Anda di halaman 1dari 12

BULLETIN KHUSUS KORBAN LUMPUR PORONG SIDOARJO EDISI 01 / TAHUN 2008

TIDAK ada satu orang warga Porong yang


pernah membayangkan jika suatu waktu
kawasan itu akan lenyap. Barangkali juga
tidak pernah mau yang berangan-angan
kalau hidup mereka menderita dan
Ganti Rugi
menghuni kamp-kamp pengungsian yang ditayangkan oleh Lapindo melalui iklan ujungnya mendukung keputusan Lapindo.
sangat tidak layak dari berbagai sudut pariwara di media massa (koran dan televisi) Keputusan ganti rugi menjadi sangat
pandang kemanusiaan. lokal maupun nasional. panjang dan rumit, sebenarnya salah
Sungguh sulit untuk membayangkan bagi Media massa, seperti halnya yang satunya ada campur tangan oknum-oknum
orang waras bahwa korban Lapindo masih dikatakan oleh korban, tidak adil dari segi wartawan. Ada banyak kepentingan yang
tetap gagah dan terkendali kejiwaan pemberitaan. Mereka, para korban itu telah terlibat dalam masalah lumpur Lapindo.
maupun emosinya. Tetapi sayang, apa yang menganggap para wartawan telah terbeli Sekarang ganti rugi menjadi andalan
dibayangkan sebagai tragedi kemanusiaan sisi kemanusiaannya. Tidak semua media. Lapindo. Ada pemaksaan dengan berbagai
itu tidak juga meluluhkan hati para petinggi Tetapi celakanya, media-media yang dalih kemanusiaan yang coba diiklankan
negara, termasuk si pembuat masalah: PT dimaksud berada di Surabaya dan cukup oleh Lapindo melalui media massa. Padahal,
Minarak Lapindo Jaya. dekat Sidoarjo, demikian juga dengan apa yang ditawarkan dan dikatakan sebagai
Dalam dua tahun lebih, korban Lapindo televisi. solusi bijak itu juga tidak bijak-bijak amat.
sangat tidak menikmati hidup merdeka. Sosok wartawan, bagi korban Lapindo Malah cenderung merugikan para korban.
Jauh seperti yang digembar-gemborkan oleh sudah bukan lagi pahlawan. Mereka tidak Lapindo berusaha memanfaatkan kondisi
petinggi negara, entah itu presiden maupun lebih dari penyokong kekuasaan yang terus kejiwaan korban yang nyaris putus asa.
wakil rakyat. Kondisi para korban juga menikmati pundi-pundi harta. Banyak Hebatnya lagi beberapa media massa justru
sebenarnya jauh dari apa yang seringkali pernyataan korban justru dipelitir yang mendukung penuh siasat itu. Sayang...

D
 Berita Lumpur Lapindo A  Menantang Ganasnya
F
Kemana Media Massa Berpihak halaman 2 T Lumpur Lapindo halaman 8
A
 Boleh Subyektif Asal Liputannya Obyektif halaman 6 R  Potret Korban halaman 10
 Pemerintah Pusat & Lapindo I
 Sana - Sini halaman 12
Mencla - mencle halaman 7 S
I
TEROPONG
kebijakan pemerintah pusat atau daerah,
netral dan mengajukan solusi atas
persoalan yang muncul, atau banyak lagi
kemungkinannya.
Penelitian ini dilakukan terhadap 3
media nasional, yaitu: Harian Kompas,
Media Indonesia, dan Seputar Indonesia,
dan juga 3 media lokal yaitu: Jawa Pos,
Surya, dan Surabaya Post. Penelitian ini
akan berlangsung selama 6 bulan (hingga
Desember 2008 mendatang). Dua minggu
sekali kami akan mengamati enam media
tersebut. Hingga akhir tahun 2008, akan
tersaji 12 edisi newsletter yang salah satu
isinya hasil penelitian ini.
Untuk edisi perdana, pengamatan
berita Lapindo pada enam media itu
dilakukan antara 14 Juli 2008 hingga 20
Juli 2008. Metode penelitian

S
udah dua tahun lebih bencana
lumpur Lapindo terjadi. Dalam
kurun waktu itu fenomena lumpur
dan penderitaan warga korban semburan Berita Lumpur Lapindo,
lumpur terus menjadi “komoditas” bagi
media massa. Hal ini terbukti hampir
setiap hari berita lumpur Lapindo
muncul, baik di media cetak nasional
Kemana Media Massa Berpihak
maupun lokal.
Permasalahannya adalah sebagai peristiwa “lumpur porong” atau
bagaimanakah media massa mengemas “lumpur Sidoarjo”. Mereka tidak menim- menggunakan perangkat framing yang
pemberitaan lumpur Lapindo? Karena, pakan kesalahan pada Lapindo, tapi men- dikembangkan oleh Gamson. Berikut
dalam proses pembuatan berita—mulai gemasnya sebagai peristiwa alam uraiannya:
dari pemilihan peristiwa mana yang layak semburan lumpur yang terjadi di daerah
liput, siapa yang hendak dijadikan Porong-Sidoarjo.
Ketika berita tersebut sampai pada KOMPAS :
narasumber, pengumpulan fakta di
lapangan hingga pemilihan kata/kalimat pembaca, secara tidak sadar pembaca ter- Membangun empati
yang digunakan dalam penulisan— pengaruh oleh realitas—yang sebenarnya kepada korban lumpur.
bergantung pada subjektifitas pembuat sengaja—dibentuk oleh pembuat berita,
berita (wartawan) dan kebijakan bukan pada realitas yang sebenarnya atau Selama periode riset (14-20 Juli 2008),
perusahaan media yang bersangkutan. fakta di lapangan. Kompas memuat berita mengenai Lapindo
Subjektifitas itu berdampak pada Untuk itulah kami melakukan peneli- sebanyak 6 kali. Kompas cenderung pada
peristiwa yang sama bisa dimaknai secara tian agar dapat mengetahui bagaimana pemberitaan penderitaan korban lumpur
berbeda oleh masing-masing media. media-media di Indonesia mengonstruksi Lapindo, mulai dari lambatnya proses
Misalkan, dalam kasus semburan lumpur atau membingkai pemberitaan terkait pengesahan peraturan Presiden No. 14
di daerah Porong, ada media yang dengan lumpur Lapindo. Pembingkaian Tahun 2007, berbagai usaha warga
memaknai semburan tersebut sebagai terhadap media, akan diketahui bagai- porong dalam memperjuangkan nasib,
kesalahan manusia (human error)— mana sikap media terhadap isu atau be- angka ganti rugi Lapindo untuk
kesalahan PT. Lapindo—maka dalam rita yang dikemasnya. Sikap media ini jika pengusaha korban lumpur yang dirasakan
menyebut peristiwa itu media yang ditelusuri akan menunjukkan terlalu kecil, hingga terabaikannya
bersangkutan menggunakan kata keberpihakan media itu pada persoalan Lapindo oleh para pasangan
“bencana lumpur Lapindo”. permasalahan yang diangkatnya. calon Gubernur-Wakil Gubernur Jatim
Tetapi, ada juga media yang Ada banyak kemungkinan: Berpihak dalam isu yang mereka usung selama
beranggapan bahwa itu adalah fenomena kepada korban, pro kepada Lapindo, kampanye.
alam, sehingga mereka memberi label selalu menyalahkan Lapindo, mengritisi Kompas mencoba membangun empati
pembacanya dalam setiap pemberitaan

