Anda di halaman 1dari 37

TANAH DAN BATUAN

oleh:
Tanah dan Batuan
Komposisi Tanah
Klasifikasi Tanah
Konsep Tegangan Efektif
Aliran Air Tanah
Pertambahan Tegangan
Penurunan Tanah
Pemadatan Tanah
Untuk maksud teknis tanah dapat
didefinisikan sebagai "bahan yang belum
terkonsolidasi di atas batuan padat (solid)".


Tanah merupakan produk sampingan
deposit akibat pelapukan batuan kerak
bumi dan/atau batuan yang tersingkap
dalam matriks tanah.
PEMBENTUKAN DEPOSIT TANAH
PENDAHULUAN:
PEMBENTUKAN DEPOSIT TANAH
- Secara teori bumi terbentuk
sekitar 4,5 milyar tahun yang
lalu dari suatu bola api berpijar
yang terdiri dari gas kosmis
dan debu angkasa luar.

- Mendinginnya massa ini
membentuk atmosfer,
hidrosfer, dan litosfer.

- Atmosfer adalah selubung gas
yang mengelilingi hidrosfer
atau zona air (seperti lautan,
danau), dan litosfer, atau kerak
bumi dan massa bagian dalam.
BUMI:
PEMBENTUKAN DEPOSIT TANAH
- Kerak bumi terdiri dari batuan dan batuan yang mengalami
pelapukan (tanah) dan dianggap mempunyai tebal 10 sampai 15
kilometer atau lebih

- Unsur-unsur yang membentuk kerak bumi:
Unsur Simbol % Berat % Volume
Oksigen
Silikon
Aluminium
Besi
Magnesium
Kalsium
Sodium
Potasium
O
Si
Al
Fe
Mg
Ca
Na
K
46.6
27.7
8.1
5.0
2.1
3.6
2.8
1.8
93.8
0.9
0.5
0.4
0.3
1.0
1.3
1.8
PEMBENTUKAN DEPOSIT TANAH
Unsur-unsur di atas jarang yang berdiri sendiri dan biasanya terjadi dalam
bentuk kombinasi yang disebut mineral:

berlanjut
Mineral % perkiraan
Felspar
Ortoklas [K(Al)Si
3
O
8
] merah jambu, putih, dan kelabu
Plagioklas [Na(Al) Si
3
O
8
] putih, kelabu, hijau, merah, dan
dapat mengandung Ca sebagai ganti Na

Kuarsa (SiO
2
, atau silikon dioksida)

Mineral-mineral lempung dan mika
Muskovit [K(Al
2
)SiO
3
Al(O
10
)(OH)
2
] mineral berwarna
terang
Biotit [K
2
(Mg, Fe)
6
(SiAl)
8
O
2
(OH)
4
berwarna hitam, coklat,
atau hijau

Kalsit (sebagai CaCO
3
) atau dolomit [sebagai CaMg(CO
3
)
2
]
30




28

18





9
PEMBENTUKAN DEPOSIT TANAH
lanjutan
Mineral % perkiraan
Oksida besi
Hematit (Fe
2
O
3
) bayangan merah
Limonit (2Fe
2
O
3
3H
2
O) berbagai bayangan kuning

Piroxin dan amfibol
Piroxin kalsium, magnesium, besi, dan aluminium silikat
Amfibol (horn blende) sodium, kalsium, magnesium, besi,
dan aluminium silikat

Lain-lain, meliputi
Kaolinit (lempung) hidro aluminium silikat [Al
2
Si
2
O
5
(OH)
4
]
sebagai hasil sampingan utama pelapukan felspar
Olivin (berwarna kehijauan) magnesium, silikat besi
[(MgFe)
2
SiO
4
]
4



1




10
SIKLUS BATUAN DAN TANAH
Para ahli geologi mengklasifikasikan batuan dalam tiga kelompok dasar:
1. Beku (igneous),
2. Sedimen (sedimentary)
3. Metamorf (metamorphic)

Batuan merupakan campuran dari berbagai mireral dan senyawa, dan komposisinya sangat
bervariasi.
Batu-gamping (limestone) misalnya, terutama berupa kalsit, sedangkan granit mengandung
felspar, kuarsa, dan magnesium besi dalam jumlah yang bervariasi.

