LAPORAN AKHIR
Setiap kebutuhan yang dituangkan dalam bentuk perencanaan pengembangan kawasan, tentunya harus sejalan dengan perumusan kebijakan pembangunan dan pengelolaannya, seperti tertuang dalam undang-undang atau perda : - Rencana induk makro (RTRN, RTRW Wilayah/ Provinsi/ Kota/ Kabupaten, RDTR, RTBL) sebagai guide line/ acuan dasar - Rencana induk khusus berupa Riparnas, dan - Rippda sebagai guide line/ acuan dasar khusus. - Rencana Pembangunan Jangka Pendek (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) juga merupakan acuan dasar rencana untuk keteraturan tahapan pembangunan yang diperlukan sebagai pedoman strategi pelaksanaan sebagai fase tindak lanjutnya. Semua tahapan ini dilakukan dengan tujuan agar pendekatan desain perencanaan lebih maksimal dan tepat guna, dalam pengertian secara makro seiring dengan aturan-aturan/ kebijakan yang berlaku dan secara mikro sesuai dengan kaidah standar-standar perencanaan. penyusunan rencana
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-1
LAPORAN AKHIR
Gambar. 3.1. Skema Pendekatan Struktural 3.1.2. Konsep Pendekatan Green Environment
Sesuai
dengan
namanya,
Kabupaten
Kepulauan
Mentawai
memang
merupakan gugusan kepulauan dengan jumlah 99 pulau yang terdiri dari 4 pulau utama yaitu P. Sipora sebagai ibu kota kabupaten, P.Siberut, P. Pagai Utara dan P. Pagai Selatan. Selebihnya berupa gugusan pulau-pulau kecil yang membentang dari tenggara hingga barat daya. Kawasan Katurei adalah wilayah bagian Kecamatan Siberut Barat Daya yang terletak di P. Siberut. Kawasan ini terdiri dari wilayah daratan Desa Katurei dan perairan Teluk Katurei serta gugusan kepulauan kecil yang membentang ke arah barat daya dari P. Siberut. Yang menjadi ciri khas dari kawasan destinasi Katurei adalah keanekaragaman flora dan fauna berupa habitat mangrove yang menyebar di bagian dalam teluk di sebelah utara kawasan membentang hingga arah selatan, bagian barat dan timur kawasan dan di sebagian gugusan pulau-pulau kecil di bagian selatan kawasan. Sedangkan habitat nyiur/ pohon kelapa tersebar di bagian luar (tepi pantai) selatan kawasan. Habitat nyiur/ pohon kelapa yang terbanyak di kawasan pantai Masilok membentang sepanjang 3 (tiga) km dengan kerapatan pohon cukup dekat. Keragaman fauna laut dan pesisir menambah kekayaan alam kawasan destinasi Katurei.
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-2
LAPORAN AKHIR
Berdasarkan Keputusan Bupati Mentawai Nomor 178 Tahun 2006 diuraikan bahwa Teluk Katurei sebagian wilayahnya merupakan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Kabupaten Kepulauan Mentawai. Hal ini menjadi bahan pertimbangan dalam pendekatan konsep dan desain kawasan. Dengan kondisi tersebut, maka pendekatan desain kawasan bertema Green Environment.
Green
Environment
mengandung
pengertian
lingkungan
binaan
yang
berwawasan lingkungan / ramah lingkungan. Jadi pendekatan konsep dan desainnya beradaptasi dengan alam asli kawasan destinasi Katurei dengan seoptimal mungkin dapat meminimalisir kemungkinan perubahan ekstrim. Tujuannya adalah untuk menjaga keaslian dan keasrian alam kawasan.
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam pendekatan konsep desain Green Environment :
1. Faktor alam dan iklim lokal/ setempat Faktor alam dan iklim lokal / setempat (Local nature and micro climate ) merupakan faktor utama yang menjadi pertimbangan pendekatan green environment. Kerusakan lingkungan eksisting bisa terjadi sebagai dampak dari pembangunan yang tidak terkendali dan tidak berwawasan dengan kondisi alam dan iklim lokal, selain itu dampak pada perubahan iklim lokal yang secara langsung berpengaruh pada kenyamanan lingkungan manusia maupun flora dan fauna.
Salah satu konsep desain untuk kawasan Destinasi Wisata Katurei adalah dengan mengadopsi bentuk dari keanekaragaman elemen alam setempat yaitu pantai dan laut. Sumber ide untuk konsep bentuk misalnya dari bentukbentuk makhluk laut (anemon, rumput laut, ubur-ubur, bintang laut, kuda laut atau jenis-jenis ikan) atau bentuk-bentuk flora dan fauna pesisir pantai, seperti pohon nyiur dll.
Baik bentuk elemen alam laut atau pesisir pantai, akan diterapkan pada konsep bentuk bangunan, fasade bangunan, atau dekoratif detil bangunan.
Sedangkan pendekatan desain terhadap iklim lokal adalah karakteristik bangunan yang merespon terhadap iklim tropis. Bentuk bangunan relative
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-3
LAPORAN AKHIR
beratap dengan kemiringan (300 - 600) yang bertujuan untuk mengendalikan pengaruh curah hujan serta kecepatan angin yang tinggi terhadap kekuatan bangunan. Fasade bangunan direncanakan memiliki karakteristik berongga dan ringan yaitu dominasi bukaan, yang dikondisikan untuk pemanfaatan sistem tata cahaya dan tata udara alami, secara optimal pada waktu-waktu tertentu sehingga lebih hemat energi.
2. Faktor sosial, seni dan budaya masyarakat lokal Faktor sosial, seni dan budaya masyarakat lokal / setempat menjadi pertimbangan kedua dalam proses pendekatan konsep desain. Pendekatan desainnya mengacu pada pendekatan aspek sosial, seni dan budaya Mentawai, khususnya budaya di kawasan Katurei. Fakta di lapangan menunjukkan walaupun begitu banyak dan beragamnya suku-suku di kepulauan Mentawai, namun pada umumnya memiliki kesamaan seperti pada kebiasaan kehidupan sosial, seni maupun budaya.
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-4
LAPORAN AKHIR
Pendekatan konsep dengan cara menggabungkan keanekaragaman budaya. Dengan tujuan untuk membentuk karakteristik yang kuat dan khas dari seni dan budaya Mentawai, sekaligus memperkenalkan kebudayaan tersebut lebih luas di dunia pariwisata dan sekaligus melestarikannya.
