Anda di halaman 1dari 17

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan paper yang berjudul Cakram Mudigah Bilaminer (Perkembangan Minggu Kedua). Dalam penulisan paper ini penulis merasa masih banyak

kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan paper ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini. Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal Alamiin.

Penulis

Cakram Mudigah Bilaminer


(Perkembangan Minggu Kedua)
Perkembangan Hari Kedelapan
Pada perkembangan hari kedelapan,blastokista sebagian terbenam di dalam stroma endometrium. Pada daerah di atas embrioblast,tropoblas berdiferensiasi menjadi 2 lapisan : (a) satu lapisan sel-sel berinti tunggal di sebelah dalam, sitotrofoblas, dan (b) satu zona luar berinti banyak tanpa batas sel yang jelas, sinsitiofoblas. Gambaran mitosis biasanya ditemui di dalam sitotrofoblas, tetapi tidak pernah ditemukan di dalam sinsitiotrofoblas. Sel-sel di dalam sitotrofoblas membelah dan kemudian bermigrasi ke sinsitiotrofoblas, untuk kemudian menyatu dan kehilangan selaput selnya.

Gambar 3.1. Gambaran yang memperlihatkan blastokista manusia yang berusia 7 hari,sebagian terbenam di dalam stroma endometrium. Trofoblas terdiri atas selapis sel berinti tunggal dibagian dalam, sitotrofoblas, dan sebuah lapisan luar tanpa batas-batas sel yang jelas, sinsitiotroblas. Embrioblas dibentuk oleh lapisan benih epiblas dan hipoblas. Rongga amnion tampak sebagai sebuah celah sempit.

Sel-sel dari massa sel dalam atau embrioblas berdiferensiasi menjadi dua lapisan : (a) satu lapisan sel-sel kecil kuboid berdampingan dengan rongga blastokista,yang dikenal sebagai lapisan hipoblas; dan (b) satu lapisan sel silinder tinggi bersebelahan dengan rongga amnion,lapisan epiblas. Sel-sel dari masing-masing lapisan mudigah membentuk sebuah cakram datar dan keduanya dikenal sebagai cakram mudigah bilaminer. Pada saat itu,sebuah rongga kecil muncul didalam epiblas. Rongga ini membesar menjadi rongga amnion. Sel-sel epiblas yang dekat dengan sitotrofoblas disebut dengan amnioblas dan,bersama dengan sisa epiblas lainnya, melapisi rongga amnion. Stroma endometrium yang berada didekat tempat implantasi tampak edematus dan sangat vaskular. Kelenjar-kelenjar besar yang berkelokkelok mengeluarkan banyak sekali glikogen dan mukus.

Gambar 3.2. Potongan blastokista manusia berusia 7 hari (100 X). Perhatikan gambaran sinsitiotroblas yang berinti banyak, sel-sel sitotrofoblas yang besar, celah sempit rongga amnion.

Perkembangan Hari Kesembilan


Blastokista sebelum dalam terbenam di dalam endometrium, dan luka bekas penembusan pada permukaan epitel ditutup oleh endapan fibrin. Trofoblas menunjukkan kemajuan perkembangan yang pesat, terutama pada kutub embrionalnya, dimana terlihat vakuola-vakuola pada sinisitium. Bila vakuola ini menyatu terbentuklah lakuna-lakuna yang besar, dan tahap perkembangan trofoblas ini dikenal sebagai tahap lakunaris.

Gambar 3.3. Gambaran blastikista manusia yang berusia 9 hari. Sinsitiotrofoblas memperhatikan banyak lakuna. Perhatikan sel-sel gepeng yang membentuk selaput eksoslom. Cakram mudigah bilaminer ini terdiri atas selapis sel silindris dari epiblas dan selapis sel kuboid dari hipoblas. Cacat permukaan terdahulu ditutupi oleh endapan fibrin.

