Anda di halaman 1dari 8

PEMBUATAN KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Oleh: Dumiyati Abstra s: Kepala sekolah pada esensinya seperti sebuah

lokomitif yang akan membawa gerbong-gerbong organisasi sekolahnya. Modernitas organisasi sekolah dan pelembagaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS semakin meningkatkan esensi dan eksistensi kepemimpinan Kepala sekolah! semakin luas kewenangan nya dalam pembuatan keputusan. "untutan akan Kepala sekolah yang professional semakin terasa! sejalan berkembangnya konsep manajemen pendidikan modern yang menggariskan bahwa efektifitas manajemen sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan manajernya dalam membuat keputusan-keputusan bermutu yang diperoleh melalui langkah-langkah sistematis. Manajemen sekolah yang baik adalah yang mampu menghasilkan keputusan sekolah se#ara bermutu! baik kuantitatif maupun kualitatif yang mampu meraih perubahan positif! rasional! dan obyektif bagi organisasi persekolahan. Keputusan manajemen sekolah yang dimaksud harus memiliki akses yang dinamis dan ino$atif. Kata Ku!"i: Pembuata! Ke#utusa!$ Ma!a%eme! Berbasis Se &lah' Pe!(ahulua! Se#ara konseptual MBS%M&MBS sebagai proses manajemen sekolah yang diarahkan pada peningktan mutu pendidikan! se#ara otonomi diren#anakan! diorganisasikan! dilaksanakan! dan die$aluasi sendiri oleh sekolah sesuai dengan kebutuhan sekolah dengan melibatkan semua stakeholder sekolah (Bafadal! '(() . MBS membuka peluang bagi personalia sekolah memiliki ruang gerak luas untuk menentukan nasib sendiri dalam membuat keputusan-keputusan sekolah. Sistem manajemen sekolah bergerak menuju kematangan profesional dan harus dibarengi oleh faktor-faktor pendukung yang akurat. "untutan paling menonjol di bidang manajemen sekolah akhir-akhir ini ditandai oleh hal-hal berikut* + ,danya kebutuhan akan manajer atau pimpinan sekolah profesional yang mempunyai konpetensi tinggi dalam membuat kebijakan dengan memanfaatkan sumber potensi yang ada dan yang mungkin diakses se#ara efektif dan efisien- ' Keahlian! teknik dan alat adalah faktor penting demi terlaksananya proses manajemen se#ara lebih baik! . ,danya perhatian tinggi terhadap aspek manusiawi! / &embuatan keputusan sekolah dilakukan melalui prosedur sistematis dan ditunjang oleh data atau informasi jitu.

Manajemen sekolah yang bermutu dalam konteks pembuatan keputusan biasanya memperhatikan kerangka berpikir! sebagai berikut* + Keputusan manajemen sekolah diawali dengan pemilihan alternatif terbaik! ' Keputusan manajemen sekolah adalah keputusan yang membawa pembaharuan! . &roses kelompok berperan sangat besar dalam dunia manajemen sekolah yang berhasil. 0leh karena itu! manajer atau administrator sekolah memerlukan staf pelaksana yang ino$atif! partisipatif dan produktif. &roses kelompok (peran kepala sekolah dan staf pelaksana nampak jelas dalam pembahasan pembuatan keputusan yang melibatkan banyak pihak! pembuatan keputusan melalui gugus mutu! dan keputusan sekolah se#ara partisipatif. Pembuata! Ke#utusa! (alam Ma!a%eme! berbasis Se &lah A' Pembuata! Ke#utusa! Melibat a! Ba!ya Piha ' MBS memberi peluang pada sekolah untuk menentukan nasib sendiri dalam membuat keputusan-keputusan sekolah. 1en#ana pembuatan keputusan harus dibuat! dikaji se#ara mendalam! disosialisasikan se#ara jelas dan diimplementasikan se#ara efektif dan efisien. Bagi guru! orang yang paling masuk akal untuk diajak bekerjasama dalam pembuatan keputusan pada tingkat organisasi adalah Kepala Sekolah. 2an sebaliknya Kepala Sekolah bisa mengajak guru atau Komite Sekolah. &ihak-pihak yang dilibatkan dalam pembuatan keputusan dapat lebih luas spektrumnya. &ihak dinas 2iknas dan 2ewan &endidikan Kabupaten%kota misalnya dapat melibatkan guru dalam membuat keputusan di bidang kurikulum. Sementara itu! kepala sekolah dapat menyatukan kekuatan misalnya melalui Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS dan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS .Melalui wadah dapat berbagi pengalaman antara lain* meme#ahkan masalah! menyusun peren#anaan bersama! memperluas wawasan kependidikan. Kepala 2inas 2iknas Kabupaten%Kota juga mempunyai kewenangan dalam pembuatan keputusan! baik untuk keperluan intern maupun dalam kerangka perbaikan kinerja sekolah. 2alam kerangka MBS! Kepala 2inas dan pemerintah Kabupaten%kota hanya membuat garis-garis kebijakan yang peren#anaan dan implementasinya untuk sebagian diserahkan kepada pihak sekolah. 2engan #ara itu berarti Kepala 2inas dan &emerintah Kabupaten%Kota membuat ren#ana dasar sekolah dan dengan kebijakan yang sama menekankan bahwa Kepala Sekolah mengorganisasikan sekolahnya dengan meminta saran%#ara%masukan dari para guru. Kepala sekolah dan guru harus diijinkan dan diberi ruang gerak membuat keputusan dan menyusun ren#ana yang dipilihnya dalam bentuk atau gaya yang dianggap layak. Kegiatan itu dapat dilakukan oleh Kepala sekolah dan guru dan%atau bersama-sama pihak Komite Sekolah. Meski MBS itu dapat diartikan sebagai otonomi sekolah! Kepala sekolah dan guru tidak se#ara