Tanah terbentuk akibat lapukan yang terjadi pada batuan
Pada mulanya proses pelapukan terjadi pada batuan beku dan/atau deposit mineral yang
tercurah yang terbentuk selama proses pendinginan batuan yang pijar tadi. Gravitasi
melalui penggelinciran dan rangkak, yang menggerakkan air sebagai aliran permukaan,
atau aksi dari angin dan es dapat mengangkut produk sampingan batuan lapuk ini ke lokasi
yang baru, yang menghasilkan sedimen, atau deposit tanah yang ditransportasikan.

Apabila gerakan kerak bumi ini mengakibatkan bertambahnya tekanan akibat berat tanah di
atasnya dan panas lewat redaman energi dan lewat celah-celah di dalam kerak bumi yang
memungkinkan magma cair mengalir, beberapa batuan sedimen (dan beberapa batuan
beku) bermetamorfosa menjadi batuan metamorf. Gerakan kerak bumi selanjutnya telah
menyingkapkan lagi batuan tersebut sehingga mengalami pelapukan kembali, dan dalam
beberapa kasus yaitu pada kedalaman dan kondisi geologi yang sesuai, telah mengubah
kembali batuan tadi menjadi magma cair, dan siklus tadi diulangi kembali.
SIKLUS BATUAN DAN TANAH
Batuan
beku
Sedimen
pasir,
kerikil,
lumpur
Batuan
sedimen
Batuan
meta-
morf
Panas,
tekanan,
larutan
p
e
l
a
p
u
k
a
n

panas, tekanan,
& larutan
How Rocks Are Formed
How Sedimentary Rock Is
Formed
How Metamorphic Rock Is
Formed
How Igneous Rock Is Formed






For thousands, even millions of
years, little pieces of our earth
have been eroded broken down
and worn away by wind and water.
These little bits of our earth are
washed downstream where they
settle to the bottom of the rivers,
lakes, and oceans. Layer after
layer of eroded earth is deposited
on top of each. These layers are
pressed down more and more
through time, until the bottom
layers slowly turn into rock.

Metamorphic rocks are rocks that
have 'morphed' into another kind
of rock. These rocks were once
igneous or sedimentary rocks.
How do sedimentary and igneous
rocks change? The rocks are under
tons and tons of pressure, which
fosters heat build up, and this causes
them to change. If you exam
metamorphic rock samples closely,
you'll discover how flattened some
of the grains in the rock are.

Igneous rocks are called fire rocks
and are formed either underground
or above ground. Underground,
they are formed when the melted
rock, called magma, deep within
the earth becomes trapped in small
pockets. As these pockets of magma
cool slowly underground, the magma
becomes igneous rocks. Igneous
rocks are also formed when
volcanoes erupt, causing the magma
to rise above the earth's surface.
When magma appears above the
earth, it is called lava. Igneous rocks
are formed as the lava cools above
ground.


SIKLUS BATUAN DAN TANAH
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk akibat mendinginnya magma cair.
Pada saat penyesuaian tegangan secara periodik mengakibatkan retakan dan
patahan pada kerak batuan itu. Magma akan keluar melalui retakan dan patahan
tersebut, baik hanya sebagian saja (menghasilkan mata air panas dan geiser untuk
kondisi-kondisi tertentu) maupun seluruhnya sampai ke permukaan (membentuk
gunung). Aliran yang terputus dan tidak sampai ke permukaan bumi akan mengalir
ke dalam kerak bumi dan membentuk batuan intrusif atau batuan plutonik




