dijalankan secara memadai pula, maka pemeriksa akan merasa bahwa pengendalian intern tersebut dapat diandalkan, yang berarti bahwa dia akan memberikan estimasi yang cukup rendah terhadap risiko ini. Demikian pula sebaliknya. Berdasarkan matriks CRM, Pemeriksa dapat menilai risiko pengendalian menjadi "minimum, "moderat atau "maksimumuntuk dimasukkan kedalam matriks ARM.

a. Minimum atau keyakinan pemeriksa sangat terjamin atas efektivitas pengendalian intern dengan rentang risiko pengendalian sebesar 10-30%. Pemeriksa menilai pengendalian sebagai efektif dan melaksanakan test of controls untuk mengkonfirmasikan bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif sepanjang periode. Pemeriksa mengevaluasi kecukupan dari bukti yang sudah diperoleh serta apakah bukti ini mendukung penilaian "minimum". Jika pemeriksa menyimpulkan bahwa bukti-bukti pemeriksaan tidak mendukung penilaian ini, pemeriksa mempertimbangkan kembali evaluasinya atas efektivitas pengendalian. Jika pengendalian ditemukan

ternyata tidak efektif, pemeriksa menilai risiko pengendalian sebagai "maksimum". b. Moderat atau keyakinan pemeriksa cukup terjamin atas efektivitas pengendalian intern dengan rentang risiko pengendalian sebesar 31-70%. Pemeriksa menyimpulkan bahwa desain dari pengendalian adalah efektif, tetapi pemeriksa tidak melakukan test of controls untuk mengkonfirmasikan efektifitas pelaksanaannya sepanjang periode. Pemeriksa juga

mempertimbangkan apakah pelaksanaan walkthrough yang dilakukan oleh pemeriksa terhadap pengendalian memberikan bukti yang cukup untuk menilai risiko sebagai "moderat". Jika pemeriksa menyimpulkan bahwa bukti tidak mendukung penilaian ini, pemeriksa mempertimbangkan untuk mendapatkan bukti-bukti tambahan untuk mendukung penilaian moderat, atau menilai risiko pengendalian sebagai "maksimum". Penilaian risiko pengendalian ini tidak berlaku untuk akun-akun atau asersi-asersi yang dipengaruhi oleh transaksi-transaksi yang bersifat estimasi, seperti penyusutan, penyisihan piutang ragu-ragu. c. Maksimum atau keyakinan pemeriksa tidak terjamin atas efektivitas pengendalian intern dengan rentang risiko pengendalian sebesar 71-100%. Pemeriksa menilai risiko pengendalian sebagai maksimum ketika (1) bukti pemeriksaan mengindikasikan bahwa pengendalian tidak efektif, atau (2) setelah memperoleh pemahaman yang memadai mengenai proses entitas yang diperiksa: Pemeriksa percaya bahwa pengendalian nampaknya akan tidak efektif, atau

Pemeriksa sudah mengidentifikasi prosedur-prosedur uji substantif yang efisien dan efektif yang diyakini penting untuk mendukung saldo akun terkait.

Menilai Risiko Kecurangan Dalam menilai risiko kecurangan, SAS 99 memberikan pedoman bagi auditor. Auditor harus mempertahankan sikap skeptisisme profesional ketika

memepertimbangkan serangkaian informasi termasuk faktor faktor risiko kecurangan, untuk dapat mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan a. Skeptisisme professional Selama penugasan, bahwa tim auditor harus mempertahankan sikap dan pikiran yang selalu mempertanyakan. b. Evaluasi kritis atas bukti Auditor harus menyelidiki secara mendalam permasalahan dan kemungkinan kesalahan salah saji yang material karen kecurangan. c. Komunikasi di antara tim audit Diantara auditor dapat saling bertukar pendapat terutama dengan yang telah berpengalaman mengenai penilaian risiko kecurangan, dan bagaimana kecurangan kecurangan itu biasanya terjadi dalam organisasi atau entitas yang diaudit. d. Mengajukan pertanyaan kepada manajemen Untuk menilai risiko kecurangan, auditor dapat menanyakan beberapa pertanyaan secara langsung kepada manajemen ataupun pihak lain dalam organisasi, sehingga terbuka kesempatan datangnya informasi yang dalam kondisi lain tidak diungkapkan oleh manajemen ataupun pihak lain dalam organisasi. e. Prosedur analitis Auditor harus melakukan prosedur analitis selama tahapan perencanaan audit dan penyelesaian audit untuk membantu mengidentifikasi kecurangan kecurangan.

f.