 PENANGGUNG JAWAB: KETUA LPPM UNAIR - Dr. Bambang Sektiari L, DEA  PIMPINAN REDAKSI: Yayan Sakti Suryandaru
 REDAKTUR PELAKSANA: Adhi Wicaksana  REPORTER: Gandha Widyo Prabowo. - Didik Ardian Purbaya
 PERISET: Alfian Dharmawan - Dian Rivia - Putri Aisiyah  DESAIN: Alfian Hanafi  SEKRETARIS REDAKSI: Nofi Kuswindasari
 Alamat Redaksi: Gedung Lembaga Penelitian Kampus C Unair, Jl Mulyorejo Surabaya (60115)
Telp. (031) 5995246, 5995247, 5995248, Fax. (031) 5962066
(Penerbitan Bulletin ini atas kerjasama LPPM Unair dengan Yayasan TIFA)

2 EDISI 1 / TAHUN 2008 SOMASI


TEROPONG
tentang Lapindo. Ini tampak dalam merujuk pada sebuah kesimpulan bahwa perintahkan Kaji Black Box Dvilling
paragraf-paragraf pemberitaan. para calon Gubernur Jawa Timur yang Lapindo, 15 Juli 2008).
“Sejak tanggul penahan lumpur maju pada Pilkada 2008, seluruhnya “Ketidakjelasan status hukum kasus
Lapindo jebol pada 10 Februari 2008, tidak memiliki komitmen yang tegas semburan lumpur Lapindo hingga kini
ribuan warga dari 3 desa, yakni Kedung untuk berpihak pada rakyat korban membuat nasib korban terombang-
Cangkring, Pejarakan, dan Besuki lumpur. ambing. Untuk itu, Presiden Susilo
mengungsi ke bekas jalan tol Gempol di “Dalam debat cagub-cawagub Jatim, Bambang Yudhoyono (SBY) harus segera
Kabupaten Pasuruan. Di sana mereka tidak ada jawaban tegas dari seluruh memperjelas apakah kasus tersebut
mendirikan tenda-tenda darurat (Warga kandidat ketika ditanya masalah karena human error, fenomena alam,
Besuki tuntut Perpres Ganti Rugi, 14 Juli komitmen mereka untuk membantu adalah bencana alam” (Status Hukum
2008). korban lumpur. Ini terjadi karena semua Lapindo tidak jelas, 17 Juli 2008).
“Penyelesaian dengan mekanisme pasangan ingin bermain aman dan Sikap Sindo dalam memaknai aksi
business to business terkendala nilai ganti kesadaran bahwa kewenangan Blokade eks jalan tol Porong – Gempol
rugi antara yang diminta perusahaan- pemerintah provinsi Jawa Timur untuk oleh warga korban lumpur juga berbeda
perusahaan terkait dan yang disanggupi kasus ini akan terbatas” (Korban Lumpur dengan media lainnya. Meski sama-sama
Lapindo”. Lapindo Kecewa kepada Cagub, 20 Juli merepresentasikan media nasional,
“Setelah satu perusahaan yang belum 2008). namun terdapat perbedaan frame
menerima ganti rugi adalah PT. Oriental (pandangan).
Samudra Karya. Pemilik perusahaan Kompas menganggap blokade jalan
tersebut, Johny Osaka, mengatakan, Seputar Indonesia : sebagai satu bentuk perjuangan yang
pihaknya belum bisa menerima harga Lumpur Porong Belum Tentu harus didukung dan dimaklumi, namun
yang ditawarkan Lapindo sebesar Rp 15 Kesalahan Lapindo. Sindo memaknainya sebagai tindakan
Miliar. “Jumlah itu masih jauh dibawah yang merugikan kepentingan umum.
nilai aset saya yang hancur akibat Harian Seputar Indonesia dalam Indikasi tersebut tampak pada pemilihan
lumpur” (Lapindo Belum Bayar Ganti pemberitaannya tentang lumpur Lapindo judul “Lagi, Warga Tiga Desa Blokade
Rugi 20 perusahaan, 16 Juli 2008). lebih tertarik pada permasalahan hukum Jalan” (Kamis, 17 Juli 2008), penggunaan
Kompas membawa pembaca pada Lapindo. Sindo lebih berminat kata “lagi” dalam judul menunjukkan
realitas yang dihadapi korban lumpur saat membangun realitas bahwa belum tentu blokade jalan hal yang sering dilakukan
ini. Serangkaian fakta dan kutipan- Lapindo bersalah dalam kasus semburan dan membuat jenuh bahkan jengkel
kutipan yang dihimpun dari narasumber, lumpur ketimbang mengekspose masyarakat lainnya.
hampir keseluruhan mengarah pada bagaimana warga Porong menderita Foto yang menampilkan gambar pipa
bagaimana peristiwa lumpur Porong telah akibat sembutan lumpur. besar melintang di tengah jalan dan
membawa penderita panjang bagi warga “Lebih lanjut Ritonga mengatakan, deretan kendaraan yang terhenti
yang menjadi korban. kejaksaan sangat serius dalam menangani perjalanannya menguatkan kesan aksi
Bingkai pro korban lumpur juga perkara tersebut. Namun, berkas warga tersebut merugikan.
digunakan Kompas ketika mengulas penyelidikan Polda Jatim belum Sindo juga membangun sebuah
seputar proses revisi perpres 14/2007 sepenuhnya menyebutkan semburan reasoning (alasan) bawa aksi blokade
yang memakan waktu lama dan lumpur itu diakibatkan pengeboran oleh tersebut bersifat negatif dan tidak terlalu
bagaimana perjuangan yang dilakukan Lapindo. Dia mengatakan, berkas penting untuk dilakukan karena sebagian
warga korban lumpur agar Perpres penyelidikan itu berisi keterangan 12 warga telah melakukan aksi di Jakarta
tersebut segera disahkan. saksi ahli yang berbeda. Tiga ahli dengan tuntutan yang sama.
“Kemarin, warga yang sebelumnya mengatakan bahwa semburan akibat “Meski saat ini sudah ada perwakilan
menginap di kawasan Tugu Proklamasi pengeboran, tetapi sisanya berpendapat mereka (warga) di Jakarta untuk
dan Lapangan Monumen Nasional akibat bencana alam” (Kejagung memperjuangkan kepastian ganti rugi,
(Monas) berjalan kaki sambil membawa
ransel dan terpal menuju bundaran Hotel
Indonesia (HI). Sambil membawa poster,
sejumlah warga yang sebagian besar
buruh tani itu meminta-minta kepada
pengguna jalan dan pejalan kaki”.
(Korban Samburan Lumpur Lapindo
Mengemis di Jakarta, 17 Juli 2008)
“Warga berharap, tindakan itu
(Blokade jalan eks Tol Porong-Gempol)
akan menggugah Presiden SBY untuk
segera menandatangani peraturan
Presiden tentang ganti rugi dengan ketiga
desa tersebut. “(Warga Tiga Desa Kembali
Blokir Bekas Jalan Tol, 17 Juli 2008).
Dan, isu terakhir yang diusung
Kompas adalah wacana penyelesaian
persoalan lumpur Lapindo terkait
pelaksanaan Pilgub Jatim 2008. Kompas