Sementara itu, pada kutub abembrional, sel-sel gepeng, yang mungkin berasal dari hipoblas, membentuk suatu selaput tipis, yang dikenal sebagai selaput eksoselom (selaaput Heuser), yang melapisi permukaan dalam sititrofoblas. Selaput ini, bersama dengan hipoblas, membentuk lapisan untuk rongga eksoselom (kantung kuning telur primitif).

Perkembangan Hari Kesebelas sampai Hari Kedua Belas


Pada hari kesebelas sampai kedua belas, blastokista telah terbenam seluruhnya di dalam stroma endometrium, dan epitel permukaan menutupi hampir seluruh cacat pada dinding rahim. Kini blastokista hanya sedikit menonjol kedalam rongga rahim Trofoblas ditandai dengan rongga-rongga lakuna dalam sinisitium yang membentuk suatu jalinan yang saling berhubungan. Jalinan ini terutama tampak jelas pada kutub embrional, akan tetapi pada kutub abembrional, trofoblas terutama masih terdiri atas sel-sel sitrofoblas. Pada saat yang sama, sel-sel sinsitiotroblas menembus lebih dalam ke stroma dan merusak lapisan endotel pembuluh-pembuluh kapiler ibu. Pembuluh-pembuluh rambut ini tersumbat dan melebar yang disebut sinusoid. Lakuna sinsitium kemudian berhubungan dengann sinusoid, dan darah ibu memasuki sistem lakuna. Karena trofoblas terus merusak sinusoid,darah ibu mulai mengalir melalui sistem trofoblas, sehingga terjadilah sirkulasi utero-plasenta. Pada saat yang sama, sekelompok sel baru muncul diantara permukaan dalam sitotroblas dan permukaan luar rongga eksoselom. Selsel ini berasal dari sel kantong kuningdan membentuk suatu jaringan
5

penyambung yang halus dan longgar, mesoderm ekstraembional; dimana pada akhirnya akan mengisi semua ruang di antara trofoblas disebelah luar dan amnion serta selaput eksoselom di sebelah dalam. Terbentuk ronggarongga besar di dalam mesoderm ekstraembrional somatopleural;yang menutupi kantung kuning disebut mesoderm ekstraembrional splanknopleural.

Gambar 3.4 Pertumbuhan cakram mudigah bilaminer lebih lambat dibandingkan dengan perkembangan trofoblas; akibatnya, cakram tersebut tetap kecil (0,1 sampai 0,2 mm). Sementara itu,sel-sel endometrium menjadi polihedral dan banyak mengandung glikogen dan lemak; ruang sel terisi dengan cairan ekstravasasi, dan jaringan menjadi sembab. Perubahan-perubahan ini ,yang dikenal sebagai reaksi desidua,mula-mula terbatas di daerah sekitar tempat implantasi, tetapi segera meluas keseluruh endometium.

Gambar 3.5 Potongan blastokista manusia yang berusia 12 hari yang telah berimplantasi sempurna (100 X). Perhatikan sel darah ibu di dalam lacuna, membran eksoselom yang melapisi kantung kuning telur primitive, serta hipoblas dan epiblas.

Perkembangan Hari Ketiga Belas


Biasanya luka pada permukaan endometrium telah sembuh. Akan tetapi,kadang-kadang dapat perdarahan haid biasa,sehingga menyebabkan ketidaktepatan dalam memperkirakan tanggal terjadi perdarahan pada tempat implantasi karena meningkatnya aliran darah ke dalam ruangruang lakuna. Oleh karena tarjadi kira-kira pada hari ke-28 daur haid, maka perdarahan ini dapat disangka harapan kelahiran. Trofoblas ditandai dengan munculnya struktur-villi. Sel-sel dari sitotrofoblas berproliferasi setempat dan menembus ke dalam sinsitium. Silinder-silinder sel yang dibungkus sinsitium ini disebut villi primer.

Sementara itu, hipoblas menghasilkan sel-sel lain yang bermigrasi kesisi dalam selaput eksoselom. Sel-sel ini berproliferasi dan berangsur-angsur membentuk rongga baru didalam rongga eksoselom. Rongga baru ini dikenal sebagai kantung kuning telur sekunder atau kantung kuning telur definitif. Kantung kuning telur ini jauh lebih kecil daripada rongga eksoselom asli atau kantung kuning telur primitif. Selama pembentukannya, sebagian besar rongga eksoselom terjepit. Bagian in diwakili oleh kista-kista eksoselom,yang sering dijumpai di dalam selom ekstraembrional atau rongga korion.

Gambar 3.6 Gambar blastokista manusia berusia 13 hari. Lacuna trofoblas sekarang terdapat pada kutub embrional maupun abembrional, dan mulailah peredaran darah utero-plasenta. Perhatikan pembentukan villi primer dan selom ekstraembional atau rongga korion. Kantung kuning telur sekunder seluruhnya dilapisi oleh endoderm.

Sementara itu, selom ekstraembrional meluas dan membentuk sebuah rongga besar yang dikenal sebagai rongga korion. Mesoderm ekstraembrional yang melapisi permukaan dala sitotrofoblas kemudian disebut sebagai lempeng korion. Satu-satunya tempat mesoderm
8

ekstraemrional melintasi rongga korion adalah di tangkai penghubung. Dengan berkembangnya pembuluh darah, tangkai penghubung itu menjadi tali pusat. Menjelang akhir minggu kedua, cakram mudigah terdiri atas dua cakram sel yang saling berhadapan:epiblas, yang membentuk lantai rongga amnion yang terus semakin meluas, dan hipoblas, yang membentuk atap kantung kuning telur sekunder. Di daerah kepalanya, cakram hipoblas memperlihatkan sedikit penebalan yang dikenal sebagai lempeng prekordal. Ini adalah daerah sel toraks yang melekat erat pada cakram epiblas yang berada di atasnya.

KOLERASI KLINIK
Sinsiotrofoblas bertanggung jawab atas produksi hormon antara lain gonadotropin korionik manusia (hCG). Menjelang akhir minggu kedua,

telah

diproduksi

cukup

banyak

hormon

ini

dideteksi

dengan

radioimunoasi, yang menjadi dasar untuk pengujian kehamilan. Karena 50% genom embrio yang berimplantasi berasal dari ayah, genom ini merupakan benda asing yang potensial akan ditolak oleh system ibu. Beberapa teori telah muncul untuk mempertanyakan mengapa hasil konsepsi tidak ditolak, termasuk ketahanan sisitiotrofoblas terhadap selsel pembunuh dan tidak ada antigen transparasi pada permukaan sinsitiotrofoblas. Dalam hal penyakit autoimun pada ibu,seperti misalnya lupus eritematosus sistemik (SLE), penolakan embrio terjadi karena antibodi yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut yang kemudian menyerang hasil konsepsi. Tempat-tempat implantasi abnormal kadangkala terjadi sekalipun di dalam eterus. Biasanya, blastokista manusia berimplantasi di dinding posterior atau anterior korpus uteri. Kadangkala, blastokista manusia berimplantasi di dekat muara ostium interna serviks, sehingga pada stadium perkembangan lanjut plasentanya menutupi mulut rahim (plasenta previa) dan menyebabkan perdarahan berat yang berpotensial menngancam jiwa pada trisemester kedua kehamilan dan pada saat melahirkan.

10

Gambar 3.7. Potongan melalui tempat implantasi dari embrio berumur 13 hari. Perhatikan rongga amnion, kantung kuning telur dan eksoselom di dalam rongga korion. Sebagian besar lakuna terisi darah.

11

Gambar 3.8. Gmbaran yang memperlihatkan tempat implantasi abnormal dari blastokista. 1, Tempat implantasi pada rongga abdormen. Ovum paling sering bersarang dalam rongga rektouterin (kantong Douglas), tetapi juga dapat bersarang di setiap tempat yang tertutup oleh peritoneum. 2, Implantasi dalam region ampularis dari tuba. 3, Implantasi tuba. 4, Implantasi interstisial, yaitu dalam bagian sempit dari tubauteria. 5, Implantasi di dalam daerah ostium interna, sering kali menimbulkan plasenta previa. 6, Implantasi ovarium.

Tak jarang, tempat implantasi ditemukan di uterus, yang mengakibatkan kehamilan di luar rahim atau kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik bias terjadi di berbagai tempat di rongga abdomen, ovarium, atau tuba fallopi. Tetapi 95% kehamilan ektopik terjadi di tuba fallopi,dan kebanyakan diantarannya terletak di ampula. Di rongga abdomen, blastokista paling sering melekat di lapisan peritoneum rongga rektouteri (Cavum Douglasi). Blastokista juga bissa menempel ke peritoneum pembungkus usus atau ke omentum. Kadangkala, blastokista berkembang di ovariumnya sendiri, sehingga menimbulkan kehamilan ovarium primer. Kebanyakan kehamilan ektopik, berakhir dengan kematian embrio pada sekitar bulan kedua kehamilan, dengan mengakibatkan pendarahan serta nyeri abdomen yang berat pada ibu. Blastokista abnormal ternyata terjadi sangat sering. Sebagai contoh, dalam suatu seri 26 blastokista yang ditanamkan dengan umur yang berbeda-beda mulai dari 7,5 sampai 17 hari, yang dibuahkan dari pasienpasien dengan fertilitas normal, 9 (34,6%) adalah abnormal. Beberapa hanya berupa sinsitium saja, sementara yang lainnya memperlihatkan derajat hipoplasia trofoblastik. Pada kedua peristiwa ini, tidak ada embrioblas, dan pada beberapa blastokista, cakram benihnya memperlihatkan orientasi yang abnormal.
12

Kemungkinan kebanyakan blastokista yang abnormal tersebut tidak akan menimbulkan tanda-tanda kehamilan apa pun, karena trofoblasnya berkualitas jelek sehingga korpus luteum tidak dapat bertahan. Embrioembrio ini mungkin akan mengalami aborsi bersamaan dengan haid berikutnya, sehingga kehamilan tidak akan disadari. Tetapi pada beberapa kasus, trofoblasnya berkembang dan membentuk membran plasenta,tetapi hanya ada sedikit atau tidak ada sama sekali jaringan embrio. Keadaan semacam itu dikenal sebagai mola hidatidiformis. Mola menghasilkan kadar hCG yang tinggi dan bisa menimbulkan tumor jinak atau ganas (mola invasive, koriokarsinoma). Analisis genetik mola hidatidiformis menunjukkan bahwa, walaupun pronuklei pria dan betina mungkin sama secara genetik, bisa saja mereka secara fungsional berbeda. Bukti ini berasal dari fakta bahwa walaupun selsel mola adalah diploid, seluruh genom mereka berasal dari ayah. Jadi, kebanyakan mola muncul dari pembuahan sebuah oosit yang tidak mempunyai nukleus, diikuti dengan duplikasi kromosom pria untuk memulihkan angka diploidnya. Hasil-hasil ini juga memberi kesan bahwa gen-gen ayah mengatur kebanyakan perkembangan troofoblas, karena pada mola jaringan ini berdiferansiasi terus sekalipun tidak ada pronukleus wanita. Contoh lain perbedaan fungsional pada gen ibu dan gen ayah diperoleh dari pengamatan bahwa penyakit-penyakit genetik tertentu tergantung pada apakah gen yang cacat atau hilang diturunkan dari ayah atau ibunya. Sebagai contoh, keturunan dari kehilangan kromosom 11 dari ayah menimbulkan sindrom Prader-Willi, sedangkan keturunan dengan kelainan yang sama dari ibu menghasilkan sindrom Angelman. Fenomena ini, yang menimbulkan modifikasi dan/atau ekspresi yang berlainan alel13

alel homolog atau daerah-daerah kromosom, tergantung bahan genetic tersebut berasal dari orang tua yang mana, dikenal sebagai pencetakan genom. Pencetakan bisa mengenai kromosom autosom atau kromosom seks (pada semua mamalia betina, satu kromosom X diinaktifkan pada sel somatic) dan diatur dengan metilasi DNA. Penyakit-penyakit tertentu, seperti khorea Huntington, neurofibromatosis, kelainan-kelainan kanker familial (tumor Wilms, retinoblastoma familial), dan distrofi miotonik, juga mengalami pencetakan sifat genom tersebut. Fragile X syndrome, yang merupakan penyebab terbesar retardasi mental turunan , bisa menjadi contoh lain dari keadaan yang berdasarkan pada pencetakan.

Gambar 3.9. Foto dari kehamilan tuba. Mudigah berusia sekitar dua bulan dan akan keluar melalui suatu rupture pada dinding tuba.

Kegagalan reproduktif praimplantasi dan pascaimplantasi sering terjadi. Sekalipun pada wanita-wanita yang subur dan di bawah kondisi yang
14

optimal untuk hamil, 15% oosit gagal dibuahi, dan 10-15% bisa mulai membelah namun gagal berimplantasi . Dari 70-75% yang berimplantasi, hanya 58% yang bertahan hidup sampai minggu kedua, dan 16% dari mereka abnormal. Karena itu, ketika saatnya haid diharapkan pertama kali terlambat, hanya 42% telur yang terpapar pada sperma tetap bertahan hidup. Dari persentase ini, sejumlah kasus akan mengalami aborsi pada minggu-minggu berikutnya, dan sejumlah tertentu akan abnormal pada saat lahir.

Gambar 3.10. Gambaran potongan garis tengah dari kandung kemih, uterus dan rektum, untuk memperlihatkan kehamilan abdominal dalam kantong rektouterina (Douglas).

15

Kesimpulan
Pada permulaan minggu kedua, blastokista sebagian tertanam ke dalam stroma endometrium. Trofoblas berdiferensiasi menjadi (a) satu lapisan dalam yang aktif berproliferasi, sitotrofoblas, dan (b) satu lapisan luar, sinsitiotrofoblas, yang mengikis jaringan ibu. Menjelang hari ke-9, terbentuk lakuna di dalam sinsititrofoblas. Selanjutnya, sinusoid ibu terkikis oleh sinsitiotrofoblas, darah ibu memasuki jalinan lakuna, dan menjelang akhir minggu kedua, mulailah sirkulasi uteru-plasenta. Semantara itu, sitotrofoblas, membentuk kolom-kolom seluler yang menembus ke dalam dan dikelilingi oleh sinsitium. Kelompok ini disebut villi primer. Menjelang akhir minggu kedua, blastokista telah tertanam seluruhnya, dan luka permukaan pada mukosa telah pulih kembali. Sementara itu, massa sel dalam atau embrioblas berdiferensiasi menjadi (a) epiblas, dan (b) hipiblas, yang keduanya bersama-sama membentuk cakram mudigah bilaminer. Sel-sel ectoderm dilanjutkan dengan amnioblas dan bersama-sama mereka mengelilingi suatu rongga baru, rongga amnion. Sel-sel endoderm berlajut dengan membrane eksoselom, dan keduanya bersam-sama mengelilingi kantung kuning telur primitive. Menjelang akhir minggu kedua, terbentuklah mesoderm ekstraembrional, yang memenuhi ruangan di antara trofoblas dan amnion serta selaput eksoselomdi sebelah dalam. Ketika vakuolavakuola timbul dalam jaringgan ini, terbentuklah selom ekstraembrional atau rongga korion. Mesoderm ekstraembrional yang membatasi sititrofoblas dan amnion adalah mesoderm somatopleural akstraembrional; yang membungkus kantung kuning telur adalah mesoderm splanknopleural ekstraembrional. Pembuahan terjadi pada akhir minggu pertama. Sel-sel trofoblas kemudian menginvasi lapisan epitel dan stroma endometrium yang berada di bawahnya dengan bantuan enzim-enzim proteolitik. Implantasi bisa juga terjadi di luar uterus, seperti di kavum rektouteri, pada mesenterium, di tuba fallopii, atau di ovarium (kehamilan ektopik).

16

DAFTAR PUSTAKA
Sadler, T.W. 2009. Embriologi Kedokteran Langman. EGC : Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai