Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS SINGKAT TERHADAP PEMBIAYAAN PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PUSAT DAN DAERAH

DI INDONESIA

Disusun Oleh: KUSMIYATI NIM. 2009-20-042

SEMESTER VI PROGRAM STUDI ILMU HUKUM UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2012

PRAKATA
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah !"# yang telah

melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya# sehingga penulisan makalah dengan judul $ANA%I I IN&'A" "()*ADA+ +(M,IA-AAN +(%A' ANAAN

O"ONOMI DA()A* DI"IN.A/ DA)I */,/N&AN '(/AN&AN AN"A)A +/ A" DAN DA()A* DI INDON( IA0 dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah ,ahasa Ind1nesia pada emester 2I 3akultas *ukum /ni4ersitas Muria 'udus tahun ajaran 205262057. +enulis yakin 8ah9a penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna# maka segala kritik dan saran yang p1siti: akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya sem1ga skripsi ini dapat 8erguna 8agi penulis dan para pem8a;a pada umumnya.

'udus# .uni 2052 Penulis

DAFTAR ISI
*A%AMAN ./D/% ............................................................................................... 5 +)A'A"A .............................................................................................................. 2 DA3"A) I I ........................................................................................................... 7 ,A, I +(NDA*/%/AN ....................................................................................... 4 5.5. %atar ,elakang +enelitian ....................................................................... 4 5.2. +erumusan Masalah ................................................................................ < 5.7. "ujuan +enulisan ..................................................................................... < 5.4. Man:aat +enulisan.................................................................................... < ,A, II +(M,A*A AN ......................................................................................... 9 2.5. Dimensi *u8ungan 'euangan +usat dan Daerah ................................. 2.2. Analisis +em8iayaan +elaksanaan Desentralisasi ===..==== 9 57

,A, III +(N/"/+ ................................................................................................ 59 7.5. 'esimpulan ======.......................................................................59 7.2. aran ========================== 59 DA3"A) +/ "A'A

BAB I PENDAHULUAN

1 1 LATAR BELAKANG alah isu dalam sistem ketatanegaraan Ind1nesia yang ;ukup mengemuka adalah isu hu8ungan antara +emerintah +usat dan pemerintah daerah. Menurut Muhammad 3au>an ?200@: 5A# kenyataan terse8ut terk1n:irmasi ketika hingga saat ini masalah hu8ungan antara +usat dan Daerah yang 8erlangsung selama ini masih men;ari 8entuk# dan 1leh karena itu 8er8agai upaya untuk menemukan :1rmat yang ideal dan tepat terus dikaji. ehu8ungan dengan 8entuk 1rganisasi negara yang 8ersi:at negara kesatuan# maka masalah hu8ungan +usat dan Daerah dapat dilihat dalam 2 ?duaA sudut pandang ?,agir Manan# 5994: 59A. Bara pertama dise8ut sentralisasi# yang mana segala urusan# :ungsi# tugas# dan 9e9enang penyelenggaraan pemerintahan ada pada +emerintah +usat yang pelaksanaannya dilakukan se;ara dek1nsentrasi. Bara kedua dikenal se8agai desentralisasi# di mana urusan# tugas# dan 9e9enang pelaksanaan pemerintahan diserahkan seluas-luasnya kepada Daerah atau yang dise8ut dengan 1t1n1mi daerah ?,agir Manan# 5994: 59A. +em8agian urusan# tugas# dan :ungsi serta tanggung ja9a8 antara +usat dan Daerah menunjukkan 8ah9a tidak mungkin semua urusan pemerintahan diselenggarakan 1leh +usat saja ?Muhammad 3au>an# 200@: 7A. *al ini merupakan 9ujud nyata pelaksanaan prinsip desentralisasi# suatu prinsip yang dapat disin1nimkan dengan istilah $diet0 dalam 8ahasa kesehatan# yaitu untuk mengurangi 18esitas akut yang diderita 1leh suatu negara. Menurut Ahmad (rani -ustika ?200<: 7A# 18esitas terse8ut terpantul dalam 9ujud jumlah penduduk yang