mutlak diberi kebebasan penuh untuk menjalankan sekolah se#ara independen! mereka tetap diberi kekuasaan untuk mengorganisasikan dengan #ara tertentu sehingga keputusan peren#anaan yang dibuat memiliki resiko paling rendah. 3ntuk itu Kepala 2inas 2iknas! dan 2ewan &endidiikan &emerintah Kabupaten%kota harus menentukan tujuan umum yang diperluas! garis besar tujuan! dan hasil akhir program pendidikan. B' Pembuata! Ke#utusa! Melalui )usus Mutu' MBS berintikan bahwa sekolah menjadi sentral manajemen mutu proses dan produk pembelajaran. 4ohnson 5 4ohnson telah mengembangkan se#ara detail tentang bagaimana kelompok dapat membuat ren#ana dan keputusan terbaik! yaitu* ada banyak sistem delegasi dalam pembuatan keputusan sekolah. Kelompok dibatasi antara 6-7 atau /-+' anggota yang profesional sepertinya bekerja #ukup efektif. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa dua atau lebih dari satu Kepala Sekolah dalam membuat keputusan bersama lebih baik dibandingkan dengan satu kepala sekolah. 8uru tidak dapat mengakses satu sama lain karena mereka memiliki tanggungjawab pada kelas mereka. &erilaku ini dapat diubah melalui prakasa struktural! seperti pembentukan tim pengajaran! pembentukan kelompok kerja tertentu (9oung! +:;; ! &enggunaan se#ara ekstensif kelompok ke#il guru dengan melibatkan mereka dalam pembuatan keputusan bagi sekolah. Kelompok ke#il itu dapat berupa gugus kualitas (<uality #ir#le . 8ugus kualitas (8K atau gugus Mutu (8M mun#ul pada kisaran tahun +:7( an dan +:;( an di dunia industri. 2i lingkungan persekolahan! 8m itu dapat terdiri dari guru-guru senior se#ara keilmuan dan metodologi pembelajaran! anggota komite sekolah dari kalangan pakar atau praktisi yang mapan! tim pengendali manajemen pembelajaran! dsb. Ba*aima!a )M se &lah itu (ibe!tu + Se#ara umum adalah* + dengan menempatkan staf ke dalam gugus yaitu setiap orang di sekolah akan menjadi anggota suatu 8M. Setiap gugus pada waktu yang ditentukan menjadi kendaraan kolektif untuk menerima masukan permasalahan dan merumuskan peme#ahan yang mungkin tentang kualitas layanan pendidikan- ' $ersi lain dengan memilih atau menugaskan beberapa orang ke dalam beberapa kelompok tertentu. Satu kelompok bisa membidangi kurikulum! satu kelompok lagi membidangi masalah disiplin dan kelompok lainya membidangi anggaran! dst. Sekolah dapat memiliki beberapa tipe kelompok besar dan ke#il untuk pembuatan keputusan. Kelompok ini akan memiliki arti penting dan bernilai jika dibuat sebagai 8M yang terseleksi dan terpilih untuk menjadi penghubungan antara manajemen dan kelompok pengajar! termasuk staf "3 sekolah. Masing-masing gugus diberi tugas se#ara detail! kemudian

