Anda di halaman 1dari 12

KONSEP PUSKESMAS Learning Objective Konsep puskesmas Program-program puskesmas Pembiayaan kesehatan masyarakat Pemberantasan penyakit menular dan

dan penyehatan lingkungan pemukiman (P2TB, Pneumonia, AIDS, Malaria, DHF, Imunisasi, Gizi) Sejarah Melalui Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakernas) I di Jakarta tahun 1968 timbul gagasan untuk menyatukan semua pelayanan kesehatan tingkat pertama kedalah suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas). Puskesmas pada waktu itu dibedakan dalam 4 macam, yaitu : 1. Puskesmas tingkat desa 2. Puskesmas tingkat kecamatan 3. Puskesmas tingkat kewedanan 4. Puskesmas tingkat kabupaten Pada rakernas II thn 1969, pembagian puskesmas di bagi menjadi 3 macam, yaitu : 1. Puskesmas tipe A, dipimpin oleh dokter penuh 2. Puskesmas tipe B, dipimpin dokter tidak penuh 3. Puskesmas tipe C, dipimpin oleh tenaga paramedik. Sejak thn 1979 puskesmas dibagi dalam 2 kategori, yaitu : 1. Puskesmas kecamatan (puskesmas pembina) 2. Puskesmas kelurahan/desa (puskesmas pembantu) 3. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yg merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kpd masyarakat di wilayah kerjanya dlm bentuk kegiatan pokok (Azrul Anwar, 1980) 4. Puskesmas juga dapat didefinisikan sbg unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yg bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2004) 5. Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dlm wilayah kerjanya. Pelayanan Kesehatan Puskesmas. Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan kesehatan yg menyeluruh yang meliputi pelayanan 1. Kuratif (pengobatan) 2. Preventif (upaya pencegahan) 3. Promotif ( Peningkatan Kesehatan) 4. Rehabilitatif (Pemulihan Kesehatan) Sebelum ada puskesmas, pelayanan kesehatan di kecamatan meliputi balai pengobatan, balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA), usaha higyene sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit menular, dll. Usaha tsb masih bekerja sendiri-sendiri dan langsung melapor kepada kepala dinas

kesehatan daerah tingkat II.

Wilayah kerja puskesmas Meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi merupakan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap puskesmas Fungsi PUSKESMAS Ada 3 fungtsi pokok puskesmas, yaitu: 1. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya 2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat 3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kpd masyarakat di wilayah kerjanya Peran Puskesmas Dalam konteks otonomi daerah, puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sbg institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan Pelayanan dasar puskesmas Promosi kesehatan (contoh: membangun fasilitas, promosi bentuk pamflet) Gizi (memberi susu ibu hamil) Kesehatan ibu dan anak (cntoh: diperhatikan bidan yang siap, UKS disekolahan) Kesehatan lingkungan Pemberantasan penyakit menular Balai pengobatan Sistem informasi

Kegiatan pokok puskesmas Delapan belas kegiatan pokok puskesmas adalah 1. Upaya kesehatan ibu dan anak 2. Upaya keluarga berencana 3. Upaya peningkatan gizi 4. Upaya kesehatan lingkungan 5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular 6. Upaya pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan 7. Upaya penyuluhan kesehatan 8. Upaya kesehatan sekolah 9. Upaya kesehatan olahraga

10. Upaya perawatan kesehatan masyarakat 11. Upaya kesehatan kerja 12. Upaya kesehatan gigi dan mulut 13. Upaya kesehatan jiwa 14. . Upaya kesehatan mata 15. Upaya laboratorium sederhana 16. Upaya pelaporan dan pencatatan dalam rangka Sistem Informasi Kesehatan 17. Upaya Kesehatan Lansia 18. Upaya Pembinaan pengobatan tradisional Lokakarya mini puskesmas Upaya menggalang kerjasama tim untuk pgerakan dan plaksanaan upaya kesehatan Kerjasama lintas sektoral (pak RT, Kades) Raker bulanan Raker tiga bulanan (3 bulan 1x diadakan lokakarya mini) Lokakarya mini: melaksanakan musyawarah antara perawat dan kader masyarakat/ormas untuk mengadakan diskusi. Mikroplaning Penyusunan rencana 5 tahunan Rencana tiap tahun Meningkatkan cakupan pelayanan Fungsi puskesmas meningkat Pelaksanaan kegiatan pokok diarahkan kepada keluarga sebagai satuan masyarakat terkecil. Oleh karena itu kegiatan pokok puskesmas ditujukan untuk kepentingan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya. Satuan Penunjang Sesuai dengan keadaan geografis, luas wilayah, sarana perhubungan serta kepadatan penduduk dlm wilayah kerja, maka perlu di tunjang dengan unit-unit di bawah ini : 1. Puskesmas pembantu adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dlm ruang lingkup wilayah yg lebih kecil. Dalam Repelita V wilayah kerja pustu meliputi 2-3 desa atau dgn jmlh penduduk 2500 (luar jawa&bali) sampai 10.000 orang (jawa&bali) 2. Puskesmas Keliling merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yg dilengkapi dgn kendaraan bermotor roda 4 atau perahu bermotor dan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga yg berasal dari puskesmas 3. Bidan yg bertugas di desa Ditempatkan di suatu desa dan bertanggung jawab langsung kpd kepala puskesmas. Wilayah kerja dgn jmlh penduduk rata-rata 3000 orang

Tugas utama adalah membina peran serta masyarakat melalui pembinaan posyandu dan pertolongan persalinan langsung di rumah Peran perawat di puskesmas Melaksanakan fungsi-fungsi manajerial Melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan Mengoordinasi kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat Mengoordinasi pembinaan peran serta masyarakat melalui pendekatan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) Mengoordinasikan kegiatan lain seperti kegiatan lintas sektoral Pembiayaan kesehatan masyarakat Sumber-sumber pembiayaan kesehatan dapat diperoleh dari pemerintah, swasta, masyarakat dalam bentuk pembiayaan langsung (fee for service) dan asuransi, serta sumber-sumber lain dalam bentuk hibah atau pinjaman luar negeri Asuransi Kesehatan Adalah suatu mekanisme pengalihan resiko (sakit) dari resiko perorangan menjadi resiko kelompok.

Unsur-unsur Asuransi Kesehatan 1. Adanya perjanjian 2. Adanya pemberian perlindungan 3. Adanya pembayaran premi oleh masyarakat Jenis Asuransi yang berkembang di Indonesia Asuransi kesehatan sosial ( social health insurance) Contoh: PT Askes untuk PNS dan penerima pensiun, PT Jamsostek untuk tenaga kerja swasta Asuransi kesehatan komersial perorangan (private voluntary health insurance) Contoh : Lippo Life, BNI Life, Tugu mandiri,dll Asuransi kesehatan komersial kelompok (regulated private health insurance) Contoh: produk Asuransi kesehatan Sukarela oleh PT Askes Jamkesmas Sesuai dengan UU Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), pemerintah mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Salah satunya adalah melalui program jaminan kesehatan yg diselenggarakan secara nasional berdasarkan mekanisme asuransi sosial . Berdasarkan SK no 1241/Menkes/SK/XI/2004 tentang penugasan PT Askes dalam Pengelolaan Program Pemeliharaan Kesehatan bagi masyarakat miskin. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penjaminan terhadap masyarakat miskin, program ini berganti nama menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). (Depkes,2008) Pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan pemukiman 1. Tuberkulosis Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah suatu penyakit yang

disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium tuberculosis ditandai dengan batuk yang terus menerus selama lebih dari 1 bulan,penurunan berat badan dan keringat dingin pada malam hari. Tuberkulosis biasanya menjadi kasus yang sering dijumpai pada kondisi sanitasi maupun lingkungan yang kumuh/ buruk. TBC ditularkan melalui percikan dahak penderita ketika batuk, bersin, berbicara atau meludah. Seorang penderita TBC dengan status BTA positif dapat menularkan kepada 10-15 orang setiap tahunnya(Depkes,2005) Beban TBC di Indonesia masih sangat tinggi, khususnya mengenai angka kesembuhan yang ada akibat dari proses pengobatan yang berjalan dalam jangka waktu yang lama yakni selama minimal 6 bulan dan resiko terjadinya resistensi obat Sehingga pemerintah melalui kegiatan puskesmas melaksanakan program penanggulangan dan pemberantasan penyakit menular (P2M) untuk TBC dengan strategi DOTS (Directly, Observed, Treatment, and Short Course) TBC jika parah menjadi TBR (tibi resisten) jika pasien tak mau minum obat.

STRATEGI DOTS (program untk penderita TBC) Directly Melalui tindakan langsung memberikan intervensi terhadap pasien yang diketahui menderita TB dan keluarganya, dapat juga segera melaksanakan rujukan secara tepat agar dapat ditangani dan mendapatkan pengobatan. (Tak boleh menuggu lama pengobatan) Observed Mengobservasi lingkungan dan obatnya. selalu mmemantau perkembangan pasien ddan kketaatan dalam melaksanakan program kuratif Treatment Memberikan pengobatan dengan OAT (Obat Anti Tuberkulosa) baik di tingkat puskesmas ataupun R.S dimana obat didapatkan secara gratis Short Course Memberikan edukasi dan pembelajaran secara singkat dan jelas mengenai penularan, Pengawas Minum Obat dan Pengobatan TBC yang harus dilakukan minimal 6 Bulan

2. DHF (Dengue Hemorraghie Fever) demam berdarah Disebabkan Virus dengue yang termasuk Arbovirus (Virus RNA) Mempunyai 4 serotipe : Den1, Den2, Den3, Den4 Di daerah endemis, seseorang dapat terinfeksi oleh 3-4 serotipe selama hidupnya Cara penularan : melalui gigitan nyamuk aedes aegypti atau aedes albopictus Gejala klinis biasanya Demam 2-7 hari (naik turun),mialgia, terdapat bintik2 merah, dapat disertai perdarahan spontan maupun trombositopenia (penurunan trombosit) Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD Pertumbuhan penduduk yang tinggi Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali Tidak adanya kontrol vektor nyamuk yg efektif Peningkatan sarana transportasi

Faktor-faktor yg mempengaruhi morbiditas & mortalitas Status imunitas Kepadatan vektor nyamuk Transmisi virus Dengue Keganasan virus Dengue Kondisi geografis Pola berjangkitnya infeksi virus Dengue dipengaruhi iklim dan kelembapan. Pada suhu panas (28-320C) dan kelembapan tinggi, nyamuk Aedes Aegypti bertahan hidup untuk jangka lama

1. PENGELOLAAN LINGKUNGAN Upaya pencegahan atau mengurangi perkembangbiakan vektor, shg mengurangi kontak antara vektor dengan manusia dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Sumber utama perkembangbiakan Aedes Aegypti adalah di wadah penampungan air untuk keperluan rumah tangga, vas bunga, perangkap semut, wadah air di bawah kulkas dll. Di perkotaan, ban mobil bekas merupakan tempat perkembangbiakan Aedes. 2. PERLINDUNGAN DIRI Dengan pakaian pelindung, obat nyamuk atau repellent yang intinya mengurangi resiko gigitan nyamuk.. 3. PENGENDALIAN BIOLOGIK Pengendalian Jentik Vektor dengan ikan pemakan jentik (Gambusia affinis dan Poecilia reticulata). Epidemiologi: pemberantasan jentik nyamuk 4. PENGENDALIAN DG BHN KIMIAWI Pemberantasan jentik utk wadah ttt dg larvasida (sulit dilakukan dan mahal). Pengasapan dg insektisida Cara ini sebenarnya tdk efektif krn hanya berpengaruh kecil thd pop. nyamuk, juga menimbulkan rasa aman semu yg bisa mengganggu prog. PSN. KASUS AIDS PERTAMA DI INDONESIA, DILAPORKAN TAHUN 1987 KASUS TERUS MENINGKAT, SEHINGGA DATA SAMPAI DENGAN DESEMBER 2005 TERCATAT : HIV : 4244 AIDS : 5321 PROPINSI DENGAN KASUS AIDS TERBANYAK s / d DESEMBER 2005 1. DKI JAKARTA : 1927 2. PAPUA : 832 3. JATIM : 724 4. JABAR : 382

5. RIAU : 250 6. BALI : 226

KENYATAAN EPIDEMI AIDS DI INDONESIA SAAT INI AIDS ada diseluruh propinsi dan > 50 % kabupaten o / kota.hampir setiap propinsi ada informasi ibu hamil o dengan hiv + dan anak hiv atau aids Secara nasional indonesia masih tergolong o low prevalence country, tetapi mengarah ke o concentrated level of epidemic, yang artinya o terdapat epidemi atau peningkatan yang tinggi o dari prevalensi hiv ( > 5% ) di beberapa tempat o atau populasi

SITUASI HIV / AIDS PADA PEREMPUAN DAN ANAK > 6,5 JUTA WANITA DI INDONESIA MENJADI POPULASI RAWAN TERTULAR & MENULARKAN > 24.000 WUS TELAH TERINFEKSI HIV > 9.000 WANITA HIV + HAMIL SETIAP TAHUNNYA > 30 % NYA MELAHIRKAN BAYI YANG TERTULAR BILA TIDAK ADA PENYULUHAN PEREMPUAN & ANAK . SIAPAKAH MEREKA ? PASANGAN MUDA DARI PENGGUNA NAPZA SUNTIK o ( IDU ) YANG TIDAK MENYADARI SUDAH TERTULAR o HIV ISTRI ATAU PASANGAN SEX ODHA PRIA BAYI ATAU BALITA DENGAN GANGGUAN TUMBUH o KEMBANG BAYI ATAU BALITA DENGAN INFEKSI BERULANG PROBLEM SAAT INI : TRANSMISI VIRUS MELALUI IDU BERLANGSUNG o SANGAT CEPAT UPAYA PENANGGULANGAN BERJALAN LAMBAT DAN o KALAH DENGAN PERGERAKAN HIV YANG CEPAT KOMITMEN POLITIS MASIH KURANG ( KPA BELUM o BERFUNGSI ) PERATURAN PERUNDANGAN BELUM MEMADAI

TEMUAN DI LAPANGAN : MASYARAKAT BELUM MENGETAHUI CARA PENULARAN &

PENCEGAHAN HIV / AIDS MASYARAKAT BELUM MENGETAHUI KEBERADAAN KPA DAN JUGA LSM YANG BERGERAK DI BIDANG HIV / AIDS STIGMA & DISKRIMINASI MASIH TERJADI BIMBINGAN PADA TENAGA MEDIS / PARAMEDIS UNTUK PROGRAM HIV / AIDS BELUM OPTIMAL BANYAK MASYARAKAT & KELOMPOK RISTI TAK MENGETAHUI DIMANA & BAGAIMANA MENDAPATKAN TES HIV MEDIA MASSA KURANG MEMBERI INFORMASI YANG CUKUP AIDS MASIH DIPANDANG SEBAGAI MASALAH & TANGGUNG JAWAB KESEHATAN SEMATA ( PENGINGKARAN AIDS SEBAGAI MASALAH SOSIAL )

APA YANG HARUS DILAKUKAN ? PENANGGULANGAN SECARA KOMPREHENSIF KOORDINASI TEKNIS PROGRAM OLEH KPA KOTA MONITORING & EVALUASI OLEH KPA INTENSIFIKASI PROGRAM PENCEGAHAN, TERMASUK o VCT

KEPMENKES No. 1611/ MENKES/ SK/ XI/ 2005, TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN IMUNISASI. PEMBERLAKUAN UU No 32 TAHUN 2004 DAN UU No 33 TAHUN 2004 PROGRAM IMUNISASI SEBAGIAN BESAR MENJADI TANGGUNG JAWAB KAB/ KOTA KECENDERUNGAN MENINGKATNYA KLB PD3 I (POLIO, CAMPAK)

Jenis Penyakit yang dapat dicegah dengan program Imunisasi adalah : 1. Difteri (penyakit radang tenggorokan) ttd: ada selaput kebiruan di amandel, panas. 2. Pertusis (batuk terus 1 hari tanpa henti) 3. Tetanus (kombol) 4. Tuberculosis 5. Campak 6. Poliomyelitis 7. Hepatitis B

DIFTERI Disebabkan bakteri Corynebacterium Diphtheriae Penyebarannya melalui kontak fisik dan pernafasan Gejala awal : Radang tenggorokan

Hilang nafsu makan Demam ringan Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiruan pada tenggorokan dan tonsil Komplikasi : gangguan pernafasan (kematian)

PERTUSSIS Batuk rejan atau batuk 100 hari Disebabkan bakteri Bordetella Pertussis Penyebaran : melalui percikan ludah (droplet infection) waktu batuk atau bersin Gejala : pilek, mata merah, bersin, demam dan batuk (menggigil dan keras) Komplikasi : Pneumonia Bacterialis (kematian) TETANUS Penyebab : Clostridium Tetani yang menghasilkan neurotoksin Penyebarannya melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam Gejala : Kaku otot pada rahang dan leher Kesulitan menelan Kaku otot perut Demam Pada bayi ada gejala berhenti menetek (sucking), kejang hebat, tubuh jadi kaku Komplikasi :Patah tulang (akibat kejang) Pneumonia dan infeksi lain (kematian)

TUBERKULOSIS Disebabkan Mycobacterium Tuberculosa Menyebar melalui pernafasan (lewat bersin atau batuk) Gejala : Lemah badan, penurunan BB, demam, keringat malam Batuk terus menerus (kronis) Gejala lain tergantung organ yang terkena Komplikasi : Dapat menyebabkan kelemahan dan kematian

CAMPAK Disebabkan virus (Myxovirus Viridae Measles) Disebarkan melalui udara (percikan ludah) waktu bersin atau batuk Gejala :Demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, mata merah Ruam pada muka dan leher, menyebar ke tubuh, tangan dan kaki Komplikasi adalah diare hebat, peradangan telinga dan pneumonia POLIOMYELITIS o Penyakit SSP yang disebabkan virus Polio

(tipe 1,2 atau 3) o Secara klinis adalah AFP (Acute Flaccid Paralysis) yaitu lumpuh layu akut pada anak usia < Untuk usia Cara : Vaksin harus dikocok dulu supaya homogen Disuntikkan intramuskular atau subkutan dlm Dosis pemberian 0,5 ml Indikasi : pemberian kekebalan terhadap Difteri dan Tetanus Kontraindikasi : gejala berat pada dosis pertama VAKSIN DT Cara : Vaksin harus dikocok dulu agar homogen. Disuntikkan intramuscular atau subcutan dalam. Dosis 0,5 ml diberikan 2 dosis dgn interval 4 minggu. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap Tetanus pada WUS diberikan 5 dosis. Indikasi : Pemberian kekebalan aktif terhadap Tetanus. o Diberikan pada WUS atau ibu hamil. Untuk mencegah Tetanus pd bayi baru lahir dan pada ibunya. Kontraindikasi : penyakit kulit berat sedang menderita TBC (berikan sedini mungkin) DPT HB Indikasi : kekebalan aktif terhadap Difteri, Pertusis, Tetanus dan Hepatitis B Cara :Disuntikkan intramuskular 0,5 ml sebanyak 3 dosis Dosis pertama usia 2 bulan, selanjutnya interval min 4 mg. Kontraindikasi : Gejala abnormal pada otak/syaraf o Mengalami penyakit parah pada dosis pertama Efek samping : lemas, demam, kemerahan pada tempat penyuntikan VAKSIN T T Vaksin yg sdh dilarutkan harus digunakan sebelum 3 jam (jangan melarutkan vaksin sebelum sasaran datang) Dosis : 0,05 ml 1 kali disuntikkan intra cutan, di lengan kanan atas (insertio m. Deltoideus) Cara pemberian : vaksin harus dilarutkan dulu dengan ADS (Aquades steril) 5 ml. Indikasi : kekebalan aktif terhadap Tuberkulosis Menurut sensitivitasnya terhadap suhu, vaksin digolongkan menjadi : a). Freeze Sensitive (FS) : sensitive thd beku DPT, DT, TT, HB dan DPT-HB b). Heat Sensitive (HS) : sensitive thd panas Campak, Polio dan BCG JENIS VAKSIN PROGRAM RUTIN BCG ( Bacillus Calmette Guerine) yang telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna untuk merangsang kekebalan tubuh PENGGOLONGAN VAKSIN Vaksin adalah produk biologis yang terbuat dari : kuman komponen kuman racun kuman Komplikasi : bisa menjadi kronis dan timbul Chirrosis Hepatis dan Kanker Hati (kematian) JENIS DAN SIFAT VAKSIN Gejala : Merasa lemah, gangguan perut dan gejala lain spt flu Warna kuning pada mata atau kulit Urin menjadi kuning Penularan penyakit secara horisontal dan vertikal Horisontal : dari darah dan produknya mll suntikan, transfusi darah, hubungan seks yg tdk aman Vertikal : dari ibu ke bayi selama proses persalinan Penyakit ini disebabkan virus Hepatitis B yg merusak hati 15 th o Penyebaran penyakit melalui tinja yang terkontaminasi o Gejala : Demam, nyeri otot Kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit o Komplikasi : kelumpuhan otot-otot pernafasan (kematian) HEPATITIS B > 8 tahun dianjurkan menggunakan vaksin DT Efek samping : lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan POLIO (OPV : Oral Polio Vaksin) o Vaksin Polio Trivalent tdd suspensi virus Poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (Strain Sabin) yang sudah dilemahkan o Indikasi : pemberian kekebalan aktif terhadap Polio o Cara : Secara oral, 1 dosis adalah 2 tts Pemberian 4 kali dengan interval minimal 4 mg Setiap vial baru harus menggunakan penctes/dropper baru o Efek samping : Tidak ada o Paralisis akibat vaksin sangat jarang terjadi (<0,17 per 1.000.000) CAMPAK

Indikasi : pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak Cara : Vaksin dilarutkan dengan pelarut stetil yg berisi 5 ml cairan pelarut Dosis 0,5 ml disuntikkan subkutan pd lengan kiri atas pada usia 9-11 bulan Ulangan (booster) pada usia 6-7 th (kls 1 SD) Kontraindikasi (yang dilarang): penyakit immunodeficiency o (Leukimia, Limfoma) Efek samping : demam dan kemerahan pd tempat vaksinasi

Standar pelayanan minimal atau biasa disingkat SPM adalah standar pelayanan minimal yang harus didapatkan oleh masyarakat dan menjadi program yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pelaksanaanya diwajibkan kepada pemerintah daerah sesuai dengan sumber daya dan kemampuan daerah Tahun 2013 ditetapkan 18 indikator SPM yaitu : 1. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 target 88% 2. Cakupan kompllikasi kebidanan yang ditangani target 73% 3. Pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang mempunyai kompetensi kebidanan target 88% 4. Cakupan pelayanan nifas target 88% 5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani target 70% 6. Cakupan kunjungan bayi target 86% 7. Cakupan kelurahan/desa Uci target 90% 8. Cakupan pelayanan anak balita 81% 9. Cakupan pemberian MPAsi pada anak usia 6 sampai 24 bulan keluarga miskin target 100% 10. Cakupan penderita gizi buruk mendapatkan perawatan target 100% 11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan sederajat target 100% 12. Cakupan peserta KB aktif target 63% 13. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit AFP, pneumonia balita, TB paru, DBD dan Diare 14. Cakupan yankesdas masyarakat miskin target 100% 15. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan masyarakat miskin 16. Cakupan pelayanan Gadar level 1 yg harus diberikan sarana kesehatan kabupaten/kota 17. Cakupan kelurahan/ desa mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi 24 jam trget 100% 18. Cakupan desa siaga aktif target 100% Apabila kita cermati lebih jauh dari 18 indikator SPM seperti yang saya sebutkan diatas maka bisa dipastikan bahwa 17 indikator adalah merupakan beban dan tanggung jawab sarana pelayanan kesehatan strata 1 yaitu puskesmas kecuali indikator nomor 17 (pelayanan gawat darurat RS). Oleh karena itu Puskesmas dituntut secara profesional melakukan kerjasama luntas program dan lintas sektor demi pencapaian target SPM dengan kata lain SPM adalah kitab suci Puskesmas yang harus benar benar dilaksanakan Penting dilakukan evaluasi terhadap pencapaian SPM Puskesmas, dimana masih banyak ditemukan mis pengertian tentang juknis SPM dibeberapa puskesmas yang menyebabkan kesalahan data yang sepele antara lain proyeksi jumlah penduduk, bahkan banyak ditemukan Puskesmas yang pencapaian targetnya tidak wajar hingga 200 % dan seterusnya

yang tentu menjadi pertanyaan apakah informasi itu benar atau kesalahan teknis manajemen Puskesmas

Anda mungkin juga menyukai