Anda di halaman 1dari 3

BAB II PEMBAHASAN A.

Pengertian Muktazilah Secara etimologi kata mutazilah diambil dari bahasa Arab yaitu uata nakhasimem itrareb gnay atak halada aynilsa gnay menyingkirakan. Menurut Ahmad Warson, kata azala dan azzala mempunyai arti yang sama dengan kata asalnya. Arti yang sama juga akan kita temui di munjid, 1 meskipun ia menambahkan satu arti yaitu mengusir .Dalam kamus munawir juga 2 diartikan memisahakan, menyingkirkan atau menjaauihi sesuatu . Kata-kata lA malad -quran diulang sebanyak sepuluh kali yang kesemuanya mempunyai arti al-ibtiad ani al syai-i: menjauhi sesuatu seperi dalam surat berikut: Artinya: Tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamu maka Allah idak memberi jalan bagimu (untuk melawan dan membunuh) mereka. (QS.An-Nisa:90) Penambahan huruf hamzah dan huruf ta pada kata Itazala adalah untuk menunjukkan hubungan sebab akibat yang dalam ilmu sharf disebut dengan muthawaah, yang berarti terpisah, tersingkir atau terusir. Maka bentuk pelaku yaitu al-mutazilah berarti orang yang terpisah, tersingkir atau terusir. Kenapa Hasan Bashri mengatakan Itazala anna washil bukan dengan inazala anna Washil, ini karena konotasi yang kedua menunjukakkan perpisahan secara menyeluruh, sedangkan Washil memang hanya terpisah hanya dari pengajian gurunya, sedangkan mereka tetap menjalin silaturrahmi hingga gurunya wafat. Dan Pengertian Muktazilah secara Termonilogi adalah sebagai berikut : Mutazilah adalah golongan yang timbul pada masa Utsman bin Affan yang tidak memihak salah satu dari pihak utsman atau lawannya. Mereka juga golongan yang tidak mau membaiat Utsman ketika diangkat. Pendapat ini dikatakan oleh Ahmad Amin. Sedangkan menurut Ali Musthafa adalah golongan yang muncul pada masa Hasan Bashri yang dipimpin oleh Washil bin Atho. Pendapat lain mengatakan bahwa mutazilah adalah golongan yang menganut freewill yang menganggap ahl sunnah dan khawarij salah. Tetapi apa yang kita pelajari bukanlah golongan yang timbul pada masa Utsman, bukan pula golongan yang hanya membahas perbuatan manusia tetapi lebih luas dan besar dari itu. Setelah kita mempelajari mutazilah, sejarah dan ajarannya kita akan melihat bahwa sebagian besar sejarawan setuju berbagai hal tentang mutazilah
1

