Anda di halaman 1dari 4

1.

JENIS-JENIS OTOPSI berdasarkan tujuan dilakukannya otopsi, otopsi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: - Otopsi klinik: dilakukan untuk diagnosis penyakit yang menjadi penyebab kematian, proses perjalanan penyakit, serta efektifitas obat yang diberikan. Pelaksanaan otopsi klinik diatur dalam UU RI nomor 23 tahun 1992. - Otopsi anatomis: bertujuan untuk pendidikan calon dokter serta tenaga kesehatan lainnya. Pelaksanaannya diatur dalam UU RI nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 70, serta PP nomor 18 tahun 1981. - Otopsi medikolegal/forensik: dilakukan pada jenazah yang diduga meninggal secara tidak wajar. Bertujuan untuk mengetahui cara kematian, proses terjadinya tindak pidana, kapan, dimana, benda, cara, melakukan, sebab kematian, identitas jenazah, dan identitas pelaku. Pelaksanaannya diatur dalam KUHAP pasal 133 dan 134, KUHP pasal 222, serta instruksi Kapolri nomor INS/E/20/IX/1975. 2. TATALAKSANA OTOPSI - Untuk otopsi klinis diperlukan persetujuan tertulis dari pasien atau dari keluarga sebelum pasien meninggal dunia. - Untuk otopsi anatomis selain diperlukan persetujuan dari keluarga, harus dilakukan oleh mahasiswa kedokteran atau tenaga kesehatan jenazah dibawah pengawasan ahli urai - Untuk otopsi forensik dibutuhkan SPV, persetujuan dari keluarga jenazah tidak dibutuhkan, tetapi keluarga wajib diberitahu. - Otopsi harus dilakukan sedini mungkin - Otopsi harus dilakukan selengkap mungkin - Bila perlu dilakukan pemeriksaan penunjang lain seperti patologi anantomi, toksikologi, DNA dan lain-lain - Otopsi dilakukan oleh dokter yang memiliki kompetensi dan kewenangan - Pemeriksaan dan pencatatan dilakukan seteliti mungkin dengan menjunjung tinggi kejujuran - Pada kasus-kasus tertentu perlu juga mencatat temuan negatife 3. PERSIAPAN SEBELUM OTOPSI Sebelum otopsi dilakukan, berkas-berkas administrasi harus sudah lengkap. Dokter juga harus mengetahui peraturan mengenai penyimpanan organ dimana pada setiap Negara mempunyai peraturan sendiri-sendiri. Staf yang akan melakukan otopsi juga harus sudah mendapat imunisasi hepatitis, BCG, polio, dan tetanus Peralatan yang harus disiapkan sebelum otopsi adalah: - Apron tahan air, sarung tangan karet, kacamata google, sepatu boot - Termometer rectal, semprit dan jarum, swab steril - Alat-alat bedah

Jarum dan benang jahit Botol steril untuk darah dan cairan tubuh beserta cairan tubuh beserta cairan pengawet Botol-botol bermulut lebar berisi formalin untuk sampel histologi, dan yang berisi alcohol absolute untuk pemeriksaan toksikologi Kantong-kantong plastik atau amplop untuk menyimpan sampel kering Kertas, pena, pensil Lampu penerangan, tape perekam Kamera atau kamera video

4. TATACARA OTOPSI - Pemeriksaan luar Dilakukan dalam kondisi jenazah tanpa busana Diperiksa lengkap dari kepala sampai kaki Meliputi pemeriksaan identifikasi, tanatologi, traumatologi Penutup jenazah diperiksa tersendiri, dicatat jenis bahan, warna, corak, kondisi, merk, inisial, ukuran, serta modelnya - Pemeriksaan dalam Membuka rongga tubuh. Dikenal 2 irisan kulit, yaitu teknik I dan Y Teknik pengirisan I dibuat dengan melakukan irisan dari ujung dagu ke bawah melalui garis pertengahan tubuh sampai ke daerah umbilicus membelok ke kiri membuat irisan setengah lingkaran mengelilingi umbilicus, kemudian di bagian bawah umbilicus kembali membuat irisan pada garis pertengahan tubuh sampai di atas symphisis pubis Teknik irisan Y ada beberapa tipe. Yang pertama dibuat dengan membuat irisan dari akromion kanan dan kiri di atas tulang klavikula bertemu di incisura jugularis, kemudian ke bawah melalui garis pertengahan tubuh sampai ke daerah umbilicus membelok ke kiri membuat irisan setengah lingkaran mengelilingi umbilicus kemudian di bawah umbilicus kembali membuat irisan pada garis pertengahan tubuh sampai di atas symphisis pubis. Tipe Y yang kedua dari akromion kanan dan kiri kemudian membentuk huruf V bertemu pada garis pertengahan tubuh tepat di processus xyphoideus kemudian ke bawah sampai di atas symphisis pubis. Yang ketiga dengan membuat irisan dari incisura jugularis ke bawah sepanjang sternum sampai ke symphisis pubis, kemudian irisan dperluas ke atas dengan cara membuat irisan bilateral dari incisura jugularis ke tragus kanan dan kiri. Irisan ini sering digunakan pada kasus kekerasan di leher bagian depan. Yang keempat disebut juga tipe U, dengan cara membuat irisan dari akromion kanan dan kiri diteruskan sejajar linea axillaris anterior kanan dan kiri sampai di batas garis lipat mammae diteruskan ke medial dan bertemu di processus xyphoideus kemudian ke bawah sampai di atas symphisis pubis.