SOMASI EDISI 1 / TAHUN 2008 3


TEROPONG
Bakrie (pemilik Lapindo) di Jawa Timur
hanya menghadiri Rakernas Partai
Bintang Reformasi (PBR) di hotel JW
Marriot, Surabaya. “Karena ada waktu
satu jam sebelum flight ke Jakarta, Bapak
mengajak mengunjungi korban lumpur di
sini,” ujar ajudan Ical yang menolak
disebut namanya.
Ical tiba di KNV sekitar pukul 18.00.
Karena mendadak, tak ada sambutan
khusus kepada orang terkaya di Indonesia
itu. (Pertama, Ical Kunjungi Korban
Lumpur: 17 Juli 2008)
Frame “manuver untuk menghindari
Komnas HAM” dalam berita kunjungan
Ical diperkuat oleh keberadaan foto, yang
memperlihatkan Ical sedang berjalan
didampingi beberapa warga, Ical tampak
kemarin ratusan warga Ds. Besuki, pelabelan “Korban lumpur Sidoarjo” menoleh dan menggaruk kepala. Non
Pejarakan dan Kedung Cangkring, adalah “Korban lumpur Lapindo”. verbal Ical dalam gambar tersebut, seolah
Kecamatan Jabon demo lagi. Mereka Penyebutan Jawa Pos berhenti pada menunjukkan Ical sedang bingung dan
bahkan memblokade jalur alternatif “Korban Lumpur”, tanpa ada tidak tahu apa yang sedang ia kerjakan di
Porong Gempol” (Lagi, warga Tiga Desa penambahan apakah lumur Lapindo atau sana.
Blokade Jalan, 17 Juli 2008). lumpur Sidoarjo. Sekarang, coba bandingkan penalaran
Untuk pemberitaan mengenai revisi Temuan kedua yang tak kalah menarik yang dibangun Jawa Pos dalam menyikapi
peraturan Presiden No. 14 tahun 2007 adalah pernyataan-pernyataan “keras” kunjungan Aburizal Bakrie dengan
yang telah disahkan oleh Presiden SBY, Jawa Pos mempertanyakan kesungguhan penalaran milik Surabaya Post untuk
Sindo banyak memberi uraian berbagai komitmen PT. Lapindo terhadap para peristiwa yang sama.
ekspresi kegembiraan warga korban korban lumpur. Terutama tampak pada
lumpur menyambut penandatanganan pemberitaan mengenai kunjungan
Perpres 14/2007. Aburizal Bakrie ke Kahuripan Nirwana Surabaya Post :
Village. Jawa Pos membangun sebuah Pro Lapindo.
perangkat penalaran bahwa apa yang
Jawa Pos : dikerjakan Bakrie di KNV hanyalah siasat Surabaya Post adalah media massa yang
Meragukan komitmen meninghindari panggilan Komas HAM memiliki concern terbesar dalam
berkaitan dengan bencana lumpur. pemberitaan seputar lumpur Lapindo.
Lapindo kepada korban
“Bukan Aburizal Bakrie jika tidak Selain hampir setiap hari memuat berita
lumpur. pandai bermanuver. Saat datang Komas lumpur Lapindo, media lokal yang terbit
HAM untuk dimintai keterangan soal sore hari ini satu-satunya media cetak
Pada pemberitaan Jawa Pos mulai tanggal Lapindo, mantan pengusaha yang kini yang memiliki halaman khusus untuk
14 Juli 2008 hingga 20 Juli 2008, menjabat Menko Kesra itu justru mengulas lumpur Lapindo dalam rubrik
memunculkan dua temuan. Pertama, mengunjungi korban lumpur, itu adalah “Album Kita”(Sabtu, 19 Juli 2008).
kehati-hatian Jawa Pos dengan kunjungan pertama Ical ke korban Kunjungan Aburizal Bakrie ke lokasi
menghindari penggunaan label-label lumpur Lapindo setelah bencana itu 2 perumahan Nirwana Kahuripan Village
seperti warga korban lumpur Sidoarjo. tahun berlalu” (Pertama, Ical Kunjungi (KNV) yang dibangun Lapindo untuk para
“Puluhan warga dari berbagai desa di Korban Lumpur, 17 Juli 2008). korban lumpur. Bila di Jawa Pos
Porong memanfaatkan kesempatan itu” Kunjungan Ical secara mendadak diberitakan sebagai manuver seorang
(Pengobatan gratis di Pasar Porong Baru, diuraikan dalam 2 paragraf, yang politisi belaka. Pemberitaan Surabaya Post
16 Juli 2008). pertama “Kunjungan itu terhitung justru mengemas menjadi sebuah
Pelaksanaan pengobatan gratis yang mendadak, sebab agenda mantan nahkoda peristiwa istimewa dan menunjukkan
dilakukan oleh Partai Bintang Reformasi Grup Bakrie (Pemilik Lapindo) di Jawa bahwa Ical–panggilan akrab Aburizal
(PBR) dimaksudkan untuk membantu Timur hanya menghadiri Rakernas Partai Bakrie—memang peduli dan sungguh-
para korban lumpur yang berada di Bintang Reformasi (PBR) di Hotel JW sungguh membantu korban Lapindo.
pengungsian pasar Porong. Namun, Jawa Marriot. Dari pemilihan judul, “Ical disambut
Pos memilih judul “Pengobatan Gratis di Kunjungan Ical yang berkesan antusias warga KNV” (Kamis, 17 Juli
PS. Porong Baru”. Dan, Jawa Pos tidak mendadak disinggung dalam dua 2008), berusaha menunjukkan bahwa
menyebutkan “Puluhan korban lumpur paragraf yang berbeda, seolah Jawa Pos kedatangn Ical memang telah dinantikan
memanfaatkan kesempatan”. Jawa Pos ingin memberikan kesan bahwa Ical, warga korban semburan lumpur.
lebih senang menggabungkan kalimat memang tidak pernah benar-benar Beberapa frasa yang menonjol
“puluhan warga dari berbagai desa di memiliki niat untuk mengunjungi korban (catchphrase) juga memperkuat kesan
Porong memanfaatkan kesempatan itu”. lumpur. tersebut:
Dalam berita-berita lainnya, Kunjungan itu terhitung mendadak. Menko Kesra Aburizal Bakrie
wartawan Jawa Pos juga menghindari Sebab, agenda mantan nahkoda group mengunjungi warga korban lumpur yang