BATUAN BEKU (IGNEOUS ROCK):
SIKLUS BATUAN DAN TANAH
Batuan beku diklasifikasikan menurut tekstur, komposisi, warna, dan sumbernya.
Beberapa batuan beku adalah:



BATUAN BEKU (IGNEOUS ROCK):
Batuan kasar: Granit - warna terang
Diorit warna antara
Gabro warna gelap
Batuan halus: Riolit warna terang
Basal warna gelap
Batuan lava: Obsidian hitam dan berkilat
Batu apung ringan, berongga, berkilat
Skoria kemerahan sampai hitam, berongga
SIKLUS BATUAN DAN TANAH
BATUAN BEKU:
Batu
apung
PEMBENTUKAN TANAH AKIBAT PELAPUKAN
(WEATHERING)
Pelapukan batu menghasilkan bahan dari mana batuan sedimen
terbentuk dan menghasilkan tanah
Pelapukan dapat bersifat mekanis/fisika atau kimiawi.
Pelapukan Mekanis
Pelapukan mekanis terjadi apabila
batuan berubah menjadi fragmen yang
lebih kecil tanpa terjadinya suatu
perubahan kimiawi.
Penyebab pelapukan mekanis:
Pengaruh iklim (temperatur dan
curah hujan)
Eksfoliasi
(exfoliation/pengupasan)
Erosi oleh angin dan hujan
Abrasi
Kegiatan organic
Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi meliputi
perubahan mineral batuan
menjadi senyawa mineral yang
baru.
Proses yang terjadi antara lain :
Oksidasi
Pelarutan (solution)
Pelumeran (leaching)
Hidrolisi


Klasifikasi tanah menurut deposit pembentukannya:
- tanah residu (residual soil)
- tanah yang dipindahkan (transported soil)
Terbentuk pada lokasinya yang sekarang
melalui pelapukan batuan dasar
Cenderung mempunyai karakteristik:
Mengandung mineral yang telah
mengalami pelapukan dari batuan
dasar.
Partikelnya cenderung berbentuk
persegi atau agak persegi
Ukuran butiran tidak terbatas,
maksudnya kalau tanah tersebut
diayak, maka partikel yang lolos
saringan akan tergantung pada waktu
dan energi yang dipakai saat proses
pengayakan.
PEMBENTUKAN TANAH AKIBAT
PELAPUKAN
Residual Soil:
Terbentuk dari pelapukan batuan di satu
tempat dan sekarang dijumpai pada
tempat yang lain
Bahan pemindah antara lain:
Air (alluvial soils)
Gletser (glacial soils)
Angin (aeolian soils)
Gravitasi (colluvial soils)
Danau (lacustrine soils)
Laut (marine soil)

Transported soil:
SIKLUS BATUAN DAN TANAH
Proses pelapukan akan mengurangi massa batuan menjadi partikel-partikel
yang lebih mudah terangkat oleh angin, air, dan es.
Apabila bahan tadi mengendap, maka ia disebut sedimen. Sedimen biasanya
didepositkan lapis per lapis yang disebut lapisan (strata), dan apabila
dipadatkan dan tersementasi menjadi satu akan membentuk batuan sedimen
[proses ini disebut pembatuan (lithification)].
Batuan-batuan ini, yang paling banyak adalah serpih, batu-pasir, dan batu-
gamping, merupakan 75 persen dari seluruh batuan yang tersingkap di
permukaan bumi.
Batuan sedimen diklasifikasikan atas:
BATUAN SEDIMEN (SEDIMENTARY ROCK):
- batuan klastik (clastic) Serpih, Batu pasir, mudstone, Konglomerat
- kimiawi (chemical) Batu gamping, Dolomit,
Evaporit
- biokimiawi/organic Coquinq, Batu gamping karang,
Kapur (chalk), Karang (koral)
Batu bara (coal)
SIKLUS BATUAN DAN TANAH
Batuan sedimen diklasifikasikan atas:
BATUAN SEDIMEN (SEDIMENTARY ROCK):
- batuan klastik (clastic) Serpih, Batu pasir, mudstone, Konglomerat
- kimiawi (chemical) Batu gamping, Dolomit,
Evaporit
- biokimiawi/organic Coquinq, Batu gamping karang,
Kapur (chalk), Karang (koral)
Batu bara (coal)
SIKLUS BATUAN DAN TANAH
Batuan metamorf terjadi akibat proses metamorfosa suatu batuan sedimen
melalui temperatur dan tekanan yang tinggi, atau batuan beku yang terbenam
jauh di dalam tanah.

