Anda di halaman 1dari 3

Penerapan Konsep Holistik dalam Keperawatan Bagi Penderita HIV/AIDS AIDS adalah penyakit yang berbahaya bagi manusia.

Penyakit ini disebabkan oleh HIV (human immunodeficiency virus) yang menginfeksi sistem kekebalan manusia sehingga tubuh kekurangan imun (Barre et al, 1983). Orang yang menderita AIDS mudah tertular oleh berbagai macam penyakit dan kemampuan untuk mempertahankan dirinya dari serangan penyakit menjadi berkurang. HIV terdapat dalam cairan tubuh seseorang seperti darah, cairan kelamin (air mani atau cairan vagina yang telah terinfeksi) dan air susu ibu yang telah terinfeksi. HIV menular melalui hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak

terlindungi (tanpa kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV, jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian, mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV, ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui air susu ibu (Arli, 2008). Pada kenyataannya, penyebaran HIV/AIDS sangat pesat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat 58 juta jiwa terinfeksi HIV dan 22 juta jiwa di antaranya meninggal karena AIDS pada tahun 2000. Setiap hari 7.000 orang meninggal karena AIDS, sementara 16.000 orang di berbagai belahan dunia baru terinfeksi (Nina, 2011). Sampai saat ini belum ada obat yang dapat mengobati AIDS, tetapi yang ada adalah obat untuk menekan perkembangan virus HIV. Hal ini menyebabkan AIDS menjadi penyakit yang paling ditakuti di masyarakat. Tingkat pertumbuhan penyakit HIV/AIDS di Indonesia cukup tinggi. Tahun 1999, peningkatan infeksi HIV/AIDS mencapai 15 %. Tahun 2000 menjadi 40%, dan tahun 2002 menjadi 47,9 %. Tahun 2004 kasus HIV/AIDS mencapai 2.684 kasus. Tahun 2009 meningkat menjadi 17.699 kasus. Secara kumulatif kasus AIDS 1 April 1987 sampai dengan 30 September 2010 mencapai 22.726 orang yang terinfeksi AIDS dan 4.249 orang meninggal. Jumlah kasus AIDS yang dilaporkan 1 Januari s.d 30 September 2011 mencapai 2.753 kasus (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2011). Diperkirakan pada tahun 2012, penyakit HIV/AIDS akan menjadi pandemi di Indonesia. Upaya penanganan yang disediakan bagi penderita HIV/AIDS saat ini masih kurang optimal. Penanganan hanya difokuskan pada aspek fisik/obat fisik. Aspek psikologi, sosial, spritual pasien belum sepenuhnya ditangani. Hal ini dapat menjadi faktor pasien mengalami

stres. Berdasarkan konsep psikoneuroimmonologi, melalui proses hipotalamus hypofisis adrenal, bahwa stres akan berpengaruh pada hypotalamus, kemudian hypotalamus akan mempengaruhi hipofisis sehingga hipofisis akan mengekspresilkan ACTH (adrenal cortico tropic hormone) yang akhirnya dapat mempengaruhi kalenjar adrenal, dimana kalenjar ini akan menghasilkan kortisol. Apabila stres yang dialami pasien sangat tinggi, maka kalenjar adrenal akan menghasilkan kortisol dalam jumlah tinggi sehingga dapat menekan sistem imun (Clancy, 1998). Pasien yang mengalami kegoncangan jiwa akan mudah terserang penyakit, karena pada kondisi stres akan menjadi penekanan sistem imun. Adanya

penekanan sistem imun akan menghambat proses penyembuhan sehingga pasien memerlukan perawatan yang lebih lama dan mempercepat terjadinya komplikasi selama perawatan (Nursalam, 2009). Oleh karena itu, perawat perlu melakukan perbaikan kinerja keperawatan pasien HIV/AIDS dengan melakukan penanganan secara holistik, yaitu pemenuhan kebutuhan biopsikososiospiritual. Asuhan keperawatan HIV/AIDS mencakup penanganan masalah yang berhubungan dengan aspek fisik, sosial, psikologi, dan spiritual pasien. Masalah fisik pasien meliputi gangguan deficiency imun seperti gangguan nutrisi dan cairan, infeksi oppotunistik, dll. Upaya perawat dalam menangani masalah tersebut adalah memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan pasien, penangan infeksi oportunistik, dan mengajarkan pasien pola hidup sehat. Masalah psikologi pasien meliputi perasaan tak berdaya/putus asa; ketakutan; distres ditandai marah, depresi, keinginan untuk mati. Perawat perlu membantu pemenuhan kebutuhan psikologis dengan memfasilitasi koping yang kontruksif, pemberian dukungan sosial, dan penerimaan secara positif pasien selama menjalani perawatan. Pasien HIV/AIDS dapat mengalami gangguan interaksi sosial karena mereka malu, minder, merasa tak berguna dan perasaan terisolasi/tertolak di masyarakat. Perawat perlu membantu pasien dengan memberikan dukungan sosial. Dukungan sosial meliputi dukungan dari pasangan (suami/istri), orang tua, anak, keluarga, teman, tim kesehatan, dll. Adanya dukungan dari beberapa pihak dapat menghilangkan berbagai stressor dan dapat membantu pasien meningkatkan kualitas hidupnya sehinnga terhidar dari stress, depresi, kecemasan serta perasaan terkucilkan (Susiloningsih, 2008). Masalah spiritual pasien meliputi distres spiritual, dan tidak menerima dengan ikhlas sakit yang dialami. Upaya perawat dalam memenuhi kebutuhan spiritual adalah menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan, mengingatkan dan mengajarkan pasien untuk selalu berfikiran positif terhadap semua cobaan yang dialami, mendorong pasien untuk tabah dan ikhlas terhadap sakit yang

dialami, mengajak penderita yang terinfeksi akibat penyalahgunaan narkoba dan seksual bebas untuk segera bertaubat dan tidak menyebarkan penyakit HIV/AIDS kepada orang lain. Jadi, prinsip asuhan keperawatan pasien HIV/AIDS adalah mengubah perilaku dalam keperawatan dan meningkatkan respon imuns pasien HIV/AIDS melalui pemenuhan kebutuhan fisik,psikologi, sosial, dan spiritualnya.

Anda mungkin juga menyukai