4 EDISI 1 / TAHUN 2008 SOMASI


TEROPONG
kini menghuni perum KNV, Rabu (16/7) tanggungjawabnya. (Keluarga Bakrie jalur alternative tersebut menjadi
malam. Sementara sejumlah penghuni Buktikan Komitmen Tidak Tinggalkan terhalang. Bahkan, jalan Raya Porong
menyambutnya dengan penuh antusias. Korban Lumpur: 19 Juli 2008) menjadi macet, karena penumpukan
(Ical Disambut Antusias Warga KNV: 17 Kami ucapkan terima kasih kepada kendaraan di jalan propinsi tersebut.
Juli 2008) bakrie dan keluarganya. Apanya?, Adalah (Warga Tiga Desa Tuntut Pemberian
Foto yang digunakan dalam berita komitmen beliau untuk membantu Ganti Rugi, 17 Juli 2008)
tersebut menggambarkan saat Ical korban lumpur. Perwujudannya, seperti Dalam berita kedua mengenai perpres
berjalan bersama para warga di pembayaran tanah dan rumah serta 14/ 2007, Surya banyak bercerita
pemukiman KNV. Caption yang dipilih pembangunan Perumahan Kahuripan bagaimana kegembiraan warga atas
adalah: “Aburizal Bakrie, Rabu (16/7), Nirwana Village adalah bagian dari langkah pemerintah tersebut. Tetapi,
mendapat sambutan antusias dari warga komitmen. Begitulah yang disampaikan Surya sama sekali tidak menyinggung
perumahan KNV. Warga mengucapakan KH. Hasyim Ahmad, tokoh masyarakat bagaimanakah langkah lanjut setelah
terima kasih kepada keluarga Bakrie korban lumpur Desa Kedungbendo, perpres ditandatangani, ini yang
karena mendapat hunian yang baik”. Kecamatan Tanggulangin, kepada membedakan Surya dengan media lain.
Berbagai berita mengenai lumpur Aburizal Bakrie.” (Terima Kasih, Bakrie
Lapindo di Surabaya Post dibingkai Telah Pegang Komitmen: 19 Juli 2008)
menjadi pemberitaan bernilai positif bagi Media Indonesia :
Lapindo. Misalkan pembangunan KNV Tidak Terpengaruh Ingar-
dengan segala fasilitasnya adalah SURYA : bingar Lapindo
kemurahhatian Lapindo kepada korban Blokade Merugikan
lumpur, dan semata karena kepedulian Masyarakat. Ketika media lain beramai-ramai
belaka, bukan sebagai tanggung jawab mengupas masalah Lapindo, mulai dari
yang mereka pikul dan seperti itulah yang Harian Surya yang terbit di Surabaya, se- aksi blockade jalan, revisi perpres,
memang seharusnya mereka lakukan. lama periode riset hanya menurunkan peresmian Kahuripan Nirwana Village,
Dan, apa yang dilakukan Lapindo dua kali pemberitaan mengenai Lumpur ataupun keberlanjutan kasus hukum
tersebut membuat warga diuntungkan Lapindo. Pertama, berita tentang aksi Lapindo. Media Indonesia tidak larut
dengan adanya bencana lumpur Lapindo, blockade jalan eks tol Porong oleh warga dalam ingar-bingar tersebut. Selama
karena kondisi mereka lebih baik dengan korban Lumpur. Kedua, mengenai periode riset, tidak ditemukan satupun
perumahan KNV dan sejumlah uang penandatanganan peraturan presiden No. berita terkait Lapindo.
kompensasi. Tidak ada penyajian kutipan 14/2007. Sikap Media Indonesia ini dapat
narasumber maupun fakta-fakta menge- Dua sisi pemberitaan itu memang dipahami sebagai ketidakpedulian media
nai penderitaan warga akibat kehilangan belum dapat diamati secara jelas ini pada permasalahan lumpur Lapindo.
rumah, sejarah, dan juga kehidupan lama kecenderungan harian Surya. Namun, Mereka lebih peduli pada berita-berita
mereka, termasuk bagaimana penderitaan dapat dilihat dalam berita pertama Surya seputar pemilihan gubernur Jawa Timur.
warga selama 2 tahun tinggal di yang lebih menekankan pada aksi Bisa jadi ini disebabkan karena Media
pengungsian, sebelum KNV dibangun, blockade sebagai sesuatu yang merugikan Indonesia adalah satu-satunya media
ataupun berbagai usaha yang dilakukan kepentingan masyarakat umum. Seperti dalam penelitian ini yang tidak memiliki
warga dalam memperjuangkan nasib tampak pada paragraf berikut: halaman khusus Jawa Timur, sehingga
mereka mendapatkan ganti rugi. Jalan Raya Porong macet. Akibatnya, seleksi terhadap isu yang diangkat lebih
Fakta-fakta yang bernilai negatif kendaraan baik truk sirtu maupun ketat dibanding pada media lain. (*)
untuk image Lapindo tidak muncul atau kendaraan ribadi yang semula melewati
tidak ditemukan dalam pemberitaan
Surabaya Post. Mereka lebih memilih
fakta-fakta yang pro Lapindo. Berikut
beberapa contoh paragraf dalam berbagai
berita mereka.
Hasyim Ahmad (salah seorang warga)
mengatakan, dengan adanya KNV dan
dihibahkannya uang muka 20% bagi
penerima relokasi, warga korban lumpur
sudah diuntungkan. Pasalnya, selain
mendapat rumah dengan tipe sepadan
ada warga yang menerima keuntungan
lebih dari hasil kompensasi yang
diberikan PT. Minarak Lapindo Jaya. (Ical
Disambut Antusias Warga KNV: 17 Juli
2008)
Dahulu dihujat, seolah Lapindo
Brantas Inc, tidak akan peduli dengan
korban lumpur…
…Bahkan, apa yang yang dilakukan
keluarga Bakrie jauh lebih besar dari apa
yang yang sebenarnya menjadi

SOMASI EDISI 1 / TAHUN 2008 5


VISI
selalu atau serta merta mem
bela kaum yang lemah, yang
tertindas, yang dirugikan, juga
bisa mendorong wartawan
apriori membela. Kadang den
gan mengabaikan fakta atau
bahkan sengaja menutupinya,
meski itu sebuah kebenaran.
Itulah sebabnya kode etik jur
nalistik memandu wartawan
untuk tidak hanya mengambil
fakta yang menguntungkan di
rinya.
Dalam kaitan itu, Zainal
menunjuk kasus semburan
lumpur Lapindo sebagai bahan

BENAR, ada kecenderungan


perkembangan media me
mang lebih berat ke arah bis
Boleh Subyektif,
Asal Liputannya Obyektif
nis. Perkembangan seperti ini
merisaukan dan tak sepe
nuhnya dipahami oleh masya
rakat umum maupun
masyarakat media itu sendiri. haman tentang prinsipprinsip kajian menarik. ”Rasanya
Lebihlebih ketika pertim jurnalisme yang ramburambu belum pernah ada kasus yang
bangan bisnis membedaki se nya antara lain tertuang dalam diliput oleh begitu banyak
luruh wajah media. kode etik jurnalistik. Wartawan media dalam waktu begitu
Kecenderungan itu dinilai bisa saja membela kepen panjang. Maklum, di situ terli
Zainal Arifin Emka tak sepe tingan kelompok yang membu bat banyak sekali kepen
nuhnya salah. Penilaiannya atnya bersikap subjektif dalam tingan,” katanya.
bertolak dari realitas bahwa meliput sebuah isu. Diakuinya, memang tidak
media massa bukanlah semata ”Bisa saja. Yang penting la mudah meliput fenomena se
lembaga sosial. Sebagai bisnis, kukan itu dengan metode peli besar kasus lumpur Lapindo.
lembaga itu butuh hidup. Dan, putan yang objektif bersandar Media bisa dicurigai bahkan
karena itu secara bisnis atau pada prinsipprinsip jurnalisme ketika mengutip penjelasan il
komersial usaha media harus Zainal Arifin Emka seperti keberimbangan. Arti miah para pakar yang bertolak
sehat dan bisa mandiri agar nya, media dituntut memberi dari hasil penelitian sekalipun.
mampu membebaskan diri berupa iklan ataupun pari ruang yang sama kepada Sebaliknya, media juga bisa di
dari intervensi kekuasaan. wara, adalah kekuasaan. Peru semua pihak yang terlibat,” tuduh mengeksploitasi pende
Di masa sekarang, perusa sahaan pers yang sehat secara kata mantan Wapimred Sura ritaan jika memberi tempat
han media membutuhkan komersial, mungkin bisa mem baya Post itu. untuk jerit tangis korban sem
modal sangat besar karena di bebaskan wartawannya dari buran.
tuntut untuk terus menerus pengaruh uang dalam amplop Media Sehat Pertanyaan sebenarnya
mengikuti perkembangan tek sodoran nara sumber. Tapi Masih menurut Zainal, me adalah sudahkah media mem
nologi informasi yang nota siapa yang kuasa membebas mang menyedihkan untuk beri tempat yang sama kepada
bene berharga mahal sebagai kan pengusaha pers dari peng mengakui bahwa setelah se Lapindo sama besarnya den
konsekuensi logis sebuah lem aruh penguasa iklan dan kian tahun merdeka, negeri ini gan kesempatan yang diberi
baga bisnis yang bersaing. pariwara? belumlah terlalu banyak memi kan kepada para korban?
“Masalahnya biasanya Apalagi faktanya, media liki perusahaan media yang Wartawan lewat medianya
muncul ketika di bisnis media yang sehat secara finansial, tak sehat. Jasmani dan rohani. boleh saja membela atau tidak
itu masuk pemodal yang murni seberapa jumlahnya. Yang Sehat secara bisnis dan sehat membela pihakpihak yang
pebisnis. Itungitungannya sehat brankasnya ini pun secara idealis. Sehat kantong bersengketa. Tapi lakukan itu
tentu saja untung atau rugi, bukan tak mungkin tergoda. komersialnya dan sehat wajah dengan dukungan fakta secara
bukan salah benar seperti se ”Maklum, seperti halnya idealnya. apa adanya. Karena pada da
harusnya selalu menjadi nera rocker, pengusaha media juga Ia mengingatkan, godaan sarnya tak ada satu pihak pun
canya jurnalis,” kata Ketua manusia, selalu ingin melipat untuk tidak berlaku subjektif yang suka dibohongi.
StikosaAWS itu. gandakan keuntungan,” selo bukan semata datang karena ”Tak ada pihak yang ingin
Ia mengingatkan, di situlah rohnya. pertimbangan komersial. Ke berlarutlarut dalam seng
masalahnya bermula. Uang, Di sinilah pentingnya pema cenderungan wartawan untuk keta,” katanya. ***

6 EDISI 1 / TAHUN 2008 SOMASI


ESSAI

Pemerintah Pusat & Lapindo rumah dikunci jadi dia ga bisa


kemana-mana. Sekarang,
sukanya ngeluyur terus karena

Mencla-mencle tempat pengungsiannya tidak


ada pintunya”, kata Aini.
Anak pertamanya yang duduk
SUDAH dua tahun Aini harus Lapindo. Seringnya kesepakatan sudah diberikan mereka tidak di SMA berubah semakin nakal.
merasakan penderitaan hidup di tersebut diingkari membuat akan segera pergi dari PBP. Setiap pulang ke tempat
pengungsian. Sejak lumpur mereka lebih hati-hati jika akan Sebelum 20% dibayarkan oleh pengungsian selalu larut malam.
panas Lapindo menengge- melakukan kesepakatan. Lapindo. Karena itu merupakan Tetapi tidak hanya anak Aini saja
lamkan rumahnya 2 tahun lalu, Pengungsi PBP Pagarekontrak bagian dari syarat yang mereka yang berperilaku demikian.
ibu tiga orang anak ini menetap dari awal perjuangannya ajukan. Rata-rata anak korban di PBP
di Pasar Baru Porong (PBP) konsisten untuk menuntut Mereka tidak mau seperti juga sama saja.
bersama dengan ratusan warga relokasi mandiri. Oleh karenanya korban lain yang sudah Kegiatan hari-hari warga
korban lain. Meski begitu, Aini ketika ada tawaran untuk menerima uang kontrak tetapi korban PBP sebagian besar
bersama warga lainnya yang relokasi di perumahan KNV, tidak segera dibayarkan 20%- waktunya dihabiskan untuk
tergabung dalam Pagarekontrak mereka tetap tak bergeming. nya. Bahkan sampai kunjung tidur. Mereka jarang sekali
tidak pernah lelah berjuang Pilihannya untuk relokasi satu tahun, bagian 20% terus membaca koran atau menonton
mendapatkan hak yang mandiri didasarkan atas molor pembayarannya. TV. Karena banyak yang
seharusnya mereka miliki. beberapa pertimbangan. Pitanto Terlebih per I Mei 2008 menganggap media-media
Beberapa kali kesepakatan mengatakan bahwa tidak mudah korban pengungsi PBP tidak lagi menyajikan berita bohong, tidak
untuk menyelesaikan persoalan sesuai fakta, tentang kondisi
korban lumpur antara warga korban lumpur Lapindo.
pemerintah pusat, Lapindo, dan Hanya berita positif yang
korban PBP pernah terjalin. disajikan. Sementara berita
Tetapi, kesepakatan itu selalu negatif tidak pernah diberitakan.
kandas di tengah jalan. Seperti misalnya, ada satu dua
“Pemerintah pusat dan Lapindo orang dalam satu desa yang
sering mencla-mencle”, tandas telah dibayar ganti ruginya.
Aini. Tetapi beritanya seolah-olah
Seperti yang terbaru, warga menginformasikan semua orang
korban ditawari untuk relokasi di dalam desa tersebut sudah
Sukodono. Tetapi, ketika ditanya dibayar.
lokasi tepatnya di mana, pihak ”Mungkin disogok sama
Lapindo tidak mau Lapindo. Tetapi semua saya
Aini Pitanto
menunjukkan tempatnya. belum tahu pasti, namun
Kemudian, tawaran relokasi kemungkinan besar begitu.
di Jati. ”Kita mau saja asal sama- bagi masyarakatnya yang mendapat bantuan makan. Ini Soalnya semua memihak pada
sama memenuhi harga rumah mayoritas petani dan buruh tani membuat hidup mereka sema- Lapindo. Mayoritas warga
yang dulu. Tapi kenyataannya harus menjalani kehidupannya kin sulit dan terjepit. Sekarang korban melihatnya seperti itu”,
dicekik harganya. Hanya di dalam lingkungan perumahan mereka hanya mengandalkan terang Aini.
bangunannya saja yang diganti perkotaan. bantuan sembako yang Sebagai orang yang bekerja di
sedangkan tanahnya tidak”, ujar ”Kehidupan seperti itu paling dikirimkan oleh masyarakat yang Humas Pemkot Surabaya,
Aini. kita hanya bertahan hidup satu peduli dengan mereka. Kusmali mengerti benar bagai-
Kusmali, warga perumtas tiga sampai dua bulan saja. Kalau mana sistem media berjalan. Dia
yang menjadi korban lumpur, bertahun-tahun ya sulit”, terang Media massa memihak Lapindo tidak ingin mengomentari masa-
mengaku dilema dengan Pitanto. Selain itu, pertimbangan Hidup yang dirasakan pun lah tersebut. Tetapi menurutnya,
tawaran yang diberikan. Dia lain adalah korban PBP ingin semakin sulit. Karena sebagian pemberitaan di semua media
sebenarnya menerima tawaran menjadi satu komunitas utuh besar warga korban kehilangan tentang lumpur Lapindo hanya
20% dan replacment di seperti kondisi awal di lingku- mata pencahariannya. Banyak dikeluarkan yang baik-baik saja.
Kahuripan Nirvana Village (KNV). ngannya dulu. Hal itu tidak akan dari mereka yang menjadi Senada dengan Kusmali,
”Saya masih bimbang, karena didapatnya jika menempati KNV. pengangguran. Tidak hanya itu, mmenurut Pitanto, mayoritas
sebenarnya saya mau pindah ke Harapan Pagarekontrak anak-anak di PBP berubah media dalam pemberitaan
Surabaya untuk mendekati sudah bulat untuk mengusung menjadi liar, susah diatur dan korban lumpur Lapindo sudah
lokasi pekerjaan. Tetapi, anak- relokasi mandiri. Jika berjalan suka melawan. tidak independen. Meskipun
anak saya sudah terlanjur lancar, di bulan Agustus ini uang Aini merasakan perubahan masih ada sebagian kecil media
sekolah di Sidoarjo”, ujarnya. kontrak sejumlah Rp 5,5 juta drastis yang terjadi pada anak- yang tetap independen.
Pitanto, wakil ketua akan mereka terima. Uang itu anaknya. Anak ketiganya yang “Kami terbuka saja terhadap
Pagarekontrak, menjelaskan akan mereka kumpulkan duduk di bangku SD kini tak lagi media yang datang di sini. Tetapi
bahwa warganya menerima bersama untuk dibelikan tanah. berprestasi. Padahal kami berpesan agar jangan
semua kesepakatan mulai dari Nantinya, di tanah itulah mereka sebelumnya anaknya menjadi sampai beritanya dipelintir. Ya
awal. Tetapi, ternyata akan membangun sebuah langganan rangking di kelasnya. harus sesuai dengan aslinya,
kesepakatan yang terbentuk perkampungan. ”Dulu kalau sepulang sekolah jangan dicuplik yang baik-baik
diingkari oleh pemerintah dan Namun, meski uang kontrak langsung belajar. Karena pintu saja”, tandas Pitanto. (gnd/dap)

SOMASI EDISI 1 / TAHUN 2008 7


ESSAI

Lumpur Lapindo merendam,


pilunya belumlah sirna
Menantang Ganasnya
Jika panasnya mentari tak lagi
menyengat
Persiapkan hati... persiapkan jiwa
Lumpur Lapindo
Atas segalanya yang bisa terjadi
Porong inilah Wakid berusaha melilit dalam langkah hidupnya.
bukan hanya kesiapan batin
menata kembali kehidupannya, Bapak satu orang anak ini tak putus
Juga ketabahan dalam meskipun derita yang dihadapi semangat.
menghadapinya akibat bencana lumpur terus Akhirnya berkat ajakan Sudirman,
menghantui benaknya. “Saya harus temannya, dia memutuskan menjadi
bangkit dan mulai menata juru parkir di lokasi bencana
SUDAH 2 tahun lebih lumpur kehidupan saya yang baru serta Lapindo. Selama tiga bulan
Lapindo tak pernah berhenti melupakan sejenak perihnya menjalani kehidupan sebagai juru
mengeluarkan isi perut bumi, bencana itu,” tegas lelaki berkumis parkir membuat dirinya semakin
meratakan hampir setengah wilayah itu. tidak bisa merelakan lumpur
Porong menjadi lautan lumpur. Dengan niat dan kesadaran akan Lapindo merenggut kebahagiaannya.
Namun hal itu membuat Abdul keadaannya itu, hatinya bergerak “Kalau saya terus berada di lokasi
Wakid, 48 tahun, salah satu korban untuk segera membuat perubahan itu, saya selalu terbayang-bayang
bencana lumpur Lapindo, tak dalam hidupnya. Abdul Wakid kehidupan saya yang telah lalu,”
menyerah pada nasib yang telah mencari pekerjaan yang baru untuk katanya dengan nada rendah. “Jadi
menimpanya. Bencana itu telah bisa mencukupi kebutuhannya, saya memutuskan untuk tidak lagi
merenggut kehidupannya dalam meskipun tidak bisa sepenuhnya menjadi tukang parkir lagi di sana,”
sekejap saja. Rumah beserta isinya menutupi kebutuhan keluarganya di lanjut Wakid dengan sesekali
yang ditempati selama hampir 34 penampungan. menghisap rokok yang ada di
tahun telah terendam lumpur. Berbekal pengalaman sebagai kuli tangannya.
Kini dia bersama isteri dan bangunan dia mencari pekerjaan Selepas menjadi tukang parkir,
saudaranya, menempati Pasar Baru yang sesuai dengan keahliannya Abdul Wakid menganggur dan tidak
Porong dan tergabung dalam aliansi tersebut. Berbulan-bulan Abdul mempunyai kesibukan untuk mengisi
Pagare Kontrak, persatuan korban Wakid mencari pekerjaan, namun hari-hari yang terus menderanya.
bencana lumpur Lapindo wilayah tak kunjung dia peroleh. Seakan “Tidak ada pekerjaan ya lebih
Reno Kenongo Porong. Di Pasar Baru memang takdir yang kejam terus banyak menganggur, tapi saya tidak
senang bila saya tidak bekerja sama
sekali,” keluhnya.
Tak patah arang, Wakid akhirnya
berjuang kembali mencari pekerjaan
untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya dan keluarganya. Terlebih
lagi sejak bulan Mei, pihak Lapindo
men-stop suplai makanan untuk para
korban. Keadaan itu menjadi sangat
memprihatinkan akan tetapi justru
membuat Wakid menjadi semakin
bersemangat untuk mencari
pekerjaan.

Prayang: Modal sedikit banyak


untungnya
Singkat cerita, pada akhirnya
Wakid bertemu dengan Karyono,
temannya yang juga korban bencana
Lapindo yang menempati Pasar Baru
Porong. “Awalnya saya tidak tahu,
kalau teman saya itu tinggal juga di

8 EDISI 1 / TAHUN 2008 SOMASI


ESSAI
Menurut perhitungan Wakid,
sebagian uang ganti rugi itu akan
digunakan untuk bedol desa
bersama dengan warga Reno
Kenongo yang lain, sesuai dengan
kesepakatan yang telah diambil
bersama. Sedangkan sisanya, akan
digunakan untuk membuat usaha
prayang menjadi lebih besar. “Saya
berharap usaha prayang dapat
membantu korban lain yang
menganggur agar bisa bekerja di
tempat saya,” terangnya.
Tetapi, Wakid buru-buru terdiam
ketika disinggung soal kapan uang
ganti rugi itu akan diberikan? Wakid
penampungan ini, kami ketemu saat Sebuah prayang buatan Wakid mengatakan uang tersebut akan
demo bareng beberapa saat lalu,” dijual dengan harga Rp 250 ribu. diberikan sebelum hari raya idul fitri
terangnya. Sedangkan modal yang dibutuhkan tahun ini, bila tidak maka mereka
Sejak pertemuan dengan Karyono sangat minim, “Hanya butuh sekitar yang berada di Penampungan Pasar
itu, hidup Wakid serasa menemui Rp 40 ribu untuk membeli 2 lonjor Baru Porong terpaksa akan
titik terang. Pasalnya Karyono bambu. Sebuah prayang hanya melangsungkan hari raya untuk
memberi tawaran kepada Wakid membutuhkan 2 hari dalam kedua kalinya di sana. “Saya
untuk membantunya membuat memproduksi,” rincinya. berharap uang ganti rugi itu
Prayang, semacam keramba alat diberikan sebelum hari idul fitri agar
penangkap ikan air tawar yang Memperbesar Usaha Prayang saya bisa merayakannya di kota
terbuat dari bambu. Wakid menyatakan akan Malang bersama keluarga saya yang
Wakid merasa sangat beruntung memperbesar usaha ini setelah lain,” harap Wakid. Tapi bila uang
sekali dengan pekerjaan yang dirinya dan ribuan korban yang itu tak kunjung diberikan, kami akan
didapatkannya itu. Meskipun tergabung dalam aliansi Pagare tetap di sini untuk bertahan
membuat kerajinan prayang Kontrak mendapatkan ganti rugi memperjuangkan hak kami,”
bertolak belakang dengan keah- sebesar 20%, seperti yang di pungkasnya.
liannya sebagai tukang bangunan. janjikan oleh pihak Lapindo. (dap/gnd)
Namun ketekunannya dalam
menggeluti pekerjaan itu secara
tidak langsung membuat suami
Harwati ini sadar akan banyak
keuntungan yang didapatnya atas
usaha barunya itu.
Sudah 7 bulan Wakid menekuni
profesi barunya, ia bahkan sudah
memproduksi alat menangkap ikan
di tambak ikan air tawar. Banyak
sekali perubahan dalam kehidupan-
nya. “Saya lebih bisa melupakan
beban mental yang saya derita,
karena kerajinan ini membuat saya
sabar, kalau tidak sabar maka
prayang tidak akan jadi-jadi,”
paparnya.
Dari segi keuntungan Wakid
mengaku tidak ada masalah.
“Pokoknya alhamdullilah cukup-lah
saya rasa dengan hasil segitu,”
jelasnya.

SOMASI EDISI 1 / TAHUN 2008 9


POTRET
Andai saja lumpur Lapindo tidak
melumat kawasan Kami. Barangkali
pemandangan gunung
Penanggungan-Welirang-Arjuna
menjadi panorama cantik di
kawasan Porong. Tetapi, kehidupan
Kami yang sebelumnya penuh
dengan harmonisasi di
perkampungan sekitar Porong
menjadi sirna. Ironisnya, itu pun
serta-merta melenyapkan kultur
dan adat setempat Kami, sekaligus
menghilangkan cita-cita serta
harapan masa depan masyarakat
setempat.

Dua tahun berlalu, warga korban


lumpur Lapindo berjuang dan
menanti datangnya bantuan,serta
mungkin saja rasa iba dari orang
lain. Berharap kepada pemerintah
pusat dan rasa kemanusiaan dari PT
Lapindo Minarak Jaya, rasanya
seperti meminta pada seonggok
batu.

Sekarang rumah-rumah Kami sudah


mirip pekuburan. Tembok-tembok
rumah Kami yang dulu kokoh, kini
runtuh ibarat batu-batu nisan. Kami
memang sudah mati. Harapan Kami
hanya terbayang di pelupuk mata.
Masa depan Kami tak lagi seindah
dongeng yang diceritakan kepada
Kami sebagai pengantar tidur.

10 EDISI 1 / TAHUN 2008 SOMASI


POTRET

Kami tidur beralaskan tikar. Kami bertahan


hidup hanya dari tiap helaan nafas. Kami pun
tak berani bermimpi indah, karena
kenyataan hidup Kami jauh lebih buruk.

Saat pagi menyapa, air mata Kami sering


menetes melihat anak-anak Kami tak lagi
bisa bersekolah. Mereka memang masih
bisa tersenyum, tapi siapa yang berani
menjamin masa depan mereka.

Jika ini memang disebut sebagai roda


kehidupan, sampai kapan roda hidup Kami
berada di atas?

SOMASI EDISI 1 / TAHUN 2008 11


SANA-SINI  NUMPAK TAKSI
Muntiyadi mari mulih jogo kiro-kiro jam rolas bengi.
 WEDI KARO BOJO Embong wis suepi, gak onok bemo sing lewat, ojek yo gak onok.
Mari pegatan Muntiyadi terus rujukan Muntiyadi malih merinding disko opo maneh ketepakan saiki malem Jum’at kliwon.
maneh karo romlah. Mari ngenteni sui, akhire onok taksi liwat, waduh lumayan pikire.
Masalahe Muntiyadi cinta pol karo Mari mlebu taksi lungguh ndhik mburi, Muntiyadi terus ngandani supir taksine njaluk
romlah. diterno mulih nang Wiyung.
Kapanane ndek kesatuanne muntiyadi, Mergo kekeselen, gak sui Muntiyadi langsung keturon pules.
tentara diperintah baris. Pas enak-enak turu, Muntiyadi moro-moro keroso taksine kok tambah alon.
Tapi komandan njaluk barisane dibagi Bareng didelok ndadak supir taksine wis gak onok, tibake montore mlaku dhewe.
loro. Muntiyadi tambah gemeter pas ndhelok tibake taksine lagi ngeliwati kuburan.
Barisan sing pertama tentara sing wedi Mergo gak kuat nahan wedi, Mutiyadi bengok-bengok ambek kepuyuh-puyuh
karo bojone. “Tolong !!. . .tolong !!”.
Barisan sing kedua tentara sing gak wedi Moro-moro seko jendelone taksi, onok endhase supir taksi njengongok.
karo bojone. Muntiyadi tambah pucet gak karuan, tibake supir taksine ngomong ngene.
Pas komandan ngecek barisan. “Hee cak... ojok turu ae... Ewangono nyurung, montore mogok iki lho...” ☺
Barisan sing pertama akeh pol…
Barisan sing kedua cuman siji yo Ndelok bojone giras ngono, Muntiyadi suntik racun”
muntiyadi tambah semuangat. Mari ngitung semongkone sing mateng,
Komandanne takok nang muntiyadi : Wis oleh rong ronde, akhire arek loro kabeh onok limolas, Bunali mulih.
Opo’o peno kok gak wedi karo bojo. iku nggeblak ceblok ndhik suket. Sisuke Bunali nyambangi kebone
“Lho aku iki ndek barisan kedua, “Waduh dik, awakmu kok cik girase “ maneh, pas di ijir semongkone sik pancet
dikongkon karo bojoku” Jare muntiyadi. jare Muntiyadi. limolas.
“Iyo cak, limang taun kepungkur, pager “Wah tibake malinge gocik, tak bujuki
 NOSTALGIA wesine gak onok setrume. .” ambek pengumuman ae wis wedhi “ pikire
Pas wayahe bulan purnama, Muntiyadi Bunali.
ngejak Romlah ngelencer nostalgia numpak  SEMONGKO Mari ngono Bunali ndhelok papan
bronpit. Bunali lagi pusing soale kebon semong- pengumumane ambruk, wah paling ketiup
Mari ngono, arek loro iku tekan mburine kone ben bengi dijarahi wong, padahal lagi angin, pikire Bunali maneh.
pabrik paku. wayahe panen. Pas diwalik, tibake papan pengumuma-
“Dik, yok opo lek awake dhewe mbaleni Wis diakali macem-macem sik pancet ae ne ditambahi tulisan ambek malinge,
lakon limang tau kepungkur pas pacaran akeh sing ilang. “Awas !!! saiki onok loro”.
biyen ?” jare Muntiyadi. Jarene wong sing nyolong iku
“Iyo cak, setuju.” jare Romlah. Wonokairun, tapi Bunali gak wani nangkep.  WEDHUS
Mari ngono, Romlah dilungguhno ndhik Akhire Bunali nemokno cara cik malinge Bunali pethuk Wonokairun lagi angon
pager wesi mburine pabrik paku iku. kapok. wedhus.
Terus ambek Muntiyadi, Romlah dijak Sore-sore sak durunge mulih, Bunali “Mbah, waduh wedhus sampeyan akeh
indehoi koyok jamane pas pacaran biyen. masang papan peringatan sing onok yo?” jare Bunali
Moro-moro, Romlah lunjak-lunjak tulisane ngene, “Awas !!! Ati-ati lek arep “Yo lumayan “ jare si Mbah
ambek awake horeg kabeh. nyolong. Salah siji semongkoku iki wis tak “Pira kabehe, Mbah ?” takone Bunali
“Sing putih opo sing ireng ?”
“Sing putih, wis”
 BAJAK LAUT
“Selawe”‘
Muntiyadi pethuk ambek Gempil koncone sing dines ndhik angkatan darat. Tibake
“Wik, cik akehe. Lha sing ireng?’“
Gempil iku saiki sikile sing kiwo yo dingklang pisan, ambek tangane sing tengen tibake yo
“Podho...” jare Wonokairun ambek
tughel digenti cathoke bakul beras.
ngarit suket
Sing luwih nemen maneh, motone gempil kari sing kiwo. Moto sing tengen wis
Bunali takon maneh.
cumplung ditutupi kain ireng malih koyok bajak laut.
“Mangan sukete yo akeh pisan, Mbah..”
“Lho Mun, sikilmu opoko ? “ takok Gempil.
“Yo..”
Mari ngono Muntiyadi cerito pengalamane kijolan sikile wong wedhok.
“Pirang kilo mangane sakdino ?”
“Lha awakmu opoko kok mreteli pisan?” Muntiyadi genti takok nang Gempil .
“Sing putih opo sing ireng ?”
“Pas aku patroli nang Aceh, sikilku ngincak granat, langsung puthul. Pas iku onoke
‘Sing ireng, wis’
sikile sapi, berhubung aku gak gelem, akhire yo ngene sikilku dhadhi mek sithok”.
“Yo kiro-kiro limang kiloan”
“Waduh cik apese nasipmu, lha tanganmu opoko kok digenti cathoke beras?” takok
“Lha sing putih?”
Muntiyadi maneh.
“Podho . . .”
“Mari sikilku tughel iku mau, aku dirawat ndhik barak. Moro-moro barakku dibom
Bunali bingung, laopo lek ditakoni kok
ambek mungsuh, kenek tanganku, langsung tughel.
kudu mbedakno sing putih tah ireng, wong
Pas iku onoke cathoke beras, timbangane gak onok blas, akhire aku gelem. “ jarene
jawabane yo podho ae.
Gempil maneh.
“Mbah, opo’o lek tak takoni perkara
“Wah kayal thok kon iku, lha motomu opoko kok cumplung pisan? Kelilipen granat
wedusmu, sampeyan mesti leren takon sing
tah ?” takok Muntiyadi maneh.
putih tah sing ireng barang. Padahal masiyo
“Oo iku seje ceritone. Enak-enak cangkruk nyeritakno pengalamanku iku mau, moro-
putih utawa ireng, jawabanmu podho terus.
moro onok manuk nembeleki mripatku “. jare Gempil.
Sakjane ngono onok opo?”
“Wah kon iku tambah ngawur thok ae, lha mosok ditembeleki manuk isok motone
“Ngene lho, sing putih iku wehusku...”
cumplung”. Muntiyadi mulai gak percoyo. “Lho iku dudu mergo tembelek manuk” jare
“Lha sing ireng ?”
Gempil. “Lho opoko ?” takok Muntiyadi.
“Podho .....” ☺
“Iku pas dino pertama aku nggawe cathok beras”. ☺

12 EDISI 1 / TAHUN 2008 SOMASI

Anda mungkin juga menyukai