Kulit leher diiris hanya sampai subcutan Keadaan mediastinum dan letak kandung jantung terhadap kedua tepi paru diperiksa dan dicatat Keadaan rongga perut dan dinding perut dieksplorasi, diperiksa ketebalan otot dan lemak, adanya cairan bebas, perlekatan, tinggi diaphragma Pemeriksaan kemudian beralih ke rongga mulut, bila teradapat gigi yang patah atau gigi palsu dilepaskan secara manual. Lidah dibebaskan bila tergigit dan didorong masuk rongga mulut Pemeriksaan penunjang Darah biasanya diambil sebelum rongga tuuh dibuka dari punksi dibeberapa tempat yang dapat dipilih seperti jantung, vena femoralis, vena subclavia, serta vena jugularis. Darah dari jantung tidak reliable digunakan pada kecurigaan kasus keracunan alcohol atau syok hiperglikemi Urine diambil dengan kateter melalui uretra ataupun diambil dengan punksi di daerah suprapubis LCS diambil dengan melakukan lumbal punksi pada tubuh yang masih intak atau menggunakan spuit melalui cistern central maupun ventriculus lateralis. Vitreous humor diambil dengan punksi pada sclera Isi lambung diambil sekaligus dengan lambungnya pada saat pemeriksaan organ abdomen Empedu diambil untuk pemeriksaan level obat terutama kasus narkotik. Diambil dengan menggunakan punksi Semua sampel yang sudah diambil dimasukkan ke dalam botol steril untuk meminimalkan kontaminasi, kecuali rambut yang disimpan dalam amplop kering

5. TEKNIK OTOPSI PADA KASUS-KASUS KHUSUS - Pemeriksaan pada kasus emboli udara Menghindari terpotongnya pembuluh darah Dengan pisau ventrikel kanan ditusuk di dekat permulaan arteri pulmonalis sampai menembus atrium kanan, kemudian pisau diputar 90o, bila keluar gelembung udara, maka membuktikan adanya emboli vena. Bila dicurigai adanya emboli arteri, dengan cara yang sama dilakukan pemotongan transversal dari permulaan arteri koronaria kiri kemudian berturutturut sepanjang perjalanannya. - Pemeriksaan pneumothoraks Dilakukan pembukaan kulit dan otot dada sedemikian rupa sehingga membentuk semacam kantong dengan dasar dinding dada. Kedalam kantong ini kemudian dilakukan pengisian air. Dengan sebuah scalpel dilakukan penusukan menembus rongga dada. Gelembung akan keluar bila ada pneumothoraks

Cara lainnya dengan menggunakan spuit 25 cc yang diisi air sampai kurang lebih terisi setengahnya, kemudian ditusukkan pada dinding dada samapi menembus rongga dada. Gelembung udara akan keluar ke dalam spuit bila ada pneumothoraks Kekerasan pada kasus kekrasan di sekitar leher Cara membuktikannya dengan melihat resapan darah di kulit leher bagian dalam Karena di leher banyak pembuluh darah, maka perlu diusahakan agar daerah leher bersih, caranya dengan mengalirkan seluruh darah yang ada di pembuluh darah yang ada di pembuluh darah leher ke tempat lain Pertama-tama mengganjal leher agar lebih tinggi kedudukannya lalu membuka rongga dada dengan melakukan pengirisan kulit setinggi incisura jugularis ke bawah. Kemudian membuka tulang sternum dan tulang iga setinggi tiga iga ke bawah, maka rongga dada dapat terbuka Kandung jantung dibuka seperti biasa dengan gunting, kemudian jantung diangkat Otak diangkat dengan cara biasa dengan tetap memperhatikan leher lebih tiggi. Maka darah akan tetap mengalir dan daerah leher menjadi bersih Daerah leher dibuka lapis per lapis untuk mencari adanya resapan darah

Anda mungkin juga menyukai