Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan diikuti dengan semakin bertambahnya faktor resiko bahaya yang dapat di timbulkan, misalnya pada saat ini banyak pabrikan sepeda motor yang mengeluarkan produk motor dengan keceptan yang sangat tinggi sehingga banyak

pengendara sepeda motor yang beradu kecepatan di jalan raya yang berimbas pada meningkatnya angka kecelakaan di jalan raya. Selain itu bahaya juga timbul diakibatkan karena kelalaian manusia itu sendiri dalam braktivitas. Misalnya berkendara motor tanpa menggunakan pengaman seperti helm dan tanpa mematuhi peraturan lalulintas sehingga terjadi kecelakaan. Hal itu sangat sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari kita. Manusia yang sering melakukan aktivitas terutama yang berkaitan dengan penggunaan alat mempunyai angka risiko yang lebih besar untuk mengalami kecelakaan dibandingkan dengan yang tidak melakukan aktivitas sama sekali. Namun bukan berarti orang yang tidak melakukan aktivitas akan terhindar dari bahaya, karena pada dasarnya bahaya itu tidak hanya datang dari perbuataan diri sendiri namun juga berasal dari perbuatan orang lain, kondisi dan lingkungan. Sehingga kewaspadan adalah sangat penting guna keselamatan diri kita sendiri dan bahkan orang lain. Baik besar atau kecil, segala bentuk kecelakaan pasti menyebabkan gangguan terhadap keselamatan maupun kesehatan pada korban itu sendiri atau bahkan orang lain yang ada di tempat terjadinya kecelakaan tersebut yang baik secara langsung maupun tidak langsung terkena dampak dari kecelakaan tersebut. Namun terkadang gangguan keselamatan maupun kesehatan tersebut menjadi semakin parah dengan tidak adanya pertolongan yang dapat dilakukan oleh orang-orang yang ada di sekitar tempat kecelakaan yang pada umumnya adalah masyarakat umum atau orang-orang awam. Hal itu disebabkan karena kurangnya pengetahuan dalam melakukan pertolongan terhadap korban

kecelakaan, sehingga korban menjadi sangat parah dan memungkinkan kehilangan nyawa apabila luka yang diderita sangat parah. Oleh sebab itu akan sangat penting dan berguna apabila seseorang yang mengalami kecelakaan mendapat pertolongan guna menghindarkan korban tersebut dari bahaya yang lebih mengancam keselamatan jiwa atau bahkan nyawa. Upaya-upaya pertolongan yang dilakukan pada korban sering disebut dengan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). Upaya pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) akan sangat berguna bagi korban penderita karena dengan pertolongan tersebut akan meminimalkan bahaya yang yang dapat ditimbulkan dan bahkan menyelamatkan nyawa. Namun yang menjadi pokok permasalahan di sini adalah pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) tidak dapat dilakukan oleh semua orang awam. Karena pada dasarnya pertolongan yang dilakukan pada korban adalah bertujuan untuk meminimalkan luka atau bahaya maupun menyelamatkan nyawa maka tidak bisa sembarangan dalam melakukan pertolongan. Perlu teknik-teknik tertentu dalam melakukan pertolongan agar korban tidak mengalami luka yang lebih parah. Namun pada kenyataan seharihari yang sering kita jumpai apabila terjadi kecelakaan, misalkan kecelakaan lalu lintas maka ada dua kemungkinan pasti yang dilakukan orang-orang yang ada di sekitar lokasi kecelakaan, yang pertama diam melihat karena tidak berani atau takut tersangkut masalah dan yang ke dua adalah melakukan pertolongan terhadap korban namun dengan pertolangan yang mengabaikan keselamatan korban itu sendiri atau bisa dikatakan sembarangan. Kedua tindakan tersebut adalah salah semua karena dapat menimbulkan bahaya fatal bagi korban, baik yang menolong maupun yang tidak menolong. Oleh sebab itu penanaman sejak dini tentang pertolongan pertama kepada masyrakat akan sangat berguna untuk menghindari bertambah parahnya korban kecelakaan di luar sana. Masyarakat awam masih menganggap bahwa pertolongan pertama merupakan suatau hal yang sulit dilakukan karena masyarakat sendiri tidak mau tahu dan menganggap dengan sudah adanya ambulance dan rumah sakit sudah menjawab semua permasalahan dan menyelamatkan korban. Pandangan