Konsep desain utama untuk bangunan adalah dengan mengadopsi bentuk bangunan tradisional Mentawai dengan menggabungkan bentuk bangunan modern tropis.
Gambar. 3.3. Pendekatan Bangunan Rumah Tradisional Mentawai Sebagai Pendekatan Desain
3. Faktor potensi bencana lokal / setempat Faktor ini menjadi pertimbangan ketiga dalam pada pendekatan konsep desain green environment. Sebagai kawasan yang terletak di kawasan rawan bencana, faktor ini menjadi penting sebagai pertimbangan dalam mendisain lingkungan dan bangunan. Konsep desainnya akan berperan dalam upaya pencegahan kerusakan lingkungan dari bencana alam (gempa dan tsunami) dan tindakan penanggulangan pasca bencana. Konsep desain bangunan difokuskan pada struktur bangunan tahan gempa. Bentuk dan struktur bangunan rumah tradisional Mentawai sangat cocok dengan karakteristik bangunan tahan gempa. Dengan struktur pondasi telapak di atas permukaan tanah, lantai panggung dengan ketinggian antara
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-5
LAPORAN AKHIR
50 cm - 200 cm di atas permukaan tanah. Struktur tiang dan rangka dinding berupa struktur ringan dari kayu/ bambu/ batang pohon kelapa. Struktur kuda-kuda dan rangka atap dari kayu/ bambu dengan penutup atap dari material daun pohon sagu atau nipah.
4. Pemilihan material yang ramah lingkungan Faktor material yang ramah lingkungan menjadi pertimbangan keempat. Pemilihan jenis material sangat penting, dalam artian ketersediaan lingkungan setempat menyediakan material yang dapat digunakan, tanah pada
berbahan alami sehingga tidak mengganggu sirkulasi air kawasan, tidak menimbulkan perubahan iklim yang ekstrim.
Pendekatan konsep desain ini juga bertujuan untuk ketahanan bangunan (long lasting), bobot ringan, mudah didapat dan mudah dalam pengerjaan. Adapun beberapa contoh material yang ramah lingkungan antara lain : a. untuk desain prasarana jalan/ pedestrian menggunakan material paving block/ grass block/ semen dengan campuran batu karang yang diberi pori-pori yang dapat menyerap air hujan. b. saluran gravel di kedua sisi jalan/ pedestrian dengan dilengkapi sumur resapan sebagai pengakhiran dari sistem pengolahan aliran air hujan. c. finishing untuk tiang lampu jalan / pedestrian dengan material limbah laut berupa kulit kerang, umang atau batu telur putih dan sebagainya. d. untuk pencegahan dari abrasi dan gelombang tsunami memanfaatkan elemen alam yaitu habitat mangrove dan sebagian menggunakan dinding pemecah ombak (break water wall) dengan penurapan di area yang rawan abrasi gelombang air laut. e. sarana berupa bangunan pendukung didesain dengan material alam yang mudah didapat, seperti pondasi dari batu karang, struktur tiang, penutup dinding dan rangka atap dari sisa-sisa kayu dari tanaman mangrove yang telah mati, atau dari batang pohon kelapa yang cukup banyak ditemukan di Kawasan Katurei. Penutup atap menggunakan daun pohon sagu / pohon nipah. Hal tersebut bisa menekan biaya pembangunan sekecil mungkin. Keseluruhan pendekatan konsep desain di atas merupakan satu kesatuan konsep green environment secara makro dan mikro kawasan. Diharapkan
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-6
LAPORAN AKHIR
dapat menghasilkan desain yang seimbang (balance) dan memiliki hubungan yang harmonis (harmony) sebagai satu kesatuan kawasan yang utuh (unity).
Solusi dalam mewujudkan setiap konsep analogi adalah pendekatan teknologi modern dan berwawasan lingkungan. Kemajuan teknologi konstruksi dan bahan (material) telah memberikan ruang gerak yang sangat dinamis bagi dunia perancangan Arsitektur untuk menghasilkan ruang dan bangunan yang unik dan representatif. Dalam hal ini penataan ruang kawasan Destinasi
Wisata Katurei, memanfaatkan secara optimal kemajuan teknologi yang ada untuk menciptakan satu kawasan lingkungan binaan baru yang asri, unik dan representatif.
Pada tahap proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunannya harus melibatkan partisipasi masyarakat sekitar lokasi penataan dan semua stake holder agar terlibat langsung dalam menjaga keasrian dan kelestarian
ekosistem kawasan itu sendiri. Sehingga secara tidak langsung menumbuhkan kesadaran masyarakatnya. Diharapkan Kawasan Destinasi Wisata Katurei menjadi salah satu tujuan favorit bagi wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Gambar. 3.4. Skema Pendekatan Eco Environment
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-7
LAPORAN AKHIR
3.2. Konsep Perencanaan Kawasan Destinasi Wisata Katurei 3.2.1. Konsep Aksesibilitas Destinasi Konsep aksesibilitas pada kawasan destinasi wisata Katurei didesain sesuai arahan dari RTRW Kabupaten Mentawai Tahun 2011. Di dalam RTRW Kabupaten Mentawai Tahun 2011 tertulis bahwa Kecamatan Siberut Barat Daya merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Siberut Selatan.
Kecamatan Siberut Barat Daya dengan ibukotanya Peipei merupakan Pusat Pelayan Lingkungan (PPL). Fungsi Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) kegiatan antar kawasan akan melayani fungsi sebagai berikut : pusat
pelayanan pemerintahan skala desa; pusat pelayanan sosial ekonomis skala desa; pusat pelayanan pariwisata bahari skala wilayah.
Wilayah Kecamatan Siberut Barat Daya dengan potensi utamanya yang berupa area hutan, termasuk di dalamnya kawasan Taman Nasional Siberut serta potensi perairan laut dengan keanekaragaman biota laut, dan kawasan destinasi Katurei, diharapkan kecamatan ini dapat berkembang dalam
pariwisata bahari dan pariwisata berbasis alam/ eco tourism. Untuk menunjang sektor wisata bahari dan wisata berbasis alam, perlu pembangunan
prasarana dan sarana sebagai pemicu untuk percepatan perkembangan kegiatan pariwisata di kecamatan, khususnya di Kawasan Katurei.