1. mutazilah adalah aliran kalam. 2. dipimpin oleh Washil bin Atho pada awalnya. 3. lahir pada masa Daulah Bani umayyah. 4. mempunyai lima ajaran dasar. Jadi dapat kita simpulkan bahwa mutazilah adalah aliran teologi yang muncul pada masa Bani Umyyah berkisar antara 115-110 H, dipimpin oleh Washil bin Atho. Yang menganut lima ajaran dasar. B. Sebab Munculnya Muktazilah Munculnya golongan atau kelompok Mutazilah. Munculnya aliran mutazilah oleh para kelompok pemuja dan aliran mutazilah tersebut muncul di kota Bashrah (Iraq) pada abad ke 2 Hijriyah, tahun 105 110 H, tepatnya pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik Bin Marwan dan khalifah Hisyam Bin Abdul Malik. Pelopornya adalah seorang penduduk Bashrah mantan murid AlHasan Al-Bashri yang bernama Washil bin Atha Al-Makhzumi Al-Ghozzal, kemunculan ini adalah karena Wasil bin Atha' berpendapat bahwa muslim berdosa besar bukan mukmin dan bukan kafir yang berarti ia fasik. Imam Hasan al-Bashri berpendapat mukmin berdosa besar masih berstatus mukmin. Inilah awal kemunculan paham ini dikarenakan perselisihan tersebut antar murid dan 3 Guru, dan akhirnya golongan mutazilah pun dinisbahkan kepadanya. Sehingga kelompok Mutazilah semakin berkembang dengan sekian banyak sektenya. kemudian para dedengkot mereka mendalami buku-buku filsafat yang banyak tersebar di masa khalifah Al-Makmun. Maka sejak saat itulah manhaj mereka benar-benar diwarnai oleh manhaj ahli kalam (yang berorientasi pada akal dan mencampakkan dalil-dalil dari Al Quran dan As Sunnah). Secara harfiah kata Mutazilah berasal dari Itazala yang berarti berisah atau memisahkan diri, yang berarti juga menjauh atau menjauhkan diri secara teknis, istilah Mutazilah menunjuk ada dua golongan. Golongan pertama, (disebut Mutazilah I) muncul sebagai respon politik murni. Golongan ini tumbuh sebahai kaum netral politik, khususnya dalam arti bersikap lunak dalam menangani pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dan lawan-lawannya, terutama Muawiyah, Aisyah, dan Abdullah bin Zubair. Golongan inilah yang mula-mula disebut kaum Mutazilah karena mereka menjauhkan diri dari pertikaian masalah khilafah. Kelompok ini bersifat netral politik tanpa stigma teologis seperti yang ada pada kaum Mutazilah yang 4 tumbuh dikemudian hari . Golongan kedua, (disebut Mutazilah II) muncul sebagai respon persoalan teologis yang berkembang di kalangan Khawarij dan Murjiah akibat 5 adanya peristiwa tahkim . Golongan ini muncul karena mereka berbeda pendapat dengan golongan Khawarij dan Murjiah tentang pemberian status kafir
3 Muin, M. Taib Thahir Abdul. 1964. Ilmu Kalam. Widjaya. Jakarta. 4 Nurcholis Majid, Islam Doktrin dan Peradaban, Yayasan Wakaf Paradigma, Jakarta. 1995. Cet II, hlm. 17. 5 Peristiwa Tahkim sendiri secara lebih khusus diartikan sebagai persetujuan antara pihak Saidina Ali dengan Muawiyah yang berselisih dalam menerima keputusan secara adil dalam perselisihan mereka. Pihak Ali yang diwakili Musa al-Asari dan pihak Muawiyah diwakili Amr ibn Ash.

Rojak Abdul, Anwar Rosihon. ilmu kalam. 2006. CV Pustaka Setia, Bandung. 2 A.W. Munawir, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia(Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997), hal.927.