Faktor faktor risiko Untuk menilai resiko kecurangan, kondisi yang harus diperhatikan adalah adanya faktor faktor risiko kecurangan (segitiga kecurangan/ fraud triangle)

Insentif/tekanan Manajemen atau pegawai merasakan insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan.Insentif yang umum bagi entitas untuk memanipulasi laporan keuangan adalah menurunnya prospek keuangan entitas.

Kesempatan Situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau pegawai lain untuk melakukan kecurangan. Risiko kecurangan yang lebih besar akan dihadapi oleh entitas yang menggunakan banyak pertimbangan dan estimasi dalam operasinya.

Perilaku/rasionalisasi Karakter, sikap dan nilai nilai etis yang membolehkan manajemen dan pegawai lain bersikap curang atau lingkungan yang menekan dan membuat adanya rasionalisasi tindakan curang.

3. Hubungan Timbal Balik Antar Resiko

Resiko Akseptibilitas Audit

D
Resiko Inheren

D I

Resiko Deteksi Terencana

Bukti Audit yang Direncanakan

I
Resiko Pengendalian

Gambar di atas mengikhtisarkan berbagai faktor yang menentukan masingmasing tingkat resiko, pengaruh dari ketiga komponen resiko pada penetapan resiko deteksi terencana, serta hubungan keempat faktor resiko tersebut pada bukti audit yang direncanakan. Huruf D pada gambar mengindikasikan suatu hubungan yang searah antara suatu komponen resiko dengan resiko deteksi terencana atau bukti audit yang direncanakan. Huruf I mengindikasikan suatu hubungan yang terbalik. Sebagai contoh, suatu peningkatan pada resiko akseptibilitas audit akan

mengakibatkan suatu peningkatan pada resiko deteksi terencana (D) serta suatu penurunan pada bukti audit yang direncanakan (I).

Resiko Audit untuk Segmen - segmen Baik resiko pengendalian maupun resiko inheren umumnya ditentukan bagi setiap siklus, setiap akun, dan seringkali pula bagi setiap tujuan audit, bukan bagi keseluruhan penugasan audit, dan kemungkinan besar akan sangat bervariasi dari satu siklus ke siklus lainnya, sari satu akun ke akun lainnya, serta dari satu tujuan audit ke tujuan audit lainnya untuk suatu penugasan audit saja. Pengendalian intern barangkali memiliki tingkat keefektifan yang lebih tinggi untuk sejumlah akun yang terkait dengan saldo daripada atas akun-akun yang terkait dengan aktiva tetap. Selanjutnya, resiko pengendalian pun akan berbeda bagi akun-akun yang berbeda. Resiko akseptibilitas audit umumnya ditetapkan oleh auditor selama fase perencanaan dan ditetapkan pada tingkat yang sama bagi setiap siklus dan akun utama. Para auditor umumnya mempergunakan tingkat resiko akseptibilitas audit yang sama bagi setiap segmen karena berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat resiko akseptibilitas audit terkait dengan seluruh aspek penugasan audit, bukan pada masing-masing akun. Tetapi, pada beberapa kasus, tingkat resiko akseptibilitas audit yang lebih rendah barangkali akan lebih tepat bagi suatu akun daripada akun-akun lainnya. Dalam contoh terdahulu, walaupun auditor memutuskan untuk menggunakan suatu tingkat resiko akseptibilitas audit yang menengah bagi keseluruhan penugasan audit, auditor dapat saja memutuskan untuk mengurangi tingkat resiko akseptibilitas audit hingga tingkat yang rendah bila ternyata persediaan tersebut dipergunakan sebagai jaminan atas suatu kredit jangka pendek.

