Anda di halaman 1dari 6

> Seminar Proyek Akhir Jurusan Teknik Telekomunikasi PENS-ITS 2012 <

Rancang Bangun Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk pemancar GSM di kota Makassar
Teguh Anhali Labadja, Nur Adi Siswandari, Okkie Puspitorini Laboratorium Sinyal, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Kampus PENS-ITS, Keputih, Sukolilo, Surabaya. Email: teguhanhali@gmail.com, nuradi@eepis-its.edu, okkie@eepis-its.edu

Abstrak Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan jaringan komunikasi seluler di Indonesia, operatoroperator yang bermain di bisnis teknologi dan telekomunikasi ini saling berlomba untuk terus meningkatkan pelayanannya. Dalam rangka mengantisipasi hal tersebut, salah satu cara yang dilakukan oleh operator-operator seluler adalah mengembangkan sayap bisnisnya melalui penambahan BTS dengan memperhatikan aspek-aspek yang berpengaruh pada penentuan jumlah BTS yang optimal dalam sistem seluler berbasis GSM. Dalam Proyek Akhir ini akan dianalisis kapasitas dan coverage area yang mampu dilayani oleh setiap BTS dikota Makassar. Kebutuhan trafik ditentukan dengan menganalisis jumlah potensial market. Coverage tiap BTS dihitung dengan menentukan redaman lintasan maksimum yang besarnya dipengaruhi faktor fisik lingkungan dengan menggunakan formula okumurahatta dan proses optimalisasinya menggunakan metode montecarlo. Hasil penelitian ini telah menghasilkan informasi pemancar GSM berupa peta elektronik yang mampu memuat parameter-parameter BTS yang dapat mempercepat pengambilan keputusan dalam pengembangan. Kata Kunci : BTS, Trafik, Coverage, GSM

1.

Pendahuluan

Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan jaringan komunikasi seluler di Indonesia, operatoroperator yang bermain di bisnis teknologi dan telekomunikasi ini saling berlomba untuk terus meningkatkan pelayanannya. Dalam rangka mengantisipasi hal tersebut, salah satu cara yang dilakukan oleh operator-operator seluler adalah mengembangkan sayap bisnisnya melalui pembangunan jaringan baru di daerah-daerah yang belum terjangkau oleh jaringan layanan telekomunikasi lama melalui penambahan BTS. Pembangunan BTS adalah salah satu bagian yang penting dalam perencanaan jaringan untuk semua operator, dimana dengan perencanaan penempatan BTS yang baik akan memberikan kualitas layanan yang lebih baik bagi seluruh sistem. Pengembangan jaringan layanan telekomunikasi membutuhkan data lengkap mengenai urutan perkembangan jaringan sejak dari tahap awal.tanpa adanya database yang berisi hal tersebut dapat dipastikan pengembangan jaringan tidak optimal. Maka untuk mengatasi hal tersebut perlu di 1

bangun semua database yang dapat menangani masalah tersebut. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem informasi berbasis geografis(SIG) yang dapat memetakan permasalahan dari sisi geografis yang akan digunakan sebagai acuan sehingga proses penentuan dan pemetaan lokasi pembangunan BTS dapat dilakukan dengan lebih cepat. Penelitian ini dilakukan dengan megaplikasikan database berbasis sistem informasi geografis. yang menjadi objek adalah wilayah kota Makassar disertai data spasial dan data atribut, dengan sistem informasi geografis ini memungkinkan dapat dibangun suatu perancangan penempatan BTS yang ada dan BTS baru untuk mempercepat pengambilan keputusan dalam penentuan lokasi baru pendirian BTS khususnya lokasi yang belum ter-cover jaringan komunikasi operator seluler. Penelitian ini dilakukan untuk membangun sistem informasi geografis untuk pemancar GSM di kota Makassar yang meliputi : Menghitung redaman lintasan pada frekuensi GSM. Menentukan coverage area berdasarkan perhitungan pathloss. Visualisasi coverage area dalam degradasi warna. Dalam penulisan proyek akhir ini permasalahan pada penelitian ini akan dibatasi pada : Menghitung redaman lintasan terbatas pada frekuensi 900 MHz dan 1800 MHz. Menghitung redaman lintasan dengan menggunakan formula Okumura-Hatta. Visualisasi coverage area dan integrasi kedalam database GIS menggunakan ArcGIS. Data eixisting pemancar GSM berasal dari satu provider dalam hal ini adalah PT. Telkomsel. Hasil penelitian ini nanti diharapkan dapat menjadi rujukan para operator seluler dalam optimalisasi dan prediksi coverage area serta pengembangan jaringan pada sistem GSM di daerah Makassar.Dengan adanya sistem informasi geografis dalam pengaplikasian pada bidang pengembangan layanan telekomunikasi diharapkan dapat memberi kontribusi ke para pelaku dunia bisnis telekomunikasi.