kepada yang berbuat dosa besar. Mutazilah II inilah yang akan dikaji dalam bab 6 ini yang sejarah kemunculannya memiliki banyak versi. C. Tokoh dan Ajaran Muktaazilah Tokoh aliran Mutazilah banyak jumlahnya dan masing -masing mempunyai pikiran dan ajaran sendiri yang berbeda dengan tokoh-tokoh sebelumnya atau tokoh-tokoh pada masanya, sehingga masing-masing tokoh mempunyai aliran sendiri. Dari segi geograf is, aliran Mutazilah dibagi menjadi dua, yaitu aliran Mutazilah Basrah dan aliran Mutazilah Baghdad. Aliran Mutazilah Basrah lebih dahulu munculnya, lebih banyak mempunyai 7 kepribadian sendiri dan yang pertama-tama mendirikan aliran Mutazilah. Perbedaan antara kedua aliran Mutazilah tersebut pada umumnya disebabkan karena situasi geografis dan kulturil. Kota Basrah lebih dahulu didirikan daripada kota Baghdad, dan lebih dahulu mengenal perpaduan aneka ragam kebudayaan dan agama. Dalam pada itu, meskipun Baghdad kota terbelakang didirikan, namun menjadi ibukota khilafat Abbasiyah. Menurut Ahmad Amin sebagaimana yang ditulis oleh A. Hanafi bahwa pengaruh filsafat Yunani pada aliran Mutazilah Baghdad lebih nampak, karena adanya kegiatan penerjemahan buku-buku filsafat di Baghdad, dan juga karena istana khalifah-khfalifah Abbasiyah di Baghdad menjadi tempat pertemuan ulama-ulama Islam dengan ahli-ahli pikir golongan lain. Aliran Basrah lebih banyak menekankan segi-segi teori dan keilmuan, sedang aliran Baghdad sebaliknya, lebih menekankan segi pelaksanaan ajaran Mutazilah dan banyak terpengaruh oleh kekuasaan khalifah-khalifah. Aliran Baghdad banyak mengambil soal-soal yang telah dibahas aliran Basrah, kemudian diperluas 8 pembahasannya . Tokoh-tokoh aliran Basrah: al Washil bin Atho, al Allaf, An Nazzham dan Jubbai. Tohoh-tokoh aliran Baghdad antara lain : Bisyr bin al Mutamir, al Khayyat. Kemudian pada masa-masa berikutnya lagi ialah Qadhi Abdul Jabar dan az Zamakhsyari. Uraian berikut ini didasarkan atas urut-urutan geografis . dan kronologis 1. Washil bin Atha (699-748 M) Nama lengkapnya Washil bin Atha al Ghazzal, ia terkenal sebagai pendiri aliran Mutazilah yang pertama dan peletak lima besar ajaran Mutazilah 2. Abu Huzail al Allaf (226 H/841 M) Abu Huzzail al Allaf adalah pendiri yang sebenarnya bagi aliran Mutazilah. Ia mengembangkan pandangan-pandangan Mutazilah dan meramunya dengan informasi-informasi baru. Atas prakarsanya, tidak sedikit lahir tokoh besar Mutazilah. Ia dilahirkan di Basrah dan lama berdomisili di kota ini. Al Allaf pernah diundang ke Baghdad untuk beberapa waktu, ia diberi umur panjang, hidup sekitar 100 tahun lamanya.
6 Hanafi A,. 1980. Pengantar Theology Islam. Pustaka Al Husna. Jakarta. 7 Abbar, Siradjuddin. 1980. Itiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Pustaka Tarbiyah. Jakarta. 8 Nasir, Sahilun A,. 1996. Pengantar Ilmu Kalam. Edisi Pertama. Cetakan Ketiga. PT Raja Grafindo. Jakarta.

3.

4.

5.

Hidup sezaman dengan gerakan penerjemahan Islam yang terbesar. Berhubungan dengan kebudayaan asing. Kelebihan al Allaf ialah karena punya pengetahuan luas, pemikiran mendalam, lisan fasih, argumentasi yang kuat, dan Pendebat aliran dualisme dan rafidah. Seringkali dalam perdebatan al Allaf berhasil membungkam lawannya. Ia begitu terampil dalam diskusi-diskusinya hingga mampu mematahkan (argumentasi) lawan, bahkan berhasil menarik kaum penentang untuk memeluk Islam. Al Allaf menulis dan mengarang banyak buku, sayangnya kira-kira itu tidak diselamatkan dan musnah dimakan zaman, yang dalam masalah ini ia sampai pada sejumlah pandangan yang keras dan aneh, sehingga menjadi topik kritik pro dan kontra. Al Allaf merupakan orang pertama dari kalangan kaum muslimim yang serius terjun menggeluti problematika ketuhanan, yang dibalut dengan label filosofis. Al Nazzam (231 H/ 845 M) Al Nazzam adalah filosof pertama dari kalangan Mutazilah yang paling mendalam pikirannya. Paling berani, paling banyak berfikir merdeka di samping orisinil pendapatnya di antara mereka. Al Nazzam adalah anak saudara perempuan al Allaf dan muridnya sekaligus. Belajar kepadanya kemudian memberontak dan berfikir merdeka. Al Nazzam sejalan dengan al Allaf dalam hal keluasan cakrawala, kefasihan lisan dan kekuatan berargumentasi. Ia dilahirkan dan dibesarkan di Basrah, kemudian mengembara di pusat-pusat peradaban Islam kemudian ia berdomisili di Baghdad. Ia tidak diberi umur panjang seperti gurunya alAllaf . Di antara pendapat yang kuat mengatakan bahwa ia meninggal pada usia 60-70 tahun. Berkat kecerdasannya ia mampu menguasai dan mengkritik teoriteori yang berkembang di sekitarnya, dan membawa kesimpulan baru. Abu Hasyim al Jubbai (321 H/ 932 M) Al Jubbai adalah tokoh besar terakhir dari kalangan Mutazilah. Ia dilahirkan dan dibesarkan di Basrah. Ia belajar kepada ayahnya, kemudian memisahkan diri darinya, berbeda pendapat dengannya lalu mendirikan kelompok khusus. Ia hidup sezaman dengan al Farabi dan sebagian kaum paripatetik Arab dan terpengaruh mereka . Teorinya tentang al Ahwal (kondisi-konsisi), merupakan saksi terbaik yang membuktikan anggapan itu. Al Jubbai berusaha untuk menolak sebagian teori kosmologi yang dikemukan oleh Aristoteles. Bisyr bin Al Mutamir (226 H/ 840 M) Ia adalah pendiri aliran Mutazilah di Baghdad. Pandangan-pandangannya mengenai kesusasteraan, sebagaimana yang banyak dikutip oleh al Jahiz dalam bukunya al Bayan wa al Tabyin, menimbulkan dugaan bahwa dia adalah orang yang pertama-tama mengadakan ilmu Balaghah. Beberapa pendapatnya tentang paham Mutazilah hanya sedikit saja yang sampai kepada kita. Ia adalah orang-orang yang pertama mengemukakan soal tawallud (reproduction) yang boleh dimaksudkan untuk mencari batas-batas pertanggung jawab manusia atas perbuatannya.