melaksanakan tugas tersebut. 8M seharusnya dibentuk di sekolah-sekolah dan sepanjang tahun menuju pen#apaian standar mutu. Kerja 8M bukalah rutinitas! melainkan harus mengintegral dalam bentuk perilaku! Karena bila dipandang sebagai kerutinan akan mun#ul ketidak efisienan! pemborosan waktu! kebuntuan dan kreatifitas yang terpendam. 8M biasanya mengadakan pertemuan tanpa dihadiri oleh Kepala Sekolah! akan tetapi Kepala Sekolah boleh menghadiri pertemuan 8M dan karenanya tidak ada rahasia pada diri anggota 8M. &ada diri anggota ada pemahaman yang jelas bahwa 8M bertugas membuat rekomendasi dan sebagai penyedia data hanya untuk Kepala Sekolah dan pihak lain yang berkepentingan! seperti Kelompok 2ewan &enasehat Kepala. Masalah utama yang ditekankan pada semua anggota staf akademik adalah bahwa 8M bukan kelompok pembuat keputusan! keputusan terakhir banyak bertumpu pada Kepala Sekolah! ke#uali untuk kegiatan-kegiatan pembelajaran yang langsung menjadi tanggungjawab guru. Kepala Sekolah harus #ukup #erdas dan bijak dalam menindaklanjut rekomendasi 8M. ,' Ke#utusa! Se &lah Se"ara Partisi#ati-' Mengapa mengutamakan pembuatan keputusan se#ara partisipatif= >al ini sejalan dengan &endapat 2a$id (+:;: yang mendefinisikan MBS%M&MBS sebagai otonomi sekolah yang dibarengi dengan pembuatan keputusan se#ara partisipatori. 2emikian pula ?alwell (+::( * .(..(/ menyatakan M&MBS sebagai kewenagan pengalokasian sumberdaya yang didesentralisasikan dengan penjelasan sbb* School-site or scholl-based management...are all approaches to the management of public schools or systemic private schools where in there is significant and consistent decentralization to the school level of authority to make decisions related to allocation of resources, with resources defined broadly to include knowledge, technology, power, material, people, time and miney....The school remains accountable to a central authority for manner in which resources are allocated Sejalan dengan penjelasan di atas! @e$a#i# (+::6 mengedepankan . karakteristik kun#i M&MBS yaitu* + kekuasaan dan tanggungjawab dalam pengambilan keputusan yang berhubungan peningkatan mutu pendidikan didesentralisasikan kepada para stakeholder sekolah- ' domain manajemen peningkatan mutu pendidikan yang men#akup keuangan! kepegawaian! sarana dan prasarana! penerimaan siswa baru dan kurikulum- . walaupun keseluruah domain manajemen peningktan mutu pendidikan didesentralisasikan ke sekolah-sekolah! namun diperlukan adanya sejumlah regulasi yang mengatur fungsi kontrol pusat terhadap keseluruhan pelaksanaan kewenangan dan tanggungjawab sekolah . 2alam hal ini 2inas 2iknas termasuk ke dalam salah satu fungsi kontrol. &eran#ang MBS dan M&MBS dituntut untuk merumuskan asumsi-asumsi yang mampu menjamin akurasi

tanggungjawab pembuatan keputusan di tingkat sekolah. 2alam hal ini 2inas 2iknas setidaknya bertanggungjawab dalam tiga hal yaitu* + keputusan keuangan! ' keputusan-keputusan tentang staf! . Keputusan &rogramatik. 2inas 2iknas dan lebih luas lagi &emerintah Kabupaten%kota harus menentukan fungsifungsi yang harus didesentralisasikan! berikut keputusan penganggarannya! misalnya konstruksi bangunan! infrastruktur teknologi! alokasi sumber dana yang dibutuhkan untuk memenuhi operasi sekolah. 2inas 2iknas dan &emerintah kabupaten%kota tidak #ukup hanya menyetujui dan mengalokasikan anggaran ke tingkat sekolah! tetapi mereka harus ikut membantu proses menggaransi agar alokasi dana itu efektif. Anstansi inipun harus mampu menjamin bahwa praktik MBS tidak menyimpang dari hal-hal sbb* + $isi! misi! dan tujuan sekolah! ' standar! proses dan luaran! . kebijakan! / persyaratan legal dan 6 peren#anaan yang telah digariskan. 2inas 2iknas! &emerintah Kabupaten%kota! Balai &enataran 8uru (B&8 atau &usat &engendalian Mutu &endidikan (&&M& ! dan &usat &engembangan &enataran 8uru (&&&8 bertanggungjawab dalam memilih atau melatih guru-guru yang potensial untuk mengikuti kegiatan pendidikan! pelatihan dan pengembangan. &ada sisi lain 2ewan atau Majelis Sekolah yang terdiri dari 3nsur Kepala Sekolah! guru! orang tua! tokoh masyarakat dan lain-lain harus diberi peran besar untuk se#ara obyektif merekrut! menyeleksi! dan menempatkan tenaga professional baru (guru dan staf "ata 3saha.. 2inas 2iknas mempunyai tanggungjawab untuk memapankan kerangka kerja yang lebih luas dari tujuan! sasaran! dan keluaran yang diharapkan! Sementara sekolah harus mempunyai tanggungjawab dalam menentukan alat yang tepat untuk men#apai tujuan akhir yang dikehendaki. Sekolah harus tetap menjadi pusat sumber-sumber di dalam mengembangkan program pembelajaran! kebijakan yang berkaitan dengan pengelompokkan siswa (grouping of students ! pendekatan paedagogis! pemilihan buku teks! dan kurikulum. D' Je!is.Je!is Ke#utusa! 2alam uraian sebelumnya ditegaskan bahwa pemimpin organisasi sekolah harus mampu bekerjasama dengan atau melalui stafnya untuk membuat keputusan yang ino$atif dalam kerangka men#apai tujuan tertentu se#ara efektif! efisien dan akuntabel. Keputusan tersebut idealnya merupakan keputusan yang baru! generik! berbasis informasi! bersifat realistik dan fleksibel serta keputusan tersebut diterima dan mendapat dukungan penuh oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan keputusan tersebut. "anpa dukungan S2M yang ada! maka sehebat apapun keputusan sekolah yang dibuat tidak akan ada maknanya di tingkat operasional.