itu yang menyebabkan budaya pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) menjadi sangat sulit untuk diterapkan pada masyarakat umum. Walaupun tidak semua beranggapan demikian namun orangorang yang beranggapan demikian lebih banyak dibandingkan dengan orang-orang yang paham dan mengerti tentang pertolongan pertama. Sehingga masih banyak korban-korban kecelakaan yang belum mendapat pertolongan pertama yang menyebabkan luka menjadi semakin parah atau bahkan kematian. Namun yang perlu disadari adalah semakin bertambah banyak aktivitas manusia maka kemungkinan untuk terjadi kecelakaan juga akan ikut bertambah banyak. Sungguh satu hal yang kompleks yang menjadi tugas bagi kita semua untuk memecahkannya. B. Tujuan 1. Mengetahui tujuan utama dari penerapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. 2. Mengetahui bahaya-bahaya yang sering timbul dari kecelakaan yang dialami oleh karena aktivitas manusia. 3. Menganalisa jenis-jenis bahaya yang timbul yang dialami oleh korban kecelakaan. 4. Menganalisa bahaya yang mungkin timbul dari upaya pertolongan yang salah pada penderita kecelakaan. 5. Mengetahui cara-cara penanganan pertolongan pertama yang benar dan aman pada korban kecelakaan. 6. Mengetahui upaya-upaya evakuasi yang dapat dilakukan pada korban kecelakaan. C. Manfaat 1. Bagi mahasiswa a) Meningkatakan pengetahuan tentang bahaya-bahaya utama dari kecelakaan pada korban penderita. b) Meningkatakan pengetahuan tentang bahaya-bahaya yang mungkin diakibatkan oleh karena tindakan pertolongan yang salah.

c) Meningkatkan kemampuan untuk melakukan pertolongan pertama yang benar pada korban kecelakaan. d) Sebagai modal berharga dalam menghadapi persaingan dalam dunia kerja. 2. Bagi D.IV Kesehatan Kerja a) Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal pertolongan pertama pada kecelakaan yang benar. b) Sebagai salah satu indikator kemampuan mahasiswa dalam

menerapkan materi perkuliahan yang telah disampaikan. c) Sebagai pembanding dengan materi perkuliahan yang telah

disampaiakan. d) Meningkatkan kompetensi mahasiswa agar mampu bersaing dalam dunia kerja yang nyata.

BAB II HASIL

A. Pelaksanaan Praktikum Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dilaksanakan pada : Hari Tanggal Waktu Tempat : Senin : 21 Oktober 2013 : 08.00 - selesai : Ruang kuliah II D.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

B. Deskripsi Perusahaan Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. PMI selalu berpegang teguh pada tujuh prinsip dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit merah yaitu kemanusiaan, kesamaan, kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan. Sampai saat ini PMI telah berada di 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar 408 PMI Cabang (tingkat kota/kabupaten) di seluruh indonesia. Palang Merah Indonesia tidak berpihak pada golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu. Palang Merah Indonesia dalam pelaksanaannya juga tidak melakukan pembedaan tetapi mengutamakan objek korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan jiwanya. Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebetulnya sudah dimulai sebelum Perang Dunia II, tepatnya 21 Oktober 1873.Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlandsche Roode Kruis Afdeeling Indi (NERKAI) yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang. Sebagai perhimpunan nasional yang sah, PMI berdiri berdasarkan Keputusan Presiden No 25 tahun 1950 dan dikukuhkan kegiatannya sebagai satu-satunya organisasi perhimpunan nasional yang menjalankan tugas kepalangmerahan melalui Keputusan Presiden No 246 tahun 1963

C. Observasi 1. Resusitasi jantung paru otak (RJPO) Resusitasi jantung paru otak (RJPO) merupakan metode untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan sirkulasi pada pasien yang mengalami henti nafas dan henti jantung yang tidak diharapkan mati pada saat itu. Metode ini merupakan kombinasi pernafasan buatan dan bantuan sirkulasi yang bertujuan mencukupi kebutuhan oksigen otak dan substrat lain sementara jantung dan paru tidak berfungsi. Resusitasi jantung paru otak dibagi dalam 3 fase, yaitu fase I (Bantuan Hidup Dasar), fase II (Bantuan Hidup Lanjut), dan fase III (Bantuan Hidup Jangka Lama) dan dalam 9 langkah menggunakan abjad dari (A) sampai (I).