Di antara murid-muridnya yang besar pengaruhnya dalam penyebaran paham-paham ke-Mutazilahan di Baghdad ialah Abu Musa al Mudar, Tsumamah bin al Asyras dan Ahmad bin Fuad. 6. Al Khayyat (303 H/ 925 M) Ia adalah Abu Husein al Khayyat, termasuk tokoh Mutazilah Baghdad dan pengarang buku al Intisar yang dimaksudkan untuk membela aliran Mutazilah dari serangan Ibnu al Rawandi. Ia hidup pada masa kemunduran aliran Mutazilah. 7. Al Qadhi Abdul Jabbar (1024 M di Ray) Ia juga hidup pada masa kemunduran aliran Mutazilah. Ia diang kat menjadi kepala hakim (qadhi al qudhat) oleh Ibnu Abad. Di antara karangan-karangannya ialah ulasan tentang pokok-pokok ajaran aliran Mutazilah terdiri dari beberapa jilid, dan banyak dikutip oleh as Syarif al Murtadha. Buku tersebut sedang dalam penerbitan di Kairo dengan nama al Mughni. 8. Az Zamakhsyari (467-538 H/ 1075-1144 M) Namanya Jaar Allah Abul Qasim Muhammad bin Umar, kelahiran Zamakhsyar, sebuah dusun di negeri Khawarazm (sebelah selatan lautan Qazwen), Iran. Sebutan Jaarullah yang berarti tetangga Tuhan, dipakainya karena ia lama tinggal di Mekah dan bertempat di sebuah rumah dekat Kabah. Selama hidupnya ia banyak mengadakan perlawatan, dari negeri kelahirannya menuju Baghdad, kemudian ke Mekkah untuk bertempat di sana beberapa tahun lamanya dan akhirnya ke Jurjan (Persi-Iran) dan di sana ia menghembuskan nafasnya yang penghabisan. Pada diri al Zamakhsyari sekumpulan karya alran Mutazilah selama kurang lebih empat abad. Ia menjadi tokoh dalam ilmu tafsir, nahwu (grammatika) dan paramasastera (lexicology) seperti yang dapat kita lihat dalam tafsirnya al Kassyaf dan kitab-kitab lainnya, seperti al Fa-iq, Assaul Balaghahdan al Mufassal. Ia dengan terang-terangan menonjolkan paham ke-Mutazilahannya dengan dituliskan dalam buku-bukunya, serta dikemukakannya dalam pertemuan-pertemuan keilmuan. Dalam tafsirnya al Kassyaf, ia telah berusaha sekuatnya untuk menafsirkan ayat-ayat al Quran berdasarkan ajaran-ajaran Mutazilah, terutama lima prinsip, yaitu Tauhid, Keadilan, Janji dan Ancaman, Tempat di antara dua tempat dan Amar Maruf Nahi Munkar. D. Ajaran-ajaran Mutazilah 1) Al Tauhid Tuhan dalam paham Mutazilah betul-betul Esa dan tidak ada sesuatu yang serupa denganNya. Ia menolak paham anthromorpisme (paham yang menggambarkan Tuhannya serupa dengan makhlukNya) dan juga menolak paham beatic vision (Tuhan dapat dilihat dengan mata kepala) untuk menjaga kemurnian Kemahaesaan Tuhan, Mutazilah menolak sifat-sifat Tuhan yang mempunyai wujud sendiri di luar Zat Tuhan. Hal ini tidak berarti Tuhan tak diberi sifat, tetapi sifat-sifat itu tak

