Anda di halaman 1dari 119

PENERAPAN TEKNOLOGI

MULTI-PROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS)


PADA JARINGAN KOMPUTER
(STUDI KASUS : LAB ELKON BPPT)

KAWULA FIRDAUS
105091002876

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009

PENERAPAN TEKNOLOGI
MULTI-PROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS)
PADA JARINGAN KOMPUTER
(STUDI KASUS: LAB ELKON BPPT)

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer
Pada Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :
Kawula Firdaus
105091002876

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009

PENERAPAN TEKNOLOGI
MULTI-PROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS)
PADA JARINGAN KOMPUTER
(STUDI KASUS: LAB ELKON BPPT)

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer
Pada Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :
Kawula Firdaus
105091002876

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Viva Arifin, MMSI

Arini, S.T., M.T.

NIP. 150 378 016


Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Informatika,

Yusuf Durrachman, M.Sc., MIT


NIP. 150 378 017

iii

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi yang berjudul Penerapan Teknologi Multi-Protocol Label Switching


(MPLS) Pada Jaringan Komputer (Studi Kasus : Lab ELKON BPPT) telah
diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosya Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Jumat,
02 Oktober 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Teknik Informatika.
Jakarta, 02 Oktober 2009
Tim Penguji,
Dosen Penguji I,

Dosen Penguji II,

Herlino Nanang, MT
NIP. 197312092005011002

Victor Amrizal, M.Kom

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Viva Arifin, MMSI


NIP. 150 378 016

Arini, ST, MT

Mengetahui,

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Ketua Program Studi

Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis


NIP. 150 317 956

Yusuf Durrachman, M.Sc, MIT


NIP. 150 378 017

iv

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN
TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, 02 Oktober 2009

Kawula Firdaus

ABSTRAK
Kawula Firdaus, Penerapan Teknologi Multi-Protocol Label Switching (MPLS)
Pada Jaringan Komputer (Studi Kasus: Lab ELKON BPPT), dibimbing oleh Viva
Arifin, MMSI dan Arini, S.T., M.T.

Jaringan internet berkembang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir ini,
ditandai dengan munculnya teknologi dan layanan-layanan baru yang menuntut
pemakaian bandwidth secara efisien dan efektif. Bandwidth ini digunakan oleh
router dalam menangani pengiriman paket dari satu hope ke hope lainnya. Saat ini
teknologi Multi-Protocol Label Switching (MPLS) sebagai elemen jaringan yang
berfungsi aktif dalam menangani pengiriman paket yaitu dengan menambahkan
suatu label pada setiap paket yang datang dan menggunakan label tersebut untuk
menentukan ke arah mana seharusnya paket data tersebut dikirimkan. Dalam
penelitian ini dilakukan kajian terhadap kinerja teknologi MPLS dengan melihat
parameter Quality of Service (QoS) yaitu bandwidth, jitter, dan packet loss. Hasil
percobaan pertama diperoleh ketersediaan bandwidth sebesar 128 Kbps, nilai
jitter yang kecil yaitu 0.320 dan 0.234, serta packet loss yang rendah yaitu 0% dan
0.062%. Kemudian pada percobaan kedua terlihat class Gold memiliki QoS lebih
baik dibandingkan class Bronze yaitu dengan bandwidth 512 Kbps , jitter 0.201,
serta packet loss 0% sedangkan, class Bronze dengan bandwidth 158 Kbps, jitter
0.565, dan packet loss 69%.

Kata kunci: Multi-Protocol Label Switching, QoS, bandwidth, jitter, packet loss.

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
banyak nikmat dalam kehidupan ini dan dengan ridho-Nya pula penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa penulis
haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa cahaya dalam
kehidupan di dunia ini. Semoga rahmat Allah selalu mengalir untuknya beserta
keluarga, sahabat, dan umatnya yang istiqomah mengikuti jejak beliau hingga
akhir zaman.
Skripsi
PROTOCOL

yang

berjudul

LABEL

PENERAPAN

SWITCHING

TEKNOLOGI

(MPLS)

PADA

MULTI-

JARINGAN

KOMPUTER (STUDI KASUS: LAB ELKON BPPT) merupakan salah satu


tugas wajib mahasiswa sebagai persyaratan untuk mengambil gelar Strata 1 (S1)
pada Program Studi Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat bimbingan dan bantuan
dari banyak pihak, baik secara moral maupun secara teknis. Oleh karena itu,
perkenankanlah pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis. selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Yusuf Durrachman, M.Sc, MIT selaku Ketua Program Studi Teknik
Informatika dan Ibu Viva Arifin, MMSI selaku Sekretaris Program Studi
Teknik Informatika.

vii

3. Ibu Viva Arifin, MMSI dan Ibu Arini, M.T. selaku dosen pembimbing skripsi
yang secara kooperatif telah memberikan bimbingan, bantuan, dan dukungan
baik secara moral maupun teknis. Terima kasih banyak telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing penulis.
4. Seluruh dosen pada Program Studi Teknik Informatika dan Program Studi
Sistem Informasi khususnya bagi yang pernah mengajar penulis. Terima kasih
atas ilmu-ilmu yang telah diberikan, semoga ilmu yang pernah diberi dapat
menjadi tabungan amal kebaikan yang tidak pernah berhenti dan dapat penulis
manfaatkan sebaik-baiknya.
5. Ibunda Farida Surdiati dan Ayahanda Edy Sukandar yang selalu memberikan
dukungan kepada penulis dalam berbagai bentuk. Terima kasih mama, ayah,
atas doa-doa yang tak pernah berhenti mengalir bagi anaknya dan atas semua
pengorbanan yang telah diberikan baik biaya, tenaga, dan waktu.
6. Adikku Ridwan Dzuhry. Terima kasih dik atas dukungannya. Persiapkan diri
dari sekarang untuk menempuh Tugas Akhir kuliah. Tetap Semangat!
7. Sahabatku Deni Julianto dan Suzanti Laima yang telah bersedia membantu
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
8. Kulbat Apiat, Masmian Mahida, Olia Desconova, Irfan, Siti Pratiningsih,
Retno Ayu, dan Saiful Amarullah. Terima kasih banget atas bantuan,
informasi, dan dukungan moril kepada penulis.
9. Anak-anak DKanz yang selalu memberikan kegembiraan ketika penulis
sedang penat. Terima kasih atas persahabatan yang indah selama ini.

viii

10. Teman-teman penulis di TI C 2005. Terima kasih atas kebersamaannya selama


menimba ilmu.
11. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan
bantuan dan dukungan baik moril maupun teknis dalam penyusunan skripsi ini
dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dalam kesempatan ini.
Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini masih penuh
dengan kekurangan. Maka dari itu saran yang membangun penulis harapkan untuk
perbaikan dimasa yang akan datang.

Jakarta, 02 Oktober 2009

Penulis

ix

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .........

ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .....

iii

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN......................................................

iv

HALAMAN PERNYATAAN ......

ABSTRAK .........

vi

KATA PENGANTAR ..

vii

DAFTAR ISI .....

DAFTAR GAMBAR.....

xiv

DAFTAR TABEL .........

xvi

DAFTAR LAMPIRAN ........ xvii


DAFTAR ISTILAH.................................................................................. xviii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..... 1
1.2. Rumusan Masalah.... 2
1.3. Batasan Masalah.. 3
1.4. Tujuan Penelitian..... 3
1.5. Manfaat Penelitian... 3
1.6. Metodologi Penelitian.. 5
1.6.1. Metode Pengumpulan Data...

1.6.2. Metode Pengembangan Sistem.. 5

Halaman
1.7. Sistematika Penulisan.... 7
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1. Konsep Jaringan Komputer......................................... 8
2.1.1. Definisi Jaringan Komputer............................ 8
2.1.2. Klasifikasi Jaringan Komputer....................... 8
2.1.3. Topologi Jaringan Komputer.......................... 9
2.1.3.1. Topologi Bus................................... 9
2.1.3.2. Topologi Ring................................. 9
2.1.3.3. Topologi Star.................................. 10
2.1.3.4. Topologi Tree.................................

10

2.1.4. Media Transmisi............................................ 10


2.1.4.1. Media Terarah

10

2.1.4.2. Media Tidak Terarah..

12

2.1.5. Model Open System Interconnection (OSI)..

13

2.2. Multi-Protocol Label Switching

15

2.2.1. Pengertian Multi-Protocol Label Switching... 15


2.2.2. Arsitektur MPLS 15
2.2.3. Enkapsulasi Paket... 16
2.2.4. Distribusi Label.. 17
2.2.5. Penggunaan MPLS..... 18
2.2.6. Cara Kerja Jaringan MPLS. 18
2.3. Quality of Service 23

xi

Halaman
2.3.1. Konsep Quality of Service. 23
2.3.2. Konsep Pengukuran QoS dalam Jaringan MPLS.. 24
2.3.3. Tools untuk Mengukur QoS.. 27
2.4. Aplikasi Monitoring Packet Data.. 28
2.5. Open Shortest Path First (OSPF).. 29
2.6. Simulator Jaringan. 29
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 32
3.1.1. Waktu Penelitian 32
3.1.2. Tempat Penelitian.. 32
3.2. Hipotesis Penelitian........................................................... 32
3.3. Perangkat Penelitian.......................................................... 33
3.4. Metode Penelitian............................................................. 34
3.5. Metode Pengumpulan Data.............................................. 36
3.6. Metode Pengembangan Sistem........................................ 36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Analysis (Analisis)........................................................... 41
4.1.1. Identify (Mengidentifikasi Masalah).................... 41
4.1.2. Understand (Memahami Rumusan Masalah).. 42
4.1.3. Analyze (Menganalisa Elemen Sistem)................ 43
4.1.4. Report (Melaporkan Hasil Analisis).................... 43
4.2. Design (Perancangan)...................................................... 45

xii

Halaman
4.2.1. Perancangan Topologi Jaringan...................... 45
4.2.2. Perancangan Sistem MPLS VPNs dan QoS... 47
4.3. Simulation Prototyping (Prototipe Simulasi).............. 47
4.4. Implementation (Implementasi).. 50
4.4.1. Implementasi Topologi Jaringan 51
4.4.2. Implementasi MPLS VPNs 51
4.4.3. Implementasi QoS.

59

4.5. Monitoring (Pengawasan).

64

4.5.1. Pengujian Konektifitas End-to-End Backbone MPLS

BAB V

VPNs.

64

4.5.2. Pengujian QoS...

68

4.5.2.1. Percobaan 1

68

4.5.2.2. Percobaan 2....................................

70

4.5.3. Analisa Pengujian QoS.................................

71

4.6. Management (Pengelolaan)......................................

72

PENUTUP
5.1. Kesimpulan...............................................................

73

5.2. Saran.........................................................................

74

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................

75

LAMPIRAN

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. Topologi Bus 9
Gambar 2.2. Topologi Ring...... 9
Gambar 2.3. Topologi Star....................................... 10
Gambar 2.4. Kabel Coaxial.............. 11
Gambar 2.5. Twisted Pair......................................................................... 11
Gambar 2.6. (a) Tampak samping, (b) FO dengan 3 core........................ 12
Gambar 2.7. Komunikasi Satelit............................................................... 13
Gambar 2.8. Model Referensi OSI............................................................... 14
Gambar 2.9. Arsitektur MPLS................................................................. 16
Gambar 2.10. Skema Header MPLS................................................... 17
Gambar 2.11. Cara Kerja Router yang digerakkan MPLS.......................... 19
Gambar 3.1. Kerangka Penelitian Penulis....... 35
Gambar 3.2. Skema NDLC..... 37
Gambar 4.1. Diagram Topologi Jaringan....... 45
Gambar 4.2. Aplikasi Virtual PC.... 48
Gambar 4.3. Tampilan GNS3...... 49
Gambar 4.4. IP address pada virtual pc... 49
Gambar 4.5. Ping client menuju server........... 50
Gambar 4.6. Ping server menuju client... 50
Gambar 4.7. Hasil Konfigurasi OSPF......... 52

xiv

Gambar 4.8. Hasil Konfigurasi BGP...... 54


Gambar 4.9. Hasil Aktifasi MPLS.........

55

Gambar 4.10. Cek Router virtual .............

56

Gambar 4.11. Penambahan Routing Static

57

Gambar 4.12. Hasil Ping Client menuju Server ...

65

Gambar 4.13. Hasil Ping Server ke Client vlan2..

66

Gambar 4.14. Hasil Ping Server ke Client vlan6..

66

Gambar 4.15. Proses Labeling Packet Data Client ke Server...................

67

Gambar 4.16. Proses Labeling Packet Data Server ke Client...............

67

Gambar 4.17. Hasil Capture Class Gold..................................................

69

Gambar 4.18. Hasil Capture Class Bronze...............................................

69

Gambar 4.19. Hasil Capture Class Gold..

70

Gambar 4.20. Hasil Capture Class Bronze...

71

xv

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1. Tabel Keterangan Model Referensi OSI.................................... 14
Tabel 2.2. Kepekaan Performansi Layanan.. 23
Tabel 4.1. Spesifikasi Sistem yang Akan Dibangun..... 43
Tabel 4.2. Spesifikasi Kebutuhan Software...... 43
Tabel 4.3. Spesifikasi Kebutuhan Hardware.... 44
Tabel 4.4. Daftar IP Address.... 46
Tabel 4.5. Komponen Sistem.... 47
Tabel 4.6. Perbandingan QoS Class Gold dan Bronze. 71

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
LAMPIRAN A : SURAT KETERANGAN PENELITIAN DARI BPPT.... A-1
LAMPIRAN B : HASIL WAWANCARA .. B-1
LAMPIRAN C : KONFIGURASI ROUTER DAN SWITCH. C-1

xvii

DAFTAR ISTILAH

1. Any Transport over MPLS (AToM) adalah aplikasi yang membawa layer 2
traffic, seperti Ethernet dan ATM melewati awan MPLS.
2. Asynchronous Transfer Mode (ATM) adalah teknik transfer data berbasis sel
dimana kebutuhan kanal jaringan menentukan alokasi paket.
3. Backbone adalah jaringan dengan jalur dan perangkat berkecepatan tinggi
yang menghubungkan jaringan-jaringan lain yang lebih kecil dengan
kecepatan rendah menjadi satu.
4. Bandwidth adalah kapasitas transfer data yang didukung oleh koneksi atau
antarmuka jaringan.
5. Best effort adalah layanan QoS pada jaringan internet yang tidak membedakan
jenis file.
6. Border Gateway Protocol adalah ptotokol yang mengatur router yang
berkomunikasi dengan router dalam Autonomous System (AS) lain.
7. Connectionless adalah sambungan yang tidak menentukan jalur.
8. Connection-oriented adalah sambungan dengan mealukan pemelihan jalur
terbaik.
9. Crosstalk adalah komunikasi bolak balik.
10. Differentiated services adalah paradigma dalam menyediakan QoS pada
internet dengan memakai himpunan aturan dasar yang baku dan berukuran
kecil dan sudah terdefinisikan dengan baik.
11. Egress adalah router pertama tempat masuknya paket data dalam cloud MPLS.

xviii

12. Enkapsulasi adalah proses pembungkusan paket data.


13. Forwarding adalah proses pengiriman paket data.
14. Forwarding Equivalence Class (FEC) adalah kumpulan paket yang menerima
perlakukan forwarding yang sama di sebuah LSR.
15. Ingress adalah router terakhir dalam cloud MPLS tempat keluarnya paket data.
16. Integrated Services adalah menyediakan sumber daya seperti bandwidth untuk
trafik dari ujung ke ujung
17. Jitter adalah ukuran delay penerimaan paket yang melambangkan smoothness
dari audio/video playback.
18. Label Distribution Protocol adalah protokol yang mengatur pendistribusian
paket pada jaringan MPLS.
19. Label Switching Router (LSR) adalah MPLS node yang mampu meneruskan
paket-paket layer 3.
20. Label-switched path (LSP) adalah jalur yang melalui satu atau serangkaian
LSR dimana paket diteruskan oleh label swapping dari satu MPLS node ke
MPLS node lain.
21. Label-switching table adalah tabel yang berisi data label yang akan diberikan
ke paket data MPLS.
22. Multi-Protocol Label Switching (MPLS) adalah arsitektur network yang
didefinisikan oleh Internet Engineering Task Force (IETF) untuk memadukan
mekanisme label swapping di layer dua dengan routing di layer tiga untuk
mempercepat pengiriman paket.
23. Node adalah titik suatu koneksi atau sambungan dalam jaringan.

xix

24. Packet loss adalah jumlah paket hilang yang terjadi pada saat pentransferan
paket data dari pengirim ke penerima (destination).
25. Per-Hop Behavior (PHB) adalah mekanisme pemilihan hop pada MPLS.
26. Quality of Service (QoS) adalah hasil kolektif dari berbagai criteria
performansi yang menentukan tingkat kepuasan penggunaan suatu layanan.
27. Router adalah perangkat keras yang memfasilitasi transmisi paket data melalui
jaringan komputer.
28. Service provider internet adalah instansi tempat penyedia layanan internet.
29. Sniffing adalah proses pemeriksaan isi paket data yang melewati suatu
jaringan komputer.
30. Traffic engineering adalah proses pemindahan traffic sehingga traffic dari link
yang memiliki congestion dipindahkan ke link yang tidak sedang digunakan.
31. Tunnel adalah jalur komunikasi aman di antara dua perangkat yang setara.
32. Virtual Private Networks adalah jaringan pribadi yang dibangun secara virtual
dalam jaringan internet.
33. Weighted fair Queuing (WFQ) adalah algoritma penanganan penyumbatan
yang mengidentifikasi percakapan (dalam bentuk aliran data), memisahkan
paket-paket yang menjadi bagian percakapan, dan memastikan bahwa
kapasitas dibagipakai secara adil antar percakapan individual tersebut.
34. Weighted Random Early Detection (WRED) adalah metode antrian yang
memastikan bahwa aliran data yang memiliki prioritas lebih tinggi memiliki
tingkatan kehilangan data yang lebih rendah dibandingkan aliran data lain bila
terjadi suatu penyumbatan.

xx
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Riset dan inovasi dalam teknologi telekomunikasi dikembangkan atas
dorongan kebutuhan mewujudkan jaringan informasi yang menyediakan layanan
yang beraneka ragam, memiliki kapasitas tinggi sesuai kebutuhan yang
berkembang, mudah diakses dari mana dan kapan saja serta biaya infrastruktur
yang tidak terlalu mahal.
Teknologi semacam

Asynchronous

memiliki mekanisme

Transfer Mode (ATM)

pemeliharaan Quality of Service (QoS),

dan memungkinkan diferensiasi, namun menghadapi masalah pada


skalabilitas

yang

mengakibatkan perlunya

investasi

tinggi

untuk

implementasinya. Di lain pihak, internet dengan protokol IP berkembang lebih


cepat. IP sangat baik dari segi skalabilitas, yang membuat teknologi internet
menjadi cukup murah. Namun IP memiliki kelemahan serius pada implementasi
QoS

yang

tergolong

best

effort.

Untuk

mengatasi masalah tersebut

dikembangkanlah beberapa metode untuk memperbaiki kinerja jaringan IP,


antara lain dengan Multi-Protocol Label Switching (MPLS).
Konsep jaringan MPLS ini menggunakan switching node yang biasa disebut
Label Switching Router (LSR) dengan melekatkan suatu label dalam setiap paket
data yang datang, dan menggunakan label tersebut untuk menentukan ke arah
mana seharusnya paket data tersebut dikirimkan. Jaringan ini terdiri dari titik-titik

LSR dan bukan merupakan jaringan IP ataupun jaringan ATM, tetapi merupakan
jaringan baru dan berbeda.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah Lembaga
Pemerintah non Departemen (LPND) yang secara resmi dibentuk berdasarkan
Surat Keputusan Presiden Nomor 25 tahun 1978. Tugas pokok dari BPPT adalah
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Saat ini BPPT berkeinginan membuat backbone jaringan menggunakan
MPLS sebagai dasar untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Selain itu, akan
diterapkan pula QoS pada jaringan backbone tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dan BPPT sebagai fasilitator
melalui Laboraturium ELKONnya, penulis akan mencoba melakukan penelitian
mengenai MPLS dan berusaha menerapkan teknologi MPLS Virtual Private
Networks (MPLS VPNs) serta QoS di laboraturium tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah
yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Bagaimana mengefisiensikan bandwidth pada backbone jaringan ?
2. Bagaimana mengimplementasikan jaringan komputer dengan teknologi MPLS
yang mencakup koneksi secara VPN (MPLS VPNs) dan parameter QoS ?
3. Bagaimana cara menguji Quality of Service pada jaringan MPLS VPNs
menggunakan teknik Differentiated services (Diffserv) ?

1.3. Batasan Masalah


Agar pembahasan dalam skripsi ini tidak terlalu luas, namun dapat mencapai
hasil yang optimal, maka penulis akan membatasi ruang lingkup pembahasan
sebagai berikut :
1. Melakukan konfigurasi hardware dan software yang dimiliki oleh BPPT
untuk membangun jaringan backbone MPLS.
2. Membuat simulasi desain jaringan MPLS yang diterapkan pada Lab ELKON
BPPT menggunakan aplikasi open source yaitu GNS3.
3. Pengukuran dan analisa QoS jaringan MPLS tersebut menggunakan aplikasi
Iperf, putty, dan Wireshark dengan konsentrasi pada nilai bandwidth, jitter,
dan packet loss berdasarkan teknik Diffserv.

1.4. Tujuan Penelitian


Tujuan dari skripsi ini adalah :
1. Mensimulasikan dan menerapkan teknologi MPLS VPNs pada jaringan
komputer Lab ELKON hingga berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
2. Menganalisa QoS yaitu menggunakan parameter bandwidth, jitter, dan packet
loss saat terjadi proses pertukaran data berdasarkan teknik Diffserv.

1.5. Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dalam penelitian skripsi ini yaitu :

1. Bagi Penulis
a. Mengetahui secara detail konsep teknologi MPLS sebagai bekal
untuk memasuki dunia kerja yang saat ini telah menggunakan
teknologi tersebut terutama perusahaan service provider internet.
b. Dapat secara langsung melakukan konfigurasi teknologi MPLS pada
hardware dan software suatu jaringan komputer.
c. Menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh selama perkuliahan terutama
tentang jaringan komputer sebagai dasar penelitian skripsi ini.
2. Bagi Instansi
a. Mendapatkan teknologi jaringan baru yang memiliki QoS lebih baik
dari best effort.
b. Mendapatkan dokumentasi kegiatan penelitian MPLS sebagai
rujukan untuk penelitian selanjutnya.
c. Sebagai tolak ukur bagi penelitian selanjutnya untuk dapat
menyempurnakan teknologi MPLS ini.
3. Bagi Universitas
a. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi
pelajaran yang diperoleh dibangku kuliah.
b. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya dan
sebagai bahan evaluasi.
c. Sebagai tolak ukur bagi penelitian selanjutnya untuk dapat
menyempurnakan teknologi MPLS ini.

1.6. Metodologi Penelitian


1.6.1.

Metode Pengumpulan Data


1. Metode observasi yaitu pengumpulan data dan informasi
dengan cara meninjau dan mengamati secara langsung kegiatan
di lapangan.
2. Metode

wawancara;

memungkinkan

penulis

sebagai

pewawancara (interviewer) untuk mengumpulkan data secara


tatap muka langsung dengan orang yang diwawancarai
(interviewee). Hal ini membuat penulis dapat

menggali

permasalahan secara lebih mendalam.


3. Studi pustaka yaitu mengumpulkan data dan informasi dengan
mencari dan memperoleh data-data yang diperlukan dari
berbagai buku, jurnal, literatur, dan web site yang berhubungan
dengan materi skripsi ini.
1.6.2.

Metode Pengembangan Sistem


Dalam penyusunan skripsi ini penulis melakukan penelitian

menggunakan metode Network Development Life Cycle dengan tahapan


sebagai berikut [Goldman and Rawles, 2001] :
1. Analisis
Tahap awal ini dilakukan analisa kebutuhan, analisa permasalahan yang
muncul, analisa keinginan user, dan analisa topologi jaringan yang sudah
ada saat ini.

2. Design
Dari data-data yang didapatkan sebelumnya, tahap design ini akan
membuat gambar design topologi jaringan interkoneksi yang akan
dibangun, diharapkan dengan gambar ini akan memberikan gambaran
seutuhnya dari kebutuhan yang ada. Design bisa berupa design struktur
topology, design akses data, design tata layout perkabelan, dan
sebagainya yang akan memberikan gambaran jelas tentang project yang
akan dibangun.
3. Simulation Prototype
Pada tahap ini penulis akan membuat dalam bentuk simulasi dengan
bantuan tools khusus di bidang network yang bersifat open source yaitu
GNS3.
4. Implementasi
Penulis akan menerapkan semua yang telah direncanakan dan didesign
sebelumnya pada peralatan jaringan MPLS di lab ELKON BPPT.
5. Monitoring
Pada tahap ini penulis akan memonitor jaringan yang telah dibuat agar
jaringan komputer dapat berjalan sesuai dengan keinginan dan tujuan
awal dari user pada tahap awal analisis.
6. Manajemen
Tahap ini penulis akan menerapkan kebijakan sesuai dengan permintaan
manajemen jaringan dari pihak BPPT. Hal ini dilakukan agar sistem
yang telah dibangun dapat berjalan dengan baik.

1.7. Sistematika Penulisan


Dalam skripsi ini, pembahasan yang penulis sajikan terbagi dalam lima bab,
yang secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut :
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang, perumusan masalah,
batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II

LANDASAN TEORI
Bab ini membahas secara singkat teori yang diperlukan dalam
penelitian skripsi.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan metodologi yang digunakan penulis
dalam melakukan penelitian.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam bab ini diuraikan hasil analisis dan perancangan sistem
yang dibuat.

BAB V

PENUTUP
Bab ini adalah bab terakhir yang menyajikan kesimpulan serta
saran dari apa yang telah diterangkan dan diuraikan pada bab-bab
sebelumnya.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1.

Konsep Jaringan Komputer


2.1.1. Definisi Jaringan Komputer
Jaringan komputer adalah sekelompok komputer otonom yang
saling berhubungan antara satu dengan lainnya menggunakan protokol
komunikasi melalui media komunikasi sehingga dapat saling berbagi
informasi, program-program, penggunaan bersama perangkat keras seperti
printer, hardisk, dan sebagainya. (Wahana Komputer, 2003)
2.1.2. Klasifikasi Jaringan Komputer
Berdasarkan daerah jangkauannya, jaringan dapat dibagi menjadi
tiga macam yaitu :
1. Local Area Network (LAN)
LAN adalah jaringan komputer yang mencakup area lokal, seperti
rumah, kantor atau group dari bangunan. LAN sekarang lebih banyak
menggunakan teknologi berdasar IEEE 802.3 Ethernet switch, atau
dengan Wi-Fi. Kebanyakan berjalan pada kecepatan 10, 100, atau 1000
Mbps. (Dhoto, 2006)
2. Metropolitan Area Network (MAN)
Metropolitan Area Network mencakup area geografis sebuah kota
seperti jasa televise kabel dalam sebuah kota dan sebuah bank dengan
banyak kantor cabang di satu kota. (Tanenbaum, 2003)

3. Wide Area Network (WAN)


Wide Area Network merupakan jaringan yang memiliki luas jangkauan
yang sangat besar, biasanya meliputi sebuah negara atau benua.
(Tanenbaum, 2003)
2.1.3. Topologi Jaringan Komputer
2.1.3.1. Topologi Bus
Topologi jaringan yang konfigurasi koneksi semua node
terhubung menggunakan bus tunggal.

Gambar 2.1. Topologi Bus


2.1.3.2. Topologi Ring
Topologi jaringan yang konfigurasi koneksi masingmasing node ada dua. Bila diurutkan, koneksi ini akan berbentuk
melingkar.

Gambar 2.2. Topologi Ring

10

2.1.3.3. Topologi Star


Topologi jaringan yang konfigurasi koneksinya adalah
semua node terhubung pada satu node pusat, yang biasanya
menggunakan peralatan hub atau switch. Node pusat ini yang
melakukan rebroadcast semua transmisi yang diterima dari nodenode yang ada ke tujuan masing-masing.

Gambar 2.3. Topologi Star


2.1.3.4. Topologi Tree
Topologi jaringan yang konfigurasinya adalah gabungan
dari beberapa topologi star sekaligus.
2.1.4. Media Transmisi
2.1.4.1. Media Terarah
Suatu media yang digunakan untuk mengirimkan data,
dimana arah ujung yang satu dengan ujung yang lainnya sudah
jelas, contoh : kabel. Jenis kabel secara garis besar adalah sebagai
berikut :

11

1. Coaxial
Kabel data yang menggunakan material tembaga dimana
terdapat 2 bagian yaitu :
a. Kabel inti ditengah.
b. Kabel serabut disisi samping dengan dipisahkan oleh suatu
isolator.

Gambar 2.4. Kabel Coaxial


2. Twisted Pair
Kabel

berpilin

(Twisted

Pair),

menggunakan

kabel

berpasangan dimana tujuannya untuk menghilangkan efek


crosstalk. Banyak digunakan untuk jaringan LAN, dikarenakan
mampu mengirimkan bandwidth dengan jumlah yang besar.

Gambar 2.5. Twisted Pair


Jenis kabel berpilin menurut pelindungnya dibagi menjadi
Unshielded Twisted Pair (UTP) dan Shielded Twisted Pair
(STP).

12

3. Fiber Optic
Jenis kabel yang satu ini tidak menggunakan tembaga (cooper),
melainkan serat optik. Dimana sinyal yang dialirkan berupa
berkas cahaya. Mampu mengirimkan bandwidth lebih banyak.
Banyak digunakan untuk komunikasi antar backbone, LAN
dengan kecepatan tinggi.

Gambar 2.6. (a) Tampak samping, (b) FO dengan 3 core


2.1.4.2. Media Tidak Terarah
Suatu media yang digunakan untuk mengirimkan data,
dimana arah ujung yang satu dengan ujung yang lainnya tersebar,
berikut contoh media tidak terarah :
1. Transmisi Radio
Perkembangan teknologi komunikasi radio sangat pesat,
penggunaan wireless-LAN sudah semakin populer. Untuk
mengirimkan data

menggunakan komunikasi radio ada

beberapa cara yaitu :


a. Memancarkan langsung, sesuai dengan permukaan bumi.
b. Dipantulkan melalui lapisan atmosfir.

13

2. Komunikasi Satelit
Komunikasi ini digunakan untuk komunikasi jarak jauh atau
antar benua. Dimana untuk menghubungkannya diperlukan
teknologi satelit. Menurut jaraknya satelit bisa dikategorikan
menjadi :
a. Geostationary
b. Medium-Earth Orbit
c. Low-Earth Orbit

Gambar 2.7. Komunikasi Satelit


2.1.5. Model Open System Interconnection (OSI)
OSI

(Open

System

Interconnection)

model

(ISO

7498)

mendifinisikan 7 layer model dari komunikasi data.


Dimana bagian atas dari layernya (layer 7,6,dan 5) difokuskan
untuk bentuk pelayanan dari suatu aplikasi. Sedangkan untuk layer bagian

14

bawahnya (layer 4, 3, 2 dan 1) berorientasikan tentang aliran data dari


ujung satu ke ujung yang lainnya.