Selama proses metamorfosa, batuan yang asli mengalami perubahan-
perubahan kimiawi dan fisik yang mengubah tekstur, serta komposisi mineral
dan kimiawinya.

Penyusunan kembali mineral selama metamorfosa menghasilkan dua tekstur
dasar batuan: terfoliasi (foliated) dan tidak terfoliasi (nonfoliated).

Foliasi menghasilkan mineral batuan yang menjadi datar atau berbentuk pelat
dan tersusun dalam jalur atau lapisan yang sejajar:
BATUAN METAMORF (METAMORPHIC ROCK):
Batuan terfoliasi : Batu tulis (sabak/slate), Sekis, Genes
Batuan tak terfoliasi : Kuarsit, Marmer, Antrasit
GERAKAN KERAK BUMI
Gerakan kerak bumi menghasilkan perubahan bentuk
struktural yang disebut:
- Lipatan (folds)
- Patahan (faults)
- Kekar (joint)
Air hujan yang jatuh ke daratan selanjutnya akan berjalan mengikuti
salah satu dari sejumlah jalur gerak yang membentuk suatu siklus
hidrologi

Bagian yang menjalani jalur gerak suatu limpasan permukaan (runoff)
akan menyebabkan erosi dan pemindahan (transportasi).
Erosi dan transportasi tergantung pada kecepatan air yang bergerak
dipengaruhi oleh
1. gradien
2. jumlah air yang melalui satu titik
3. keadaan sungai.
ALIRAN AIR DAN DEPOSIT ALUVIAL
Pada umumnya, gradien akan makin berkurang dari hulu sampai ke hilir. Hilir
atau muara ini dapat berakhir pada sungai yang lain, sebuah danau, atau laut.
Kecepatan akhir pada danau atau laut akan mendekati nol berdasarkan
pertimbangan kontinuitas dan persamaan aliran
ALIRAN AIR DAN DEPOSIT ALUVIAL
Sedimentasi terjadi ketika kecepatan air yang bertambah kecil.
Pada bagian dalam kelokan tidak dapat lagi mengangkut bahan-bahan yang
dikandung oleh air.
Bagian luar kelokan yang mempunyai kecepatan yang lebih tinggi akan
menggerus tebing sungai, sehingga kelokan tadi akan bertambah
Karena bahan yang tererosi mengandung berbagai ukuran butir dan
mempunyai derajat ketahanan yang berbeda-beda, maka tidak akan terdapat
sungai yang benar-benar lurus, kecuali untuk jarak yang sangat pendek
(biasanya kurang dari 10 kali lebar efektif saluran).
Sumbu saluran (sungai) cenderung mengalir ke kiri dan ke kanan, atau disebut
kelokan (meander).
Dalam waktu geologi, ini biasanya akan menghasilkan lembah yang lebar di
antara tebing-tebing batuan, dengan dasarnya terdiri dari tanah atau sedimen
yang dipindahkan.
ALIRAN AIR DAN DEPOSIT ALUVIAL
Erosi pada leher kelokan dapat menyebabkan terpotongnya kelokan itu,
sehingga terdapat bagian yang melengkung dan terpisah yang disebut punuk
sapi atau oxbow atau disebut juga tikungan tapal kuda (horse shoe bend).
Oxbow ini dapat berupa daerah rawa (slough) apabila salah satu ujungnya
tetap berhubungan dengan sungai, sehingga air-balik (backwater) akan
menggenang.
Danau oxbow terbentuk apabila oxbow tadi terisi penuh oleh air.