8esar# 9ilayah yang teramat luas# dan ragam multikultur masyarakat yang sangat 4ariati:. Dengan 1t1n1mi daerah diharapkan kemampuan pemerintah daerah untuk manajemen pem8angunan menjadi le8ih lin;ah# akurat# dan tepat. +engakuan terse8ut mem8erikan peluang kepada Daerah untuk 8erusaha mengatur dan mengurus serta menyelenggarakan pemerintahan sendiri. Dengan demikian# pengaturan mengenai hu8ungan +usat dan Daerah# khususnya dalam hal ini adalah hu8ungan dalam 8idang keuangan merupakan permasalahan yang memerlukan pengaturan yang 8aik# k1mprehensi:# dan resp1nsi: terhadap tuntutan kemandirian dan perkem8angan daerah. Menurut 3arida )ahma9ati ?200<: 29A# tuntutan yang demikian didasari kepada k1nsep 8ah9a setiap ke9enangan yang di8erikan kepada Daerah harus disertai dengan pem8iayaan yang 8esarnya sesuai dengan 8esarnya 8e8an ke9enangan terse8ut. '1nsep inilah yang dikenal dengan money follow function# 8ukan lagi k1nsep function follow money. Artinya# pertama-tama 8e8erapa tugas dan ke9enangan yang dipandang e:isien ditangani 1leh Daerah. 'e9aji8an pemerintah pusat adalah menjamin sum8er keuangan untuk pendelegasian ke9enangan terse8ut. *al ini 8erarti 8ah9a hu8ungan keuangan antara +usat dan Daerah perlu di8erikan pengaturan sedemikian rupa# sehingga ke8utuhan pengeluaran yang menjadi tanggung ja9a8 Daerah dapat di8iayai dari sum8er-sum8er penerimaan yang ada. eiring dengan pr1ses pem8aruan terhadap isu 1t1n1mi daerah dan desentralisasi# de9asa ini telah di8erlakukan /ndang-/ndang N1m1r 72 "ahun 2004 tentang +emerintahan Daerah dan /ndang-/ndang N1m1r 77 "ahun 2004 tentang +erim8angan 'euangan antara +emerintah +usat dan Daerah. 'etentuan

dalam /ndang-/ndang N1m1r 77 "ahun 2004 telah mem8erikan kerangka 8agi terlaksananya desentralisasi :iskal. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah# daerah mempunyai hak# yaitu se8agaimana dise8utkan dalam +asal 25 /ndang-/ndang N1m1r 72 "ahun 2004: 5. 2. 7. 4. C. @. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannyaD Memilih pimpinan daerahD Mengel1la aparatur daerahD Mengel1la kekayaan daerahD Memungut pajak dan retri8usi daerahD Mendapatkan 8agi ahsil dari pengel1laan sum8er daya alam dan sum8er daya lainnya yang 8erada di daerahD E. Mendapatkan sum8er-sum8er pendapatan lain yang sahD dan <. Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundangundangan. e8agai k1nsekuensi dari hak daerah terse8ut di atas# daerah memiliki ke9aji8an yang harus dipenuhi yaitu se8agaimana diatur dalam +asal 22 /ndang/ndang N1m1r 72 "ahun 2004# yaitu: 5. melindungi masyarakat# menjaga persatuan# kesatuan dan kerukunan nasi1nal serta keutuhan Negara 'esatuan )epu8lik Ind1nesiaD 2. meningkatkan kehidupan dem1krasiD 7. mengem8angkan kualitas kehidupan masyarakatD 4. me9ujudkan keadilan dan pemerataanD C. meningkatkan pelayanan dasar pendidikanD @. menyediakan :asilitas pelayanan dasar pendidikanD E. menyediakan :asilitas s1;ial dan :asilitas umum yang layakD <. mengem8angka sistem jaminan s1sialD 9. menyusun peren;anaan dan tata ruang daerahD 50. mengem8angkan sum8er daya pr1dukti: di daerahD 55. melestarikan lingkungan hidupD 52. mengel1la administrasi kependudukanD 57. melestarikan nilai s1sial 8udayaD 54. mem8entuk dan menetapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan ke9enangannyaD dan 5C. ke9aji8an lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Dise8utkan dalam +asal 27 /ndang-/ndang N1m1r 72 "ahun 2004# 8ah9a hak dan ke9aji8an daerah se8agaimana dimaksud dalam +asal 25 dan +asal 22 di9ujudkan dalam 8entuk ren;ana kerja pemerintahan daerah dan dija8arkan E