Beberapa auditor menggunakan tingkat resiko akseptibilitas audit yang sama dengan tingkat resiko akseptibilitas audit atas keseluruhan penugasan audit bagi setiap segmen auditnya, sementara sejumlah auditor lain menggunakan suatu tingkat resiko akseptibilitas audit yang lebih tinggi bagi setiap segmen. Karena tingkat resiko pengendalian dan tingkat resiko inheren sangat bervariasi dari satu siklus ke siklus lainnya, dari satu akun ke akun lainnya, atau dari satu tujuan audit ke tujuan audit lainnya, maka tingkat resiko deteksi terencana serta jumlah bukti audit yang direncanakan pun semakin bervariasi. Setiap penugasan didasari oleh situasi-situasi yang berbeda, serta rentang bukti audit yang diperlukan akan tergantung pada sejumlah situasi yang unik. Sebagai contoh, pada suatu penugasan audit, akun persediaan barangkali akan membutuhkan pengujian yang ekstensif akibat dari lemahnya pengendalian intern serta akibat dari pertimbangan tentang tingkat keusangan yang terjadi dari sejumlah perubahan teknologi yang terdapat dalam industry. Dalam penugasan audit yang sama, akun piutang dagang barangkali hanya memerlukan sedikit pengujian saja karena efektifnya tingkat pengendalian intern yang ada, tingkat penagihan piutang yang tinggi, serta temuan audit yang baik pada penugasa audit tahun-tahun sebelumnya. Maka bagi suatu audit atas persediaan, auditor dapat menetapkan suatu penilaian bahwa di dalam akun tersebut terdapat suatu tingkat resiko inheren yang tinggi atas suatu salah saji dalam nilai yang terealisasi akibat dari tingginya potensi keusangan persediaan, tetapi menetapkan suatu tingkat resiko inheren yang rendah atas suatu salah saji dalam klasifikasi karena pada klien tersebut hanya terdapat persediaan yang dibeli dari pihak ketiga saja.

Jawaban Soal 2 1. Manfaat prosedur analitis yang dilakukan oleh auditor dalam melaksanakan audit (berdasarkan SA Seksi 329 PSA No.22 poin 04) : a. Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit lainnya. b. Sebagai pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi. c. Sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit. 2. Prosedur analitis utama yang dilakukan oleh auditor :

a. Membandingkan angka-angka pada tahun berjalan dengan angka-angka pada tahun lalu, baik data keuangan maupun data kuantitatif nonkeuangan b. Mengidentifikasi fluktuasi-fluktuasi atau kecenderungan-kecenderungan yang tidak biasa c. Mengevaluasi kemungkinan faktor-faktor penyebab terjadinya fluktuasi-fluktuasi

3. Prosedur analitis menjadi bukti audit yang sangat penting karena dilakukan pada 3 (tiga) tahapan yaitu pada waktu perencanaan, pengujian subtantif, dan pada waktu penyelesaian audit. Dengan begitu tujuan untuk memahami sifat industri dan usaha auditan, memperkirakan kemampuan auditan untuk melanjutkan usaganya (going concern), serta mengindikasikan kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan keuangan, dapat tercapai.

4. Karena pada saat melakukan prosedur analitis auditor melakukan : Identifikasi perhitungan / perbandingan yang harus dibuat Menentukan hasil yang diharapkan dengan menentukan pembanding Melakukan perhitungan / perbandingan Analisis data dan mengidentifikasi pernedaan yang penting Investigasi perbedaan yang tidak diharapkan (perbedaan yang luar biasa) Menentukan pengaruhnya terhadap rencana audit

Dengan demikian pada fase perncanaan, auditor sudah terbantu dalam merencanakan sifat, waktu, lingkup, dan prosedur audit. Dan pada saat fase pengujian, auditor dapat memperoleh bukti mengenai masing-masing asersi yang berhubungan dengan saldo akun atau jenis-jenis transaksi. Sehingga auditor bisa lebih efektif dan efisien saat melakukan audit.

5. Prosedur analitis dilakukan pada 3 (tiga) tahapan yaitu pada waktu perencanaan, pengujian subtantif, dan pada waktu penyelesaian audit

Sumber : SA Seksi 329 PSA No.22

http://dhianadhe.at.ua

http://www.russellbedford.co.id/downloads/resources/b2464_PSA%20No.%2022%20Prosed ur%20Analitik%20_SA%20Seksi%20329_.pdf

http://magussudrajat.blogspot.com/2010/06/perencanaan-audit-dan-prosedur-analitis.html

http://mustofastaner2009.wordpress.com/2012/04/05/prosedur-analitis-pemeriksaan/

Anda mungkin juga menyukai