Berdasarkan karateristiknya Keputusan sekolah dapat diklasifikasikan menjadi . ma#am yaitu* + keputusan otoritatif! ' keputusan pribadi! . keputusan organisasi. Bamun dalam bahasan ini lebih ditekankan pada keputusan organisasi%organisasi sekolah. Keputusan organisasi sekolah mutlak diperlukan karena keberlangsungan organisasi ditentukan oleh sampai seberapa jauh organisasi itu dapat membuat keputusan-keputusan baru. Keputusan organisasi sekolah menjadi tanggungjawab indi$idu atau kelompok yang ada dalam organisasi. Mungkin saja keputusan ini hanya diambil oleh pimpinan pun#ak! tetapi kesiapan S2M organisasional se#ara keseluruhan mutlak diperlukan untuk merealisasikan keputusan itu. Keputusan yang diambil harus memenuhi kriterian tertentu! baik di dalam proses pembuatan maupun pelaksanaannya. ,dapun #iri-#iri keputusan yang baik adalah sbb* + setiap keputusan sekolah yang diambil harus dikomunikasikan dengan jelas kepada orang-orang yang terkena keputusan. 2i lembaga sekolah! misalnya* siswa! petugas bimbingan dan konseling! guru! dan personel lainnya harus mengetahui produk keputusan sekolahnya- ' Kepala Sekolah staf dan personel lainnya berpartisipasi penuh di dalam proses pembuatan keputusan sekolah- . Keputusan sekolah yang dibuat tidak kaku! harus rasional dan mudah diimplementasikan- / Keputusan sekolah yang diambil harus diikuti dengan implementasinya- 6 keputusan sekolah yang telah diambil dan dirasakan tidak #o#ok lagi tidak dipaksakan untuk dilaksanakan tetapi harus dibuat keputusan pengganti. E' Keterlibata! )uru (alam Pembuata! Ke#utusa!' >olloway ('((( dalam 2amin ('(() mengadakan penelitian mengenai pelaksanaan MBS selama / tahun terakhir pada /( buah sekolah di +. distrik pada . kabupaten berkesimpulan bahwa! Strategi MBS yang paling efektif adalah adanya kebebasan membuat keputusan bagi semua guru melalui tim-tim yang bekerja dengan pendekatan horiContal dan $ertikal. >asil kerja dan pemikiran tim yang beragam ini diperlukan untuk pengambilan keputusan dalam membuat* + perubahan program di berbagai bidang pelajaran! ' pengembangan unit kurikulum aktual yang akan diterapkan di ruang kelas! . mengkreasi metode pembelajaran di sekolah! / pengembangan profesional yang dituntut dari strategi pedagogikal yang baru! 6 merefleksi dan menilai tujuan instruksional! ) strategi peningkatan sekolah se#ara terus menerus. &enelitian juga membuktikan bahwa sekolah membutuhkan otoritas untuk merekrut dan menyeleksi staf agar mudah membangun kesepakatan tim terhadap $isi sekolah yang ingin diimplementasikan. Mereka yang direkrut inilah yang akan ikut mendukung dan memberikan kontribusi sebagai tindak lanjut dari restrukturisasi yang dikehendaki untuk menempatkan $isi menjadi realita (to put that $ision into pra#ti#e .

MBS diidentifikasi sebagai suatu proses yang dikonsepsikan sebagai sesuatu yang akan menjamin hadirnya dukungan maksimal dari guru dan staf sekolah untuk meningkatkan kinerja sekolah dan prestasi belajar peserta didik. 2ukungan maksimal itu akan mun#ul karena proses manajemen sekolah didasari atas akti$itas diskusi yang demokratis. &roses yang demokratis itu di#apai atas prioritas pengalokasian sumber-sumber pendidikan dan pembelajaran dalam pembuatan keputusan yang terkait dengan upaya pen#apaian prestasi belajar siswa! adakalanya berupa forum dialog untuk membuat keputusan. &ada lembaga pendidikan! dialog! rapat dinas! pertemuan informal dan sejenisnya merupakan tindakan yang sangat penting dilakukan dalam pembuatan keputusan partisipatif. Mendelegasikan tugas adalah salah satu bentuk kepemimpinan dan pembuatan keputusan se#ara partisipatif. ,rah strategis implikasi MBS di sekolah adalah menjadikan sekolah sebagai pusat inisiasi dan implementasi perubahan (#enter for initiating and implementing the #hanges yang diperlukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan dukungan masyarakat atau instansi yang ada di atasnya (3sman! '(() . Sekolah dan dinas 2iknas harus saling melengkapi satu sama lain. 2inas 2iknas ikut andil se#ara nyata dan memiliki tanggungjawab dalam mendesain harapan yang tinggi bagi ter#iptanya kegiatan belajar siswa dan lingkungan belajar. Sekolah harus bebas bertindak dengan #ara yang dapat membantu siswa men#apai standar belajar (learning standards dengan menerima dukungan dari 2inas 2iknas! masyarakat atau instansi lain. &ada sisi lain dalam menerapkan pelaksanaan MBS! Kepala Sekolah harus rela mengurangi otoritasnya dengan jalan bersama-sama anggota dewan dan majelis sekolah dalam membuat keputusan. Pe!utu#

Konsep MBS terbukti telah berhasil di negara-negara maju! tetapi tidak se#ara otomatis sempurna diterapkan menejemen pendidikan di negara kita. 3ntuk penyempurnaanya! praktisi pendidikan dapat mere$iusi sesuai kebutuhan sekolah. MBS merupakan salah satu jawaban pemberian otonomi daerah di bidang pendidikan dan telah diundang-undangkan dalam 33 Bo. '( tahun '((. tentang Sisdiknas pasal 6+ ayat (+ berbunyi! pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini! pendidikan dasar! dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah. 0leh karena itu MBS wajib diketahui! dihayati! dan diamalkan oleh Darga negara Andonesia terutama merka yang berke#impung di dunia pendidikan anak usia dini! pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
MBS memberi peluang pada sekolah untuk menentukan nasib sendiri dalam membuat keputusan-keputusan sekolah. 1en#ana pembuatan keputusan harus dibuat! dikaji se#ara

mendalam! disosialisasikan se#ara jelas dan diimplementasikan se#ara efektif dan efisien. 0leh karena itu peran dan kepemimpinan kepala sekolah yang profesional menjadi amat penting. 2alam pengambilan keputusan Kepala sekolah dapat mempertimbangkan masukan dari berbagai pihak antara lain! guru! staf! komite sekolah dan pihak lain yang terkait. Da-tar Pusta a Bafadal ('(() . Manajemen eningktan Mutu Sekolah !asar, dari Sentralisasi menuju !esentralisasi, 4akarta* Bumi ,ksara. ?alwell! B.4. (+::( . "ducational #eform through School-Site Management$ %& 'nternational erspectives on restructing in The "ducational olicy. 2amin! Sudarwan. ('(() . (isi )aru Manajemen Sekolah. 4akarta* bumi ,ksara. 2a$id! j. (+:;: . Synthesis of #esearch on School-)ased Management. "ducational *eadership. 4ohnson! Kast 5 1oCenCweig. The Theory and Management of Systems, "okyo* M?8raw->ill Book Kogakusta! @td. @e$a#i#! 1. (+::6 . *ocal Management of Schools$ %nalysis and ractice, Bu#kingham* 0pen 3ni$ersity &ress. 3ndang-3ndang Bo '( "ahun '((.. tentang Sistem endidikan &asional 3sman! husaini. ('(() . Manajemen Teori, raktik dan #iset endidikan. 4akarta* Bumi ,ksara.

Anda mungkin juga menyukai