dalam 8entuk pendapatan# 8elanja dan pem8iayaan daerah yang dikel1la dalam sistem pengel1laan keuangan daerah. Adapun pengel1laan keuangan daerah terse8ut harus dilakukan se;ara e:isien# e:ekti:# transparan# akunta8el# terti8# adil# patut dan taat pada peraturan perundang-undangan. elanjutnya dalam hal pengel1laan keuangan dalam rangka desentralisasi# +emerintah mengaturnya dalam ,a8 IF /ndang-/ndang N1m1r 77 "ahun 2004 tentang +erim8angan 'euangan Antara +emerintah +usat dan +emerintah Daerah. Asas umum dalam pengel1laan keuangan daerah adalah se8agaimana yang diatur dalam +asal @@ /ndang-/ndang N1m1r 77 "ahun 2004# yaitu se8agai 8erikut: ?5A 'euangan Daerah dikel1la se;ara terti8# taat pada peraturan perundangundangan# e:isien# ek1n1mis# e:ekti:# transparan dan 8ertanggungja9a8 dengan memperhatikan keadilan# kepatuhan# dan man:aat untuk masyarakatD ?2A A+,D# +eru8ahan A+,D# dan pertanggungja9a8an pelaksanaan A+,D setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerahD ?7A A+,D mempunyai :ungsi 1t1risasi# peren;anaan# penga9asan# al1kasi# dan distri8usiD ?4A emua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang 8ersangkutan harus dimasukkan dalam A+,DD ?CA urplus A+,D dapat digunakan untuk mem8iayai pengeluaran daerah tahun anggaran 8erikutnyaD ?@A +enggunaan surplus A+,D se8agaimana dimaksud pada ayat ?CA untuk mem8entuk dana ;adangan atau penyertaan dalam perusahaan daerah harus memper1leh persetujuan terle8ih dahulu dari D+)D. Menurut 3arida )ahma9ati ?200<: 7CA# implementasi desentralisasi :iskal mem8erikan ke9enangan kepada ka8upaten6k1ta untuk menggali dan mengel1la sum8er keuangannya sendiri# sehingga 8erdampak pada mun;ulnya 8er8agai ke8ijakan yang mengarah kepada upaya peningkatan penerimaan daerah. Atas dasar adanya desentralisasi :iskal inilah maka dipandang perlu untuk melakukan analisis terhadap pem8iayaan pelaksanaan desentralisasi se8agai 8entuk hu8ungan keuangan +usat dan Daerah melalui 8entuk penulisan makalah yang

<

8erjudul $Analisis ingkat "erhadap +em8iayaan +elaksanaan Ot1n1mi Daerah Ditinjau Dari *u8ungan 'euangan Antara +usat Dan Daerah Di Ind1nesia0.

1 2 PERUMUSAN MASALAH ,erdasarkan latar 8elakang di atas# permasalahan yang akan di8ahas dalam makalah ini adalah: 5. ,agaimanakah dimensi yang ada dalam hu8ungan antara keuangan +usat dan DaerahG 2. ,agaimanakah analisis pem8iayaan dalam pelaksanaan 1t1n1mi daerahG

1 ! TUJUAN PENULISAN ,erpijak dari perumusan masalah terse8ut di atas# maka tujuan penulisan makalah ini adalah: 5. /ntuk mengetahui dimensi yang ada dalam hu8ungan antara keuangan +usat dan Daerah. 2. /ntuk mengetahui analisis pem8iayaan dalam pelaksanaan 1t1n1mi daerah.

1 " MANFAAT PENULISAN 5. Man:aat "e1ritis e;ara te1ritis# man:aat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah dapat mem8erikan sum8angan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan# khususnya ilmu pengetahuan di 8idang hukum. 2. Man:aat +raktis e;ara praktis# penulisan makalah ini diharapkan mampu mem8erikan sum8angan pemikiran kepada pemerintah 8erkaitan dengan pem8iayaan daerah. 9

BAB II PEMBAHASAN
2 1 Di#ensi Hu$un%&n Keu&n%&n Pus&' (&n D&e)&* Menurut ,agir Manan ?2005: 7CA# untuk mengetahui hu8ungan antara +usat dan Daerah# maka salah satu dimensi yang menjadi p1k1k pem8i;araan adalah hu8ungan keuangan. Istilah :1rmal mengenai keuangan negara dijumpai dalam naskah asli //D 594C ?se8elum +eru8ahanA. Di dalam +asal 27 ayat ?4A ditentukan 8ah9a hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan undang-undang. ementara itu#

ketentuan +asal 27 ayat ?CA menye8utkan 8ah9a untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan undang-undang. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan akyat. etelah +eru8ahan //D 594C istilah $hu8ungan keuangan0 dijumpai dalam +asal 5<A ayat ?2A //D 594C yang menegaskan 8ah9a hubungan keuangan...antara pemerintah Pusat dan pemerintahan Daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang. ,e8erapa peraturan perundang-undangan yang mengatur hu8ungan keuangan antara +usat dan Daerah tidak mempergunakan istilah $hu8ungan keuangan0 se8agai nama undang-undang terse8ut# melainkan menggunakan istilah $perim8angan keuangan0. *al terse8ut dapat dilihat dalam: ?iA /ndang/ndang N1m1r 72 "ahun 59C@D ?iiA /ndang-/ndang N1m1r 2C "ahun 5999D dan ?iiiA /ndang-/ndang N1m1r 77 "ahun 2004. Dalam /ndang-/ndang N1m1r 72 "ahun 59C@ 8ahkan istilah perim8angan keuangan se8agai nama undang-undang yang 8ersangkutan# diikuti dengan :rasa 50