Gambar 2.8. Model Referensi OSI


Tabel 2.1. Tabel Keterangan Model Referensi OSI
NAMA LAYER
Aplikasi
(Layer 7)

Presentasi
(Layer 6)
Sesi
(Layer 5)

Transport
(Layer 4)

Network
(Layer 3)
Data Link
(Layer 2)

Physical
(Layer 1)

FUNGSI

CONTOH

Aplikasi
yang
saling
berkomunikasi antar komputer.
Aplikasi layer mengacu pada
pelayanan komunikasi pada
suatu aplikasi.
Bertujuan untuk mendefinisikan
format data, seperti ASCII text,
binary dan JPEG.
Sesi
layer
mendefinisikan
bagaimana
memulai,
mengontrol, dan mengakhiri
suatu percakapan (biasa disebut
session).
Pengiriman reliable dan
unreliable.
Koreksi error sebelum
dikirim ulang.
Menghasilkan
pengalamatan
logika yang digunakan router
untuk determinasi tujuan.

Mengkombinasi bit ke
bytes, dan bytes ke frame.
Mengakses
media
menggunakan
MAC
address.
Deteksi
error
(tanpa
koreksi)
Memindah bit-bit antar
perangkat.
Mengatur voltase dan kabel
pinout.

Telnet, HTTP, FTP,


WWW Browser,
NFS, SMTP,
SNMP.

FORMAT DATA

JPEG, ASCII, TIFF,


GIF, MPEG, MIDI.
RPC, SQL, NFS,
SCP

TCP, UDP, SPX

Segmen

IP, IPX

Paket

Ethernet, HDLC

Frame

EIA/TIA-232, V-35

Bit

15

2.2.

Multi-Protocol Label Switching


2.2.1. Pengertian Multi-Protocol Label Switching
Multi-Protocol Label Switching adalah arsitektur network yang
didefinisikan oleh Internet Engineering Task Force (IETF) untuk
memadukan mekanisme label swapping di layer dua dengan routing di
layer tiga untuk mempercepat pengiriman paket. Jaringan baru ini
memiliki beberapa hal penting diantaranya:
1. MPLS mengurangi banyaknya proses pengolahan yang terjadi di IP
routers, serta memperbaiki kinerja pengiriman suatu paket data.
2. MPLS juga bisa menyediakan Quality of Service (QoS) dalam jaringan
backbone, dan menghitung parameter QoS menggunakan teknik
Differentiated services (Diffserv) sehingga setiap layanan paket yang
dikirimkan akan mendapat perlakuan yang berbeda sesuai dengan
skala prioritasnya.
2.2.2. Arsitektur MPLS
Arsitektur MPLS dipaparkan dalam RFC-3031 [Rosen 2001]
adalah sebagai berikut :

16

Gambar 2.9. Arsitektur MPLS


Network MPLS terdiri atas sirkuit yang disebut label-switched
path (LSP), yang menghubungkan titik-titik yang disebut label-switched
router (LSR). LSR pertama dan terakhir disebut ingress dan egress. Setiap
LSP dikaitkan dengan sebuah forwarding equivalence class (FEC), yang
merupakan kumpulan paket yang menerima perlakukan forwarding yang
sama di sebuah LSR. FEC diidentifikasikan dengan pemasangan label.
Untuk membentuk LSP, diperlukan suatu protokol persinyalan.
Protokol ini menentukan forwarding berdasarkan label pada paket. Label
yang pendek dan berukuran tetap mempercepat proses forwarding dan
mempertinggi fleksibilitas pemilihan path. Hasilnya adalah network
datagram yang bersifat lebih connection-oriented.
2.2.3. Enkapsulasi Paket
Tidak seperti ATM yang memecah paket-paket IP, MPLS hanya
melakukan enkapsulasi paket IP, dengan memasang header MPLS. Header
MPLS terdiri atas 32 bit data, termasuk 20 bit label, 2 bit eksperimen, dan

17

1 bit identifikasi stack, serta 8 bit TTL. Label adalah bagian dari header,
memiliki panjang yang bersifat tetap, dan merupakan satu-satunya tanda
identifikasi paket. Label digunakan untuk proses forwarding, termasuk
proses traffic engineering.

Gambar 2.10. Skema Header MPLS

Setiap LSR memiliki tabel yang disebut label-swiching table.


Tabel itu berisi pemetaan label masuk, label keluar, dan link ke LSR
berikutnya. Saat LSR menerima paket, label paket akan dibaca, kemudian
diganti dengan label keluar, lalu paket dikirimkan ke LSR berikutnya.
Selain paket IP, paket MPLS juga bisa dienkapsulasikan kembali
dalam paket MPLS. Maka sebuah paket bisa memiliki beberapa header.
Dan bit stack pada header menunjukkan apakah suatu header sudah
terletak di 'dasar' tumpukan header MPLS itu.
2.2.4. Distribusi Label
Untuk menyusun LSP, label-switching table di setiap LSR harus
dilengkapi dengan pemetaan dari setiap label masukan ke setiap label
keluaran. Proses melengkapi tabel ini dilakukan dengan protokol distribusi

18

label. Ini mirip dengan protokol persinyalan di ATM, sehingga sering juga
disebut protokol persinyalan MPLS. Salah satu protokol ini adalah LDP
(Label Distribution Protocol).
2.2.5. Penggunaan MPLS
Penggunaan MPLS sebagai berikut :
1. MPLS Virtual Private Networks (VPNs) - memberikan MPLSenabled IP networks untuk koneksi Layer 3 dan Layer 2. Berisi 2
komponen utama yaitu layer 3 VPNs yang menggunakan Border
Gateway Protocol dan layer 2 VPNs yang menggunakan Any
Transport over MPLS (AToM).
2. MPLS Traffic Engineering (TE) - menyediakan peningkatan utilisasi
dari bandwidth jaringan yang ada dan untuk protection services.
3. MPLS Quality of Service (QoS) - menggunakan mekanisme IP QoS
existing, dan menyediakan perlakuan istimewa untuk type trafik
tertentu, berdasarkan atribut QoS (seperti MPLS EXP).
2.2.6. Cara Kerja Jaringan MPLS
Jaringan MPLS terdiri dari rangkaian node-node yang bisa menswitch dan menroute berdasarkan label yang dipasang pada setiap paket.
Domain MPLS terdiri dari serangkaian node MPLS yang saling
menyambung. Node-node ini disebut Label Switched Router (LSR). Labellabelnya menentukan aliran paket diantara kedua endpoint (titik akhir).
Jalur khusus melalui jaringan LSR untuk setiap alirannya yang disebut
Forwarding Equivalence Class (FEC) telah ditentukan. MPLS adalah

19

teknologi yang berorientasi sambungan. Setiap FEC memiliki karakterisasi


lalu lintasnya yang menentukan persyaratan QoS untuk aliran tersebut.
Karena LSR mengirim paket yang didasarkan pada nilai labelnya, maka
proses pengirimannya lebih sederhana dari pada dengan router IP.
Gambar 2.3 menggambarkan cara kerja router yang digerakkan
MPLS berikut penjelasannya.

Gambar 2.11. Cara Kerja Router yang digerakkan MPLS

Sebelum paket dikirim, untuk paket-paket dalam FEC tertentu


harus ditentukan terlebih dahulu jalurnya melalui jaringan yang disebut
Label Switched Path (LSP). Selain itu yang harus ditentukan pula adalah
parameter QoS-nya. Parameter QoS menentukan seberapa banyak sumber

20

daya yang diberikan kepada jalur tersebut dan apa kebijakan queuing
(mengantri) dan discard (membuang) pada setiap LSR untuk FEC-nya
tadi. Untuk melakukan hal di atas itu dibutuhkan protocol gateway interior
seperti OSPF untuk informasi routing dan reachability. Setiap paket dalam
FEC deberikan label. Label ini hanya berlaku untuk lokal saja. Protokol
seperti Label Distribution Protocol (LDP) atau RSVP dengan versi yang
telah ditingkatkan digunakan untuk menentukan route dan nilai (angka)
label. Ini bisa juga ditentukan secara manual oleh operator.
Paket masuk ke dalam domain MPLS melalui ingress edge LSR.
Disinilah paket itu diolah untuk menentukan kebutuhannya akan layanan
layer jaringan, yang mendefinisikan QoS-nya . LSR memberikannya
kepada FEC tertentu dan LSP, lalu setelah itu paketnya dikirimkan.
Setiap LSR yang menerima paket berlabel mengambil label yang
masuk dan memasangkan label yang keluar pada paket tersebut, dan
kemudian mengirimkan paket itu ke LSR berikutnya dalam LSP.
Jalan ke luar (egress edge) LSR mengambil label tersebut,
membaca header paket IP-nya, dan mengirimkan paket itu ke tujuan
akhirnya.
Salah satu fitur MPLS yang paling penting adalah label stacking
(penumpukan label). Paket yang telah diberi label bisa membawa banyak
lebel yang disusun berdasarkan urutan last-in-first-out (yang terakhir
masuk yang pertama keluar). Pengolahannya menurut label yang paling
atas. Dalam setiap LSR-nya, label bisa ditambahkan pada tumpukannya

21

(stack) atau diambil dari tumpukannya. Jadi dengan cara ini, kumpulan
LSP bisa dibuat ke dalam satu LSP untuk bagian rute yang membentuk
tunnel.
FEC untuk sebuah paket bisa ditentukan oleh satu atau lebih
parameter, seperti sumbernya atau alamat tujuan IP, sumber atau point
tujuan, IP protokol ID, code point layanan yang berbeda-beda atau label
aliran IPv6. per-hop behavior (PHB) bisa ditentukan pada LSR untuk
FEC. PHB menentukan perioritas queuing (antri atau urutan) paket untuk
FEC ini serta kebijakan discard-nya. Paket yang dikirim ke end-point yang
sama masuk kedalam FEC yang lain dan akan diberi label yang berbeda
dengan PHB yang berbeda pula pada setiap LSR-nya dan bergerak di
dalam jalur yang lain melalui jaringannya. Esensi dari fungsionalitas
MPLS ini adalah bahwa lalulintas itu dikelompokkan ke dalam FEC-FEC.
Lalulintas dalam sebuah FEC membawa domain MPLS sepanjang LSP.
Setiap paket didalam FEC secara sendiri-sendiri merupakan bagian dari
FEC tertentu dengan memiliki label lokalnya masing-masing.
Pemilihan rute mengacu kepada pemilihan LSP untuk FEC
tertentu. MPLS mendukung routing hop-by-hop serta routing eksplisit.
Dengan routing hop-by-hop ini, masing-masing LSP bebas memilih hop
berikutnya untuk setiap FEC-nya. Pilihan ini menggunakan protokol
routing biasa seperti OSPF. Ini memiliki beberapa kelebihan, tapi karena
penggunaan metrik kinerjanya yang terbatas, routing hop-by hop tidak bisa
langsung mendukung traffic engineering atau kebijakan yang berkaitan

22

dengan QoS dan keamanan. Pada routing eksplisit satu LSR bisa
menentukan beberapa atau seluruh LSR di dalam LSP untuk sebuah FEC.
Routing eksplisit memberikan semua keuntungan MPLS, termasuk
kemampuan melakukan traffic engineering dan routing kegijakan. Routing
eksplisit dinamis memberikan skop terbaik untuk traffic engineering.di
dalam mode ini LSR yang menentukan LSP membutuhkan informasi
tentang topologinya serta informasi yang berkaitan dengan QoS untuk
domain MPLS. Versi OSPF yang telah ditingkatkan untuk MPLS memiliki
sejumlah metrik yang lebih baru yang bisa digunakan dalam routing
dengan hambatan termasuk link data rates maksimum, reservasi kapasitas
saat itu, packet loss rate serta link propagation delay (keterlambatan
penyebaran hubungan).
Dalam memilih rute ditentukan LSP-nya untuk FEC. Ada sebuah
fungsi yang terpisah, yakni menentukan LSP yang sesungguhnya dan
untuk ini masing-masing LSR pada LSP harus :
1. Memberikan label pada LSP yang akan digunakan untuk mengenali
paket-paket yang masuk termasuk kedalam FEC-nya yang sesuai.
2. Memberitahukan node-node upstream (aliran hulu) yang potensial dari
label yang diberikan oleh LSR ini kepada FEC-nya.
3. Mempelajari hop berikut untuk LSP ini serta label yang telah diberikan
node down stream (aliran hilir) kepada FEC tersebut.

23

2.3. Quality of Service


2.3.1. Konsep Quality of Service
Quality of service adalah hasil kolektif dari berbagai criteria
performansi yang menentukan tingkat kepuasan penggunaan suatu layanan.
Umumnya QoS dikaji dalam kerangka pengoptimalan kapasitas network
untuk berbagai jenis layanan, tanpa terus menerus menambah dimensi
network.
Berbagai aplikasi memiliki jenis kebutuhan yang berbeda. Misalnya
transaksi data bersifat sensitif terhadap distorsi tetapi kurang sensitif
terhadap delay. Sebaliknya, komunikasi suara bersifat sensitif terhadap
tundaan dan kurang sensitif terhadap kesalahan. Tabel berikut [Dutta-Roy
2000] memaparkan tingkat kepekaan performansi yang berbeda untuk jenis
layanan network yang berlainan.
Tabel 2.2. Kepekaan Performansi Layanan

24

IP tidak memiliki mekanisme pemeliharaan QoS. Protokol seperti


TCP memang memungkinkan jaminan validitas data, sehingga suite TCP/IP
selama ini dianggap cukup ideal bagi transfer data. Tetapi verifikasi data
mengakibatkan tundaan hantaran paket. Lagipula mekanisme ini tidak dapat
digunakan untuk paket dengan protocol UDP, seperti suara dan video.
Beberapa skema telah diajukan untuk mengelola QoS dalam network
IP. Dua skema utama adalah Integrated Services (IntServ) dan Differentiated
Services (DiffServ). IntServ bertujuan menyediakan sumberdaya seperti
bandwidth untuk trafik dari ujung ke ujung. Sementara DiffServ bertujuan
membagi trafik atas kelas-kelas yang kemudian diberi perlakuan yang
berbeda.
2.3.2. Konsep Pengukuran QoS dalam Jaringan MPLS
Pengukuran berbasis pada komponen rute dalam hal ini LSP yang
dilewati oleh paket tersebut sehingga traffic paket tersebut dalam jaringan
MPLS dapat ditentukan. Pengukuran QoS dalam jaringan MPLS akan
sangat sulit apabila data jaringan MPLS tidak diketahui. Hal ini dikarenakan
jaringan akses dalam MPLS merupakan jaringan IP dengan system
connectionless, sedang QoS merupakan bagian dari sistem connection
oriented. Pengukuran QoS dalam jaringan MPLS dilakukan dengan cara
menjaga agar setiap paket yang dikirim dalam jaringan selalu berada dalam
jalur rute atau LSPnya. Untuk itu router dalam MPLS selalu dilengkapi
dengan sistem agar bias memonitor trafik dari setiap paket. Sistem