2. Cedera Otot Rangka Patah Tulang Adalah terputusnya jaringan tulang, baik seluruh atau sebagian karena adanya gaya yang melebihi elastisitas tulang. Penyebab terjadinya patah tulang, yaitu :Penggolongan patah tulang dibedakan menjadi 2, yaitu patah tulang tertutup (tidak ada luka) dan patah tulang terbuka (ada luka di daerah patahan). Gejala dan tanda-tanda patah tulang : a. Terjadi perubahan bentuk. b. Nyeri tekan dan kaku saat digerakkan. c. Bengkak, memar, dan terjadi perubahan warna. d. Mengalami gangguan fungsi gerak. e. Krepitasi tulang. f. Terlihat bagian tulang yang patah.

3. Pendarahan Adalah keluarnya darah akibat rusaknya dinding pembuluh darah karena trauma atau penyakit. Jenis perdarahan dibedakan menjadi perdarahan dalam dan perdarahan luar. Menurut sumbernya perdarahan dibagi menjadi tiga kategori : a. Perdarahan arteri. b. Perdarahan vena. c. Perdarahan kapiler.

4. Luka Bakar Luka bakar bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya panas, listrik, bahan kimia, cahaya, atau radiasi. Luka bakar bisa menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang hebat dan terjadi terus menerus. Rasa nyeri ini disebabkan rusaknya ujung-ujung saraf. Parahnya, luka bakar juga bisa mengakibatkan kematian. Berdasarkan tingkat keparahannya, luka bakar dibagi menjadi: a. Derajat satu Luka bakar derajat satu terjadi pada kulit luar dan tidak ada lepuh (bula). Luka bakar golongan ini bisa sembuh sendiri dan tidak meninggalkan bekas dalam waktu dua sampai lima hari. b. Derajat dua Pada luka bakar golongan dua kerusakannya lebih dalam, dasar luka berwarna marah atau pucat, pasien akan merasakan sakit yang hebat, dan terlihat adanya lepuh. Luka bakar tipe ini dibagi menjadi dua jenis, yakni derajat dua dalam (deep) dan derajat dua dangkal (superfisial). c. Derajat tiga Kerusakan luka bakar derajat ini lebih dalam ketimbang derajat dua, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, tak ada lepuh, dan tidak dapat dirasakan nyeri karena ujung-ujung saraf mengalami kerusakan total atau kematian. Sering kali dijumpai penanganan luka bakar yang ala kadarnya

seperti mengolesi luka bakar dengan odol, sabun, bubuk, kecap, atau bahan lainnya.

D. Gambar dan Cara Kerja Resusitasi Jantung Paru (RJP) 1. Gambar a. Touch dan Talk

b. Listen

c. Feel

d. Tekan dahi angkat dagu

e. Bantuan Nafas

f. Pijat Jantung Luar

10

g. Periksa kembali nadi dan nafas

2. Cara Kerja a. Lihat korban dan posisikan di tempat yang aman. b. Lakukan pengecekan sederhana dengan Touch (sentuh) dan Talk (bicara). Touch bisa dilakukan dengan menyentuh korban, menepuk maupun mencubit korban untuk mendapatkan respon. Sedangkan talk dapat dilakukan dengan memanggil atau berbisik di dekat telinga korban. c. Listen. Setelah perlakuan pada point b maka selanjutnya adalah listen maksudnya adalah mendengarkan bunyi nafas korban dengan mendekatkan telinga ke hidung sedangkan pandangan mata ke arah dada untuk melihat kembang kempis tanda korban bernafas atau tidak. d. Feel. Merasakan kuat lemahnya nadi korban dengan menggunakan kedua jari (telunjuk dan tengah) kemudian menempelkan pada titiktitik nadi misalnya pada nadi karotis(pada leher), nadi bachialis (pada lengan atas), dan lain sebagainya.

11

e. Apabila point b, c, dan d sudah dilakukan tetapi korban masih tetap diam, maka lakukan Breathing Support (nafas bantu) dengan cara : 1) Penolong jengkeng di dekat kepala. 2) Periksa luka korban di sekitar kepala sampai alat gerak bawah. 3) Apabila tidak ada cidera maka lakukan tekan dahi angkat dagu untuk membuka jalan nafas korban. Lakukan bantuan nafas melalui mulut ke mulut dengan 2 kali tiupan. 4) Bisa dikombinasi dengan pijat jantung luar dengan perbandingan 30:2 f. Pijat jantung luar dapat dilakukan dengan cara : 1) Seperti posisi pada breathing support. Berlututlah disamping korban dengan satu lutut berada dekat dada korban dan lutut lain dekat kepala korban. 2) Letakkan tangan anda di daerah pijatan : 5. Tentukan bagian bawah tulang dada dengan jari anda dengan cara menelusuri kedua batas tulang iga kiri dan kanan. 6. Tentukan batas tulang dada dengan meraba cekungan pertemuan kedua tulang dada (sternum). 7. Tentukan titik tengah kedua tulang dada tersebut. 8. Tarik sejauh 3 jari keatas untuk mengetahui letak pijatan yang tepat. 3) Lemaskan dan luruskan jari anda dengan agak terangkat sedikit. 4) Letakkan tangan anda yang satunya diatas telapak tangan tadi dengan jari-jari saling mengunci agar pegangan tadi mennjadi kuat. 5) Lakukan penekanan melalui pangkal telapak tangan yang menempel ke dada dan kedua lengan tetap lurus. 6) Dengan pinggul sebagai poros mulailah melakukan penekanan secara teratur dengan seimbang antara kompresi dan relaksasi. 7) Lakukan 30x kompresi dan lakukan bantuan pernapasan dengan 2x hembusan dan lanjutkan sampai 4x siklus. g. Setelah point f dilakukan maka terakhir yang dilakukan adalah

12

memeriksa kembali denyut nadi dan nafas korban. E. GambarAlat dan Prinsip Pembidaian 1. Gambar a. Bidai Keras (kayu, logam)

Fungsi : Untuk stabilisasi khusus alat gerak. b. Bidai Traksi

Fungsi : Untuk stabilisasi patah tulang khusus vertebra. c. Bidai Improvisasi

13

Fungsi : Untuk pengganti alat stabilisasi pada kondisi darurat, dimana bidai yang sesungguhnya tidak ada ketika dibutuhkan. d. Gendongan/belat dan bebat

Fungsi : Alat stabilisasi yang khusus digunakan pada alat gerak atas untuk mengurangi cedera yang parah. e. Bidai udara

Fungsi : Alat stabilisasi f. Anti-syok garment

14

Fungsi : Untuk stabilisasi pada tulang yang mengalami cedera strain, sprain agar tidak terjadi luka yang lebih parah. 2. Prinsip Prinsip-prinsip pembidaian adalah sebagai berikut : a) Informasikan pada penderita (sadar). b) Paparkan daerah cedera dan rawat perdarahan dulu (bila ada). c) Bebaskan pakaian pada daerah sendi. d) Nilai GSS sebelum dan sesudah. e) Siapkan alat. f) Jangan merubah posisi. g) Jangan masukkan tulang yang keluar. h) Bidai meliputi dua sendi. i) Bila cedera pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapitnya. j) Lapisi bidai dengan bahan lunak. k) Isi bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai. l) Ikatan jangan kencang / longgar. m) Ikatan cukup dan dimulai dari sendi yang paling banyak bergerak. n) Jangan membidai berlebihan.

15

BAB III PEMBAHASAN

A. Resusitasi Jantung, Paru, dan Otak (RJPO) Resusitasi adalah upaya mengembalikan fungsi nafas dan/atau jantung yang berhenti oleh suatu sebab yang datangnya mendadak pada seseorang, yang bilamana kedua fungsi tadi pulih kembali akan hidup normal (fungsi otaknya pulih kembali). Target RJPO adalah fungsi jantung, paru, dan otak kembali normal, kualitas hidup normal. Di dalam RJPO terdapat istilah segitiga kegawatan yaitu hubungan antara otak, paru-paru, dan jantung dimana apabila salah satu tidak berfungsi dengan baik maka akan mempengaruhi yang lainnya. Fungsi dari ketiga organ vital tersebut : 1. Paru, sebagai tempat pertukaran gas, memasukkan oksigen, dan mengatur keseimbangan asam dan basa. 2. Jantung, mengedarkan oksigen, menghantarkan kalori/nutrisi, dan buffer keseimbagan asam basa. 3. Otak, pusat kesadaran emosi intelegensi, pengaturan/koordinasi fungsi vital, pengaturan suhu, pusat kesadaran motorik/sensorik. Setelah didapati korban tidak sadarkan diri, maka dilakukan upaya sebagai berikut : 1. Pada 1 menit pertama dilakukan upaya : a. Menilai kesadaran (LOOK) b. Menilai pernapasan (LISTEN) c. Menilai sirkulasi (FEEL) 2. Setelah 2 menit dilakukan upaya : a. Secepatnya melakukan kelainan yang mengancam jiwa dan capat mematikan. b. Secepatnya memberikan pertolongan yang tepat-adekuat untuk menyelamatkan jiwa korban.

16

Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) terdiri dari : 1. Airway Control Di dalam Airway Control dilakukan perlakuan Manuver Heimlich yaitu sebagai berikut : a. Digunakan untuk mengeluarkan benda asing di jalan nafas atas. b. Kerjakan pada pasien yang tak mampu batukuntuk mengeluarkan benda asing atau tepukan telapak tangan kuat diantara 2 tulang belikat gagal melepaskan benda asing. 2. Breathing Support (nafas bantu) Berfungsi untuk memasukkan oksigen dari luar ke dalam alveoli paru sehingga dapat ditangkap hemoglobin kapiler paru. Terdapat beberapa perlakuan nafas bantu, yaitu : a. Ventilasi bantu b. Frekuensi dan volume pernapasan c. Ventilasi bantu dari mulut ke mulut d. Ventilasi dari mulut ke hidung e. Ventilasi dari mulut ke alat 3. Circulation Support Di dalam Circulation Support dilakukan perlakuan pijat jantung luar (cardiac massage) yang bertujuan untuk mengalirkan darah dan oksigen yang terikat hemoglobin ke organ vital khususnya otak. Macam- macam pijat jantung, yaitu : a. Pijat jantung luar dewasa b. Pijat jantung luar bayi dan anak c. Pukulan prekardial Yaitu pukulan menggunakan hipotenar kepalan tangan pada 1/3 bawah tulang dada dari ketinggian 10 cm.

17

B. Cedera Sistem Otot Rangka Cedera sistem otot rangka secara umum meliputi : 1. Patah Tulang Adalah terputusnya jaringan tulang, baik seluruh atau sebagian karena adanya gaya yang melebihi elastisitas tulang. Penyebab terjadinya patah tulang, yaitu : a. Gaya langsung. b. Gaya tak langsung. c. Gaya punter. Penggolongan patah tulang dibedakan menjadi 2, yaitu patah tulang tertutup (tidak ada luka) dan patah tulang terbuka (ada luka di daerah patahan). Gejala dan tanda-tanda patah tulang : g. Terjadi perubahan bentuk. h. Nyeri tekan dan kaku saat digerakkan. i. Bengkak, memar, dan terjadi perubahan warna. j. Mengalami gangguan fungsi gerak. k. Krepitasi tulang. l. Terlihat bagian tulang yang patah. 2. Cerai Sendi (dislokasi) Adalah keluarnya sendi dari mangkok sendi, karena sendi teregang melebihi batas normal. 3. Terkilir/keseleo a. Terkilir sendi (sprain) Penyebabnya adalah terpeleset, gerakan salah sehingga sendi teregang melebihi batas normal. Gejala dan tanda : 1) Nyeri bengkak. 2) Bengkak. 3) Nyeri tekan. 4) Kulit merah kebiruan.

18

b. Terkilir otot (strain) Penyebabnya secara umum karena pembebanan secara tiba-tiba, paling sering karena : 1) Latihan peregangan kurang 2) Latihan peregangan salah 3) Teregang melebihi kemampuan 4) Gerakan yang salah Gejala dan tanda strain : 1) Nyeri yang tajam pada daerah otot 2) Nyeri menyebar keluar dengan kejang otot 3) Bengkak pada daerah cedera Penanganan terkilir : 1. Posisikan nyaman dan istirahatkan daerah cedera 2. Tinggikan 3. Kompres dingin (maksimal 30 menit) 4. Balut tekan 5. Bila ragu bidai 6. Rujuk Pertolongan pada cedera alat gerak : 1. Lakukan penilaian dini 2. Lakukan pemeriksaan fisik 3. Stabilkan bagian patah secara manual 4. Paparkan daerah cederaatasi perdarahan dan rawat luka 5. Siapkan alat 6. Lakukan pembidaian 7. Kurangi rasa sakit 8. Baringkan dalam posisi nyaman