$antara negara dengan daerah-daerah yang 8erhak mengurus rumah tangganya sendiri. 0'ata $negara0 dipergunakan untuk menunjuk +emerintah +usat# sedangkan kata $daerah-daerah0 dimaksudkan untuk menunjuk daerah 1t1n1m. ementara itu# /ndang-/ndang N1m1r 2C "ahun 5999 dan /ndang-/ndang N1m1r 77 "ahun 2004 mempergunakan istilah yang sama se8agai nama undangundang terse8ut# yaitu perim8angan keuangan antara +emerintah +usat dan +emerintah Daerah. Istilah $hu8ungan keuangan0 juga dapat dilihat dalam +asal 2 ayat ?@A /ndang-/ndang N1m1r 77 "ahun 2004# yang menyatakan 8ah9a Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras. Istilah terse8ut juga dapat dijumpai dalam +asal 5C /ndang-/ndang N1m1r 77 "ahun 2004# hanya saja 8aik dalam //D 594C maupun /ndang-/ndang N1m1r 72 "ahun 59C@# /ndang-/ndang N1m1r 2C "ahun 5999# dan /ndang-/ndang N1m1r 77 "ahun 2004 sama sekali tidak diketemukan 8atasan mengenai istilah $hu8ungan keuangan.0 ementara itu# untuk mem8erikan pijakan pemahaman mengenai hu8ungan keuangan terse8ut perlu sekali diketahui mengenai apa yang dimaksud dengan keuangan negara itu. e;ara te1ritis di sini akan dikemukakan pemahaman

mengenai keuangan negara seperti paparan u8agi1 dan M. I;h9an. Menurut u8agi1 ?59<E: 55A# keuangan negara adalah semua hak dan

ke9aji8an yang dapat dinilai dengan uang# demikian pula segala sesuatu# 8aik uang maupun 8arang yang dapat dijadikan milik negara# 8erhu8ungan dengan pelaksanaan hak dan ke9aji8an terse8ut. ementara itu# M. I;h9an# se8agaimana dikutip 1leh !. )ia9an "jandra ?200@: 5A# mengatakan 8ah9a keuangan negara adalah ren;ana kegiatan se;ara kuantitati: ?dengan angka-angka diantaranya

55

di9ujudkan dalam jumlah mata uangA# yang akan dijalankan untuk masa mendatang# la>imnya satu tahun mendatang. .ika di;ermati# pendapat u8agi1

men;erminkan pemahaman keuangan negara dalam perspekti: yang luas. *al ini karena ia menye8ut 8ah9a keuangan negara meliputi: ?iA hak dan ke9aji8an yang dapat dinilai dengan uangD ?iiA uang milik negaraD dan ?iiiA 8arang milik negara. *emat penulis# pemahaman u8agi1 memandang keuangan negara dari segi 18yeknya. ementara itu# M. I;h9an menunjuk keuangan negara dari sudut

pandang pr1ses# meskipun juga terkesan sederhana# karena hanya menyangkut pengel1laan keuangan negara. ,ahkan# hemat penulis# pendapat M. I;h9an itu tidak mende:inisikan keuangan negara# tetapi le8ih tepat dipandang se8agai pengertian anggaran negara. elanjutnya dalam perkem8angannya juga telah diundangkan /ndang/ndang N1m1r 5E "ahun 2007 tentang 'euangan Negara. Dalam +asal 5 angka 5 undang-undang terse8ut diatur 8ah9a keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu, baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban. De:isini menurut undangundang mengenai keuangan negara ini sangat luas# karena diper1leh dengan menggunakan pendekatan dari sisi 18yek# pr1ses# dan tujuan. Menurut !.

)ia9an "jandra ?200@: 4A# de:inisi yang demikian luas itu 8ertujuan untuk men;apai 7 ?tigaA hal. Pertama, terdapat perumusan de:inisi keuangan negara se;ara ;ermat dan teliti untuk men;egah terjadinya multiintepretasi dalam segi pelaksanaan anggaran. Kedua, agar tidak terjadi kerugian negara se8agai aki8at kelemahan dalam perumusan undang-undang. Ketiga, memperjelas pr1ses

52

penegakan hukum apa8ila terjadi maladministrasi dalam pengel1laan keuangan negara. elanjutnya# +asal @ /ndang-/ndang N1m1r 5E "ahun 2007 mengatur 8ah9a +residen selaku kepala pemerintahan memegang kekuasaan pengel1laan keuangan negara se8agai 8agian dari kekuasaan pemerintahan. elanjutnya#