2.
2.1.

Teori Penunjang

Arsitektur Jaringan GSM Jaringan GSM 900 dan GSM/DCS 1800 adalah jaringan GSM yang tidak jauh berbeda yaitu disusun

> Seminar Proyek Akhir Jurusan Teknik Telekomunikasi PENS-ITS 2012 <

dari beberapa kesatuan fungsi yang mempunyai fungsi dan antarmuka tertentu. Gambar 1. memperlihatkan arsitektur suatu jaringan GSM.

Gambar 1. Arsitektur Jaringan GSM

Pada masing-masing bagian utama jaringan GSM tersusun dari bagian-bagian lain yang terpadu untuk mendukung fungsi utamanya. Sedangkan jaringan lain yang dapat berintegrasi dengan jaringan GSM yaitu jaringan selular lain (PLMN), telepon rumah (PSTN), ISDN, dan jaringan yang berbasis internet. Konsep Seluler Perencanaan kapasitas sangat berhubungan dengan perencanaan cakupan. Perencanann cakupan memberikan informasi mengenai berapa site yang diperlukan untuk mencakup suatu area dan bersama-sama dengan perencanaan kapasitas mendefinisikan berapa jumlah maksimum TRX di tiap sitenya. Dimana jumlah TRX dapat dirumuskan sebagai berikut: 1 = 8 (1) dimana : () 1 = () (2) () sehingga:
=
( )

= gain antena BS. = gain antena MS. = gain tipe daerah. Gain antena berkaitan dengan tinggi antena dan tidak ada hubungannya dengan pola antena. Kurva Amu(f,d) untuk range frekuensi 100-3000 Mhz ditunjukkan oleh Gambar 8a(kanan), sedangkan nilai GAREA untuk berbagai tipe daerah dan frekuensi diperlihatkan pada Gambar 8b(kiri). G(hte) mempunyai nilai yang bervariasi dengan perubahan 20 dB/decade dan G(hre) bervariasi dengan perubahan 10 dB/decade pada ketinggian antena kurang dari 3 m. ( = )20) ( hre > 10 m (5)
( = )20(/3) ( = )10 (/3)

G(hte) G(hre) GAREA

10 m > hre > 3 m hre 3 m

(6) (7)

2.2.

2.4.

Model Okumura COST-231 European Co-operative for Scientific and Technical Research (EURO-COST) membentuk komite kerja COST-231 untuk membuat model Hatta yang disempurnakan atau diperluas. COST-231 mengajukan suatu persamaan untuk menyempurnakan model Hatta agar bisa dipakai pada frequensi 2 GHz. Model redaman lintasan yang diajukan oleh COST-231 ini memiliki bentuk persamaan:
(8)

L(urban) = 46,3 + 33,9logfc 13,82 loghte a(hre) + (44,9-6,55loghte) logd +CM

(3)

Model Okumura Model Okumura adalah model yang terkenal dan paling banyak digunakan. Model ini cocok untuk range frekuensi antara 150-1920 MHz dan pada jarak antara 1100 km dengan ketinggian antenna base station (BS) berkisar 30 sampai 1000 m.Okumura membuat kurvakurva redaman rata-rata relatif terhadap redaman ruang bebas (Amu) pada daerah urban melalui daerah quasismooth terrain dengan tinggi efektif antenna base station (hte) 200 m dan tinggi antenna mobile station (hre) 3 m. Kurva-kurva ini dibentuk dari pengukuran pada daerah yang luas dengan menggunakan antenna omnidirectional baik pada BS maupun MS, dan digambarkan sebagai fungsi frekuensi (range 100-1920 MHz) dan fungsi jarak dari BS (range 1-100 km). Untuk menentukan redaman lintasan dengan model Okumura, pertama kita harus menghitung dahulu redaman ruang bebas (free space path loss), kemudian nilai Amu (f,d) dari kurva Okumura ditambahkan kedalam factor koreksi untuk menentukan tipe daerah. Model Okumura dapat ditulis dengan persamaan berikut:
= )( + (, ) (( ) )

2.3.