Depresi ini kemudian dapat terisi oleh sedimen berbutir-halus, lumpur, dan
bahan organik selama dan di antara banjir-banjir yang berturutan.
Hasilnya adalah:




Perubahan posisi sungai yang menerus dan lambat laun ini mengakibatkan
seluruh dasar lembah akan terdiri dari aluvium atau sedimen.



deposit tanah yang sangat buruk dan sangat plastis (batas cairnya sering
sampai 60% hingga 100% atau lebih)
deposit lanau, lempung berlanau, gambut organik

BATASAN TANAH UKURAN PARTIKEL
Ukuran Butir (mm)
Nama Insitusi Kerikil Pasir Lanau Lempung
Massachusetts Institute of Technology (MIT)
U. S. Department of Agriculture (USDA)
American Association of State Highway and
Transportation Officials (AASHTO)
>2
>2

76,2 - 2
2 0,06
2 0,05

2 0,075
0,06 0,002
0,05 0,002

0,075 0,002
<0,002
<0,002

<0,002
Unified Soil Classification System 76,2 4,75 4,75 0,075 <0,075
BATASAN TANAH UKURAN PARTIKEL:
BATASAN TANAH UKURAN PARTIKEL
BATASAN TANAH UKURAN PARTIKEL:
BATASAN TANAH UKURAN PARTIKEL
ANALISIS MEKANIS TANAH:
1. Analisis Ayakan : untuk partikel berdiameter > 0,075 mm.
2. Analisis Hydrometer : untuk partikel berdiameter < 0,075 mm
ANALISIS AYAKAN


















No.
Ayakan

Lubang
(mm)

No.
Ayakan

Lubang
(mm)

4

4,750

50

0,300

6

3,350

60

0,250

8

2,630

80

0,180

10

2,000

100

0,150

16

1,180

140

0,106

20

0,850

170

0,088

30

0,600

200

0,075

40

0,425

270

0,053

ANALISIS
AYAKAN
B S Sieves
B.S.:410-1962
ASTM Sieves
ASTM E11-1961
IS Sieves
IS: 460-1962
No
saringan
Ukuran
lubang (mm)
No
saringan
Ukuran
lubang (mm)
No
saringan
Ukuran
lubang (mm)
2 in
1 in
in
3/8 in
3/16 in
6
8
12
14
16
25
30
36
44
60
72
85
100
120
170
200
350
50.80
38.10
19.05
9.52
4.76
2.80
2.00
1.40
1.20
1.00
0.600
0.500
0.420
0.355
0.250
0.210
0.180
0.150
0.125
0.090
0.075
0.045
2 in
1 in
in
3/8 in
4
7
10
14
16
18
30
35
40
45
60
70
80
100
120
170
200
325
50.80
38.10
19.00
9.51
4.76
2.83
2.00
1.41
1.19
1.00
0.595
0.500
0.420
0.354
0.250
0.210
0.177
0.149
0.125
0.088
0.074
0.044
50 mm
40 mm
20 mm
10 mm
4.75 mm
2.80 mm
2.00 mm
1.40 mm
1.18 mm
1.00 mm
600
500
425
355
250
212
180
150
125
90
75
45
50.00
40.00
20.00
10.00
4.75
2.80
2.00
1.40
1.18
1.00
0.600
0.500
0.425
0.355
0.250
0.212
0.180
0.150
0.125
0.090
0.075
0.045
ANALISIS HIDROMETER
Bekerja berdasarkan prinsip
sedimentasi butiran tanah di dalam air
yang ditentukan oleh kecepatan
partikel tanah.
ASTM 152H
hydrometer
(ASTM = American Society for Testing and Materials)
2
18
D
w s
q

u

=
t
L
D
w s w s

q

qu

=
18 18
u = kecepatan

s
= unit berat dari partikel tanah

w
= unit berat air
q = viskositas air
D = diameter partikel tanah
Hukum Stokes
|
.
|

\
|
+ =
A
V
L L L
B
2 1
2
1
L
1
= jarak dari puncak atas labu ke titik pmbacaan
L
2
= panjang labu hidrometer = 14 cm

V
B
= volume labu hidrometer = 67 cm
3
A = Luas penampang tabung silinder = 27,8 cm
2
ANALISIS HIDROMETER
2
18
D
w s
q

u

=
t
L
D
w s w s

q

qu

=
18 18
G
s
= specific gravity of soil solids
Hukum Stokes
w s s
G =
( ) t
L
G
D
w s

q
1
18

=
Apabila satuan yang digunakan adalah g, cm,
dan menit maka:
( ) t
L
G
D
w s

q
1
30

=
Bila
w
dianggap ~ 1 maka:
(min)
) (
t
cm L
K D =
K adalah fungsi dari G
s
dan q yang bergantung
pada temperatur air pada saat test.
ANALISIS HIDROMETER
K adalah fungsi dari G
s
dan q yang bergantung
pada temperatur air pada saat test.
(min)
) (
t
cm L
K D =
CONTOH ANALISIS AYAKAN
No. Ayakan Diameter
(mm)
Massa tertahan
(g)
Persen tertahan
(%)
Persen lolos
(%)
10 2.000 0 0 100.00
16 1.180 9.0 2.2 97.80
30 0.600 24.66 5.48 92.32
40 0.425 17.60 3.91 88.41
60 0.250 23.90 5.31 83.10
100 0.150 35.10 7.80 75.30
200 0.075 59.85 13.30 62.00
loyang - 278.99 62.00 0
Massa contoh tanah kering = 450 gram
KURVA DISTRIBUSI BUTIRAN
Tanah A:
- Kerikil (>4,75 mm)
- Pasir (4,75 mm - 0,075 mm)
- Lanau/lempung (<0,075 mm)

Ukuran Efektif = D
10

Koefisien keseragaman = C
u

Koefisien gradasi = C
c




C
u
dan Cc berguna untuk klasifikasi
tanah berbutir kasar



10
60
u
D
D
= C
10 60
2
30
c
D x D
D
= C
= 0%
= 38%
= 62%

Kurva I : gradasi buruk (purely graded)

Kurva II : gradasi baik (well graded)

Kurva III : gradasi senjang (gap graded)
Ciri well graded:
C
c
= 1 3 (kerikil dan pasir)
C
u
> 4 (kerikil)
C
u
> 6 (pasir)


KURVA DISTRIBUSI BUTIRAN
Latihan soal 1.1
LATIHAN SOAL 1.1
0 6.93 31.2 - loyang
100 450
6.93 13.42 60.4 0.075 200
20.36 21.24 95.6 0.150 100
41.6 19.8 89.1 0.250 60
61.4 22.8 102.6 0.425 40
84.2 11 49.5 0.850 20
95.2 4.80 21.6 2.000 10
100 0 0 4.750 4
Persen lolos
(%)
Persen tertahan
(%)
Massa tertahan
(g)
Diameter
(mm)
No. Ayakan
LATIHAN SOAL 1.1
LATIHAN SOAL 1.1
D
10
= 0.086 mm
D
30
= 0.200 mm
D
60
= 0.400 mm

65 . 4
086 . 0
400 . 0
D
D
=
10
60
= =
u
C
16 . 1
086 . 0 400 . 0
200 . 0
D x
D
=
2
10 60
2
30
= =
x D
C
c

Anda mungkin juga menyukai