Pertumbuhan sosial ekonomi suatu wilayah/ kawasan bisa cepat jika faktor aksesibilitas ke wilayah tersebut tersedia dengan baik, begitu juga dengan perkembangan kawasan wisata sangat dipengaruhi oleh faktor tersebut. Manajemen transportasi sangat besar pengaruhnya terhadap baik buruknya sistem transportasi. Maka dari itu konsep aksesibilitas dimulai dari penataan manajemen yang menjadi titik acuan untuk memulai sistem transportasi yang baik.
Konsep aksesibilitas ke kawasan destinasi wisata Katurei didesain dengan merubah pola manajemen yang ada dengan tujuan: 1. mempermudah pencapaian, 2. mempersingkat waktu dan 3. memberi kenyamanan dan keamanan khususnya bagi para wisatawan.
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-8
LAPORAN AKHIR
Hal ini seiring dengan visi Dinas Budaya Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Disbudparpora) Kabupaten Kepulauan Mentawai Mewujudkan Mentawai Sebagai Destinasi Wisata Eksklusif. Eksklusif mengandung pengertian wisata Mentawai sifatnya tidak massal, karena Mentawai merupakan gugusan kepulauan kecil yang hanya memiliki daya dukung yang terbatas. Sehingga Sektor pariwisata di Kabupaten Kepulauan Mentawai direncanakan dengan mengutamakan kualitas bukan kuantitas.
Berdasarkan visi tersebut, pola manajemen aksesibilitas harus eksklusif dalam pengertian manajemen pelayanan aksesibilitas ke kawasan wisata harus tersedia, mudah dan tertata dengan baik, mulai dari pengaturan jadwal, controling, penambahan armada, pembenahan administrasi dan ticketing, hingga pemeliharaan prasarana dan sarana program Trans di Mentawai sebagai bagian transportasi. Dengan adanya dari program maka peningkatan manajemen
pembangunan
Kabupaten
Kepulauan
Mentawai,
aksesibilitas ke kawasan Katurei meliputi : 1. Penataan kembali aksesibilitas utama yaitu : a. Pembenahan pelabuhan pelayanan regional Teluk Bungus (kota Padang) beserta sarana pendukungnya ; b. pembenahan pelabuhan pelayanan regional Maileppet beserta sarana pendukungnya. c. perencanaan penambahan pelabuhan pelayanan antar pulau/ perintis di Peipei beserta sarana pendukungnya ; d. perencanaan penambahan pelabuhan Malilimok dekat Teluk Katurei ; e. perencanaan penambahan pelabuhan Mabukku di P. Masakot ; f. perencanaan dermaga pengumpan di beberapa lokasi di kawasan Katurei seperti : Tiop, Sarasau dan Toloulago; g. penataan dermaga pulau obyek-obyek wisata ; h. moda transportasi laut yang dipakai adalah kapal laut dengan kecepatan, keamanan dan kenyamanan standar internasional. Minimal memenuhi aturan dan persyaratan keselamatan transportasi laut (syarat dari dinas terkait) seperti life vest (pelampung), prasarana telekomunikasi dll ; i. moda transportasi antar spot wisata, jenis long boat dengan fasilitas ruang penumpang/ kabin dengan tempat duduk yang aman dan nyaman, life vest (jaket pelampung) dan radio panggil. Material perahu dari kayu dengan desain perahu wisata menampilkan ciri khas perahu Mentawai.
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-9
LAPORAN AKHIR
a. penataan bandara utama di kota Padang beserta prasarana dan sarana pendukungnya, b. perencanaan bandara perintis di Peipei beserta prasarana dan sarana pendukungnya.
3. Konsep moda transportasi darat (pada tiap-tiap obyek wisata) didesain dengan mempertimbangkan prasarana dan sarana yang tersedia, juga menyediakan terminal transportasi darat pada daerah dengan kuantitas transportasi tertinggi. Namun demikian perencanaan transportasi darat di Kawasan Wisata Katurei tetap perlu dikendalikan untuk meminimalisir kualitas polusi udara, suara dan limbah dari kendaraan bermotor
Dari
pertimbangan
tersebut
maka
moda
transportasi
darat
dipilih
transportasi yang hemat energi dan ramah lingkungan seperti dari jenis sepeda. Selain itu bersepeda selain menyehatkan, juga dapat memberi pengalaman tersendiri bagi pengendaranya karena lebih menyatu dengan alam. Untuk angkutan barang, moda transportasi yang dipilih adalah kendaraan bermotor roda dua (sepeda motor mesin 4 tak). Kendaraan ini sangat cocok untuk mendukung konsep lingkungan kawasan. Selain sesuai dengan daya dukung jalan eksisting dan topografi kawasan, juga tidak banyak menimbulkan polusi udara.
Berikut tabel konsep desain penataan sistem transportasi di Kawasan Wisata Katurei, mulai dari penataan prasarana dan sarana, hingga jenis moda
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-10
LAPORAN AKHIR
Tabel 3.1. Konsep Penataan Prasarana dan Sarana Aksesibilitas Pada Kawasan Destinasi Wisata Katurei
NO 01 JENIS MODA TRANSPORTASI MODA TRANSPORTASI UDARA PRASARANA & SARANA YG AKAN DITATA BANDARA UTAMA (PESAWAT AMPHIBI) : PERAIRAN KOTA PADANG BANDARA PERINTIS (PESAWAT AMPHIBI) : PERAIRAN KAWASAN TELUK KATUREI DERMAGA PELABUHAN NASIONAL-REGIONAL : TELUK BUNGUS KOTA PADANG DERMAGA PELABUHAN REGIONAL : SIMALEPET SIBERUT SELATAN DERMAGA PELABUHAN PERINTIS : PEIPEI SIBERUT BARAT DAYA MODA TRANSPORTASI PESAWAT AMPHIBI KAPASITAS 12 PENUMPANG (RADIO PANGGIL & LIFE VEST SEBAGAI KELENGKAPAN ALAT KESELAMATAN) KAPAL CEPAT (KAPAL WISATA) (RADIO PANGGIL & LIFE VEST SEBAGAI KELENGKAPAN ALAT KESELAMATAN) LONG BOAT (PERAHU WISATA) (RADIO PANGGIL & LIFE VEST SEBAGAI KELENGKAPAN ALAT KESELAMATAN) LONG BOAT (PERAHU WISATA) (RADIO PANGGIL & LIFE VEST SEBAGAI KELENGKAPAN ALAT KESELAMATAN) SEPEDA/ SEPEDA TANDEM ATV ( BENTOR (BECA MOTOR) KHAS MENTAWAI (ALTERNATIF MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN BARANG)
02
03
PEDESTRIAN/ JALUR/ TRACK SEPEDA (BIKE TRACK) : SPOT WISATA PANTAI, WISATA SENI DAN BUDAYA (DESA WISATA) DAN WISATA BERBASIS ALAM (ECO TOURISM)
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-11
LAPORAN AKHIR
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-12
LAPORAN AKHIR
Gambar.3.6. Skema Konsep Aksesibilitas (Prasarana, Sarana transportasi Kawasan Destinasi Wisata Katurei
dan
Moda
Gambar. 3.7. Skema Manajemen sistem Komunikasi Radio Panggil Kawasan Kepulauan Mentawai
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-13
LAPORAN AKHIR
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-14
LAPORAN AKHIR
Zonasi suatu kawasan destinasi wisata sangat diperlukan dalam suatu proses perencanaan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam penyusunan program ruang terbangun dan ruang tidak terbangun, menentukan tata guna lahan dan menentukan zona untuk fungsi utama, fungsi pendukung dan fungsi service. Konsep zonasi juga untuk menentukan seberapa besar daya tampung kawasan dalam memfasilitasi kegiatan wisata eksisting dan kegiatan wisata yang akan dikembangkan sesuai arahan dan potensi alam.
Zonasi (blocking) sebagian kegiatan wisata di Kabupaten Kepulauan Mentawai, tercantum dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (Rippda) Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2011. Ini bisa menjadi bahan acuan dalam penyusunan konsep zonasi kawasan, khususnya kawasan destinasi Katurei yang didukung berdasarkan hasil survey di lapangan dan analisis potensi kawasan.
Konsep zonasi kawasan sesuai dengan jenis kegiatan wisata yang ada (eksisting). Tujuannya untuk mempermudah blocking atau zonasi setiap kawasan wisata. Berdasarkan hasil survey dan analisa potensi kawasan maka dapat disimpulkan terdapat beberapa macam kegiatan wisata berbasis alam (eco turism) yang meliputi wisata bahari, wisata alam pantai, wisata alam desa (seni dan budaya) dan wisata alam edukasi ilmiah.
Berarti sarana wisata meliputi 5 (lima) area/ zona pada kawasan yaitu : a. zona perairan Teluk Katurei dan pesisir pantai sekitarnya (mangrove) ; b. zona pesisir pantai pada pulau-pulau yang berpasir ; c. zona perkampungan/ pedesaan (ada 4 dusun Desa wisata : Tiop, Malilimok, Sarasau dan Tololaggok d. zona hutan lindung Taman Nasional Siberut yang merupakan zona inti pada kawasan.
Dengan demikian konsep zonasi didesain berdasarkan jenis kegiatan wisata. Berikut tabel zonasi kawasan destinasi wisata Katurei berdasarkan jenis
kegiatan wisata :
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-15
LAPORAN AKHIR
Tabel 3.2. Zonasi Kawasan Destinasi Wisata Katurei Berdasarkan Jenis Kegiatan Wisata
NO 01 JENIS KEGIATAN WISATA WISATA SNORKLING LOKASI PERAIRAN PULAU NYANGNYANG/ MASOKUT PERAIRAN PULAU MAINUK PERAIRAN PULAU KARAMADJAT PERAIAN PULAU LIBBUT PERAIAN PULAU BAREKAI PERAIRAN PULAU PANANGGALAN SABEU PERAIRAN PULAU PANANGGALAN SIGOISO PERAIRAN PULAU BOTIEK PERAIRAN PULAU TUDANGIN (MANSILOk) PERAIRAN PULAU LOGUI PERAIRAN PULAU MASEAI PERAIRAN PULAU NYANGNYANG/ MASOKUT PERAIRAN PULAU MAINUK PERAIRAN PULAU KARAMADJAT PERAIAN PULAU LIBBUT PERAIAN PULAU BAREKAI PERAIRAN PULAU PANANGGALAN SABEU PERAIRAN PULAU PANANGGALAN SIGOISO PERAIRAN PULAU BOTIEK PERAIRAN PULAU TUDANGIN (MASILOk) PERAIRAN PULAU LOGUI PERAIRAN PULAU MASEAI PEARLESS LEFT & RIGHT (TELUK KATUREI) SPOT E BAY RIGHT; E BAY LEFT; PITSTOP HILL RIGHT ; BANG VAULT RIGHT; NIPUSSI RIGHT (PERAIRAN PULAU NYANGNYANG/ MASOKUT) SPOT HIDE A WAY LEFT; JOHN KANDIES LEFT; KANDUI LEFT; BANG BANG LEFT; CHUBBIES RIGHT; 4 BOB RIGHT; RIFLESS; DUCKIES LEFT & RIGHT; (PERAIRAN PULAU KARANGMADJAT) PERAIRAN TELUK KATUREI PERAIAN PULAU NYANGNYANG/ MASOKUT ZONASI ZONA PERAIRAN KAWASAN KATUREI DAN SEKITARNYA
02
WISATA DIVING
03
WISATA SURFING
04
WISATA MANCING
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
LAPORAN AKHIR PERAIRAN PULAU BOTIEK PERAIRAN PULAU MAINUK PERAIRAN PULAU KARAMADJAT PERAIRAN PULAU SILOINAK PESISIR TELUK KATUREI PESISIR UTARA, TIMUR DAN SELATAN PULAU NYANGNYANG PESISIR TIMUR PULAU LAPI PESISIR TIMUR PULAU TUDANGIN PESISIR TIMUR PULAU SIBABUI PESISIR TIMUR PULAU LIBUT PESISIR TIMUR PULAU SILOINA PESISIR TIMUR DAN BARAT PULAU MAINUK PESISIR BARAT PULAU BOTIEK PESISIR PULAU KARANGMDJAT PANTAI SELATAN PULAU TUDANGIN (MASILOK)
05
WISATA MANGROVE
ZONA MUARA PESISIR KATUREI DAN SEBAGIAN AREA PULAU-PULAU SEKITAR KATUREI
06
07
08
ZONA PANTAI BERPASIR DI PESISIR KATUREI DAN PULAU-PULAU SEKITARNYA ZONA INTI HUTAN LINDUNG TAMAN NASIONAL SIBERUT ZONA PERKAMPUNGAN TRADISIONAL KATUREI (DESA WISATA)
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-17
LAPORAN AKHIR
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-18
LAPORAN AKHIR
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-19
LAPORAN AKHIR
Konsep blok plan dikelompokkan ke dalam dua wilayah, yaitu blok plan wilayah makro (kawasan Katurei) dan blok plan wilayah mikro (obyek wisata).
Konsep blok plan secara struktural makro mengacu pada arahan tata ruang RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2011. Secara struktural khusus mengacu pada arahan Rippda Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2011. Berdasarkan arahan RTRW, kawasan destinasi Katurei pelayanan administrasi dan transportasinya dilayani oleh Peipei. Didukung dengan perencanaan pembangunan sarana transportasi seperti pelabuhan di Malilimok dan bandara di Peipei.
Berdasarkan hasil zonasi wilayah, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai, maka blok plan pada kawasan Katurei meliputi : a. blok plan pada wilayah perairan spot surfing dan sekitarnya meliputi blok prasarana dan blok sarana untuk wisata eksklusif khusus surfing dan wisata bahari (diving, snorkling, dan fishing) ; b. blok plan pada wilayah pantai berpasir meliputi blok prasarana dan blok sarana untuk wisata alam pantai (swimming, rekreasi di pasir putih); c. blok plan pada wilayah perairan Teluk Katurei dan pesisir pantai sekitarnya meliputi blok prasarana dan blok sarana untuk kegiatan wisata alam pantai (wisata mangrove, fishing) dan wisata budaya (kampung tradisional khas Katurei, Mentawai) ; d. blok plan pada wilayah dekat area hutan Taman Nasional Siberut yang meliputi blok prasarana dan blok sarana untuk kegiatan wisata edukasi ilmiah berbasis alam.
Kawasan Katurei sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) dan sebagian wilayahnya termasuk kawasan hutan lindung Taman Nasonal
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-20
LAPORAN AKHIR
Siberut, maka konsep blok plan didesain sejalan dengan konsep Green Environment, dengan strategi sebagai berikut : 1. Rencana blok massa disesuaikan dengan karakteristik topografi alam eksisting Katurei, dengan meminimalisir perubahan bentuk kontur dan melestarikan ekosistem asli kawasan. 2. Rencana blok massa dengan perbandingan 10 20 % area terbangun dan 80 90 % area tidak terbangun pada kawasan. Blok plan untuk kegiatan wisata berbasis alam, mengutamakan outdoor. Daya dukung lahan yang sangat terbatas, maka blok plan
mengutamakan kualitas dibanding kuantitas. 3. Blok plan dilengkapi dengan konsep landscape yang mengeksplorasi unsur vegetasi dari keanekaragaman flora lingkungan setempat. Sehingga tercipta desain blok plan yang asri, alami dan ramah lingkungan. 4. Blok massa plan di pesisir pantai, ditempatkan minimal 100 meter dari titik pasang air laut sesuai ketentuan yang disyaratkan. Walaupun ada bangunan yang batas garis dindingnya kurang dari 100 meter dari titik pasang air laut, maka ada syarat khusus dengan rekayasa arsitektur sebagai solusi berupa blok bangunan panggung (double decker) agar ekosistem sekitar pantai tetap terjaga kelestariannya. 5. Blok plan pada lokasi obyek wisata, didesain sesuai karakteristik lahan, namun memiliki tipikal yang sama dari protipe blok plan-nya.
Konsep
lansekap
mengikuti
konsep
blok
plan,
didesain
dengan
memperhitungkan kondisi alam eksisting baik itu memanfaatkan potensi yang ada maupun membuat strategi desain jika ada permasalahan di lokasi. Adapun faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain : 1. Faktor jenis tanah Jenis tanah di kawasan Katurei adalah tanah pasir laut dan tanah lempung. Kedua jenis tanah ini mempunyai sifat dinamis, mudah melebur dan tidak padat. Kondisi ini perlu diperhitungkan dalam mendesain lansekap wilayah pasang surut, karena faktor abrasi oleh air laut. Perlu material pendukung seperti turap atau water break wall. Atau dengan cara mempertahankan habitat mangrove sebagai barrier alami dari abrasi air laut.
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-21
LAPORAN AKHIR
Gambar 3.15. Konsep pedestrianisasi pada wilayah tepian pantai yang berpotensi abrasi
2. Faktor kontur tanah (topografi) Kontur tanah di kawasan Katurei sangat beragam, mulai dari yang bersifat datar, landai berombak, hingga yang bertebing curam. Hal ini perlu disiasati dengan desain lansekap yang mengikuti kontur eksisting dengan
meminimalkan cut and fill. Hanya pada area tertentu digunakan metode cut and fill seperti pada area cekungan dan tebing yang rawan abrasi air laut.
3. Faktor abrasi air laut Di pesisir teluk Katurei berdasarkan hasil survey di lapangan dapat disimpulkan adanya potensi terjadinya abrasi dengan prosentasi yang cukup tinggi. Kondisi ini terjadi akibat gerusan ombak setiap saat, ditambah kerusakan habitat tanaman mangroove di beberapa wilayah. Hal tersebut perlu penanganan khusus dalam mendesain lansekap kawasan.
4. Faktor potensi bencana lokal (gempa dan tsunami) Berdasarkan data BNPB ( Badan Nasional Penanggulangan Bencana), kawasan Kepulauan Mentawai merupakan salah satu kawasan rawan bencana khususnya bencana gempa dan tsunami. Hal tersebut perlu disiasati dalam desain lansekap kawasan dengan tujuan untuk mengurangi dampak dari gempa dan tsunami tersebut.
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-22
LAPORAN AKHIR
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-23
LAPORAN AKHIR
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-24
LAPORAN AKHIR
Gambar 3.19. Elemen landscape, pedestrianisasi 5. Faktor keanekaragaman flora eksisting kawasan Keanekaragaman flora di kawasan Katurei menjadi salah satu daya tarik wisata alam yang perlu dipertahankan. Dalam desain lansekap komponen vegetasi menjadi pelengkap sebagai unsur alam yang menambah nilai estetika kawasan.
Penataan vegetasi tambahan menjadi bagian dari konsep lansekap dengan tujuan memperkaya keanekaragaman flora untuk menambah hijau dan asri kawasan. Pemilihan jenis vegetasi harus memperhitungkan jenis akar yang kuat (akar serabut), kemudahan proses tanam, pemeliharaan dan kecocokan vegetasi dengan iklim lokal setempat yang berada di pesisir
6. Landscape furniture Landscape furniture menjadi salah satu elemen yang sangat penting dalam desain lansekap sebagai pendukung dan pelengkap lingkungan. Landscape furniture ini antara lain terdiri dari : signage (berupa papan petunjuk kawasan, arah, dll); lampu (kawasan, taman, pedestrian); bangku taman; pergola; gazebo dll. Konsep landscape furniture didesain dengan
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-25
LAPORAN AKHIR
Konsep site plan merupakan kelanjutan atau rencana detil dari konsep blok plan di area lokasi yang didesain. Konsep site plan meliputi tata letak massa bangunan dalam kelompok kegiatan, dengan pola jalan (pedestrian) di sekitarnya yang berfungsi sebagai penghubung antara fungsi yang ada, letak ruang-ruang terbuka di sekitarnya serta perletakan vegetasi di sekitar bangunan berdasarkan fungsinya. Dengan konsep Green Environment, maka karakteristik dari site plan mengikuti bentuk pesisir pantai, berorientasi ke arah pantai dan kelompok massanya membentuk ruang-ruang luar yang hidup. Ruang-ruang luar yang terbentuk fungsinya dibedakan untuk setiap lokasi titik objek sebagai ciri tersendiri dari jenis kegiatan wisatanya.
Gambar 5.33. Elemen landscape, perencanaan pedestrianisasi Konsep arahaan pada desain Plaza dengan material semen dan kulit kerang dengan pendekatan Motif Ikan
Gambar 3.20. Elemen landscape, perencanaan pedestrianisasi Konsep arahan pada desain Plaza dengan material semen dan kulit kerang dengan pendekatan Motif Ikan
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-26
LAPORAN AKHIR
Gambar 3.21. Elemen landscape, perencanaan penerangan pedestrian dengan penerapan detil dari elemen alam laut
Gambar 3.22. Elemen landscape, perencanaan tempat duduk di sekitar taman atau pedestrian
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-27
LAPORAN AKHIR
Gambar. 3.23. Konsep Desain Pergola Material gabungan cor Beton cover Batu Alam Pendekatan Desain Tradisional
Gambar. 3.24. Konsep Desain Gazebo material gabungan cor Beton cover Batu Alam Pendekatan Desain Tradisional
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-28
LAPORAN AKHIR
3.4.1. Konsep Bentuk Bangunan Konsep Green Environment pendekatannya dengan memadukan
karakteristik alam dan habitat lingkungan serta unsur kebudayaan lokal yang berkembang di dalamnya, dengan mempertimbangkan jenis struktur bangunan yang tahan terhadap bencana gempa.
Seiring dengan uraian sebelumnya, konsep struktur bangunan yang akan diterapkan di kawasan katurei adalah struktur tahan gempa dengan pola struktur keseluruhan bangunan menggunakan struktur ringan. Kecuali
bangunan yang sifatnya monumental. Bangunan tersebut direncanakan lebih khusus, dengan tujuan untuk ketahanan dan keawetan.
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-29
LAPORAN AKHIR
Berikut daftar spesifikasi struktur bangunan tahan gempa. Tabel 3.3. Spesifikasi Material/ Bahan Bangunan
NO 01 ELEMEN STRUKTUR PONDASI JENIS MATERIAL TELAPAK PAS BATU KARANG KETERANGAN PONDASI BERADA DI ATAS PERMUKAAN TANAH, DIMENSI DISESUAIKAN POSISI LANTAI BERADA 50 200 CM DI ATAS PERMUKAAN TANAH BERTUMPU PADA PONDASI TEGAK LURUS KE ATAS MENEMPEL PADA STRUKTUR TIANG UTAMA DAN RANGKA DINDING BUKAAN JENDELA MAKSIMAL UNTUK PENCAHAYAAN DAN PENGUDARAAN ALAMI DESAIN MEMBENTUK SEGITIGA UNTUK BERUPA LEMBARAN YANG DIANYAM DIPASANG BERLAPIS
02
LANTAI
O3
TIANG
PAPAN KAYU/ FLYWOOD DENGAN STRUKTUR RANGKA KAYU KAYU/ BAMBU/ BATANG POHON KELAPA PAPAN KAYU/ ANYAMAN BAMBU (BILIK) DENGAN STRUKTUR RANGKA KAYU/ BAMBU KUSEN KAYU/ BAMBU
O4
DINDING
O5
06 07
Skenario untuk penanggulangan bencana tsunami konsep bangunan didesain panggung/ lantai di atas permukaan tanah (double decker) untuk meminimalisir dampak luapan air yang sampai ke daratan. Sedangkan untuk barrier utama berupa turap dan dinding pemecah ombak (Water Break Wall) area pantai di titik pasang air laut. Sedangkan elemen alami sebagai barrier berupa habitat tanaman mangroove. 3.4.3. Konsep Fasade Bangunan Konsep fasade bangunan untuk bangunan-bangunan di Kawasan Katurei mengadopsi fasade bangunan tropis tradisional Mentawai. Hal ini dilakukan sebagai hasil adaptasi pendekatan pada seni dan budaya lokal. Secara keseluruhan karakteristik fasade bangunan tradisional mentawai merupakan bangunan tropis pada umumnya dengan bentuk bangunan panggung, dinding depan menjulang ke atap dan banyak bukaan dengan sudut kemiringan atap antara 300 600. Yang menjadi ciri khas adalah dekoratif pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-30
LAPORAN AKHIR
dinding fasade berupa ukiran kayu pada dinding dan anyaman bambu dengan permainan warna-warna pastel alami. Adapun detail karakteristik fasade bangunan tradisional Mentawai berikut : Tabel.3.4. Elemen Bangunan Yang Membentuk Fasade
NO 01 ELEMEN BANGUNAN PONDASI BENTUK ELEMEN FASADE TELAPAK PASANGAN BATU KARANG, TAMPAK LIMAS SEGI EMPAT TERPOTONG PAPAN KAYU/ FLYWOOD DENGAN STRUKTUR RANGKA KAYU, TAMPAK DIKAMUFLASE LEMPENGAN PAPAN BERUKIR KAYU/ BAMBU/ BATANG POHON KELAPA, TAMPAK KOLOM SEGI EMPAT/ SILINDER MEMBENTANG KE ATAS DENGAN UKIRAN DEKORATIF TRADISIONAL MENTAWAI PAPAN KAYU/ ANYAMAN BAMBU (BILIK) DENGAN STRUKTUR RANGKA KAYU/ BAMBU, TAMPAK PENAMPANG PAPAN KAYU DAN ANYAMAN BAMBU (BILIK) DENGAN UKIRAN DEKORATIF TRADISIONAL MENTAWAI DAN KOMPOSISI WARNA-WARNA PASTEL YANG ALAMI KUSEN KAYU/ BAMBU, TAMPAK PENAMPANG DENGAN JENDELA TEMBUS PANDANG KAYU/ BAMBU, TAMPAK BENTANGAN MEMBENTUK SEGI TIGA SAMA SISI DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 30 HINGGA 60 DERAJAT DAUN SAGU/ DAUN NIPAH, TAMPAK MEMBENTUK SEGI TIGA SAMA SISI DENGAN KEMIRINGAN ANTARA 30 DERAJAT HINGGA 60 DERAJAT. KETERANGAN PONDASI BERADA DI ATAS PERMUKAAN TANAH, DIMENSI DISESUAIKAN POSISI LANTAI BERADA 50 200 CM DI ATAS PERMUKAAN TANAH BERTUMPU PADA PONDASI TEGAK LURUS KE ATAS
sebagai
02
LANTAI
O3
TIANG
O4
DINDING
O5
06
RANGKA ATAP
BUKAAN JENDELA MAKSIMAL UNTUK PENCAHAYAAN DAN PENGUDARAAN ALAMI DESAIN MEMBENTUK SEGITIGA UNTUK
07
PENUTUP ATAP
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-31
LAPORAN AKHIR
3.4.4. Konsep Ruang Dalam Konsep tata ruang dalam setiap bangunan sarana, secara keseluruhan konsepnya bersumber pada tata ruang dalam bangunan rumah di kawasan Mentawai khususnya di kawasan Katurei. Prinsip-prinsip ruang dari rumah tradisional ini diterapkan pada bangunanbangunan yang direncanakan. Fungsi dan luasan ruang disesuaikan dengan kebutuhan fungsi yang direncanakan. Ruang dalam bangunan pada umumnya dibagi menjadi 4 bagian, yaitu ruang depan yang berupa teras atau penerima yang sifatnya terbuka untuk publik, ruang berikutnya adalah ruang penerima yang bersifat lebih tertutup, bagian ketiga merupakan ruang inti yang sifatnya private (khusus bagi pemilik) dan bagian terakhir adalah ruang untuk kegiatan servis.
Konsep prasarana dan sarana Kawasan Destinasi Wisata Katurei, di wilayah makro didesain dengan mengikuti prasarana yang sudah ada, serta potensi dari prasarana dan sarana yang direncanakan dalam RTRW. Sedangkan konsep prasarana dan sarana di lokasi perencanaan melalui analisis kebutuhan dari pengembangan kegiatan wisatanya.
Pertimbangan lain dalam menentukan konsep desain prasarana dan sarana ini berdasarkan daya dukung lahan pada kawasan, itupun dengan persyaratan khusus. Suatu kegiatan pada kawasan tentunya membutuhkan ruang (fasilitas) yang mengakomodir setiap aktifitas di dalamnya. Begitu juga dengan kegiatan wisata di Kawasan Katurei, membutuhkan ruang indoor ataupun outdoor.
Untuk prasarana dermaga, pendekatan desain dengan menggunakan dermaga apung, karena jenis dermaga ini dapat mengikuti pasang surut perairan. Desain ini mudah dalam pengerjaan dan pengembangannya.
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-32
LAPORAN AKHIR
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-33
LAPORAN AKHIR
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-34
LAPORAN AKHIR
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-35
LAPORAN AKHIR
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-36
LAPORAN AKHIR
Gambar 3.34. Konsep Arahan Dermaga dan Jembatan Gambar 3.35. Elemen struktur Floating do
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-37
LAPORAN AKHIR
Berikut daftar kebutuhan sarana pendukung kegiatan wisata kawasan Katurei sesuai jenis kegiatannya : Tabel.3.5. Prasarana dan Sarana Kegiatan Wisata Snorkling dan Diving
NO JENIS KEGIATAN PARIWISATA WISATA SNORKLING DAN DIVING NO PRASARANA YANG DIBUTUHKAN GERBANG DERMAGA AREA SANDAR LONG BOAT BOARD WALK SHELTER ELEMEN/ BANGUNAN YANG DIBUTUHKAN NO SARANA YANG DIBUTUHKAN BANGUNAN PENGELOLA (SNORKLING & DIVING CENTER) RUANG YANG DIBUTUHKAN
01
01 02
01
LOBBY & RECEPTIONIST RUANG PENGELOLA RUANG LOCKER TOILET DAN RUANG GANTI PRIA
03 04 05
JALUR EVAKUASI
06
07
IPAL
PETUNJUK JALUR EVAKUASI (MATERIAL DARI CAT GLOW IN THE DARK SHELTER EVAKUASI RESERVOAR BAWAH PUMP RESERVOAR ATAS SEPTICTANK BAK KONTROL SUMUR RESAPAN
O2
03
GAZEBO
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-38
LAPORAN AKHIR
02
01 02
01
LOBBY & RECEPTIONIST RUANG PENGELOLA RUANG LOCKER TOILET DAN RUANG GANTI PRIA
03 04 05
06
JALUR EVAKUASI PETUNJUK JALUR EVAKUASI (MATERIAL DARI CAT GLOW IN THE DARK SHELTER EVAKUASI RESERVOAR BAWAH
07
IPAL
O2
TOILET DAN RUANG GANTI WANITA GUDANG RUANG KONTROL SIRKULASI TANGGA AREA/ MENARA RUANG PANTAU
03
GAZEBO
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-39
LAPORAN AKHIR
03
01 02
01
03 04
TOILET PRIA
05
O2
06
IPAL
TOILET WANITA GUDANG RUANG KONTROL SIRKULASI TANGGA AREA/ MENARA RUANG PANTAU
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-40
LAPORAN AKHIR
Tabel.3.8. Prasarana dan Sarana Kegiatan Wisata Jet Ski dan Ski Air
NO JENIS KEGIATAN PARIWISATA WISATA JET SKI DAN SKI AIR NO PRASARANA YANG DIBUTUHKAN GERBANG DERMAGA AREA SANDAR LONG BOAT BOARD WALK SHELTER ELEMEN/ BANGUNAN YANG DIBUTUHKAN NO SARANA YANG DIBUTUHKAN BANGUNAN PENGELOLA ( WATER SPORT CENTER) RUANG YANG DIBUTUHKAN
04
01 02
01
LOBBY & RECEPTIONIST RUANG PENGELOLA RUANG LOCKER TOILET DAN RUANG GANTI PRIA
03 04 05
06
JALUR EVAKUASI PETUNJUK JALUR EVAKUASI (MATERIAL DARI CAT GLOW IN THE DARK SHELTER EVAKUASI RESERVOAR BAWAH
07
IPAL
O2
TOILET DAN RUANG GANTI WANITA GUDANG RUANG KONTROL SIRKULASI TANGGA AREA/ MENARA RUANG PANTAU
03
GAZEBO
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-41
LAPORAN AKHIR
05
01 02
01
03
BOARD WALK
04 05
TOILET PRIA
06
O2
GUARD TOWER
07
IPAL
TOILET WANITA GUDANG RUANG KONTROL SIRKULASI TANGGA AREA/ MENARA RUANG PANTAU
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-42
LAPORAN AKHIR
Tabel.3.10. Prasarana dan Sarana Kegiatan Wisata Alam Pantai Berpasir (Pasir Putih)
NO JENIS KEGIATAN PARIWISATA WISATA ALAM PANTAI BERPASIR (PASIR PUTIH) NO PRASARANA YANG DIBUTUHKAN GERBANG DERMAGA AREA SANDAR LONG BOAT BOARD WALK SHELTER ELEMEN/ BANGUNAN YANG DIBUTUHKAN NO SARANA YANG DIBUTUHKAN RUANG YANG DIBUTUHKAN
06
01 02
01
LOBBY & RECEPTIONIST CAFE & RESTO RUANG PENGELOLA RUANG LOCKER
03 04 05 06
PEDESTRIAN BIKE TRACK SHOWER BILAS JALUR EVAKUASI GEMPA DAN TSUNAMI
JALUR EVAKUASI PETUNJUK JALUR EVAKUASI (MATERIAL DARI CAT GLOW IN THE DARK SHELTER EVAKUASI
07
RESERVOAR BAWAH
PUMP 02 RESORT
08
IPAL
O3
GUARD TOWER
TOILET DAN RUANG GANTI PRIA TOILET DAN RUANG GANTI WANITA GUDANG TERAS RUANG TIDUR KAMAR MANDI RUANG KONTROL SIRKULASI TANGGA AREA/ MENARA RUANG PANTAU
04
GAZEBO
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-43
LAPORAN AKHIR
Tabel.3.11. Prasarana dan Sarana Kegiatan Wisata Seni dan Budaya (Desa Wisata)
NO JENIS KEGIATAN PARIWISATA WISATA SENI DAN BUDAYA (DESA WISATA) NO PRASARANA YANG DIBUTUHKAN GERBANG ELEMEN/ BANGUNAN YANG DIBUTUHKAN NO SARANA YANG DIBUTUHKAN RUANG YANG DIBUTUHKAN
07
01
01
02
DERMAGA
LOBBY WORKSHOP & RECEPTIONIST CAFE & RESTO RUANG PENGELOLA RUANG SOUVENIR TOILET PRIA TOILET WANITA GUDANG
03 04 05 06
JALUR EVAKUASI PETUNJUK JALUR EVAKUASI (MATERIAL DARI CAT GLOW IN THE DARK SHELTER EVAKUASI RESERVOAR BAWAH PUMP
02
07
02
HOME STAY
08
IPAL
O3
GUARD TOWER
TERAS RUANG TIDUR KAMAR MANDI RUANG KONTROL SIRKULASI TANGGA AREA/ MENARA RUANG PANTAU
04
GAZEBO
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-44
LAPORAN AKHIR
08
01
01
02
DERMAGA
LOBBY RUANG DISPLAY & RECEPTIONIST RUANG PENGELOLA RUANG PRESENTASI TOILET PRIA TOILET WANITA GUDANG
03 04 05 06
PEDESTRIAN BIKE TRACK JUNGLE TRACK JALUR EVAKUASI GEMPA DAN TSUNAMI
SHELTER JALUR EVAKUASI PETUNJUK JALUR EVAKUASI (MATERIAL DARI CAT GLOW IN THE DARK SHELTER EVAKUASI
02
POS JAGA
RUANG JAGA
07
08
IPAL
O4
GUARD TOWER
TERAS RUANG TIDUR KAMAR MANDI RUANG KONTROL SIRKULASI TANGGA AREA/ MENARA RUANG PANTAU
05
GAZEBO
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-45
LAPORAN AKHIR
Gambar. 3.36. Konsep Desain shower, material gabungan cor Beton cover Batu Alam Pendekatan Desain Tradisional
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-46
LAPORAN AKHIR
Gambar. 3.37. Konsep desain toilet umum dengan pendekatan desain dari unsureunsur tradisional
Gambar. 3.38. Konsep desain lifeguard post dengan pendekatan desain dari unsurunsur tradisional
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-47
LAPORAN AKHIR
Gambar. 3.39. Konsep desain sarana-sarana penunjang dan pelengkap dengan pendekatan desain dari unsur-unsur tradisional
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-48
LAPORAN AKHIR
Gambar. 3.40. Konsep desain sarana-sarana penunjang dan pelengkap dengan pendekatan desain dari unsur-unsur tradisional
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-49
LAPORAN AKHIR
Gambar. 3.41. Konsep desain sarana-sarana penunjang dan pelengkap dengan pendekatan desain dari unsur-unsur tradisional
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-50
LAPORAN AKHIR
Gambar. 3.43. Konsep rambu jalur evakuasi Tsunami (material cat glow in the dark)
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
III-51