Dimana a(hre) adalah faktor koreksi tinggi efektif antenna MS sesuai dengan hasil Hatta, dan CM 0 dB untuk daerah kota sedang dan suburban, dan CM 3 dB untuk daerah pusat metropolitan Model Hatta COST-231 cocok untuk parameter-parameter berikut: f : 1500 2000 MHz the : 30-200 m hre : 1-10 m d : 1-20 km 3.

Metodologi

(4)

Dimana : L = nilai rata-rata redaman lintasan propagasi LF = redaman lintasan ruang bebas Amu = rata-rata redaman relatif terhadap redaman ruang bebas. 2

Database pemancar bts akan diimplementasikan pada suatu database berbasis sistem informasi geografis (SIG) dengan menggunakan ArcGis Desktop, adapun framework ArcGis yang dibutuhkan dalam sistem ini, adalah : a) ArcMap ArcMap merupakan aplikasi sentral didalam sistem arcgis desktop yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang berbasiskan peta digital seperti kartografis, analisis peta dan editing b) ArcCatalog ArcCatalog merupakan aplikasi yang dapat membantu para penggunanya untuk mengorganisasikan dan mengelola semua informasi spasial seperti dataset, model, metadata beserta layanan lainnya. c) ArcToolbox ArcToolbox merupakan framework ArcGis desktop menyediakan banyak fungsionalitas

> Seminar Proyek Akhir Jurusan Teknik Telekomunikasi PENS-ITS 2012 <

geoprocessing seperti analisis vector, geocoding maupun analisis statistik 3.1. Cara Kerja Dalam bab ini akan dibahas mengenai perencanaan dan pembuatan database yang berhubungan dengan pengolahan data spasial dan non spasial serta mevisualisasikan kedalam bentuk peta digital. Adapun tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi : a) Studi Pendahuluan b) Perancangan Geodatabase c) Perancangan Peta Digital

terkecil adalah kecamatan Biringkanaya kepadatan penduduk 3.862 jiwa/km2.


KEPADATAN
60000 40000 20000 0

dengan

KEPADATAN

Gambar 5. Grafik Kepadatan Penduduk Kota Makassar

Gambar 2. Blog Sistem Perancangan Sistem.

4.1. Analisa dan Pembahasan 4.1.1. Area Penelitian Area penelitian pada analisis ini adalah kota Makassar dengan luas wilayah 112.55 km2 yang terdiri dari 14 kecamatan. dari data terlihat bahwa kecamatan yang terbesar wilayahnya adalah kecamatan Biringkanaya dengan luas 33.83 km2 dan kecamatan yang terkecil wilayahnya adalah kecamatan mamajang dengan luas 1.08 km2.
LUAS WILAYAH
40 30 20 10 0
MARISO MAMAJANG TAMALATE RAPPOCINI MAKASSAR U.PANDANG WAJO BONTOALA U.TANAH TALLO PANAKUKANG MANGGALA BIRINGKANAYA TAMANLANREA

4.1.2. Estimasi kebutuhan Trafik Estimasi kebutuhan trafik pada analisa ini beracuan pada beberapa parameter. Parameter yang pertama berkaitan dengan jumlah penduduk baik nasional maupun kota, Jumlah penduduk Kota Makassar yang digunakan beracuan pada tahun 2009 yaitu sebesar 1.272.349 jiwa sedangkan jumlah penduduk nasional adalah 231.000.000 jiwa. Parameter yang kedua adalah pangsa pasar pengguna seluler nasional sebesar 175.180.000 jiwa.parameter yang ketiga adalah pangsa pasar operator Telkomsel nasional yaitu sebesar 81.644.000 jiwa.
Tabel 1. Jumlah Penduduk,pengguna seluler dan pangsa pasar telkomsel 2009 (wikipedia)

INDONESIA 2009 231.000.000 LUAS WILAYAH

SELULER INDONESIA 2009 175.180.000

TELKOMSEL 2009 81644.000

Gambar 3. Grafik Luas Wilayah Kota Makassar

Dari segi jumlah penduduk, kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar adalah kecamatan Tamalate dengan jumlah penduduk sebesar 154.464 jiwa sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah kecamatan Ujung Pandang dengan jumlah penduduk 29.064 jiwa.
Jumlah Penduduk
200000 150000 100000 50000 0
MARISO MAMAJANG TAMALATE RAPPOCINI MAKASSAR U.PANDANG WAJO BONTOALA U.TANAH TALLO PANAKUKANG MANGGALA BIRINGKANAYA TAMANLANREA