kekuasaan +residen itu dalam rangka 1t1n1mi daerah diserahkan kepada gu8ernur68upati69alik1ta selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengel1la keuangan daerah dan me9akili pemerintah daerah dalam kepemilikikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Di sinilah titik a9al terjadinya hu8ungan keuangan antara +usat dan Daerah ?Ateng ya:rudin# 2005A. Menurut Ahmad -ani ?2002: 9<A# hu8ungan keuangan antara +usat dan Daerah sering juga dise8ut se8agai perim8angan keuangan +emerintah +usat dan Daerah. Dalam pandangan ,agir Manan ?2005: 40A# esensi dari perim8angan keuangan terse8ut adalah memper8esar pendapat asli daerah sehingga lum8ung keuangan daerah dapat 8erisi le8ih 8anyak. "etapi 'ennet Da4ey# se8agaimana dikutip 1leh yari: *idayat ?2000: 559A# mengatakan 8ah9a inti dari hu8ungan keuangan antara +usat dan Daerah adalah pengaturan masalah distri8usi# yaitu k1nsekuensi dari distri8usi kekuasaan kepada pemerintah daerah untuk mengimplementasikan 9e9enang yang telah didesentralisasikan. Dengan men;ermati pemahaman di atas# dapat dikatakan 8ah9a salah satu k1mp1nen utama 1t1n1mi daerah adalah desentralisasi :iskal. Artinya# 8er8i;ara 1t1n1mi daerah tidak dapat dilepaskan dari isu kapasitas keuangan daerah# di mana kemandirian daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan diukur dari kemampuan menggali dan mengel1la keuangannya ?3arida )ahma9ati# 200<:

57

2<A. Oleh karena itu# penyelenggaraan pemerintahan daerah memerlukan pem8iayaan. Menurut /ndang-/ndang N1m1r 77 "ahun 2004# pem8iayaan

penyelenggarakan pemerintahan 8erdasarkan asas desentralisasi# dek1nsentrasi# dan tugas pem8antuan. +em8iayaan 8erdasarkan asas desentralisasi dilakukan atas 8e8an Anggaran +endapatan dan ,elanja Daerah ?A+,DA. ementara itu# pem8iayaan 8erdasarkan asas dek1nsentrasi dilakukan atas 8e8an Anggaran +endapatan dan ,elanja Negara ?A+,NA# sedangkan pem8iayaan dalam tugas pem8antuan di8iaya atas 8e8an anggaran tingkat pemerintahan yang menugaskan.

2 2 An&lisis Pe#$i&+&&n Pel&,s&n&&n Desen')&lis&si Dalam rangka implementasi asas desentralisasi# maka pengertian 1t1n1mi se8agai hak untuk mengatur dan mengurus kepentingan serta aspirasi Daerah harus diletakkan juga dalam kerangka pem8iayaan atas penyelenggaraan urusan +emerintahan Daerah. Menurut ,ird dan 2aillan;1urt ?2000: 57CA# mem8iayai diri sendiri menunjukkan 8ah9a Daerah harus mempunyai sum8er-sum8er pendapatan sendiri. Menurut Muhammad 3au>an ?200@: 275A# salah satu k1nsekuensi pelaksanaan 1t1n1mi daerah adalah 8erhu8ungan dengan upaya untuk men;iptakan kemampuan mem8iayai diri sendiri. 'emampuan ini harus memperhatikan kemampuan sum8er daya Daerah-daerah lainnya yang tidak merata sehingga sistem pem8iayaan Daerah pun harus dapat dilaksanakan se;ara adil# artinya terhadap Daerah yang kurang mampu perlu diperhatikan dengan perim8angan yang pr1p1rsi1nal rasi1nal yang disusun dan ditentukan se;ara ter8uka dengan meli8atkan partisipasi 9arga masyarakat. ,erdasarkan

pemahaman demikian# maka analisis mengenai pem8iayaan pelaksanaan 54

desentralisasi

terkait

erat

dengan

sum8er-sum8er#

peruntukkan#

dan

pendistri8usian penerimaan daerah. Dalam +asal C ayat ?5A /ndang-/ndang N1m1r 77 "ahun 2004 ditentukan 8ah9a sum8er penerimaan Daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas +endapatan Daerah dan +em8iayaan. +endapatan Daerah meliputi: ?iA +endapatan Asli DaerahD ?iiA Dana +erim8anganD dan ?iiiA %ain-lain +endapatan. ementara itu# +em8iayaan meliputi: ?iA sisa le8ih perhitungan anggaran daerahD ?iiA penerimaan +injaman DaerahD ?iiiA Dana Badangan DaerahD dan ?i4A hasil

penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan. Analisis ini di:1kuskan kepada +endapatan Daerah dan selanjutnya di8atasi hanya menyangkut +endapatan Asli Daerah saja. +ertim8angan :1kus analisis ini adalah 8ah9a 8esarnya penerimaan daerah dari kedua sum8er pendapatan terse8ut dipengaruhi 1leh sistem perim8angan keuangan antara +usat dan Daerah yang dianut. & Pen(&-&'&n Asli D&e)&* *u8ungan keuangan antara +emerintah +usat dan Daerah ditandai dengan tingginya k1ntr1l pusat terhadap pr1ses pem8angunan daerah. *al ini jelas terlihat dari rendahnya pr1p1rsi +endapatan Asli Daerah ?+ADA terhadap t1tal pendapatan daerah di8anding 8esarnya su8sidi ?grantA yang di8erikan 1leh +usat. Menurut u9arn1 ?200<: C5A# indikat1r desentralisasi :iskal adalah rasi1 antara +AD dengan t1tal penerimaan Daerah. Dalam hal ini# kemampuan Daerah untuk mengem8angkan k1mpetensi dalam mengel1la se;ara 1ptimal sum8er penghasilan dan keuangan guna pem8iayaan akti4itas pemerintahan dan pem8angunan merupakan salah satu pilar pelaksanaan 1t1n1mi daerah ?Mulyant1# 2002: CA.

5C

Menurut uhadak dan "ri %aks1n1 Nugr1h1 ?200E: 5@7A# dalam kaitan dengan peningkatan +AD# ke8ijaksanaan yang perlu ditempuh adalah dalam 8entuk intensi:ikasi dan ekstensi:ikasi pemungutan sehingga diharapkan +AD akan le8ih 8erperan. 'e8ijaksanaan dan usaha intensi:isikasi 8erupa peningkatan +AD dari sum8er-sum8er yang ada atau 8erjalan selama ini. ementara itu# ke8ijaksanaan dan usaha ekstensi:ikasi dalam pemungutan ini 8erupa men;ari dan menggali sum8er-sum8er pendapatan daerah yang 8aru dalam 8atas ketentuan peraturan perundang-undangan. +ada sisi yang lain# upaya-upaya intensi:ikasi dan ekstens:ikasi sum8er-sum8er sangat

tergantung kepada kreati4itas aparatur Daerah dalam mengk11rdinasikan 8er8agai lem8aga penghasil sum8er dana +AD dan kreati4itas aparatur tentunya sangat ditentukan 1leh kualitas aparatur. Diuraikan le8ih lanjut 1leh uhadak dan "ri %aks1n1 Nugr1h1 ?200E: 5@7-5@4A# 8ah9a +AD sey1gyanya le8ih dititik8eratkan pada ekstensi:ikasi dan intensi:ikasi sum8er-sum8er retri8usi. ementara itu# pajak daerah ;ukup ditetapkan sum8er limitati: pada 18yek-18yek yang ;ukup p1tensial 8agi pajak yang kurang p1tensial sey1gnyanya dihapuskan. /raian selanjutnya ter8atas kepada masalah pajak daerah 8elaka. $ P&.&, D&e)&* Menurut Andriani# se8agaimana dikutip 1leh ant1s1 ,r1t1diharj1

?59<@: 2A# pajak merupakan iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terhutang 1leh 9aji8 pajak menurut peraturan-peraturan# dengan tidak mendapat prestasi kem8ali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya untuk mem8iayai pengeluaran-pengeluaran umum 8erhu8ungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Menurut N... 3eldman#

5@

se8agaimana dikutip 1leh (arly

uandy# pajak adalah prestasi yang

dipaksakan sepihak 1leh dan terutang kepada penguasa ?menurut n1rman1rma yang ditetapkan se;ara umumA tanpa ada k1ntraprestasi dan sematamata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum ?(arly uandy# 2002: 9A. ementara itu# menurut ketentuan +asal 5 angka @

/ndang-/ndang N1m1r 5< "ahun 599E j1 /ndang-/ndang N1m1r 74 "ahun 2000 tentang +ajak Daerah dan )etri8usi Daerah# pengertian +ajak Daerah men;akup iuran 9aji8 yang dilakukan 1leh 1rang pri8adi atau 8adan kepada Daerah tanpa im8alan langsung yang seim8ang# yang dapat dipaksakan 8erdasarkan peraturan perundang-undangan yang 8erlaku# yang digunakan untuk mem8iayai penyelenggaraan pemerintah Daerah dan pem8angunan Daerah. Dalam hal ini# se;ara umum dapat dipahami 8ah9a pajak memuat unsur-unsur se8agai 8erikut: ?iA pungutan yang dilakukan 1leh negaraD ?iiA 8erdasarkan undang-undangD ?iiiA pelaksanaannya dapat dipaksakan kepada 9aji8 pajakD dan ?i4A tidak ada jasa 8alik se;ara langsung. Dalam k1nteks hu8ungan +usat dan Daerah# MustaHiem ?200<: 5@95E0A menunjuk adanya 2 ?duaA p1la pengaturan 8idang perpajakan daerah# yaitu sistem residu dan sistem material. Dalam sistem residu# +emerintah +usat dapat menetapkan ma;am-ma;am pajak +usat dan di luar yang ditetapkan 1leh pemerintah pusat merupakan +ajak Daerah. +emerintah Daerah dengan sistem ini akan leluasa dalam menetapkan dan mengatur 8erm;am-ma;am pajak daerah. Apa8ila tim8ul pers1alan-pers1alan 8aru# +emerintah Daerah akan ;epat mengam8il langkah-langkah yang diperlukan dan tidak perlu menunggu keputusan dari pemerintah pusat.