terpisah dari ZatNya. Mutazilah membagi sifat Tuhan kepada dua golongan : a. Sifat-sifat yang merupakan esensi Tuhan, disebut sifat dzatiyah, seperti al Wujud - al Qadim al Hayy dan lain sebagainya b. Sifat-sifat yang merupakan perbuatan Tuhan, disebut juga dengan sifat filiyah yang mengandung arti hubungan antara Tuhan dengan makhlukNya, seperti al Iradah Kalam al Adl, dan lain-lain. 2) Al Adl Paham keadilan dimaksudkan untuk mensucikan Tuhan dari perbuatanNya. Hanya Tuhan lah yang berbuat adil, karena Tuhan tidak akan berbuat zalim, bahkan semua perbuatan Tuhan adalah baik. Untuk mengekspresikan kebaikan Tuhan, Mutazilah mengatakan bahwa w ajib bagi Tuhan mendatangkan yang baik dan terbaik bagi manusia. Dari sini lah muncul paham al Shalah wa al Aslah yakni paham Lutf atau rahmat Tuhan. Tuhan wajib mencurahkan lutf bagi manusia, misalnya mengirim Nabi dan Rasul untuk membawa petunjuk bagi manusia. Keadilan Tuhan menuntut kebebasan bagi manusia karena tidak ada artinya syariah dan pengutusan para Nabi dan Rasul kepada yang tidak mempunyai kebebasan. Karena itu dalam pandangan Mutazilah, manusia bebas menentukan perbuatannya. 3) Al Wad wa al Waid (Janji dan Ancaman) Ajaran ini merupakan kelanjutan dari keadilan Tuhan, Tuhan tidak disebut adil jika ia tidak memberi pahala kepada orang yang berbuat baik dan menghukum orang yang berbuat buruk, karena itulah yang dijanjikan oleh Tuhan. QS. Al Zalzalah ayat 7-8. 4) Manzilah Baina Manzilatain (Posisi di antara dua tempat) Posisi menengah dalam ajaran Mutazilah di tempati oleh orang orang Islam yang berbuat dosa besar. Pembuat dosa besar bukan kafir karena masih percaya kepada Tuhan dan Nabi Muhammad saw, tetapi tidak juga dapat dikatakan mukmin karena imannya tidak lagi sempurna, maka inilah sebenarnya keadilan (menempatkan sesuatu pada tempatnya), akan tetapi di akhirat hanya ada syurga dan neraka, maka tempat bagi orang-orang yang berbuat dosa adalah di neraka, hanya saja tidak sama dengan orang-orang kafir sebab Tuhan tidak adil jika siksaannya sama dengan orang kafir. Jadi lebih ringan dari orang kafir 5) Amar Maruf , Nahi Munkar. Perintah berbuat baik dan mencegah kemungkaran adalah suatu kebajikan bagi semua umat Islam. Seruan amar maruf nahi munkar bisa dilakukan dengan hati, tetapi jika memungkinkan dapat dilakukan dengan seruan bahkan dengan tangan dan pedang.

Anda mungkin juga menyukai