Berdasarkan data tersebut maka dapat diperoleh persentase pengguna seluler di indonesia sebesar 76 persen dan pangsa pasar telkomsel sebesar 47 persen dari total pengguna seluler tanah air. Adapun perhitungan nya sebagai berikut : market seluler (%)= =

100%

= 76%

Pangsa pasar (%) =

100%

= 47%

Jumlah Penduduk

Gambar 4. Grafik Jumlah Penduduk Kota Makassar

Dari segi kepadatan penduduk, kecamatan dengan kepadatan penduduk terbesar adalah kecamatan Makassar dengan kepadatan penduduk sebesar 42.799 jiwa/km2 sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk 3

Berdasarkan persentase market seluler nasional sebesar 76 persen dan pangsa pasar Telkomsel nasional sebesar 47 persen maka dapat diperoleh estimasi pengguna seluler dan pangsa pasar Telkomsel ditiap kecamatan di kota Makassar. Berdasarkan data estimasi market telkomsel 2009 maka dapat dihitung jumlah kebutuhan TRX dari tiap kecamatan dimana kebutuhan TRX dihitung dengan asumsi holding time tiap kanal percakapan adalah 120 detik yang merupakan rekomendasi dari ITU-R M.1390. Adapun perhitungan kebutuhan TRX tiap kecamatan adalah sebagai berikut:
1 = 8

> Seminar Proyek Akhir Jurusan Teknik Telekomunikasi PENS-ITS 2012 <

1 =

)( 3600()

maka : 1 = 120() 3600()

1 = 30 Adapun jumlah user untuk tiap TRX yaitu : 1 = 8 1 = 8 30 1 = 240

Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat dihitung jumlah kebutuhan TRX ditiap kecamatan. Berikut grafik hasil perhitungan:
KEBUTUHAN TRX
250 200 150 100 50 0
MARISO MAMAJANG TAMALATE RAPPOCINI MAKASSAR U.PANDANG WAJO BONTOALA U.TANAH TALLO PANAKUKANG MANGGALA BIRINGKANAYA TAMANLANREA

TRX. dari data tersebut terlihat bahwa kecamatan dengan kelebihan ketersediaan TRX terbesar adalah kecamatan Ujung Pandang sebesar 134 TRX dan kecamatan dengan kelebihan ketersediaan TRX terkecil adalah kecamatan Mariso sebesar 41 TRX. selain itu dari tabel tersebut terlihat juga bahwa kecamatan dengan kekurangan ketersediaan TRX terbesar adalah kecamatan Biringkanaya sebesar 104 TRX dan kecamatan dengan kurangan ketersediaan TRX terkecil adalah kecamatan Ujung Tanah sebesar 7 TRX. secara keseluruhan dapat dilihat bahwa kota Makassar memiliki kelebihan sebesar 130 TRX. dari jumlah tersebut dapat di perkirakan jumlah site tambahan yang dibutuhkan sebesar :
= ) (

jika tiap site tambahan di setting dalam maximum capacity maka dibutuhkan 12 TRX GSM dan 36 TRX DCS atau secara keseluruhan sebesar 48 TRX maka jumlah site tambahan untuk site diatas sebesar
= KEBUTUHA N TRX 130 48

= 3

Gambar 6. Grafik Kepadatan Penduduk Kota Makassar

Berdasarkan data gambar 6 dapat dilihat bahwa kebutuhan jumlah TRX terbesar berada pada kecamatan Tamalate sebesar 227 TRX dan kebutuhan jumlah TRX terkecil berada pada kecamatan ujung pandang sebesar 43 TRX hal ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk dimana kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar adalah kecamatan Tamalate dengan jumlah penduduk sebesar 154.464 jiwa sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah kecamatan Ujung Pandang dengan jumlah penduduk 29.064 jiwa. Dari segi jumlah TRX yang telah tersedia, maka berdasarkan grafik juga dapat dilihat bahwa, kecamatan yang memiliki ketersediaan TRX terbesar adalah kecamatan Tamalate dengan ketersediaan sebesar 312 TRX dan kecamatan dengan ketersediaan TRX terkecil adalah kecamatan Mamajang dengan jumlah ketersediaan sebesar 0 TRX. Selisih kebutuhan TRX terhadap TRX existing
200 100 0 -100 -200
BIRING TAMA MARIS MAMA TAMAL RAPPO MAKAS U.PAN BONTO U.TAN PANAK MANG KANAY NLANR WAJO TALLO O JANG ATE CINI SAR DANG ALA AH UKANG GALA A EA Series1 41 -90 85 -62 64 134 115 -31 -17 -92 58 -21 -104 52

4.1.3. Site Link Dari data yang diperoleh dari hasil pemodelan site link dapat dilihat bahwa site link dapat di implementasikan kedalam bentuk digital berupa garisgaris (polyline) yang menghubungkan dua atau lebih titik (POINT). Dalam prosesnya, pemodelan site link membutuhkan dua atau lebih titik koordinat latitude dan longitude yang berbeda. dimana salah satu koordinat akan berfungsi sebagai koordinat asal (X1,Y1) dan koordinat lainnya akan berfungsi sebagai koordinat tujuan (X2,Y2.....Xn,Ym). Sebagai pembuktian dari simulasi pemodelan site link maka dapat diambil contoh site link pada site Tamanlanrea (unhas) dimana site ini terhubung dengan 2 site lain yaitu Antang dan Hartako jaya. Berikut tampilan perbandingan implementasi dalam peta dan data tabulasi link
Tabel 2. Contoh pembentukan site link BTS TamanLanrea (unhas)
SITE_A Hartako Jaya Tamalanrea (Unhas) SITENAME_A UPD143 UPD031 SITE_B Tamalanrea (Unhas) Antang SITENAME_B UPD031 UPD013

Gambar 7. Grafik Selisih kebutuhan TRX terhadap TRX existing

Berdasarkan gambar 7 terlihat juga bahwa tiap kecamatan ada yang memiliki kekurangan ketersediaan TRX adapula yang memiliki kelebihan ketersediaan 4

Gambar 8.Site Link Tamanlanrea (unhas)

> Seminar Proyek Akhir Jurusan Teknik Telekomunikasi PENS-ITS 2012 <

4.1.4. Coverage Area Dari hasil pemodelan coverage area untuk kota Makassar dapat dilihat bahwa coverage area yang terbentuk merupakan perpaduan dari sejumlah coverage area BTS yang ada.secara umum terlihat bahwa coverage yang terbentuk dapat mencakup seluruh wilayah kota Makassar. Coverage area pada penelitian ini menggunakan perhitungan pathloss dengan menerapkan Okumura-Hatta model untuk coverage GSM 900 dan COST 231-Hatta model untuk coverage GSM 1800. Dari hasil pemodelan dengan radius pembentukan coverage dapat dilihat bahwa level daya terima berbanding terbalik dengan jarak. dimana untuk kasus di kota Makassar berkisar antara -45dBm hingga -109 dBm. 4.1.5. Optimalisasi Penempatan Site Implementasi metode Montecarlo dalam optimalisasi penempatan site dilakukan melalui proses pencarian acak BTS-BTS mana saja yang perlu aktif untuk dapat mengcakup 100 % wilayah kota Makassar dengan menerapkan ketentuan-ketentuan yang merupakan hasil dari proses perancanagan kapasitas (dimensioning). Dari proses perancangan kapasitas dapat dilihat bahwa kota Makassar memiliki potensial pangsa pasar bagi Telkomsel sebesar 449.969 jiwa atau menempati 47 % pangsa pasar seluler kota Makassar sebesar 964.892 jiwa. dari pangsa pasar milik Telkomsel tersebut maka dibutuhkan 1874 TRX atau sebesar 39 BTS dengan konfigurasi High Capacity (48TRX).sedangkan kondisi yang telah terealisasi dilapangan adalah sebesar 2004 TRX atau sebesar 42 BTS dengan konfigurasi High Capacity (48TRX). sehinnga terihat bahwa secara keseluruhan kota makassar emiliki kelebihan BTS sebanyak 3 buah. Berdasarkan kondisi tersebut maka implementasi montecarlo yang dilakukan akan menerapakan syarat dalam proses iterasi yakni menonaktifkan secara acak 3 site dalam kota Makassar untuk dilihat coverage yang dimilikinya.
Tabel 3. Hasil montecarlo pada coverage area
Nama Kondisi Awal Optimasi 1 (Biringkanaya) Optimasi 2 (Tamanlanrea) Optimasi 3 (Mariso) Optimasi 4 (Tamalate) Optimasi 5 (Rappocini) Optimasi 6 (Makassar) Optimasi 7 (Ujung Pandang) Optimasi 8 (Wajo) Optimasi 9 (Bontoala) Optimasi 10 (Ujung tanah) Optimasi 11 (Tallo) Luas (km) 114 113 114 114 114 114 114 114 114 114 114 114 Persentase (%) 99,122807 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Optimasi 12 (Panakukang) Optimasi 13 (Manggala)

114 114

100 100

Dari data hasil praktikum dapat dilihat bahwa proses pencarian acak 3 site BTS yang akan di nonaktifkan akan menyebabkan perbedaan dari segi luas wilayah yang dapat di cakup oleh coverage dari BTS. sebagai kondisi awal diketahui bahwa coverage area BTS dikota makassar dapat mengcakupi 100 % wilayah kota Makassar. Hasil optimalisasi dilakukan dalam 13 proses iterasi sesuai jumlah kecamatan di kota Makassar. Hasil proses iterasi pertama dilakukan di kecamatan Biringkanaya dimana dengan menonaktifkan 3 site secara acak dikecamatan tersebut diperoleh hasil berupa coverage yang hanya dapat mencakup 99,12 % wilayah kota Makassar. Untuk hasil proses iterasi kedua dilakukan di kecamatan Tamanlanrea dimana dengan menonaktifkan 3 site secara acak dikecamatan tersebut diperoleh hasil berupa coverage yang hanya dapat mencakup 100 % wilayah kota Makassar. Adapun hasil iterasi ketiga hingga ke tiga belas secara berurutan yaitu kecamatan Mariso, Tamalate, Rappocini, Makassar, Ujungpandang, Wajo, Bontoala, Ujungtanah, Tallo, Panakukang dan Manggala diperoleh hasil yang sama yaitu dapat mencakup 100 % wilayah kota Makassar. Adapun persentase hasil optimalisasi secara perhitungan adalah sebagai berikut:
( %) = )( 100 )(

Jika diketahui luas kota Makassar = 114 Km persegi, maka persentase coverage hasil iterasi untuk: optimasi 1 (bringkanaya)
113() 100 114 () ( %) = 99.12 ( %) =

optimalisasi 2 (tamanlanrea) - optimalisasi 13 (Manggala)


114() 100 114 () ( %) = 100 ( %) =

Dari hasil tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan optimalisasi pada coverage area BTS Telkomsel untuk Kota Makassar dapat dilakukan disemua kecamatan selain kecamatan Biringkanaya.

5. Kesimpulan
a) Dari hasil informasi pada peta elektronik dapat dilihat bahwa level daya terima berbanding terbalik dengan jarak. dimana untuk kasus di kota Makassar berkisar antara -45dBm hingga 109 dBm. Dari hasil estimasi trafik dapat dilihat bahwa kota Makassar yang memiliki jumlah penduduk sebesar 449.696 jiwa membutuhkan 1.874 TRX atau sekitar 39 BTS high capacity. Hasil optimasi montecarlo menunjukkan coverage terburuk hanya dapat mencakup 99,12

b)

c)

> Seminar Proyek Akhir Jurusan Teknik Telekomunikasi PENS-ITS 2012 <

% wilayah kota makassar sedangkan coverage terbaik dapat mencakup 100% wilayah kota Makassar.

6. Daftar Pustaka
ITU-R M,1390, Methodology For The Calculation Of IMT-2000 Terresterial Spectrum Requirements. [2] Kurniawan, Prima, Perencanaan Ulang Site Outdoor Coverage System Jaringan Radio GSM 900 dan 1800 di semarang. [3] http://www.esri.com/, [4] http://www.library.yale.edu/, [5] Jalal Jamal Hamad-Ameen Cell Planning in GSM Mobile, ISSN:1109-2742. [6] Jean frederick wagen,Karim risk.,2003, Radiowave propagation,Building database and GIS:anything in common? A radio engineer viewpoint, Environment and planing B: planning and design,pp. 767-787. [7] Prahasta, Eddy, Tutorial ArcGIS Desktop Untuk Bidang Geodesi Dan Geomatika. [8] Sari Indah P, Optimasi Penataan Sistem WiFi di PENS-ITS Dengan Menggunakan Metode Monte Carlo. [9] Tapan K. Sarkar, et al., A Survey of Various Propagation Models for Mobile Communication, IEEE Antennas and Propagation Magazine, Vol. 45, No. 3, June 2003. [10] VINCENZO BARRILE GIS supporting the Plan of BTS (Base Transceiver Stations) for mobile network in urban context [11] Xiaoying Wang, Tao Long, Yee Hui Lee, Automated Cell Planning Based on Propagation Loss. [12] Zia Nadir, Pathloss Determination Using Okumura-Hata Model And Cubic Regression For Missing Data For Oman. [1]

Anda mungkin juga menyukai