25

monitoring dalam router MPLS berupa feature yang disediakan oleh Cisco
IOS berupa IP Precedence, CAR, WRED,ataupun WFQ.
Proses pengukuran yang terjadi dalam Edge Label Switching Router ,
dimulai dengan paket masuk yang diklasifikasikan dengan Commited
Access Rate (ACR). Kemudian paket dideteksi kongestinya dengan
Weighted Random Early Detection (WRED), jika melebihi batas WRED
maka paket akan dibuang. Lalu dilakukan perhitungan parameter QoS
dengan Weighted fair Queuing (WFQ) .Terakhir dilanjutkan ke Label
Switching Router (LSR).
Ada tiga parameter utama QoS yang dapat diukur dalam jaringan
MPLS. Ketiga parameter tersebut ialah bandwidth, jitter, dan packet loss.
Pengukuran parameter QoS tersebut dapat ditentukan sebelum sebuah paket
dikirim dalam jaringan MPLS. Pengukuran ketiga komponen QoS MPLS
tersebut bertujuan agar sebuah service provider itu bisa mendistribusikan
kemampuan yang dimiliki oleh jaringannya dengan jumlah rute yang ingin
dibangunnya. Adapun tiga parameter utama QoS dalam jaringan MPLS
ialah sebagai berikut :
1. Bandwidth
Dalam jaringan MPLS penentuan besarnya bandwidth untuk
setiap rute bagi sebuah paket sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan
dalam MPLS setiap jaringan akses harus memiliki akses bandwidth
yang pasti untuk setiap trafik yang akan dijalankannya. Dalam MPLS
akses bandwidth ini akan ditentukan oleh feature CAR yang akan

26

menandai setiap paket yang datang ke jaringan MPLS dengan label


yang disesuaikan

dengan feature IP Precedence yang akan

menentukan prioritas paket tersebut dikirimkan ke dalam jaringan. Hal


ini akan sangat berhubungan dengan alokasi bandwidth bagi setiap rute
MPLS atau LSP. Jika sebuah LSP memiliki bandwidth yang kecil,
maka LSP akan memiliki prioritas pertama untuk mengirimkan paket
yang ada dalam LSPnya, disesuaikan dengan nilai IP Precedencenya.
Pengukuran bandwidth dalam setiap LSP MPLS akan sangat
memperhatikan besarnya bandwidth yang ada dalam jaringan akses yang
mengirimkan sebuah paket, dengan jaringan akses yang menerima paket
tersebut. Pengukuran bandwidth dilakukan dalam edge LSR di mana
paket tersebut masuk ke dalam jaringan.
Untuk mengukur bandwidth proporsional dalam jaringan MPLS,
harus diketahui dahulu bandwidth jaringan akses yang merupakan
sumber dari paket yang akan dikirimkan dalam jaringan MPLS dan
dimasukkan sebagai bandwidth ingress edge LSR, dan harus diketahui
pula bandwidth jaringan akses yang merupakan tujuan dari paket
tersebut setelah dilewatkan dalam jaringan MPLS sebagai sebuah
bandwidth egress edge LSR.
2. Jitter
Ukuran delay penerimaan paket yang melambangkan smoothness
dari audio/video playback.

27

3. Packet Loss
Jumlah paket hilang yang terjadi pada saat pentransferan paket
data dari pengirim ke penerima (destination).
Dengan mengetahui besarnya bandwidth, jitter, dan packet loss
pengiriman paket dalam LSP maka kemampuan QoS jaringan MPLS dalam
mengirimkan suatu paket dapat dianalisa sehingga proses pengiriman paket
dapat diperkirakan terlebih dahulu. Pengukuran parameter QoS dalam
jaringan MPLS diperlukan sehingga paket yang dikirimkan dalam setiap
LSP dapat ditentukan disesuaikan dengan besarnya nilai bandwidth, jitter,
dan packet loss. Untuk mengetahui besarnya bandwidth, jitter, dan packet
loss pengiriman sebuah paket dalam jaringan MPLS diperlukan program
traffic generator seperti iperf.
2.3.3. Tools untuk Mengukur QoS
Ada beberapa tools yang digunakan untuk mengukur QoS dalam
suatu jaringan yaitu sebagai berikut :
1. NetIQ Chariot
NetIQ Chariot bisa melakukan simulasi paket yang akan
lewat pada jaringan. Hanya saja, sepengetahuan penulis utility
ini tidak gratis.
2. Iperf
Iperf adalah sebuah tool yang digunakan untuk menghitung
bandwidth dan kualitas link suatu jaringan komputer. Tool ini
juga bersifat freeware yang dapat diunduh pada alamat

28

http://dast.nlanr.net/Projects/Iperf/. Tool

ini

hanya

dapat

dijalankan melalui command prompt dan tidak memiliki


tampilan GUI. Parameter QoS yang dapat diukur melalui tool
ini adalah bandwidth, jitter, dan packet loss.
Karena bersifat freeware dan output yang dihasilkan sesuai
dengan parameter yang penulis uji, maka penulis memilih
untuk menggunakan iperf dalam penelitian yang penulis
lakukan.

2.4. Aplikasi Monitoring Paket Data


Untuk melakukan monitoring paket data diperlukan aplikasi monitoring
yang cukup banyak tersedia di pasaran, baik yang bersifat komersil maupun gratis.
Aplikasi tersebut antara lain:
1. Ping
Merupakan aplikasi sederhana yang terdapat pada sistem operasi
Windows maupun Linux.
2. Wireshark
Adalah aplikasi GUI yang dapat melakukan sniffing paket data yang
lewat dalam suatu jaringan komputer. Dengan tool ini kita dapat melihat
secara detail informasi yang ada pada paket data.

29

2.5. Open Shortest Path First (OSPF)


OSPF merupakan routing protocol berbasis link state, termasuk dalam
interior Gateway Protocol (IGP). Menggunakan algoritma Dijkstra untuk
menghitung shortest path first (SPF). Menggunakan cost sebagai routing metric.
Setelah antar router bertukar informasi maka akan terbentuk database link state
pada masing-masing router.
OSPF mungkin

merupakan IGP yang

paling

banyak

digunakan.

Menggunakan metode MD5 untuk autentikasi antar router sebelum menerima


Link-state Advertisement (LSA). Dari awak OSPF sudah mendukung CIDR dan
VLSM, berbeda dengan RIP. Bahkan untuk OSPFv3 sudah mendukung untuk
IPv6.
Router dalam broadcast domain yang sama akan melakukan adjacencies
untuk

mendeteksi

satu

sama

lainnya.

Pendeteksian dilakukan

dengan

mendengarkan Hello Packet. Hal ini disebut 2 way state. Router OSPF
mengirimkan Hello Packet dengan cara unicast dan multicast. Alamat multicast
224.0.0.5 dan 224.0.0.6 digunakan OSPF, sehingga OSPF tidak menggunakan
TCP atau UDP melainkan IP protocol 89.

2.6. Simulator Jaringan


Untuk mensimulasikan suatu jaringan komputer diperlukan aplikasi khusus
yang dapat memperlihatkan gambar topologi yang digunakan dan bisa
memperlihatkan proses ping sebagai tanda telah terjalinnya konektifitas. Ada
beberapa aplikasi simulasi jaringan diantaranya adalah:

30

1. Packet Tracer
Packet tracer adalah network simulator yang diciptakan oleh
perusahaan raksasa jaringan yaitu cisco. Simulator ini dibuat untuk
memudahkan dalam pembuatan skema jaringan dan mendukung
beberapa command router dan switch yang didukungnya. Tetapi tidak
semua command dalam dunia nyata yang dapat disimulasikan. Selain itu
aplikasi ini juga bersifat komersil atau berbayar.
2. Boson Netsim
Simulator ini diciptakan oleh perusahaan Boson. Sama seperti
packet tracer, command yang disediakan terbatas dan berbayar jika ingin
menggunakannya.
3. GNS3
GNS3 adalah sebuah graphical network simulator yang dapat
mengemulasikan jaringan yang kompleks. GNS3 merupakan emulator
yang dapat menjalankan Cisco Internetwork Operating System (IOS)
dalam lingkungan virtual tetapi mendukung seluruh command seperti di
dunia nyata. Seperti layaknya VirtualBox atau VMWare pengguna harus
menyediakan sendiri installer OS, maka GNS3 pun tidak dapat berjalan
tanpa IOS yang sebenarnya. Selain itu aplikasi ini bersifat opensource
dan tidak berbayar.
Adapun platform Cisco IOS yang telah didukung yaitu; 1710,
1720, 1721, 1750, 1751, 1760, 2610, 2610XM, 2611, 2611XM, 2620,

31

2620XM, 2621, 2621XM, 2650XM, 2651XM, 2691, 3620, 3640, 3660,


3725, 3745, dan 7200.
Karena bersifat open source dan mendukung platform Cisco IOS
yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Maka penulis menggunakan
aplikasi ini dalam membuat prototipe simulasi jaringan.

32

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian


3.1.1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dibagi menjadi dua tahap, yaitu: riset dasar
(dilakukan

untuk

mekanismenya)

memahami

dan

tahap

secara
riset

umum

lanjutan

konsep

MPLS

dan

(mensimulasikan

dan

mengimplementasikan jaringan MPLS VPN beserta QoS pada Lab ELKON


BPPT). Riset dasar dimulai dari bulan Maret 2009 sampai dengan April
2009 sedangkan, riset lanjutan dilakukan selama delapan minggu terhitung
mulai 05 Mei 2009.
3.1.2. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboraturium ELKON Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT). Laboraturium ini dipilih sebagai lokasi
penelitian karena ketersediaan fasilitas ( perangkat dan sumber daya) yang
dibutuhkan untuk mendukung proses penelitian.

3.2. Hipotesis Penelitian


Hipotesis penelitian yang penulis rumuskan adalah: penerapan MPLS VPN
dengan QoS menggunakan teknik Differentiated Services dapat menyediakan
layanan pengiriman data berdasarkan class. Class untuk layanan traffic data voice
memberikan jaminan QoS yang lebih baik dibandingkan class untuk layanan

33

traffic data best effort. Hal ini dapat dilihat berdasarkan parameter bandwidth,
jitter, dan packet loss yang akan penulis uji pada tahap monitoring.

3.3. Perangkat Penelitian


Sebagai

sarana penelitian, diperlukan adanya perangkat

penelitian.

Perangkat yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu
perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras yang
digunakan adalah komputer dan perangkat jaringan untuk membuat suatu jaringan
dapat terkoneksi. Sedangkan untuk perangkat lunak adalah kebutuhan sebuah
sistem operasi yang mendukung jaringan dan software-software pendukung
aplikasi jaringan. Semua perangkat penelitian ini adalah milik lab ELKON BPPT.
Untuk dapat membuat sebuah sistem yang benar-benar dapat berfungsi
secara baik dan menyeluruh diperlukan adanya lingkungan perangkat keras dan
perangkat lunak sebagai berikut :
1. Lingkungan Perangkat Keras
Perangkat keras yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
komputer server, komputer client, dan perangkat jaringan lainnya
sebagaimana berikut ini :
a. Komputer server dengan merk IBM System X3650 yang mempunyai
spesifikasi Intel Xeon E5420 2.50 GHz 64 bit, hardisk 136 GB,
Combo Optical Drive, RAM 4 GB, VGA ATI ES 1000 (Onboard)
A12, dan monitor LCD DELL.

34

b. Komputer client yaitu menggunakan netbook Lenovo S9 dan


notebook Asus.
c. Perangkat jaringan dan alat pendukung yang terdiri dari CISCO
Router (tipe 7206, 3845, 2811, dan 1700) dan CISCO Switch tipe
2960.
2. Lingkungan Perangkat Lunak
Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini dibagi
menjadi dua bagian, yaitu perangkat lunak untuk server dan perangkat
lunak untuk client. Spesifikasinya adalah sebagai berikut :
a. Perangkat lunak untuk server : Sistem operasi Redhat Enterprise 5.
b. Perangkat lunak untuk client : Sistem operasi Ubuntu 8.04 dan
Windows XP Home Edition.

3.4. Metode Penelitian


Metode penelitian yang penulis gunakan yaitu berdasarkan
langkah-langkah penelitian dalam model NDLC. Langkah-langkah tersebut
dapat dilihat pada gambar 3.1.

35

Gambar 3.1. Kerangka Penelitian Penulis

36

3.5. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian skripsi ini
adalah metode studi pustaka, wawancara, dan observasi. Metode studi pustaka ini
dilakukan dengan mencari dan membaca berbagai referensi berupa buku-buku
atau literatur lainnya dan juga pencarian referensi pada situs-situs yang berkaitan
dengan permasalahan penelitian ini di internet. Wawancara memungkinkan
penulis sebagai pewawancara (interviewer) untuk mengumpulkan data secara
tatap muka langsung dengan orang yang diwawancarai (interviewee). Hal ini
membuat penulis dapat

menggali permasalahan secara lebih mendalam.

Observasi yaitu pengumpulan data dan informasi dengan cara meninjau dan
mengamati secara langsung kegiatan di lapangan.

3.6. Metode Pengembangan Sistem


Penulis menggunakan model pengembangan sistem NDLC (Network
Development Life Cycle). Menurut Goldman dan Rawles (2001:470), NDLC
merupakan model kunci dibalik proses perancangan jaringan komputer. NDLC
merupakan model yang mendefinisikan siklus proses pembangunan atau
pengembangan sistem jaringan komputer. Seperti model pengembangan sistem
untuk software, NDLC terdiri dari elemen yang mendefinisikan fase, tahapan,
langkah, atau mekanisme proses spesifik. Kata cycle (siklus) adalah kata kunci
deskriptif dari siklus hidup pengembangan sistem jaringan yang menggambarkan
secara eksplisit seluruh proses dan tahapan pengembangan sistem jaringan yang
berkesinambungan.

37

Gambar 3.2. Skema NDLC


NDLC dijadikan metode yang digunakan sebagai acuan (secara keseluruhan
atau secara garis besar) pada proses pengembangan dan pembangunan sistem
jaringan komputer, mengingat bahwa setiap sistem jaringan komputer memiliki
kebutuhan yang berbeda dan memiliki permasalahan yang unik, sehingga
membutuhkan solusi permasalahan yang berbeda (spesifik) dengan melakukan
pendekatan yang bervariasi terhadap model NDLC. NDLC mendefinisikan siklushidup proses yang berupa fase atau tahapan-tahapan dari mekanisme yang
dibutuhkan dalam suatu rangkaian proses pembangunan atau pengembangan
sistem jaringan komputer. Berkaitan dengan penelitian skripsi ini, penerapan dari
setiap tahap NDLC adalah sebagai berikut :

38

a. Analysis (Analisis)
Model pengembangan sistem NDLC dimulai pada fase analisis. Pada
tahap ini dilakukan proses perumusan masalah, mengidentifikasi konsep
dari MPLS dan QoS. Tahap ini meliputi :

1. Identify. Kegiatan mengidentifikasikan permasalahan yang


dihadapi sehingga dibutuhkan proses penerapan sistem.
Pembahasan ini dapat dilihat pada bab empat sub bab 4.1.1.
2. Understand. Kegiatan untuk memahami mekanisme kerja
sistem yang akan dibangun. Pembahasan ini dapat dilihat pada
bab empat sub bab 4.1.2.
3. Analyze. Menganalisis sejumlah elemen atau komponen dan
kebutuhan sistem yang akan dibangun. Pembahasan ini dapat
dilihat pada bab empat sub bab 4.1.3.
4. Report. Kegiatan merepresentasikan proses hasil analisis.
Pembahasan ini dapat dilihat pada bab empat sub bab 4.1.4.
b. Design (Perancangan)
Tahapan selanjutnya adalah Design. Jika tahap analisis mendefinisikan
apa yang harus dilakukan sistem, maka pada tahap perancangan
mendefinisikan bagaimana cara sistem itu dapat melakukannya. Pada
fase ini terdiri dari kegiatan perancangan topologi jaringan dan
perancangan sistem MPLS VPN dan QoS. Tahap ini dapat dilihat pada
bab empat sub bab 4.2, 4.2.1, dan 4.2.2.

39

c. Simulation Prototyping (Prototipe Simulasi)


Tahap selanjutnya adalah pembuatan prototype sistem yang akan
dibangun, sebagai simulasi dari implementasi MPLS VPN dan QoS.
Dengan demikian penulis dapat mengetahui gambaran umum dari proses
komunikasi, keterhubungan dan mekanisme kerja dari interkoneksi
keseluruhan elemen sistem yang akan dibangun. Penulis membangun
prototype sistem ini pada lingkungan virtual menggunakan GNS3,
dengan pertimbangan bahwa apabila ada kesalahan mudah diperbaiki,
proses pembuatannya lebih cepat, dan untuk melihat implementasi
MPLS VPN dan QoS yang akan diuji. Pembahasan ini dapat dilihat pada
bab empat sub bab 4.3.
d. Implementation (Implementasi)
Pada fase ini, spesifikasi rancangan solusi yang dihasilkan pada fase
perancangan, digunakan sebagai panduan instruksi implementasi MPLS
VPN dan QoS. Aktifitas

pada

fase implementasi melingkupi

implementasi topologi jaringan (sub bab 4.4.1), implementasi MPLS


VPN (sub bab 4.4.2), dan implementasi QoS (sub bab 4.4.3).
e. Monitoring (Pengawasan)
Pada NDLC, proses pengujian digolongkan pada fase ini. Hal ini
mengingat bahwa proses pengujian
pengoperasian

dan

dibangun/dikembangkan

pengamatan
dan

sudah

dilakukan melalui aktifitas


sistem

yang

diimplementasikan

sudah
untuk

memastikan bilamana penerapan MPLS VPN beserta QoS sudah

40

berjalan dengan baik dan benar. Aktifitas pada fase ini terdiri dari
pengujian konektifitas end-to-end MPLS VPN dengan cara ping dan
telnet (sub bab 4.5.1). Serta pengujian (sub bab 4.5.2) dan analisa (sub
bab 4.5.3) QoS menggunakan metode Diffserv (RFC-2475).
f. Management (Pengelolaan)
Pada NDLC, aktivitas perawatan, pemeliharaan dan pengelolaan
dikategorikan pada fase ini, karena proses manajemen/pengelolaan
sejalan dengan aktifitas perawatan/pemeliharaan sistem yaitu meliputi
pengelolaan backbone MPLS VPN dan pengelolaan QoS. Sehingga akan
menjamin fleksibilitas dan kemudahan pengelolaan serta pengembangan
MPLS VPN dan QoS di masa yang akan datang.
Pada penelitian ini, penulis hanya melakukan sampai tahap monitoring.
Untuk tahap manajemen, secara keseluruhan merupakan kewenangan
dari pihak BPPT. Hal ini dapat dilihat pada bab empat sub bab 4.6.

41

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis akan menjelaskan proses penerapan backbone


jaringan menggunakan MPLS. Dalam hal ini penulis menerapkan MPLS VPNs
dengan QoS berdasarkan teknik Differentiated Services. Yaitu dengan membagi
satu VPN menjadi dua kelas; kelas gold yang memberikan QoS untuk layanan
traffic data voice dan kelas bronze yang memberikan QoS untuk layanan traffic
data best effort. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa user yang
menggunakan layanan gold memiliki jaminan QoS yang lebih baik dibandingkan
user yang menggunakan layanan Bronze. Dengan ini suatu instansi atau
perusahaan, dapat membedakan QoS untuk setiap divisinya, sehingga dapat
mengoptimalkan kapasitas jaringan yang ada.

4.1.

Analysis (Analisis)
Penulis membagi aktivitas pada tahap analisis ini menjadi beberapa fase

yaitu:
4.1.1. Identify (Mengidentifikasi Masalah)
Penggunaan sistem jaringan IP sebagai backbone baik dari segi
skalabilitas. Namun permasalahan akan timbul dari segi Quality of Service.
Jaringan IP yang secara default memiliki QoS best effort tidak
membedakan paket yang dikirim. Apakah itu file voice, video, atau data
biasa. Jadi, ketika file tersebut dilewatkan pada backbone jaringan IP dapat

42

terjadi nilai jitter dan packet loss yang tinggi serta ketersediaan bandwidth
yang rendah dari kapasitas yang diberikan. Hal ini dapat menurunkan
kualitas file yang dikirimkan bahkan terdapat kemungkinan file tersebut
rusak sesampainya di tujuan. Untuk itu diperlukan adanya efisiensi
bandwidth pada backbone jaringan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, BPPT melalui Lab ELKON
melakukan penelitian untuk menemukan solusi permasalahan tersebut.
Yaitu dengan membangun jaringan backbone berbasis MPLS VPN yang
dapat menyediakan QoS berdasarkan layanan yang berbeda di lab tersebut.
4.1.2. Understand (Memahami Rumusan Masalah)
Hasil identifikasi rumusan masalah di atas membutuhkan
pemahaman yang baik agar dapat menghasilkan solusi yang tepat guna.
Dengan studi pustaka

melalui

perpustakaan dan internet

untuk

mengumpulkan data dan informasi dari berbagai sumber dalam bentuk


buku, makalah, literature, artikel, dan berbagai situs web mengenai topik
permasalahan terkait. Hasilnya digunakan untuk memahami permasalahan
yang terjadi untuk merumuskan solusi efektif dalam menyelesaikan
berbagai rumusan masalah. Dengan pemahaman ini penulis berusaha
membangun dan mengimplementasikan sistem yang diharapkan dapat
mengatasi berbagai perumusan permasalahan yang ada.
Sehingga penulis perlu memahami konsep-konsep jaringan MPLS
VPNs dan penerapan QoS dengan teknik Differentiated Services.

43

4.1.3. Analyze (Menganalisa Elemen Sistem)


Hasil analisis penulis adalah sebagai berikut:
a. Penulis akan membangun backbone jaringan berbasis MPLS VPNs
yang memungkinkan penerapan QoS selain best effort.
b. Penulis akan mengimplementasikan QoS dengan teknik DiffServ pada
backbone MPLS tersebut. Sehingga memungkinkan pembagian paket
berdasarkan classnya.
4.1.4. Report (Melaporkan Hasil Analisis)
Proses akhir dari fase analisis adalah pelaporan rincian dari
berbagai komponen atau elemen sistem yang dibutuhkan. Berbagai elemen
atau komponen tersebut mencakup:
a. Spesifikasi Sistem yang Akan Dibangun
Tabel 4.1. Spesifikasi Sistem yang Akan Dibangun
Sistem
MPLS

Keterangan
a. Berjenis MPLS VPNs; berperan sebagai backbone jaringan.
b. Berfungsi dalam proses labeling packet.

QoS

a. Penerapannya menggunakan teknik DiffServ.


b. Dapat memperlakukan packet yang dating berdasarkan classnya.

b. Spesifikasi Software
Tabel 4.2. Spesifikasi Kebutuhan Software
No.

Software

Keterangan

Redhat Enterprise 5

Sistem operasi untuk server

Ubuntu 8.04

Sistem operasi client

Windows XP Home Edition

Sistem operasi client

44

c. Spesifikasi Hardware
Tabel 4.3. Spesifikasi Kebutuhan Hardware
No

Perangkat

Jumlah

Spesifikasi Unit

Spesifikasi Perangkat Unit Host/End User Device


1

Komputer Server

a. IBM System X3650


b. Intel Xeon E5420 2.50 GHz 64 bit
c. Hardisk 136 GB
d. Combo Optical Drive
e. RAM 4 GB
f. VGA ATI ES 1000 (Onboard) A12
g. Monitor LCD DELL 17

Komputer Client

a. Netbook

Lenovo

S9

dengan

spesifikasi; Intel Atom 1.6 Ghz ,


Layar 8.9 inci, 512 MB Memory,
80GB HDD, dan Webcam 0.3 Mpix.
b. Notebook Asus dengan spesifikasi;
Intel Centrino Duo T2050 1.60 GHz
dan RAM 2032 MB.
Spesifikasi Perangkat Jaringan/Network Device
3

Router Cisco 7206

Tiga interface Gigabit Ethernet dan satu


interface Fast Ethernet.

Router Cisco 3845

Dua interface Gigabit Ethernet, dua


interface serial , dan dua interface Fast
Ethernet.

Router Cisco 2811

Masing-masing unit memiliki spesifikasi;


dua interface Fast Ethernet dan dua
interface serial.

Router Cisco 1700

Satu interface Ethernet dan satu interface


Fast Ethernet

Switch 2960

Masing-masing unit memiliki spesifikasi;


24 port Fast Ethernet dan dua interface
Gigabit Ethernet.

Kabel UTP

Stright UTP dan cross-over UTP

45

4.2.

Design (Perancangan)
Tahap analisis menghasilkan rincian spesifikasi kebutuhan dari sistem

yang akan dibangun yaitu jaringan MPLS VPNs pada jaringan intranet BPPT.
Penulis membagi proses perancangan menjadi:
4.2.1. Perancangan Topologi Jaringan
Pada tahap ini, penulis menggunakan topologi yang sudah
dirancang oleh tim BPPT dan didefinisikan parameter-parameter
konfigurasi yang dibutuhkan untuk menjamin sistem jaringan komputer
MPLS VPNs.

Gambar 4.1. Diagram Topologi Jaringan


(Sumber: Data Primer Lab ELKON BPPT, 2009)

46

Tabel 4.4. Daftar IP Address


Perangkat
Router C7206

Router C3845

Router C1700-CE3

Router C2811-CE2

Router C2811-CE1

Switch-B

Interface

IP Address

Gateway

Loopback 0

192.168.100.2/32

Gi0/1.2

192.168.4.1/24

Gi0/1.6

192.168.5.1/24

Fa0/2

192.168.2.2/24

Loopback 0

192.168.100.1/32

Fa1/0.2

192.168.1.2/24

Fa1/0.6

192.168.6.2/24

Fa1/1

192.168.2.1/24

Loopback 0

172.16.9.1/32

Fa0

192.168.31.1/24

E0

192.168.6.1/24

Loopback 0

202.147.192.2/32

Fa0/0

192.168.147.1/24

Fa0/1

192.168.4.2/24

Loopback 0

202.147.192.1/32

Fa0/0

192.168.1.1/24

Fa0/1

192.168.164.1/24

Fa0/1

Vlan2 192.168.1.3/24

192.168.1.2/24

Fa0/2

Vlan6 192.168.6.3/24

192.168.6.2/24

Fa0/3

192.168.6.2/24

192.168.4.1/24

192.168.1.2/24
-

Trunking to
3845-Pe1

Switch-G

Fa0/9
Fa0/11

Vlan2 192.168.4.3/24
-

192.168.4.1/24
Trunking to
7206-PE2

Server

Eth0

192.168.147.6/24

192.168.147.1/24

Client_1

Eth0

192.168.164.31/24

192.168.164.1/24

Client_2

Eth0

192.168.31.31/24

192.168.31.1/24

47

4.2.2. Perancangan Sistem MPLS VPNs dan QoS


Setelah rancangan topologi jaringan dibuat, langkah selanjutnya
adalah membuat rancangan sistem baru yang akan dibangun dan
diimplementasikan, yaitu menspesifikasikan seluruh komponen atau
elemen yang dibutuhkan untuk membangun sistem jaringan backbone
MPLS VPNs dan QoS. Berikut adalah spesifikasi sistem yang akan
dibangun:
Tabel 4.5. Komponen Sistem
Sistem
MPLS

Keterangan
a. Berjenis MPLS VPNs; berperan sebagai backbone jaringan.
b. Berfungsi dalam proses labeling packet.

QoS

a. Penerapannya menggunakan teknik DiffServ.


b. Dapat memperlakukan packet yang datang berdasarkan classnya.

4.3.

Simulation Prototyping (Prototipe Simulasi)


Pada tahap ini penulis membangun prototype dari sistem baru yang akan

dibangun dan diimplementasikan pada lingkungan MPLS VPNs dengan


menggunakan emulator. Tahap ini bertujuan mendemonstrasikan sistem MPLS
VPNs yang telah berjalan dengan benar beserta QoS-nya.
Penulis menggunakan GNS3 untuk mensimulasikan sistem yang akan
dibangun sebagai prototype simulasi. Selain itu alasan penulis menggunakan
GNS3 karena emulator ini dapat menjalankan semua command router cisco yang
didukungnya seperti di dunia real. Adapun pembuatan prototype bertujuan untuk:

48

a. Memperkecil resiko kegagalan saat proses pembangunan dan implementasi


sistem pada lingkungan nyata.
b. Menjamin bahwa kesalahan yang terjadi pada saat proses perancangan,
pembangunan dan implementasi tidak mengganggu dan tidak mempengaruhi
lingkungan sistem nyata.
Dalam membuat simulasi prototype ini penulis menggunakan aplikasi
GNS3. Namun, aplikasi ini mempunyai kekurangan yaitu tidak mendukung IOS
untuk cisco switch. Sehingga dalam prototype ini penulis tidak dapat membuat
VLAN seperti di penelitian sebenarnya. Selain itu aplikasi ini tidak dapat
menunjukkan packet data yang melewati jaringan.
Pada simulasi ini hanya dapat menunjukkan terjadinya koneksi end to end
menggunakan ping. Berikut adalah langkah-langkahnya :
1. Jalankan aplikasi Virtual PC. Aplikasi ini bertujuan untuk membuat PC virtual
di aplikasi GNS3. Karena secara default GNS3 tidak memiliki fitur PC yang
dapat menunjukkan proses ping.

Gambar 4.2. Aplikasi Virtual PC

49

2. Kemudian jalankan aplikasi GNS3.


3. Buka project yang telah dibuat.

Gambar 4.3. Tampilan GNS3


4. Masukkan IP address pada setiap PC virtual sesuai dengan tabel 4.4 dengan
cara sebagai berikut :

Gambar 4.4. Memasukkan IP address pada virtual pc

50

5. Lakukan ping dari client menuju server dan sebaliknya.

Gambar 4.5. Ping client menuju server

Gambar 4.6. Ping server menuju client


6. Hal tersebut menunjukkan bahwa koneksi end to end telah berjalan pada
prototype di GNS3.

4.4.

Implementation (Implementasi)
Tahap selanjutnya yaitu implementasi atau penerapan detail rancangan

topologi dan rancangan sistem pada lingkungan nyata sebagai simulasi MPLS
VPN dan QoS. Detail rancangan akan digunakan sebagai instruksi atau panduan

51

tahap implementasi agar sistem yang dibangun dapat relevan dengan sistem yang
sudah dirancang. Proses implementasi terdiri dari implementasi topologi jaringan,
implementasi MPLS VPN, dan implementasi QoS.
4.4.1. Implementasi Topologi Jaringan
Penulis mengumpulkan seluruh perangkat yang dibutuhkan di
laboraturium riset. Perangkat ini meliputi hardware dan software. Setelah
itu, penulis menempatkan seluruh perangkat sesuai dengan rancangan
topologi yang sudah dibuat. Setelah instalasi topologi selesai dilakukan,
maka selanjutnya penulis melakukan konfigurasi MPLS VPN.
4.4.2. Implementasi MPLS VPNs
Implementasi MPLS VPN terdiri dari beberapa langkah yang harus
dilakukan secara berurutan. Berikut ini penulis akan menjelaskan langkahlangkah tersebut:
7. Konfigurasi semua interface dalam router PE1 dan PE2 sesuai dengan
tabel IP address sebelumnya. Setelah dikonfigurasi semua IP pada
interface, penulis melakukan ping router yang interfacenya ada dalam
satu network. Jika berhasil maka artinya link antara PE1 dan PE2
sudah terhubung.
8. Mengaktifkan Dynamic Routing
Selanjutnya

penulis

akan

mengaktifkan

dynamic

routing

menggunakan OSPF. Hal ini dilakukan karena jika ingin membuat


cloud MPLS, semua router dalam cloud tersebut harus menggunakan
dynamic routing.

52

Berikut adalah konfigurasi OSPF untuk router PE1:


router ospf 100
network 192.168.2.0 0.0.0.255 area 100
network 192.168.100.1 0.0.0.0 area 100

Kemudian konfigurasi OSPF di PE2:


router ospf 100
network 192.168.2.0 0.0.0.255 area 100
network 192.168.100.2 0.0.0.0 area 100

Dalam konfigurasi OSPF ini network yang diadvertise adalah


interface loopback 0 dan network dari fast ethernet yang directly
connected. Dalam konteks PE1, interface yang diadvertise hanya
network dari Fa1/1 yang mengarah ke PE2.
Setelah mengaktifkan OSPF, penulis akan memeriksa routing table
menggunakan perintah 3845-PE1#sh ip route, dan hasilnya adalah
sebagai berikut:

Gambar 4.7. Hasil Konfigurasi OSPF

53

Jika ada routing OSPF dari arah PE1 dan PE2, maka dapat
dipastikan OSPF telah berjalan dengan baik (routing OSPF biasanya
ditandai dengan O pada entry di routing tabel).
9. Mengaktifkan BGP
Untuk

diketahui,

MPLS

VPN

menggunakan

MP-BGP

(Multiprotocol BGP), yaitu sebuah extention dari protocol BGP


standar. Untuk dapat menggunakan

MP-BGP,

penulis

harus

mempunyai BGP connection antar PE. Berikut adalah konfigurasi


BGP pada PE1:
router bgp 100
no synchronization
neighbor 192.168.100.2 remote-as 100
neighbor 192.168.100.2 update-source Loopback0
no auto-summary

Pada PE2:
router bgp 100
no synchronization
bgp log-neighbor-changes
neighbor 192.168.100.1 remote-as 100
neighbor 192.168.100.1 update-source Loopback0
no auto-summary

Setelah dikonfigurasi, harus dipastikan apakah TCP connection


antara BGP yang ada di PE1 dan PE2 sudah established atau belum.
Jika statusnya established maka konfigurasi sudah benar. Berikut hasil
capture yang benar:

54

Gambar 4.8. Hasil Konfigurasi BGP


10. Mengaktifkan MPLS
Agar MPLS aktif di PE1 dan PE2, maka interface yang harus
menerapkan label, harus diaktifkan MPLSnya. Berikut perintah yang
digunakan pada PE1:
interface FastEthernet1/1
description ***Connection to 7206-PE2***
ip address 192.168.2.1 255.255.255.0
duplex auto
speed auto
mpls ip

Pada PE2:
interface FastEthernet0/2
description ***Connection to 3845-PE1***
ip address 192.168.2.2 255.255.255.0
duplex auto
speed auto
mpls ip

Setelah MPLS aktif, penulis memastikan bahwa MPLS sudah


bekerja dengan perintah 3845-PE1# show mpls ldp neigh. Dengan
perintah ini penulis dapat melihat apakah PE1 mengenal PE2 sebagai
router MPLS atau tidak. Jika sudah mengenal, maka protocol LDP
akan saling bertukar tabel MPLS label. Berikut hasil capturenya:

55

Gambar 4.9. Hasil Aktifasi MPLS


11. Membuat router virtual
Untuk membuat router virtual di PE1 dan PE2, penulis akan
menggunakan perintah sebagai berikut:
Untuk PE1 (hal yang sama penulis terapkan pada PE2).
ip vrf vpn1
rd 100:1
route-target
route-target
!
ip vrf vpn2
rd 100:2
route-target
route-target

export 100:1
import 100:1

export 100:2
import 100:2

Sekarang, router virtual itu belum mempunyai interface. Maka


penulis akan apply router virtual tersebut ke interface yang mengarah
ke customer. Berikut perintah untuk PE1:
interface FastEthernet1/0.2
description ***Connection to VPN1_A***
encapsulation dot1Q 2
ip vrf forwarding vpn1
ip address 192.168.1.2 255.255.255.0
!
interface FastEthernet1/0.6
description ***Connection to VPN1_X***
encapsulation dot1Q 6

56

ip vrf forwarding vpn1


ip address 192.168.6.2 255.255.255.0

Untuk PE2:
interface GigabitEthernet0/1.2
description ***Connection to VPN1_B***
encapsulation dot1Q 2
ip vrf forwarding vpn1
ip address 192.168.4.1 255.255.255.0
!
interface GigabitEthernet0/1.6
description ***Connection to VPN2_Y***
encapsulation dot1Q 6
ip vrf forwarding vpn1
ip address 192.168.5.1 255.255.255.0

Kita bisa memeriksa apakah benar sudah ada interface di routing


tabel router virtual dengan perintah 3845-PE1#sh ip ro vrf vpn1.
Hasilnya sebagai berikut:

Gambar 4.10. Cek Router virtual


Maka sekarang sudah muncul satu interface connected di routing
tabel vrf vpn1. Jika muncul, maka langkah ini sudah benar.

57

12. Menambahkan routing static di router virtual.


Baiklah, sekarang sudah ada router virtual dan sudah punya satu
interface connected dalam routing tabel router virtual. Sebelum
mempertukarkan isi routing tabel dari router virtual, maka perlu
ditambahkan routing static yang perlu untuk masing-masing router
virtual.
Perintah berikut menambahkan routing static ke arah VPN1_B di
PE2:
ip route vrf vpn1 192.168.147.0 255.255.255.0 192.168.4.2
ip
route
vrf
vpn1
202.147.192.2
255.255.255.255
192.168.4.2

Perintah berikut menambahkan routing static ke arah VPN1_A dan


VPN1_X di PE1:
ip route vrf vpn1 192.168.31.0 255.255.255.0 192.168.6.1
ip route vrf vpn1 192.168.164.0 255.255.255.0 192.168.1.1
ip
route
vrf
vpn1
202.147.192.1
255.255.255.255
192.168.1.1

Setelah ditambahkan, penulis dapat memeriksanya dengan perintah


3845-PE1# sh ip ro vrf vpn1. Hasilnya adalah sebagai berikut:

Gambar 4.11. Penambahan Routing Static

58

Dapat dilihat, sudah ada satu interface static dan satu interface
connected.
13. Mengaktifkan MP-BGP (Multiprotocol BGP)
Ini merupakan langkah terakhir proses pembuatan cloud MPLS
VPN. Setelah langkah ke enam, akan timbul pertanyaan, bagaimana
caranya routing tabel di router virtual vrf vpn1 yang ada di PE1 dapat
di export ke PE2, agar network di PE1 router vrf vpn1 bisa masuk di
routing tabel PE2 router vrf vpn1? Untuk itu perlu diaktifkan MPBGP.
Berikut adalah konfigurasi lengkap BGP dan MP-BGP untuk
router PE1 dan PE2:
3845-PE1# sh run
router bgp 100
no synchronization
bgp log-neighbor-changes
neighbor 192.168.100.2 remote-as 100
neighbor 192.168.100.2 update-source Loopback0
no auto-summary
!
address-family vpnv4
neighbor 192.168.100.2 activate
neighbor 192.168.100.2 send-community both
exit-address-family
!
address-family ipv4 vrf vpn2
redistribute connected
redistribute static
no synchronization
exit-address-family
!
address-family ipv4 vrf vpn1
redistribute connected
redistribute static
no synchronization
exit-address-family
7206-PE2# sh run
router bgp 100
no synchronization
bgp log-neighbor-changes
neighbor 192.168.100.1 remote-as 100

59

neighbor 192.168.100.1 update-source Loopback0


no auto-summary
!
address-family vpnv4
neighbor 192.168.100.1 activate
neighbor 192.168.100.1 send-community both
exit-address-family
!
address-family ipv4 vrf vpn2
redistribute connected
redistribute static
no synchronization
exit-address-family
!
address-family ipv4 vrf vpn1
redistribute connected
redistribute static
no synchronization
exit-address-family

14. Mengaktifkan CE
Setelah selesai

dengan langkah

ke

tujuh,

penulis

harus

mengaktifkan dan mengkonfigurasi router CE1 dan CE3 yang


terhubung

ke

PE1.

Setelah

itu

penulis

mengaktifkan

dan

mengkonfigurasi router CE2 yang terhubung ke PE2. Pada konfigurasi


ketiga router CE tersebut tidak diperlukan konfigurasi MPLS, BGP,
MP-BGP, dan VRF. Konfigurasi seluruh router dan switch dalam
topologi ini penulis sampaikan pada bagian lampiran.
4.4.3. Implementasi QoS
Pada konfigurasi QoS, terdapat tiga langkah yang harus dilakukan
secara berurutan yaitu membuat class QoS, menerapkan policy pada class
yang telah dibuat, dan menerapkan policy tersebut pada interface router.
Adapun penerapan policy QoS dilakukan pada interface router PE
yang directly connected dengan router CE (sisi customer) dan interface

60

router PE yang directly connected dengan router PE lainnya dalam cloud


MPLS (sisi provider). Berikut adalah penjelasannya:
1. Konfigurasi dan penerapan QoS untuk sisi Client
Pada bagian ini penulis membuat konfigurasi QoS untuk paket data
yang masuk dan keluar melalui router 3845-PE1 dan router 7206-PE2.
Untuk paket data yang masuk kedalam cloud MPLS (berasal dari
router CE), diberikan policy bernama Edge-Policy-In (baris 5). Policy
ini memberikan perlakuan yang berbeda untuk paket data yang masuk
ke dalam cloud MPLS. Paket data yang berasal dari virtual LAN 2
(vlan2) dimasukkan kedalam class Edge-Voice (baris 6) yang memiliki
kualitas layanan yang terjamin (dscp ef) untuk data voice (baris
4).Sedangkan paket data yang berasal dari virtual LAN 6 (vlan6)
dimasukkan kedalam class Edge-Other-Apps (baris 7) yang memiliki
kualitas layanan best effort (dscp default) untuk paket data biasa
(baris 3).
Untuk paket data yang keluar menuju router CE, diberikan policy
bernama Edge-Policy-Out (baris 8). Policy ini memberikan perlakuan
yang berbeda untuk paket data yang keluar dari cloud MPLS. Paket
data yang tergolong group voice dimasukkan kedalam class
QoSGroup5 (baris 2) yang memiliki kualitas layanan bandwidth
sebesar 50% (priority percent 50) untuk data voice (baris 9).
Sedangkan paket data yang tergolong group best effort dimasukkan
kedalam class QoSGroup0 (baris 1) yang memiliki kualitas layanan

61

bandwidth sebesar 5% (bandwidth percent 50) untuk data non critical


(baris 10).
Berikut adalah konfigurasi class dan policy yang akan diterapkan
pada router 3845-PE1 maupun 7206-PE2:
class-map match-any QoSGroup0
------------match qos-group 0
class-map match-any QoSGroup5
--------match qos-group 5
class-map match-any Edge-Other-Apps
--match access-group 11
match ip dscp default
class-map match-any Edge-Voice
--------match ip dscp ef
match access-group 10
!
policy-map Edge-Policy-In
--------class Edge-Voice
--------------------set mpls experimental imposition 5
class Edge-Other-Apps
--------------set mpls experimental imposition 0
policy-map Edge-Policy-Out --------------class QoSGroup5
--------------------priority percent 50
class QoSGroup0
--------------------bandwidth percent 5
random-detect

Baris 1
Baris 2
Baris 3
Baris 4

Baris 5
Baris 6
Baris 7
Baris 8
Baris 9
Baris 10

Berikut penerapan policy pada interface router 3845-PE yang


directly connected dengan CE yaitu interface FastEthernet1/0:
interface FastEthernet1/0
no ip address
duplex auto
speed auto
service-policy input Edge-Policy-In
service-policy output Edge-Policy-Out
!
interface FastEthernet1/0.2
description ***Connection to VPN1_A***
encapsulation dot1Q 2
ip vrf forwarding vpn1
ip address 192.168.1.2 255.255.255.0
rate-limit input 128000 128000 128000 conform-action
transmit exceed-action set-prec-transmit 5
!
interface FastEthernet1/0.6

62

description ***Connection to VPN2_X***


encapsulation dot1Q 6
ip vrf forwarding vpn1
ip address 192.168.6.2 255.255.255.0
rate-limit input 128000 128000 128000
transmit exceed-action drop

conform-action

Sedangkan penerapan policy pada interface router 7206-PE2 yang


directly connected dengan CE yaitu interface GigabitEthernet0/1:
interface GigabitEthernet0/1
no ip address
duplex auto
speed auto
media-type rj45
negotiation auto
service-policy input Edge-Policy-In
service-policy output Edge-Policy-Out
!
interface GigabitEthernet0/1.2
description ***Connection to VPN1_B***
encapsulation dot1Q 2
ip vrf forwarding vpn1
ip address 192.168.4.1 255.255.255.0
rate-limit input 128000 128000 128000 conform-action
transmit exceed-action set-prec-transmit 5

2. Konfigurasi dan penerapan QoS untuk sisi Provider


Policy yang diberikan yaitu bernama Layanan (baris 5) dan SetQoS-Group (baris 8). Policy Layanan berperan memberikan jaminan
untuk class gold (baris 1) yang merupakan paket data voice dengan
ketersediaan bandwidth sebesar 50% dan untuk class bronze (baris 2)
yang merupakan paket data non critical dengan ketersediaan
bandwidth sebesar 5%.
Sedangkan policy Set-QoS-Group berperan dalam membagi paket
data voice kedalam qos-group 5 (baris 9) dan paket data non critical
kedalam qos-group 0 (baris 10).

63

Berikut adalah konfigurasi class dan policy yang akan diterapkan


pada router 3845-PE1 maupun 7206-PE2:
class-map match-all Gold
--------match access-group 10
class-map match-all Bronze --------------match access-group 11
class-map match-any other
--------match mpls experimental topmost 0
class-map match-any voice
--------match mpls experimental topmost 5
!
policy-map Layanan
--------------------class Gold
--------------------------bandwidth percent 50
random-detect
class Bronze --------------------------bandwidth percent 5
random-detect

Baris 1

policy-map Set-QoS-Group
--------------class voice
--------------------------set qos-group 5
class other
--------------------------set qos-group 0

Baris 8
Baris 9

Baris 2
Baris 3
Baris 4
Baris 5
Baris 6
Baris 7

Baris 10

Berikut penerapan policy pada interface router 3845-PE:


interface FastEthernet1/1
description ***Connection to 7206-PE2***
ip address 192.168.2.1 255.255.255.0
duplex auto
speed auto
mpls ip
service-policy input Set-QoS-Group
service-policy output Layanan

Sedangkan penerapan policy pada interface router 7206-PE2 yaitu:


interface FastEthernet0/2
description ***Connection to 3845-PE1***
ip address 192.168.2.2 255.255.255.0
duplex auto
speed auto
mpls ip
service-policy input Set-QoS-Group
service-policy output Layanan

64

4.5.

Monitoring (Pengawasan)
NDLC

mengkategorikan proses pengujian

pada fase

monitoring

(pengawasan). Hal ini dikarenakan pengawasan sistem yang sudah dibangun


hanya dapat dilakukan jika sistem sudah dapat bekerja sesuai dengan kebutuhan.
Proses pengujian (testing) dibutuhkan untuk menjamin dan memastikan bahwa
sistem yang dibangun sudah memenuhi spesifikasi rancangan.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode white-box testing.
Metode ini mengambil sudut pandang internal dari objek yang diuji berdasarkan
scenario yang lakukan. Dalam penelitian ini, pengujian bersifat fungsional,
dimana penguji (dalam hal ini adalah penulis) memberikan input menggunakan
traffic generator yaitu iperf untuk menentukan output yang benar.
Tahap monitoring akan diterapkan jika tahap pengujian sudah menjamin
bahwa keseluruhan elemen sistem dapat bekerja dengan baik. Tahap monitoring
mencakup proses yaitu pengujian end-to-end packet data yang dilewatkan dan
pengujian QoS berdasarkan dua kualitas layanan yang berbeda yaitu gold dan
bronze. Berikut adalah deskripsi proses pengujiannya:
4.5.1. Pengujian Konektifitas End-to-End Backbone MPLS VPN
Parameter hasil yang ingin diuji dalam tahap pengujian konektifitas
end-to-end backbone MPLS VPN dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Membuat cloud MPLS VPN, diharapkan host dengan VPN yang
sama dapat berkomunikasi dan sebaliknya.
b. Mendeteksi packet labeling yang berfungsi dalam melabeli setiap
packet data yang masuk dalam cloud MPLS VPN.

65

Berikut ini adalah deskripsi dari mekanisme pengujian konektifitas


end-to-end backbone MPLS VPN:
1. Untuk menguji apakah host yang berada dalam satu VPN dapat
berkomunikasi, dilakukan ping dan telnet . Berikut adalah hasil yang
terjadi:

a. Ping dari client ke server

Gambar 4.12. Hasil Ping Client menuju Server


b. Ping dari server ke client

66

Gambar 4.13. Hasil Ping Server ke Client vlan2

Gambar 4.14. Hasil Ping Server ke Client vlan6


Berdasarkan hasil

capture

tersebut, adanya

proses

reply

menunjukkan bahwa konektifitas end-to-end sudah berjalan baik.


2. Untuk menguji apakah fungsi labeling telah berjalan dengan baik pada
cloud MPLS VPN, maka dilakukan capture pada saat proses ping di
atas menggunakan wireshark. Berikut adalah hasil yang didapatkan:

67

a. Proses Labeling Paket Data Client menuju Server

Gambar 4.15. Proses Labeling Packet Data Client ke Server


b. Proses Labeling Paket Data Server menuju Client

Gambar 4.16. Proses Labeling Packet Data Server ke Client

68

Dari gambar 4.10 dan 4.11 dapat dilihat bahwa proses labeling telah
berjalan. Terlihat dengan dibungkusnya IP dengan MPLS.
4.5.2. Pengujian QoS
Parameter QoS yang akan diuji adalah bandwidth, jitter, dan
packet loss. QoS yang baik memiliki jaminan bandwidth yang stabil, nilai
jitter yang kecil , dan packet loss yang rendah. Untuk mendapatkan ketiga
nilai tersebut, penulis menggunakan aplikasi iperf.
Pada pengujian ini digunakan gambar topologi jaringan seperti
pada gambar 4.1.
Untuk memperjelas pengujian ini, penulis membaginya menjadi
dua percobaan yaitu:
4.5.2.1. Percobaan 1
a. Skenario
Load

data yang dikirim menggunakan traffic

generator yaitu iperf. Penulis mengirimkan load data


sebesar 100 bytes dengan bandwidth 128 Kbps pada
class gold maupun class bronze.
b. Hasil
Hasil capture percobaan 1 sesuai dengan skenario di
atas adalah:

69

Gambar 4.17. Hasil Capture Class Gold

Gambar 4.18. Hasil Capture Class Bronze

70

4.5.2.2. Percobaan 2
a. Skenario
Load

data yang dikirim menggunakan traffic

generator yaitu iperf. Penulis mengirimkan load data


sebesar 100 bytes dengan bandwidth 512 Kbps pada
class gold maupun class bronze.
b. Hasil
Hasil capture percobaan 2 sesuai dengan skenario di
atas adalah:

Gambar 4.19. Hasil Capture Class Gold

71

Gambar 4.20. Hasil Capture Class Bronze

4.5.3. Analisa Pengujian QoS


Berikut ini analisa perbandingan QoS gold dan bronze berdasarkan
parameter yang telah disebutkan sebelumnya:
Tabel 4.6. Perbandingan QoS Class Gold dan Bronze
Class QoS

Bandwidth

Jitter

Packet Loss

(Kbps)

(ms)

Loss/Total (%)

Gold

128

0.320

0/1602 (0%)

Bronze

128

0.234

1/1602 (0.062%)

Gold

512

0.201

0/6404 (0%)

Bronze

158

0.565

4431/6404 (69%)

Percobaan 1

Percobaan 2

72

Berdasarkan tabel perbandingan di atas, maka dapat diambil


kesimpulan:
1. QoS MPLS memiliki kinerja yang baik, terbukti pada percobaan 1.
Ketersediaan bandwidth sebesar 100%, nilai jitter yang kecil, dan
packet loss yang rendah.
2. Penulis telah berhasil mengkonfigurasi QoS dengan layanan yang
berbeda dalam satu VPN. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil
percobaan 2. User yang berada pada class gold memiliki jaminan QoS
yang lebih baik dibandingkan class bronze yaitu kapasitas bandwidth
yang stabil (mencapai 100% walaupun diberi traffic dengan bandwidth
512 Kbps), nilai jitter yang lebih kecil, dan packet loss yang rendah.

4.6. Management (Pengelolaan)


Fase terakhir pada model NDLC adalah management (pengelolaan). Fase ini
meliputi aktivitas perawatan dan pemeliharaan dari keseluruhan sistem yang
sudah dibangun. Namun, seperti penulis jelaskan sebelumnya bahwa tahap
pengelolaan merupakan kewenangan dari pihak BPPT, maka penulis hanya
terlibat sampai fase sebelumnya yaitu monitoring.

BAB V
PENUTUP

5.1.

Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh setelah melalui tahap-tahap pengembangan

jaringan MPLS VPN dan QoS, adalah sebagai berikut :


1. Efisiensi bandwidth pada backbone jaringan dapat dilakukan menggunakan
protokol MPLS VPNs dengan teknik Differentiated Services yaitu membagi
QoS berdasarkan class-class yang berbeda.
2. Penerapan sistem backbone jaringan berbasis MPLS VPN secara fungsional
telah berjalan dengan baik sesuai kebutuhan yang telah didefinisikan pada
tahap analisis sampai perancangan seperti dapat dilihat pada gambar 4.10 dan
4.11.
3. Terlihat dari tahap pengujian end-to-end sistem, proses ping dapat berjalan
dengan benar, seperti dapat lihat pada gambar 4.7, 4.8, dan 4.9.
4. Pengujian QoS dilakukan dengan metode white-box. Berdasarkan pengujian
dengan parameter bandwidth, jitter, dan packet loss, dapat disimpulkan bahwa
sistem jaringan MPLS memiliki kinerja yang baik. Hal ini dapat dilihat pada
gambar 4.13, gambar 4.14, dan tabel 4.6.
5. Penulis telah berhasil mengkonfigurasi QoS dengan layanan yang berbeda
dalam satu VPN. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil percobaan 2 yaitu
gambar 4.15, gambar 4.16, dan tabel 4.6. User yang berada pada class gold
memiliki jaminan QoS yang lebih baik dibandingkan class bronze yaitu

73

kapasitas bandwidth yang stabil (mencapai 100% walaupun diberi traffic


dengan bandwidth 512 Kbps), nilai jitter yang lebih kecil, dan packet loss
yang rendah.
5.2.

Saran
Untuk pengembangan sistem jaringan MPLS, maka penulis menyarankan

beberapa hal sebagai berikut:


1. Adanya pengembangan dari segi keamanan sistem jaringan MPLS. Agar
semakin tangguh sistem ini sebaiknya didukung dengan jaminan keamanan
paket data.
2. Adanya penelitian tentang MPLS Traffic Engineering, sehingga proses
pengiriman paket dalam jaringan yang lebih kompleks dapat berjalan lebih
cepat.
3. Adanya penambahan QoS pada jaringan MPLS Traffic Engineering tersebut.

74

DAFTAR PUSTAKA

Alvarez, Santiago. 2006. QoS for IP/MPLS Networks. [Online] Tersedia:


http://dc95.4shared.com/download/39307488/90a520b4/CiscoPressQoSforI
PMPLSNetworksJun2006.chm?tsid=20090630-123642-914b34d1. [30 Juni
2009. Pkl. 21.03 WIB]
Alwayn, Vivek. 2002. Advanced MPLS Design and Implementation. Indianapolis:
Cisco Press.
De Ghein, Luc. 2007. MPLS Fundamentals. Indianapolis: Cisco Press.
Dhoto.

2006.

Buku

Jaringan

Komputer.

[Online]

Tersedia:

http://118.98.162.203/pustakamaya/download.php?id=540. [01 Desember


2008. Pkl. 20.00 WIB]
Goldman, James and Rawles, Philips. 2001. Applied Data Communications, A
business-Oriented Approach Third Edition. West Sussex: John Wiley &
Sons.
Lammle, Todd. 2005. Cisco Certified Network Associate: Study Guide. Jakarta :
Elex Media Komputindo.
Lewis, Mark. 2006. Comparing, Designing, and Deploying VPNs. [Online]
Tersedia:http://dc129.4shared.com/download/36817065/d67170c1/Compari
ngDesigningandDeployingVPNsApr2006.chm?tsid=20090604-084119c4f6c1d7. [04 Juni 2009. Pkl. 21.14 WIB]
Lobo, Lancy. 2005. MPLS Configuration on Cisco IOS Software. [Online]
Tersedia:

http://server5.enterupload.com/cgi-

75

bin/FS3/dl.cgi/xgmthy7mlp6vk5slu5kd3r3u5i2kjvqfthy7awfb6q63eyqemtlfg
kbg2d7oblpefjlvprofo4/Cisco.Press.MPLS.Configuration.On.Cisco.IOS.Soft
ware.chm. [02 Juni 2009. Pkl. 22.15 WIB]
Mansfield, Niall. 2004. Practical TCP/IP: Mendesain, Menggunakan, dan
Troubleshooting Jaringan TCP/IP di Linux dan Windows (Jilid 1).
Yogyakarta: Andi.
Mansfield, Niall. 2004. Practical TCP/IP: Mendesain, Menggunakan, dan
Troubleshooting Jaringan TCP/IP di Linux dan Windows (Jilid 2).
Yogyakarta: Andi.
Munadi, Rendy. 2009. Teknik Switching. Bandung: Informatika.
Rafiudin, Rahmat. 2004. Multihoming Menggunakan BGP (Border Gateway
Protocol). Yogyakarta: Andi.
Reagan, James. 2002. CCIP MPLS Study Guide. USA: Sybex.
RFC 2702. [Online] Tersedia: http://www.faqs.org/ftp/rfc/pdf/rfc2702.txt.pdf. [25
April 2009. Pkl. 21.40 WIB]
RFC 3031. [Online] Tersedia: http://www.faqs.org/ftp/rfc/pdf/rfc3031.txt.pdf. [25
April 2009. Pkl. 21.46 WIB]
Stiawan, Deris. 2009. Fundamental Internetworking Development & Design Life
Cycle.

[Online]

Tersedia:

http://ilkom.unsri.ac.id/deris/materi/jarkom/network_development_cycles.pd
f. [29 April 2009. Pkl. 19.18 WIB]
Student Guide. 2006. Implementing Cisco Quality of Service. [Online] Tersedia:
http://dc122.4shared.com/download/49217759/acb3233a/Implementing_Cis

76

co_Quality_of_Service__QoS__v22_Volumes_12.pdf?tsid=20090525062830-b01212ad. [25 Mei 2009. Pkl. 20.32 WIB]


Tanenbaum, Andrew S. 2003. Computer Networks. USA: Pearson Prentice Hall.
Wahana Komputer. 2003. Konsep Jaringan Komputer dan Pengembangannya.
Jakarta : Salemba Infotek.
Wahana Komputer. 2004. Kamus Lengkap Jaringan Komputer. Jakarta: Salemba
Infotek.

7
7

LAMPIRAN
A
SURAT KETERANGAN PENELITIAN DARI BPPT

A1

LAMPIRAN C
KONFIGURASI ROUTER DAN SWITCH

Konfigurasi Router 3845-PE1


!
version 12.4
service timestamps debug datetime msec
service timestamps log datetime msec
no service password-encryption
!
hostname 3845-PE1
!
boot-start-marker
boot-end-marker
!
logging message-counter syslog
logging buffered 51200 warnings
enable secret 5 $1$.IJ6$c/THCOZMsNVdvS6uMx.mB0
!
no aaa new-model
no network-clock-participate slot 1
!
!
dot11 syslog
ip source-route
ip cef
!
!
ip domain name yourdomain.com
ip vrf vpn1
rd 100:1
route-target export 100:1
route-target import 100:1
!
ip vrf vpn2
rd 100:2
route-target export 100:2
route-target import 100:2
!
no ipv6 cef
!
multilink bundle-name authenticated
!
!
mpls label protocol ldp
!
voice-card 0
no dspfarm
!
!
!

C-1

username admin privilege 15 secret 5


$1$DvMO$YkHZyEhRWbe9gqQybhU/U.
!
!
archive
log config
hidekeys
!
!
class-map match-any QoSGroup0
match qos-group 0
class-map match-any QoSGroup5
match qos-group 5
class-map match-all Gold
match access-group 10
class-map match-all Bronze
match access-group 11
class-map match-any Edge-Other-Apps
match access-group 11
match ip dscp default
class-map match-any Edge-Voice
match ip dscp ef
match access-group 10
class-map match-any other
match mpls experimental topmost 0
class-map match-any voice
match mpls experimental topmost 5
!
!
policy-map Edge-Policy-In
class Edge-Voice
set mpls experimental imposition 5
class Edge-Other-Apps
set mpls experimental imposition 0
policy-map Edge-Policy-Out
class QoSGroup5
priority percent 50
class QoSGroup0
bandwidth percent 5
random-detect
policy-map Layanan
class Gold
bandwidth percent 50
random-detect
class Bronze
bandwidth percent 5
random-detect
policy-map Set-QoS-Group
class voice
set qos-group 5
class other
set qos-group 0
!
!
!

C-2

interface Loopback0
ip address 192.168.100.1 255.255.255.255
!
interface GigabitEthernet0/0
no ip address
duplex auto
speed auto
media-type rj45
mpls ip
!
interface GigabitEthernet0/1
no ip address
duplex auto
speed auto
media-type rj45
!
interface Serial0/0/0
no ip address
shutdown
clock rate 2000000
!
interface Serial0/0/1
no ip address
shutdown
clock rate 2000000
!
interface FastEthernet1/0
no ip address
duplex auto
speed auto
service-policy input Edge-Policy-In
service-policy output Edge-Policy-Out
!
interface FastEthernet1/0.2
description ***Connection to VPN1_A***
encapsulation dot1Q 2
ip vrf forwarding vpn1
ip address 192.168.1.2 255.255.255.0
rate-limit input 128000 128000 128000 conform-action transmit
exceed-action set-prec-transmit 5
!
interface FastEthernet1/0.6
description ***Connection to VPN2_X***
encapsulation dot1Q 6
ip vrf forwarding vpn1
ip address 192.168.6.2 255.255.255.0
rate-limit input 128000 128000 128000 conform-action transmit
exceed-action drop
!
interface FastEthernet1/1
description ***Connection to 7206-PE2***
ip address 192.168.2.1 255.255.255.0
duplex auto
speed auto
mpls ip
service-policy input Set-QoS-Group

C-3

service-policy output Layanan


!
router ospf 1
log-adjacency-changes
network 0.0.0.0 255.255.255.255 area 0
!
router ospf 100
log-adjacency-changes
network 192.168.2.0 0.0.0.255 area 100
network 192.168.100.1 0.0.0.0 area 100
!
router bgp 100
no synchronization
bgp log-neighbor-changes
neighbor 192.168.100.2 remote-as 100
neighbor 192.168.100.2 update-source Loopback0
no auto-summary
!
address-family vpnv4
neighbor 192.168.100.2 activate
neighbor 192.168.100.2 send-community both
exit-address-family
!
address-family ipv4 vrf vpn2
redistribute connected
redistribute static
no synchronization
exit-address-family
!
address-family ipv4 vrf vpn1
redistribute connected
redistribute static
no synchronization
exit-address-family
!
ip forward-protocol nd
ip route vrf vpn1 192.168.31.0 255.255.255.0 192.168.6.1
ip route vrf vpn1 192.168.164.0 255.255.255.0 192.168.1.1
ip route vrf vpn1 202.147.192.1 255.255.255.255 192.168.1.1
ip http server
ip http access-class 23
ip http authentication local
ip http secure-server
ip http timeout-policy idle 60 life 86400 requests 10000
!
!
access-list 10 permit 192.168.164.0 0.0.0.255
access-list 11 permit 192.168.31.0 0.0.0.255
!
!
mpls ldp router-id Loopback0 force
!
control-plane
!
!
line con 0

C-4

login local
line aux 0
line vty 0 4
privilege level 15
login local
transport input telnet ssh
line vty 5 15
privilege level 15
login local
transport input telnet ssh
!
scheduler allocate 20000 1000
end

Konfigurasi Router 7206-PE1


!
upgrade fpd auto
version 12.4
service timestamps debug datetime msec
service timestamps log datetime msec
no service password-encryption
!
hostname 7206-PE2
!
boot-start-marker
boot-end-marker
!
enable secret 5 $1$9TI1$8ZdvjPGvL2IN870qJOSkP1
!
aaa new-model
!
!
aaa session-id common
ip cef
!
!
ip vrf vpn1
rd 100:1
route-target export 100:1
route-target import 100:1
!
ip vrf vpn2
rd 100:2
route-target export 100:2
route-target import 100:2
!
!
multilink bundle-name authenticated
mpls label protocol ldp
!
!
username admin privilege 15 secret 5
$1$OJ3V$LrQfir5z6BJW2Lo9JB3Hy/
archive
log config

C-5

hidekeys
!
!
class-map match-any QoSGroup0
match qos-group 0
class-map match-any QoSGroup5
match qos-group 5
class-map match-all Gold
match access-group 10
class-map match-all Bronze
match access-group 11
class-map match-any Edge-Other-Apps
match access-group 11
match ip dscp default
class-map match-any Edge-Voice
match ip dscp ef
match access-group 10
class-map match-any other
match mpls experimental topmost 0
class-map match-any voice
match mpls experimental topmost 5
!
!
policy-map Edge-Policy-In
class Edge-Voice
set mpls experimental imposition 5
class Edge-Other-Apps
set mpls experimental imposition 0
policy-map Edge-Policy-Out
class QoSGroup5
priority percent 50
class QoSGroup0
bandwidth percent 5
random-detect
policy-map Layanan
class Gold
bandwidth percent 50
random-detect
class Bronze
bandwidth percent 5
random-detect
policy-map Set-QoS-Group
class voice
set qos-group 5
class other
set qos-group 0
!
!
interface Loopback0
ip address 192.168.100.2 255.255.255.255
!
interface GigabitEthernet0/1
no ip address
duplex auto
speed auto
media-type rj45

C-6

negotiation auto
service-policy input Edge-Policy-In
service-policy output Edge-Policy-Out
!
interface GigabitEthernet0/1.2
description ***Connection to VPN1_B***
encapsulation dot1Q 2
ip vrf forwarding vpn1
ip address 192.168.4.1 255.255.255.0
rate-limit input 128000 128000 128000 conform-action transmit
exceed-action set-prec-transmit 5
!
interface GigabitEthernet0/1.6
description ***Connection to VPN2_Y***
encapsulation dot1Q 6
ip vrf forwarding vpn1
ip address 192.168.5.1 255.255.255.0
!
interface FastEthernet0/2
description ***Connection to 3845-PE1***
ip address 192.168.2.2 255.255.255.0
duplex auto
speed auto
mpls ip
service-policy input Set-QoS-Group
service-policy output Layanan
!
interface GigabitEthernet0/2
no ip address
duplex auto
speed auto
media-type rj45
negotiation auto
!
interface GigabitEthernet0/3
no ip address
shutdown
duplex auto
speed auto
media-type rj45
negotiation auto
!
router ospf 1
log-adjacency-changes
network 0.0.0.0 255.255.255.255 area 0
!
router ospf 100
log-adjacency-changes
network 192.168.2.0 0.0.0.255 area 100
network 192.168.100.2 0.0.0.0 area 100
!
router bgp 100
no synchronization
bgp log-neighbor-changes
neighbor 192.168.100.1 remote-as 100
neighbor 192.168.100.1 update-source Loopback0

C-7

no auto-summary
!
address-family vpnv4
neighbor 192.168.100.1 activate
neighbor 192.168.100.1 send-community both
exit-address-family
!
address-family ipv4 vrf vpn2
redistribute connected
redistribute static
no synchronization
exit-address-family
!
address-family ipv4 vrf vpn1
redistribute connected
redistribute static
no synchronization
exit-address-family
!
ip forward-protocol nd
ip route vrf vpn1 192.168.99.0 255.255.255.0 192.168.5.2
ip route vrf vpn1 192.168.147.0 255.255.255.0 192.168.4.2
ip route vrf vpn1 202.147.192.2 255.255.255.255 192.168.4.2
no ip http server
no ip http secure-server
!
!
logging alarm informational
access-list 10 permit 192.168.147.0 0.0.0.255
access-list 11 permit 192.168.99.0 0.0.0.255
!
!
mpls ldp router-id Loopback0 force
!
control-plane
!
!
gatekeeper
shutdown
!
!
line con 0
stopbits 1
line aux 0
stopbits 1
line vty 0 4
transport input telnet ssh
!
!
end

C-8

Konfigurasi Router 2811-CE1


!
version 12.4
service timestamps debug datetime msec
service timestamps log datetime msec
no service password-encryption
!
hostname 2811-CE1
!
boot-start-marker
boot-end-marker
!
logging message-counter syslog
logging buffered 51200 warnings
enable secret 5 $1$n9kh$qaBN8CWmg2egKfvvuO5HB0
!
aaa new-model
!
!
aaa authentication login default local
!
!
aaa session-id common
!
dot11 syslog
ip source-route
!
!
ip cef
!
!
ip domain name yourdomain.com
no ipv6 cef
!
multilink bundle-name authenticated
!
!
voice-card 0
no dspfarm
!
!
username admin password 0 4dm1n
archive
log config
hidekeys
!
!
interface Loopback0
ip address 202.147.192.1 255.255.255.255
!
interface FastEthernet0/0
description *** To Client ***
ip address 192.168.164.1 255.255.255.0
duplex auto
speed auto

C-9

!
interface FastEthernet0/1
description *** To 3845 ***
ip address 192.168.1.1 255.255.255.0
duplex auto
speed auto
!
interface Serial0/0/0
no ip address
shutdown
clock rate 2000000
!
interface Serial0/0/1
no ip address
shutdown
clock rate 2000000
!
router ospf 1
log-adjacency-changes
network 0.0.0.0 255.255.255.255 area 0
!
ip forward-protocol nd
ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 192.168.6.2
ip http server
ip http access-class 23
ip http authentication local
ip http secure-server
ip http timeout-policy idle 60 life 86400 requests 10000
!
!
control-plane
!
!
line con 0
line aux 0
line vty 0 4
privilege level 15
transport input telnet ssh
line vty 5 15
access-class 23 in
privilege level 15
transport input telnet ssh
!
scheduler allocate 20000 1000
end

Konfigurasi Router 2811-CE2


!
version 12.4
service timestamps debug datetime msec
service timestamps log datetime msec
no service password-encryption
!
hostname 2811-CE2
!

C-10

boot-start-marker
boot-end-marker
!
logging message-counter syslog
logging buffered 51200 warnings
enable secret 5 $1$rMqC$G0a9AnY0hlkEMBn5YpcBU.
!
aaa new-model
!
!
aaa authentication login default local
!
!
aaa session-id common
!
dot11 syslog
ip source-route
!
!
ip cef
!
!
ip domain name yourdomain.com
no ipv6 cef
!
multilink bundle-name authenticated
!
!
voice-card 0
no dspfarm
!
!
username admin password 0 4dm1n
archive
log config
hidekeys
!
!
interface Loopback0
ip address 202.147.192.2 255.255.255.255
!
interface FastEthernet0/0
description *** To LAN SERVER ***
ip address 192.168.147.1 255.255.255.0
duplex auto
speed auto
!
interface FastEthernet0/1
description *** To 7206 ***
ip address 192.168.4.2 255.255.255.0
duplex auto
speed auto
!
interface Serial0/0/0
no ip address
shutdown

C-11

clock rate 2000000


!
interface Serial0/0/1
no ip address
shutdown
clock rate 2000000
!
router ospf 1
log-adjacency-changes
network 0.0.0.0 255.255.255.255 area 0
!
ip forward-protocol nd
ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 192.168.4.1
ip route 202.147.192.1 255.255.255.255 192.168.4.1
ip http server
ip http access-class 23
ip http authentication local
ip http secure-server
ip http timeout-policy idle 60 life 86400 requests 10000
!
!
control-plane
!
!
line con 0
line aux 0
line vty 0 4
privilege level 15
transport input telnet ssh
line vty 5 15
privilege level 15
transport input telnet ssh
!
scheduler allocate 20000 1000
end

Konfigurasi Router 1700-CE3


!
version 12.3
service timestamps debug datetime msec
service timestamps log datetime msec
no service password-encryption
!
hostname 1700-CE3
!
boot-start-marker
boot-end-marker
!
logging buffered 51200 warnings
enable secret 5 $1$B.JM$hdlQqnNrQdNPRXgCihnUS1
!
no aaa new-model
ip subnet-zero
ip cef
!

C-12

no ip domain lookup
ip multicast-routing
no ftp-server write-enable
!
!
interface Loopback0
ip address 172.16.9.1 255.255.255.255
!
interface Ethernet0
description "Connection to 3845-PE1"
ip address 192.168.6.1 255.255.255.0
full-duplex
!
interface FastEthernet0
description "Connection to Client"
ip address 192.168.31.1 255.255.255.0
speed auto
!
ip classless
ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 192.168.6.2
ip http server
ip http access-class 23
ip http authentication local
!
line con 0
login local
line aux 0
line vty 0 4
access-class 23 in
login local
transport input telnet
line vty 5 15
access-class 23 in
privilege level 15
login local
transport input telnet
!
scheduler allocate 20000 1000
!
end

Konfigurasi Switch-B
!
version 12.2
no service pad
service timestamps debug uptime
service timestamps log uptime
no service password-encryption
!
hostname Switch-B
!
enable secret 5 $1$jIZz$edqPs8Cc4mIdcAj8Pmf6q.
!
username admin password 0 4dm1n
aaa new-model

C-13

aaa authentication login default local


!
aaa session-id common
system mtu routing 1500
ip subnet-zero
!
!
no file verify auto
spanning-tree mode pvst
spanning-tree extend system-id
!
vlan internal allocation policy ascending
!
!
interface FastEthernet0/1
description ***Connection to VPN1_A***
switchport access vlan 2
switchport mode access
duplex full
!
interface FastEthernet0/2
description ***Connection to VPN2_X***
switchport access vlan 6
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/3
description ***Trunk to 3845-PE1***
switchport mode trunk
!
interface FastEthernet0/4
description *** To PC ***
switchport access vlan 164
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/5
description *** To PC ***
switchport access vlan 164
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/6
description *** To PC ***
switchport access vlan 164
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/7
description *** To PC ***
switchport access vlan 164
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/8
description *** To PC ***
switchport access vlan 164
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/9
switchport mode access

C-14

interface FastEthernet0/10
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/11
!
interface FastEthernet0/12
description *** To PC ***
switchport access vlan 164
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/13
description *** To PC ***
switchport access vlan 164
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/14
description *** To PC ***
switchport access vlan 164
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/15
description *** To PC ***
switchport access vlan 164
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/16
description *** To PC ***
switchport access vlan 164
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/17
description *** To PC ***
switchport access vlan 164
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/18
description *** To PC ***
switchport access vlan 164
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/19
description *** To PC ***
switchport access vlan 164
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/20
description *** To PC ***
switchport access vlan 164
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/21
description *** To PC ***
switchport access vlan 164
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/22

C-15

description *** To PC ***


switchport mode access
!
interface FastEthernet0/23
description *** To PC ***
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/24
description *** To PC ***
switchport mode access
!
interface GigabitEthernet0/1
description *** Trunk To Router Client ***
switchport mode access
!
interface GigabitEthernet0/2
description *** To Switch AP ***
switchport access vlan 173
switchport mode access
!
interface Vlan1
ip address 192.168.164.2 255.255.255.0
no ip route-cache
!
interface Vlan2
ip address 192.168.1.3 255.255.255.0
no ip route-cache
!
interface Vlan6
ip address 192.168.6.3 255.255.255.0
no ip route-cache
!
interface Vlan164
no ip address
no ip route-cache
!
ip http server
radius-server source-ports 1645-1646
!
control-plane
!
!
line con 0
line vty 5 15
!
End

Konfigurasi Switch-Server
!
version 12.2
no service pad
service timestamps debug uptime
service timestamps log uptime
no service password-encryption
!

C-16

hostname Switch_Server
!
enable secret 5 $1$R7Z0$2bEXKPv8ePufGyuxQ9cdR.
!
username admin password 0 4dm1n
aaa new-model
aaa authentication login default local
!
aaa session-id common
system mtu routing 1500
ip subnet-zero
!
no file verify auto
spanning-tree mode pvst
spanning-tree extend system-id
!
vlan internal allocation policy ascending
!
interface FastEthernet0/1
description ***To Server***
switchport access vlan 147
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/2
description *** To Server ***
switchport access vlan 147
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/3
description *** To Server ***
switchport access vlan 147
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/4
description *** To Server ***
switchport access vlan 147
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/5
description *** To Server ***
switchport access vlan 147
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/6
description *** To Server ***
switchport access vlan 147
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/7
description *** To Server ***
switchport access vlan 147
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/8
description *** To Server ***
switchport access vlan 147

C-17

switchport mode access


!
interface FastEthernet0/9
description ***Connection to VPN1_B***
switchport access vlan 2
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/10
description ***Connection to VPN2_Y***
switchport access vlan 5
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/11
description ***Trunk to 7206-PE2***
switchport mode trunk
!
interface FastEthernet0/12
description *** To Server ***
switchport access vlan 147
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/13
description *** To Server ***
switchport access vlan 147
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/14
description *** To Server ***
switchport access vlan 147
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/15
description *** To Server ***
switchport access vlan 147
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/16
description *** To Server ***
switchport access vlan 147
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/17
description *** To Server ***
switchport access vlan 147
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/18
description *** To Server ***
switchport access vlan 99
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/19
description *** To Server ***
switchport access vlan 147
switchport mode access
!

C-18

interface FastEthernet0/20
description *** To Server ***
switchport access vlan 99
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/21
description *** To Server ***
switchport access vlan 147
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/22
description *** To Server ***
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/23
description *** To Server ***
switchport access vlan 147
switchport mode access
!
interface FastEthernet0/24
description *** To Server ***
switchport access vlan 147
switchport mode access
!
interface GigabitEthernet0/1
description *** To Router Server ***
switchport access vlan 147
switchport mode access
!
interface GigabitEthernet0/2
!
interface Vlan1
no ip address
no ip route-cache
shutdown
!
interface Vlan2
ip address 192.168.4.3 255.255.255.0
no ip route-cache
!
interface Vlan5
ip address 192.168.5.3 255.255.255.0
no ip route-cache
!
interface Vlan147
ip address 192.168.147.2 255.255.255.0
no ip route-cache
!
ip http server
radius-server source-ports 1645-1646
!
control-plane
!
line con 0
line vty 5 15

C-19

!
monitor session 1 source vlan 99
monitor session 1 destination interface Fa0/24
end

C-20

Anda mungkin juga menyukai