5E

Di dalam sistem material# jumlah dan jenis-jenis pajak daerah ditetapkan se;ara riil 1leh pemerintah +usat# di luar yng telah ditetapkan 1leh +emerintah +usat se8agai pajak daerah. +1la ini menye8a8kan terpasungnya Daerah dalam menggali sum8er-sum8er pendapatan yang 8erasal dari sekt1r pajak daerah karena Daerah tidak dapat leluasa menam8ah sendiri ma;amma;am pajaknya. 'edua p1la terse8ut menunjukkan 8ah9a ke9enangan memungut pajak dapat dilaksanakan 1leh +usat maupun Daerah. .ika ke9enangan 8erada pada +usat# maka 8idang terse8ut merupakan perpajakan +usat# dan se8aliknya# jika ke9enangannya 8erada pada Daerah# maka 8idang terse8ut merupakan perpajakan Daerah. Agar dapat 8erperan se8agai sum8er +AD yang e:isien# maka perlu ditempuh ke8ijaksanaan intensi:ikasi dan ekstensi:ikasi pajak daerah. Intensi:ikasi pajak daerah diartikan se8agai suatu usaha yang dilakukan 1leh pemerintah k1ta6ka8upaten untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah yang 8iasa diaplikasikan ke dalam 2 hal yaitu peru8ahan tari: pajak daerah dan peningkatan pengel1laan pajak daerah ?A8dul *alim# 2005: @9A. 'e8ijaksanaan peru8ahan tari: pajak daerah merupakan hal yang sangat mudah dilakukan 1leh Daerah dan se;ara nyata dapat meningkatkan penerimaan pajak. *anya saja e:ek negati: yang mun;ul adalah dapat menggangu perek1n1mian daerah khususnya dalam kegiatan pr1duksi dan kegiatan perdagangan 8arang dan jasa. ,ahkan# ke8ijaksanaan sema;am ini dapat juga menim8ulkan terjadinya pelarian m1dal 1leh para in4est1r ?crowding outA dari Daerah yang 8ersangkutan ke Daerah yang lain. ementara itu# peningkatan pengel1laan pajak daerah harus dilakukan se;ara

5<

pr1:esi1nal melalui mekanisme dan pr1sedur yang 8aik dan transparan# guna menghindari terjadinya pem81r1san 8iaya pemungutan dan ke81;1ran penerimaan pajak daerah. +ada sisi lain# ektensi:ikasi pajak daerah merupakan suatu ke8ijakan yang dilakukan 1leh Daerah dalam upaya meningkatkan pen;iptaan sum8ersum8er pajak daerah. *al ini sesuai dengan /ndang-/ndang N1m1r 5< "ahun 599E j1 /ndang-/ndang N1m1r 74 "ahun 2000 di mana dalam usaha meningkatkan k1nstri8usi pajak daerah terhadap t1tal penerimaan Daerah merupakan salah satu ke8ijakan yang sangat rasi1nal. +elaksanaan ke8ijaksanaan ini sangat ter8uka le8ar# karena Daerah di8eri kesempatan untuk menggali p1tensi sum8er-sum8er keuangan yang ada di 9ilayahnya dengan menetapkan jenis pajak selain yang telah ditetapkan dalam undangundang sepanjang memenuhi kriteria atau indikat1r yang telah digariskan. ,erdasarkan ketentuan +asal 2 /ndang-/ndang N1m1r 5< "ahun 599E j1 /ndang-/ndang N1m1r 74 "ahun 2000# pajak daerah terdiri atas +ajak Daerah +r1pinsi dan +ajak Daerah 'a8upaten6'1ta. Dalam +asal 2 ayat ?5A# ditentukan 8ah9a +ajak +r1pinsi meliputi: ?iA +ajak 'endaraan ,erm1t1r dan +ajak 'endaraan atas AirD ?iiA ,ea ,alik Nama 'endaraan ,erm1t1rD ?iiiA +ajak ,ahan ,akar 'endaraan ,erm1t1rD dan ?i4A +ajak +engam8ilan dan +eman:aatan Air ,a9ah "anah dan Air +ermukaan. ementara itu# +asal 2 ayat ?2A menentukan 8ah9a +ajak Daerah 'a8upaten6'1ta meliputi: ?iA +ajak *1telD ?iiA +ajak )est1ranD ?iiiA +ajak *i8uranD ?i4A +ajak )eklameD ?4A +ajak +enerangan .alanD ?4iA +ajak +engam8ilan ,ahan &alian &1l1ngan BD dan ?4iiA +ajak +arkir.

59

BAB III PENUTUP


! 1 KESIMPULAN 5. Dimensi hu8ungan keuangan antara +usat dan Daerah sering juga dise8ut se8agai perim8angan keuangan +emerintah +usat dan Daerah. (sensi dari perim8angan keuangan terse8ut adalah memper8esar pendapat asli daerah sehingga lum8ung keuangan daerah dapat 8erisi le8ih 8anyak# dan pengaturan masalah distri8usi# yaitu k1nsekuensi dari distri8usi kekuasaan kepada pemerintah daerah untuk mengimplementasikan 9e9enang yang telah didesentralisasikan. 2. alah satu aspek dalam pem8ahasan mengenai hu8ungan keuangan antara +emerintah +usat dan Daerah adalah pem8iayaan pelaksanaan 1t1n1mi daerah yang men;akup 8idang penerimaan daerah dan pem8iayaan. Adapun 8idang penerimaan daerah men;akup +AD# yang mana sum8er ter8esar untuk pemenuhannya ditetapkan dari pajak daerah dan retri8usi daerah. /ntuk menunjang desentralisasi :iskal# khususnya +AD# maka diperlukan

ke8ijaksanaan intensi:ikasi dan ekstensi:ikasi dengan 8erped1man kepada peraturan perundang-undangan yang 8erlaku agar 8erman:aat 8agi

pem8iayaan pemerintah daerah dan pem8angunan daerah. ! 2 S&)&n 5. 'epada +emerintah Daerah# hendaknya 8erupaya se1ptimal mungkin dalam menggali sum8er-sum8er pendapatan di masing-masing 9ilayahnya. 2. 'epada +emerintah pusat# hendaknya dalam menentukan 8agi hasil pajak kepada daerah# tidak hanya 8erdasarkan per1lehan pajak saja tetapi juga harus mempertim8angkan pem8angunan di daerah penghasil pajak terse8ut. 20

DAFTAR PUSTAKA
A8dul *alim# 2005# Bunga ampai !anajemen Keuangan Daerah, -1gyakarta: /++ AM+ -'+N. Ahmad (rani -ustika# 200<# $Desentralisasi (k1n1mi# +engem8angan 'apasitas# dan Misal1kasi Anggaran0# dalam Ahmad (rani -ustika ?(d.A# 200<# Desentralisasi "konomi di #ndonesia$ Kajian %eoritis dan ealitas "mpiris, Malang: ,ayumedia +u8lishing. Ahmad -ani# 2002# Hubungan Keuangan &ntara Pemerintah Pusat dan Daerah di #ndonesia, .akarta: )aja9ali +ress. ,agir Manan# 5994# Hubungan &ntara Pusat dan Daerah !enurut ''D ()*+, .akarta: +ustaka inar *arapan. IIIIIIIIIIIIII# 2005# !enyongsong ,ajar -tonomi Daerah, -1gyakarta: + * /II -1gyakarta. (arly uandy# 2002# Perencanaan Perpajakan, .akarta: alem8a (mpat. 3arida )ahma9ati# 200<# $Desentralisasi 3iskal: '1nsep# *am8atan# dan +r1spek0# dalam Ahmad (rani -ustika ?(d.A# 200<# Desentralisasi "konomi di #ndonesia$ Kajian %eoritis dan ealitas "mpiris, Malang: ,ayumedia +u8lishing. Muhammad 3au>an# 200@# Hukum Pemerintahan Daerah Kajian tentang Hubungan Keuangan antara Pusat dan Daerah, -1gyakarta: /II +ress. MustaHiem# 200<# Pajak Daerah dalam %ransisi -tonomi Daerah, -1gyakarta: /II +ress. M. u8agi1# 59<E# Hukum Keuangan .egara eublik #ndonesia, .akarta: )aja9ali +ress. )i;hard M. ,ird dan 3ran;1is 2aillan;1urt# 2000# ,iscal Decentrali/ation in De0eloping 1ountries 2Desentralisasi ,iskal di .egara-.egara Berkembang3, .akarta: &ramedia +ustaka /tama. ant1s1 ,r1t1dihardj1# 59<@# Pengantar #lmu Hukum Pajak, ,andung: (nres;1. uhadak dan "rilaks1n1 Nurg1r1h1# 200@# Paradigma Baru Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Penyusunan &PBD di "ra -tonomi, Malang: ,ayumedia +u8lishing. yari: *idayat# 2000# Juantum. efleksi ealitas -tonomi Daerah, .akarta: +ustaka

!. )ia9an "jandra# 200@# Hukum Keuangan .egara, .akarta: &rasind1. 25

Anda mungkin juga menyukai