19

C. Perdarahan dan Syok 1. Perdarahan Adalah keluarnya darah akibat rusaknya dinding pembuluh darah karena trauma atau penyakit. Jenis perdarahan dibedakan menjadi perdarahan dalam dan perdarahan luar. Menurut sumbernya perdarahan dibagi menjadi tiga kategori : a. Perdarahan arteri. b. Perdarahan vena. c. Perdarahan kapiler. Waspada/curiga terjadi perdarahan dalam bila : a. Luka tusuk. b. Darah keluar dari telinga/hidung. c. Muntah atau batuk darah. d. Memar luas pada batang tubuh. e. Luka tembus dada/perut. f. Nyeri tekan, kaku atau kejang pada perut. g. BAK/BAB berdarah. Penanganan perdarahan antara lain sebagai berikut: a. Perlindungan terhadap infeksi : 1) Pakai APD. 2) Jangan sentuh mata, hidung, mulut, makanan saat merawat. 3) Cuci tangan (pos). 4) Dekontaminasi. b. Mengendalikan perdarahan : 1) Tekan langsung. 2) Istirahatkan. 3) Tinggikan. 4) Tekan nadi antara perdarahan dengan jantung. c. Istirahatkan dan Rujuk

20

Penatalaksanaan perdarahan dalam antara lain sebagai berikut : a. Baringkan dan istiratkan. b. Buka jalan nafas dan pertahankan. c. Periksa berkala nafas dan nadi. d. Perawatan syok. e. Jangan beri makan/minum. f. Rawat cedera lain. g. Beri O2 bila ada. h. Rujuk. 2. Syok Adalah gagalnya sistem sirkulasi mengirim darah yang

mengandung O2 ke organ vital (otak, jantung dan paru-paru). Penyebab syok antara lain : a. Kegagalan jantung memompa darah. b. Kehilangan darah dalam jumlah banyak. c. Pelebaran pembuluh darah yang luas. d. Kekurangan cairan tubuh yang banyak. Tanda-tanda syok antara lain : a. Pernapasan cepat dangkal. b. Nadi cepat lemah. c. Kulit pucat, dingin, dan lembab. d. Wajah pucat, sianosis pada bibir, lidah, dan cuping hidung. e. Pandangan hampa dan pupil melebar. Gejala syok antara lain : a. Mual-mual. b. Haus. c. Lemah. d. Pusing. e. Gelisah dan takut.

21

Penanganan syok : a. Bawa ke tempat teduh. b. Telentangkan, angkat tungkai 20-30 cm. c. Longgarkan pakaian. d. Selimuti. e. Tenangakan penderita. f. Pastikan jalan nafas dan nafas baik. g. Control perdarahan dan rawat cedera lain. h. Beri O2 bila ada dan jangan beri makan/minum. i. Periksa berkala tanda vital dan rujuk.

22

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 1. Tujuan utama dari pertolongan pertama adalah untuk menyelamatkan korban dari luka yang lebih parah atau bahkan menghindrakan dari risiko kematian dan mempersiapkan korban untuk dirujuk ke rumah sakit. 2. Setiap kegiatan yang dilakukan manusia pasti ada risiko yang diakibatkan yaitu kecelakaan. 3. Bahaya yang timbul dari kecelakaan adalah tidak sadarkan diri, cidera sistim otot rangka, perdarahan baik perdarahan dalam maupun perdarahan dalam. 4. Pertolongan yang salah yang dilakukan pada penderita dapat menyebabkan luka ayang dialami oleh korban kecelakaan menjadi semakin parah, misalkan patah tulang belakang karena cara pengangkutan yang salah. 5. Upaya penanganan yang dapat dilakukan pada penderita kecelakaan adalah sebagai berikut : a. Resusitasi Jantung Paru (RJP) untuk korban tidak sadar dengan indikasi tidak bernafas atau henti jantung. b. Pembidaian untuk korban dengan indikasi patah tulang dalam ataupun luar dan korban yang mengalami dislokasi. 6. Upaya evakuasi korban dapat dilakukan dengan tandu apabila sudah mendapat pertolongan pertama atau dengan cara mengangkat yang benar atau bisa juga dengan menggunakan ambulan. B. Saran 1. Alat-alat yang digunakan dalam praktek diupayakan agar lebih lengkap. 2. Pelaksanaan dari praktek pertolongan pertama diharapkan berkelanjutan agar kemampuan dan keterampilan mahasiswa dapat terus dikembangkan.

23

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai