Anda di halaman 1dari 6

LONG CASE SUBDIVISI UROLOGI IDENTITAS PASIEN Nama JK Umur MRS Alamat Rawat Status : Tn.

Yupa Dg Toro : Laki-laki : 68 tahun : 15 Mei 2013 : Citra Daya Permai I Blok A4 : Lontara 2 Urologi, Kamar 10 Bed 4 : Jamkesda

Keluhan Utama: Tidak bisa buang air kecil Anamnesis Terpimpin: Dialami sejak 6 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Awalnya pasien dirawat di RS daya. Pasien dirawat di RS daya dengan keluhan utama demam yang dialami sejak 3 hari yang lalu.Dan di diagnosa demam berdarah. Namun selama di RS Daya pasien mengeluhkan rasa tidak puas saat BAK. Sehingga atas permintaan sendiri pasien minta di pasangkan kateter. Pada saat terpasang kateter, urin yang keluar sebanyak 600 ml, warna kuning jernih, dengan kateter terplester baik. Enam jam setelah kateter terpasang pasien masuk kamar mandi karena ingin BAB. Tetapi pada saat pasien ingin berdiri tidak sengaja kateter tertarik sepanjang 1 jengkal. Sepuluh menit setelah pasien kembali ke kamar, keluarga pasien melihat urin berwarna merah pada urin bag. Beberapa saat kemudian perawat mengempiskan balon kateter dan langsung mencoba memasukkan kateter kembali tetapi tidak berhasil. Sehingga perawat melepaskan kateter lalu darah tersembur keluar dari saluran kencing. Kemudian perawat mencoba berulang kali memasang kateter kembali dengan kateter yang berbeda tetapi tidak berhasil. Pasien merasakan nyeri sepanjang malam. Sehingga pagi harinya pasien di rujuk ke RSWS. Riwayat pasien pernah di rawat di RS. Grestelina pada tahun 2008 dengan keluhan tidak bisa BAK dan kemudian dilakukan pemasangan kateter. Serta tindakan TUR-Prostat dengan hasil PA tidak diketahui

PEMERIKSAAN FISIS STATUS GENERALIS Sakit sedang/ gizi cukup/ sadar BB : 45 kg TD : 155 cm STATUS VITALIS Tekanan Darah Nadi Pernapasan Suhu

IMT : 18,7 kg/m2

: 130/90mmhg : 84 menit, regular, adekuat : 20x/menit, spontan, tipe thorakoabdominal : 37,0C

STATUS REGIONALIS Kepala Rambut : hitam, lurus, tidak mudah dicabut Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak tampak ikterik Hidung : rhinorea tidak ada, epitaksis tidak ada Bibir : sianosis tidak ada Leher Inspeksi Palpasi

: tidak tampak benjolan, warna kulit sama dengan warna sekitarnya : tidak teraba massa tumor atau pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid, nyeri tekan tidak ada.

Thoraks Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi ada. Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi

: Dinding thoraks simetis kanan dan kiri, pernapasan tipe thorakoabdominalis : Nyeri tekan tidak ada, mass tumor tidak teraba, krepitasi tidak ada, vocal fremitus kiri dan kanan kesan normal : Sonor kanan dan kiri, batas paru hepar ICS VI kiri depan.. : Bunyi pernapasan vesikuler, bunyi tambahan ronkhi tidak ada, wheezing tidak

Auskultasi Abdomen Inspeksi Auskultasi Palpasi Perkusi

: Tidak tampak ictus cordis : Tidak teraba ictus cordis : Pekak, btas jantunug kanan pada linea midklavikularis dekstra,batas jantung atas pada ICS II, batas jantung bawah pada ICS Vi, batas jantung kiri pada parasternalis sinistra. : Bunyi jantung I/II, murni regular, murmur tidak ada.

: Datar, ikut gerak napas, tidak tampak massa tumor, warna kulit sama dengan sekitarnya : Peristaltik ada. Kesan normal : Tidak teraba massa tumor, nyeri tekan tidak ada : timpani, nyeri ketok tidak ada

Ekstremitas : Tidak ada kelainan, edema tidak ada. STATUS UROLOGIS Regio Costovertebra Dekstra Inspeksi : tampak alignment tulang-tulang baik. Warna kulit sama dengan sekitarnya, edema dan hematom tidak ada Palpasi : massa tekan dan nyeri tekan tidak ada, ballotement ginjal tidak teraba Perkusi : nyeri ketok costovertebra tidak ada Regio Costovertebra Sinistra Inspeksi : tampak alignment tulang-tulang baik. Warna kulit sama dengan sekitarnya, edema dan hematom tidak ada Palpasi : massa tekan dan nyeri tekan tidak ada, ballotement ginjal tidak teraba Perkusi : nyeri ketok costovertebra tidak ada Regio Suprapubik Inspeksi : Tampak bulging, warna kulit sama dengan sekitarnya, edem dan hematom tidak ada Palpasi : Massa tekan tidak ada, nyeri tekan ada Regio Genitalia Eksterna Penis Inspeksi : tampak orifium uretra eksternum di ujung penis sudah disirkumsisi, terdapat darah bercampur pada orifium uretra eksterna, warna kulit lebih gelap dari sekitarnya, oedem dan hematom tidak ada. Discharge tidak ada. Palpasi : massa tekan dan nyeri tekan tidak ada Skrotum Inspeksi

Paplasi Perineum Inspeksi Palpasi

: tampak dua buah zakar menggantung kiri dan kanan simetris kiri:kanan, warna Kulit lebih gelap dari sekitarnya. Oedem dan hematom tidak ada. transluminasi positif. : teraba massa padat kistik, massa tekan tidak ada

: tampak warna kulit lebih gelap dari sekitarnya, oedem dan hematom tidak ada : massa tekan dan nyeri tekan tidak ada

Rectal Touche Spinchter mencekik, ampula berisi feces, mukosa rekti normal, massa tekan dan nyeri tekan tidak ada Hanschoen: feces ada lendir dan darah tidak ada RESUME Laki laki berusia 68 tahun datang ke rumah saikit dengan keluhan retensi urin yang dialami 6 jam sebelum masuk rumah sakit. Awalnya pasien dirawat di RS daya dengan diagnosa demam berdarah. Mekanisme trauma dimana pasien mengeluh tidak puas saat berkemih dan dipasangkan

kateter. 6 jam setelah dipasangkan kateter, pasien ke kamar mandi lalu kateter tertarik secara tidak sengaja. Riwayat pasien pernah di rawat di RS. Grestelina pada tahun 2008 dengan keluhan tidak bisa BAK dan kemudian dilakukan pemasangan kateter. Serta tindakan TUR-Prostat dengan hasil PA tidak diketahui

DISKUSI Dari anamnesis, diketahui pasien tidak bisa buang air kecil. Secara klinis, keluhan ini dinamakan retensi urin. Retensi urin adalah ketidakmampan seseorang untuk mengeluarkan urin yang terkumpul di dalam buli-buli hingga kapasitas maksimal buli-buli terlampaui. Antara penyebab terjadinya retensi urin adalah adanya peyumbatan pada uretra, kontraksi buli-buli yang tidak adekuat atau tidak adanya koordinasi antara buli-buli dan uretra. Pada pasien ini, didapatkan riwayat trauma dimana pasien tertarik kateter yang menyebabkan perdarahan keluar dari kateter. Setelah kateter dilepaskan, kateter tidak dapat dipasang ulang dan pasien mengeluh tidak dapat membuang air kecil. Pada pasien ini disuspek mengalami ruptur uretra. Secara anatomis, uretra dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu uretra posterior dan uretra anterior.uretra posterior pada pria terdiri atas uretra pars prostatika dan uretra pars membranasea. Uretra anterior terdiri atas uretra pars bulbosa, pars pendularis, fossa navikularis dan meatus uretra eksterna. Pada pasien ini, diduga mengalami ruptur uretra bagian posterior karena mengikut anamnesis, kateter yang terkeluar ukuran sejengkal dan posisi balon kateter yang melewati dibagian atas duluan. Ruptur uretra adalah kerusakan kontinuitas uretra yang disebabkan oleh ruda paksa yang datang dari luar (straddle injury) atau dari dalam (kateterisasi, tindakantindakan melalui uretra). Melalui gambaran uretrogram, Colapinto dan McCollum (1976) membagi derajat cedera uretra dalam 3 jenis yaitu: Uretra posterior masih utuh dan hanya mengalami stretching (perengangan). Foto uretrogram tidak menunjukkan adanya ekstravasasi, dan uretra hanya tampak memanjang Uretra posterior terputus pada perbatasan prostate-membranasea, sedangkan diafragma urogenitalia masih utuh. Foto uretrogram menunjukkan ekstravasai kontras yang masih terbatas di atas diafragma Uretra posterior, diafragma urogenitalis, dan uretra pars bulbosa sebelah proksimal ikut rusak. Foto uretrogram menunjukkan ekstvasasi kontras meluas hingga di bawah diafragma sampai ke perineum Gambaran klinis pada pasien dengan ruptur uretra biasanya keluarnya darah dari meatus dan pasien tidak dapat mengeluarkan urin. Dari anamnesis pasien, didapatkan keluarnya darah dari meatus waktu dilepaskan dari kakteter dan dari pemeriksaan fisis, didapatkan bulging dibagian suprapubik menandakan pasien tidak dapat mengeluarkan urin. Keluarnya darah dari ostium uretra eksterna merupakan tanda yang paling penting dari kerusakan uretra. Pada kerusakan uretra tidak diperbolehkan melakukan pemasangan kateter, karena dapat menyebabkan infeksi pada periprostatik dan perivesical dan konversi dari incomplete laserasi menjadi complete laserasi. Cedera uretra karena pemasangan kateter dapat menyebabkan obstuksi karena edema dan bekuan darah. Ekstravasasi urin dengan atau tanpa darah dapat meluas jauh tergantung fascia yang rusak. Pada ekstravasasi ini mudah timbul infiltrat urin yang mengakibatkan selulitis dan septisemia, bila terjadi infeksi. Adanya darah pada ostium uretra eksterna mengindikasikan pentingnya uretrografi untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan rektal lebih penting untuk menyingkir hipertrofi prostat sebagai penyebab kepada pasien tidak dapat membuang air kecil. Peeriksaan yang sesuai dilakukan adalah uretrografi retrograde. Uretrografi retrograde

telah menjadi pilihan pemeriksaan untuk mendiagnosis cedera uretra karena akurat, sederhana dan cepat dilakukan pada keadaan trauma. Sementara CT Scan merupakan pemeriksaan yang ideal untuk saluran kemih bagian atas dan cedera vesika urinaria dan terbatas dalam mendiagnosis cedera uretra. Sama halnya dengan USG uretra yang memiliki keterbatasan dalam pelvis dan vesika urinaria untuk menempatkan kateter suprapubik. DIAGNOSIS SEMENTARA Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis, maka diagnosis yang paling mendekati pasien ini adalah rupture uretra pars membranosa. PEMERIKSAAN ANJURAN Adapun pemeriksaan-pemeriksaan yang dapat dilakukan dalam rangka persiapan tindakan pada pasien ini adalah: Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa: Urinalisis Darah rutin USG Abdomen Uretrografi retrograde CT Scan Abdomen Pemeriksaan untuk toleransi operasi: Darah rutin + CT/BT + PT/APTT Kimia darah Elektrolit Protein total/albumin Foto Thoraks Tes faal paru EKG Echocardiographi PENANGANAN Tergantung diagnosis pasti pada pemeriksaan penunjang, bila teerbukti sesuai diagnosis kinis yang ditemukan maka tindakan paling tepat adalah: Emergency Airway, Breathinng, Circulation dan Disabilitasi. Dimana syok dan pendarahan diatasi, diberikan antibiotik dan obat-obat analgesik.. Dilakukan sistotomi suprapubik untuk drainase urin Pembedahan

Delayed urethral reconstruction Immediate urethral realignment

KOMPLIKASI Striktur uretra Impotensi Inkotinensia urin

PROGNOSIS Apabila komplikasinya dapat dihindari, prognosisnya sangat baik. Infeksi saluran kemih akan teratasi dengan penatalaksaan yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai