Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Anak-anak mempelajari segala sesuatu dari contoh-contoh yang berada di sekitarnya, maka seorang anak

membutuhkan figur-figur yang dapat dilihat secara langsung. Akal seorang anak belum sempurna untuk melakukan sebuah proses berpikir. Ia belum mampu menerjemahkan nilai-nilai kehidupan yang diajarkan kepadanya. Keluarga adalah tempat pertama kali anak belajar hidup dan mengerti nilai-nilai kehidupan, maka orang tua harus menjadi figur pertama keteladanan anak. Keluarga adalah lingkungan pertama yang dikenal oleh anak. Ibu dan ayah adalah manusia-manusia dewasa tempat pertama anak belajar kata-kata. Terlebih kepada Ibulah anak belajar kasih sayang. Kepada ayah, anak belajar tanggung jawab dan kepemimpinan. Bagaimana sikap ibu dan ayah kepada anak, Sikap ayah kepada ibu dan sebaliknya ibu kepada ayah, adalah pola interaksi yang pertama dipelajari anak. Betapapun sederhananya pola pendidikan dalam sebuah keluarga, tetaplah sangat berpengaruh pada pembentukan kepribadian anak. Keluarga merupakan awal bagi pertumbuhan pola pikir dan perasaan anak. Di dalam Islam, sistem pendidikan dalam keluarga menjadi penentu masa depan anak. Apakah anak akan menjadi shaleh, baik, santun, penyayang atau kurang ajar, kasar, bengis, semuanya tergantung pada tangan-tangan pertama yang mendidiknya, yaitu orang tuanya. Dalam sebuah hadits, menurut kesaksian Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: Setiap bayi dilahirkan di atas fitrah (mentauhidkan Allah), kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, atau seorang Nasrani atau seorang Majusi. (HR. Muslim). Hadits ini menunjukkan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Yang dimaksud adalah anak-anak yang baru dilahirkan memiliki fitrah yang bersih dan suci, yaitu beriman kepada Allah SWT. Orang tua memiliki peran dalam mengarahkan fitrah anak. Apakah akan tetap bersih, murni dan bersinar, ataukah cahayanya akan memudar, bahkan hilang melalui sebuah proses pendidikan keluarga yang benar.

DASAR TEORI Pendidikan, menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti sebuah kata benda ; proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dan lain-lain usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.

Sedangkan kata keluarga berarti : (1) ibu dan bapak beserta anak-anaknya; seisi rumah: seluruh -- nya pindah ke Bandung; (2) orang seisi rumah yg menjadi tanggungan; batih: ia pindah ke Jakarta bersama -- nya; (3) (kaum -- ) sanak saudara; kaum kerabat: ia sering berkunjung ke Jakarta krn banyak -- nya tinggal di sana; (4) satuan kekerabatan yg sangat mendasar dan lain-lain masyarakat. Darajat (1994) mengemukakan bahwa, Keluarga adalah merupakan wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan pengembangan anak, hal tersebut berarti bahwa keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak. Jika dalam suatu keluarga tercipta harmonisasi dan kerukunan maka anak akan tumbuh secara baik dan harmonis pula. Di antara langkah yang dilakukan untuk menciptakan suasana yang baik dalam keluarga adalah dengan menumbuhkan saling percaya, saling cinta, menghormati dan menghargai sesama anggota keluarga. Selain itu menciptakan demokratisasi dan kebebasan mengeluarkan pendapat diantara anggota keluarga. Keluarga di Indonesia, menurut Umar Tirtaraharja terdiri dari keluarga yang diperluas yang terdiri dari ayah, ibu, nenek, dan adik ipar, pembantu dan lain-lain pada awalnya ibu berpengaruh kuat terhadap pendidikan anak-anaknya, akan tetapi sekarang telah mengalami perubahan dimana tanggung jawab tersebut menjadi tanggung jawab seluruh anggota keluarga. Perkembangan kebutuhan dan aspirasi individu maupun masyarakat menyebabkan peran keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya juga telah mengalami perubahan. Untuk itu selain pendidikan diberikan melalui pendidikan keluarga juga diberikan melalui pendidikan formal dan non formal. Keluarga didefinisikan sebagai unit masyarakat terkecil yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Setiap komponen dalam keluarga memiliki peranan penting. Dalam ajaran agama Islam, anak adalah amanat Allah. Amanat wajib dipertanggungjawabkan. Maka jelaslah tanggung jawab orang tua terhadap anak bukanlah hal kecil. Secara umum inti tanggung jawab itu adalah menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak dalam rumah tangga. Allah memerintahkan dalam (Q.S. At-Tahriim:6) Jagalah dirimu dan keluargamu dari siksaan neraka. Secara umum pengertian pendidikan keluarga adalah merupakan upaya untuk menransfer pengetahuan dan keterampilan kepada anak atau anggota keluarga dari ayah dan ibu agar dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pengembangan pribadi anak. Akan tetapi karena terjadinya perubahan drastis terhadap peran dan fungsi keluarga terkadang menjadikan keluarga berfungsi ganda. Pada umumnya di Indonesia, keluarga menjadi peletak dasar pendidikan yang dilakukan oleh orang tua khususnya ibu. Akan tetapi

karena perubahan yang terjadi, dimana ibu rumah tangga telah memiliki pekerjaan menyebabkan tanggung jawab tersebut tidak lagi di dominasi oleh ibu rumah tangga, akan tetapi juga oleh kepala rumah tangga. Dalam sebuah hadits, Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda, Seorang ayah yang mendidik anak-anaknya adalah lebih baik daripada bersedekah sebesar 1 sa di jalan Allah. Nabi pun mencontohkan, bahkan ketika beliau sedang disibukkan dengan urusan menghadap Allah SWT (shalat), beliau tidak menyuruh orang lain (atau kaum perempuan) untuk menjaga kedua cucunya yang masih kanak-kanak, Hasan dan Husain. Bagi Nabi, setiap waktu yang dilalui bersama kedua cucunya adalah kesempatan untuk mendidik, termasuk ketika beliau sedang shalat. Proses pendidikan dalam keluarga yang paling mudah dilihat adalah pendidikan yang dilalui oleh seorang anak semenjak dari kandungan hingga dewasa. Dalam proses tersebut jelas terlihat pengaruh keluarga,utamanya kedua orang tuanya memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan karakter seorang anak. Pertumbuhan seorang anak dapat dibagi menjadi beberapa masa,yaitu: Masa Prenatal : Masa mudiah atau embrio (konsepsi-8minggu) Masa janin atau fetus (9 minggu-lahir) Masa bayi : Masa bayi (0-1tahun)

Masa pra-sekolah : usia 1-6 tahun Masa sekolah : usia 6-18/20 tahun Masa remaja wanita dini Masa remaja pria dini Masa remaja wanita lanjut Masa remaja pria lanjut : 6-13 tahun : 10-15 tahun : 13-18 tahun : 15-20 tahun

Kewajiban mendidik anak dapat dilaksanakan dengan mudah dan wajar karena orang tua memang mencintai anaknya. Sifat mencintai anak merupakan sifat manusia yang

dibawanya sejak lahir. Manusia diciptakan manusia mempunyai sifat mencintai anaknya. Harta dan anak-anak merupakan perhiasan kehidupan dunia. (Al-Kahfi ayat 46)

Agama Islam secara jelas mengingatkan para orang tua untuk berhati-hati dalam memberikan pola asuh dan memberikan pembinaan keluarga sakinah, seperti yang termaktub dalam QS Lukman ayat 12 sampai 19. Kajian isi ayat tersebut berupa :

1. Pembinaan jiwa orang tua

Pembinan jiwa orang tua di jelaskan dalam Surah Luqman ayat 12 : Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

2. Pembinaan tauhid kepada anak

Makna tentang pembinaan tauhid, Luqman Ayat 13 : Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya : Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah kezhaliman yang besar.

Luqman Ayat 16 : (Lukman berkata) : Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya Mengetahui. Yang dimaksud dengan Allah Maha Halus ialah ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu hingga sekecil apapun. (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha

3. Pembinaan akidah anak

Mengenai pembinaan akidah ini, Surah Luqman memberikan gambaran yang sangat jelas. Dalam surat tersebut pembinaan akidah pada anak terdapat dalam surat Lukman ayat 14, 15, 18 dan ayat ke 19.

4. Pembinaan jiwa sosial anak

Pembinaan sosial pada anak dalam keluarga, dijelaskan dalam surat Luqman ini melalui ayat ke 16 dan ayat ke 17. Untuk ayat ke 16 telah disebutkan pada point ke dua. Sedangkan ayat ke 17 dari surat Luqman berbunyi : Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang patut diutamakan. Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga dikatakan sebagai lingkungan pendidikan pertama karena setiap anak dilahirkan ditengahtengah keluarga dan mendapat pendidikan yang pertama di dalam keluarga. Dikatakan utama karean pendidikan yang terjadi dan berlangsung dalam keluarga ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pendidikan anak selanjutnya. (Maman Rohman, 1991:24). Para ahli sependapat bahwa betapa pentingnya pendidikan keluarga ini. Mereka mengatakan bahwa apa-apa yang terjadi dalam pendidikan keluarga, membawa pengaruh terhadap lingkungan pendidikan selanjutnya, baik dalam lingkungan sekolah maupun masyarakat. Tujuan dalam pendidikan keluarga atau rumah tangga ialah agar anak mampu berkembang secara maksimal yang meliputi seluruh aspek perkembangan yaitu jasmani, akal dan ruhani.Yang bertindak sebagai pendidik dalam rumah tangga ialah ayah dan ibu si anak. Ingatlah selalu kepada apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadistnya: Setiap anak dilahirkan atas dasar fitrah. Maka ibu-bapanyalah yang menasranikanatau menyahudikan atau memajusikannya. (H.R. Bukhari Muslim) Dari hadist nabi tersebut tergambarkan bagaimana pentingnya pendidikan dalam lingkungan keluarga. Dimana dalam hal ini keluarga berperan untuk membentuk pribadi anaknya ke arah yang lebih baik. Berikut ini adalah beberapa kesalahan yang mungkin tidak disadari terjadi dalam mendidik anak : 1.Kurang Pengawasan Menurut Professor Robert Billingham, Human Development and Family Studies Universitas Indiana, "Anak terlalu banyak bergaul dengan lingkungan semu diluar keluarga, dan itu adalah tragedi yang seharusnya diperhatikan oleh orang tua". Cara menyiasatinya, misalnya jika anak berada di penitipan atau sekolah, usahakan mengunjunginya secara berkala dan tidak terencana. Bila pengawasan kita jadi berkurang, solusinya mencari tempat penitipan lainnya. Jangan biarkan anak berkelana sendirian. Anak membutuhkan perhatian.

2. Gagal Mendengarkan Menurut psikolog Charles Fay, Ph.D. "Banyak orang tua terlalu lelah memberikan perhatian cenderung mengabaikan apa yang anak mereka ungkapkan", contohnya Aisyah pulang dengan mata yang lembam, umumnya orang tua lantas langsung menanggapi hal tersebut secara berlebihan, menduga-duga si anak terkena bola, atau berkelahi dengan temannya. Faktanya, orang tua tidak tahu apa yang terjadi hingga anak sendirilah yang menceritakannya. 3. Jarang Bertemu Muka Kesibukan orang tua membuat intensitas bertemu dengan anak sangat kurang. Anak lebih dipercayakan kepada pembantu, pengasuh anak, atau benda mati seperti televisi, video player, dan play station. Maka tidak perlu heran jika perilaku anak tidak seperti orang tuanya, melainkan meniru apa dan siapa yang lebih sering mengisi kesehariannya. 4. Terlalu Berlebihan dan Over Protektif Menurut Billingham, orang tua seharusnya membiarkan anak melakukan kesalahan, biarkan anak belajar dari kesalahan agar tidak terulang kesalahan yang sama. Bantulah anak untuk mengatasi masalahnya sendiri, tetapi jangan mengambil keuntungan demi kepentingan Anda. Anak juga perlu waktu sendiri untuk merasakan kebosanan, sebab hal itu akan memacu anak memunculkan kreatifitas. 5. Bertengkar Dihadapan Anak Menurut psikiater Sara B. Miller, Ph.D., perilaku yang paling berpengaruh merusak adalah "bertengkar" dihadapan anak. Saat orang tua bertengkar didepan anak mereka, khususnya anak lelaki, maka hasilnya adalah seorang calon pria dewasa yang tidak sensitif yang tidak dapat berhubungan dengan wanita secara sehat. Orang tua seharusnya menghangatkan diskusi diantara mereka, tanpa anak-anak disekitar mereka. Wajar saja bila orang tua berbeda pendapat tetapi usahakan tanpa amarah. Jangan ciptakan perasaan tidak aman dan ketakutan pada anak. 6. Tidak Konsisten Anak perlu merasa bahwa orang tua mereka berperan. Jangan biarkan mereka memohon dan merengek menjadi senjata yang ampuh untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang tua harus tegas dan berwibawa dihadapan anak. 7. Mengabaikan Kata Hati Menurut Lisa Balch, ibu dua orang anak, "lakukan saja sesuai dengan kata hatimu dan biarkan mengalir tanpa mengabaikan juga suara-suara disekitarnya yang melemahkan. Saya banyak belajar bahwa orang tua seharusnya mempunyai kepekaan yang tajam tentang sesuatu".

8. Membiarkan anak jadi korban televisi Menurut Neilsen Media Research, anak-anak Amerika yang berusia 2-11 tahun menonton 3 jam dan 22 menit siaran televisi sehari. Menonton televisi akan membuat anak malas belajar. Orang tua cenderung membiarkan anak berlama-lama didepan televisi dibanding mengganggu aktifitas orang tua. Orang tua sangat tidak mungkin dapat menyaring masuknya iklan negatif yang tidak mendidik. 9. Segalanya Diukur Dengan Materi Menurut Louis Hodgson, ibu empat anak dan nenek enam cucu, "anak sekarang mempunyai banyak benda untuk dikoleksi". Tidaklah salah memanjakan anak dengan mainan dan liburan yang mewah. Tetapi yang seharusnya disadari adalah anak Anda membutuhkan waktu yang berkualitas bersama orang tua mereka. Mereka cenderung ingin didengarkan dibandingkan diberi sesuatu dan diam. 10. Bersikap Berat Sebelah Beberapa orang tua kadang lebih mendukung anak dan bersikap memihak anak sambil menjelekkan pasangannya didepan anak. Mereka akan hilang persepsi dan cenderung terpola untuk bersikap berat sebelah. Luangkan waktu bersama anak minimal 10 menit disela kesibukan kita. Dan pastikan anak tahu saat bersama orang tua adalah waktu yang tidak dapat diinterupsi. 11. Tidak Sehati Seringkali ayah tidak kompak dengan ibu dalam mendidik anak. Atau mungkin orang tua sudah kompak, tetapi kakek-neneknya tidak demikian. Hal ini akan mengurangi rasa kepercayaan anak pada didikan orang tuanya. Bahkan tidak sedikit yang akhirnya lebih menghargai kakek-neneknya daripada menghargai orang tuanya. Oleh karena itu, diskusikan hal ini ke semua anggota keluarga, terlebih yang tinggal satu rumah, agar dalam mendidik anak, selalu satu suara, satu standard, satu hati. 12. Pendidik menampakkan kelemahannya dalam mendidik anak. 13. Berlebihan dalam memberi hukuman dan balasan 14. Berusaha mengekang anak secara berlebihan 15. Mendidik anak tidak percaya diri dan merendahkan pribadinya 16.Ucapan pendidik tidak sesuai dengan perbuatan ( "Hai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan." (Ash Shaff : 2-3) 17. Menyerahkan tanggung jawab pendidikan anak kepada pembantu atau pengasuh

RUMUSAN MASALAH Bagaimana memberikan pendidikan yang baik kepada anak? Bagaimanakah peran ibu dalam pendidikan keluarga? PEMBAHASAN Orang tua sebagai orang terdekat bagi seorang anak tentunya meiliki pengaruh yang sangat besar pada pendidikan yang diterima seorang anak. Pendidikan tersebut juga tentunya mempengaruhi sifat dan perilaku dari si anak tersebut. Jika pendidikan yang diberikan benar dan tepat disertai dengan pengawasan yang benar maka pendidikan anak pun dapat dikontrol namun apabila ada salah dalam mendidiknya tentu menimbulkan pengaruh atau dampak yang buruk juga. Pendidik yang paling berkompeten dalam keluarga tentunya adalah orang tua (ayah dan ibu). Secara khusus dalam sebuah keluarga, ibu adalah sosok yang memiliki peran yang sangat besar dan penting dalam proses tumbuh kembang anak. Kepada ibu, anak pertama kali berinteraksi. Ibulah yang paling dekat dengan anaknya. Dalam kandungan ibu, anak mendapatkan kasih sayang sehingga ia dapat tumbuh dan berkembang selama kurang lebih sembilan bulan, bukan waktu yang singkat. Kesadaran, kerelaan, ketelatenan dan pengorbanan seorang ibu pada masa ini sangat diperlukan. Keikhlasan seorang ibu menjalani peran ini sangat menentukan lestarinya generasi manusia. Pentingnya figur seorang ibu atau orang tua yang baik, menunjukkan pentingnya sebuah keluarga sebagai lembaga pendidikan. Untuk itu ayah sebagai kepala keluarga berperan besar dalam mewujudkan figur ibu yang baik di lingkungan keluarganya. Sejak awal, seorang calon ayah dianjurkan memilih calon ibu bagi anak-anaknya dari kalangan perempuan yang penyayang. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: Hendaknya kamu menikahi perempuan yang subur dan penyayang, sebab denganmu umatku menjadi lebih banyak daripada umat para nabi yang lain di Hari Kiamat. (THR. Ahmad dan Abu Hakim). Sangatlah tepat kiranya bila Islam menempatkan peran ibu sebagai tugas pokok kaum perempuan. Untuk menjamin pelaksanaan ini, Islam menetapkan beberapa hukum

khusus bagi perempuan, baik berupa hak ataupun kewajiban. Dengan pengaturan ini, ada jaminan bagi proses tumbuh kembang anak, sehingga menjadi manusia dewasa yang terarah. Jika seorang Ibu dapat memahami dan mau melaksanakan tugas serta tanggung jawabnya dalam mendidik dan mengarahkan anak pada kebaikan, dengan segala tuntunan dan teladan pada anak. Insya Allah akan terlahirlah generasi yang salih, unggul dan mumpuni, mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan kehidupannya kelak. Kemuliaan dan keagungan peran ini tergambar dalam sabda Nabi SAW: Surga berada di bawah telapak kaki ibu (THR Ahmad). Hadits ini menggambarkan betapa saleh dan tidaknya seorang anak tergantung bagaimana sang ibu mendidiknya. Jika ibu memberikan pendidikan dasar yang baik, maka kemungkinan besar anak akan tumbuh menjadi manusia yang shaleh. Sebaliknya bila ibu sampai keliru dalam mendidiknya, maka bisa jadi dia tumbuh dewasa jauh dari arahan Islam. Realitasnya banyak ibu yang tidak dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Ada sebagian yang terlampau sibuk dengan karir, hingga terkadang seperti menyerahkan tanggung jawab terbesar dalam pendidikan kepada pihak sekolah atau anakanak yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan pengasuh yang bisa jadi kurang berkualitas. Ada pula yang merasa menyerah dan putus asa dalam mendidik anak karena kurang pengetahuan sehingga bingung tidak mengerti dengan apa yang harus dilakukan. Jika kondisi ini terus berlanjut maka pendidikan dan perkembangan jiwa anak yang kurang mendapatkan pengasuhan yang baik dari seorang Ibu akan terabaikan sehingga kepribadian anak yang baik tidak tercapai. Biasanya perilaku anak ini menjadi buruk baik dalam keluarga maupun masyarakat dan keadaan seperti ini tentu bukan kemauan si anak. Perilaku ibu adalah kesan pertama yang ditangkap anak. Apabila seorang ibu mempunyai kepribadian yang agung dan tingkat ketaqwaan yang tinggi, maka kesan pertama yang masuk ke dalam benak anak adalah kesan yang baik. Kesan awal yang baik ini akan menjadi landasan yang kokoh bagi perkembangan kepribadian anak ke arah ideal yang diinginkan. Seorang anak sendiri membutuhkan figur contoh (qudwah) dalam mewujudkan pendidikan yang ditanamkan kepadanya selama proses belajar di masa kanak-kanak, sebab akal anak belum sempurna untuk melakukan proses berfikir. Ia belum mampu menerjemahkan sendiri wujud nilai-nilai kehidupan yang diajarkan kepadanya. Kekuatan figur ibu akan membuat anak mampu menyaring hal-hal yang boleh dan tidak boleh ditiru dari lingkungannya, sebab anak menjadikan contoh yang diterima dari ibu sebagai standar didikan yang dapat ia terima.

Ibu juga mempersiapkan pribadi seorang anak untuk peka terhadap lingkungannya, sehingga dikemudian hari, anak mampu untuk menghadapi tantangan zaman, bahkan mampu menundukkan lingkungan dan masyarakatnya untuk tunduk pada aturan Allah SWT. Mengingat besar dan pentingnya peran ibu dalam proses pembentukan generasi berkualitas, perlu diupayakan pengembalian peran ibu agar sesuai dengan fungsinya. Selain itu juga perlu diupayakan peningkatan kualitas ibu, karena tinggi rendahnya kualitas ibu sangat mempengaruhi kualitas anak. Untuk itu terwujudnya figur ibu ideal merupakan langkah awal untuk mencetak generasi masa depan yang berkualitas. Cara mendidik anak sesuai perkembangan usia: Enam Tahun Pertama : 1. Kasih sayang dari pihak kedua orangtua, terutama ibu penting Agar anak belajar mencintai orang lain 2. Membiasakan anak berdisiplin mulai dari bulan-bulan pertama dari awal kehidupannya misalnya membiasakan anak untuk menyusu dan buang hajat pada waktu-waktu tertentu dan tetap 3. Jadi teladan yang baik bagi anak dari permulaan kehidupannya. 4. Biasakan dengan etiket umum yang mesti dilakukan dalam pergaulan, misalnya berdoa sebelum makan, tidak menghisap jempol, tidak memakai pakaian atau celana yang pendek dan lain-lain.

Usia Setelah Enam Tahun : 1. Kenalkan Allah dengan cara yang sederhana sesuai dengan tingkat pemikirannya 2. Jelaskan tentang hukum yang jelas dan tentang halal-haram MISALNYA tentang kewajiban menutup aurat, berwudhu, shalat, mencuri dan melihat kepada yang diharamkan 3. Ajarkan dan biasakan membaca Al Qur'an dengan benar 4. Ajarkan tentang hak2 orang tua 5. Kenalkan tokoh2 teladan (sahabat dll) 6. Ajarkan tentang norma2 yang berlaku dalam masyarakat 7. Kembangkan rasa percaya diri & tanggung jawab dalam diri anak

Masa Remaja : 1. Perlakukan anak sebagai orang dewasa

2. Ajarkan kepada anak hukum-hukum akil baligh dan ceritakan kepadanya kisah-kisah yang dapat mengembangkan dalam dirinya sikap takwa dan menjauhkan diri dari hal yang haram. 3. Berikan dorongan untuk ikut serta melaksanakan tugas-tugas rumah tangga, seperti melakukan pekerjaan yang membuatnya merasa bahwa dia sudah besar. 4. Mengawasi dan menyibukkan waktunya dengan kegiatan yang bermanfaat 5. Carikan teman yang baik.

Beberapa ketrampilan dalam mendidik anak : Menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif untuk meminimalisir kendala

dalam memberikan didikan, rasa nyaman, saling percaya dan ikatan kasih sayang yang kuat antara Ibu dan anak akan memudahkan anak menerima dan memepercayai apa yang dicontohkan orangtua. Setiap anggota keluarga berupaya menciptakan suasana gembira ketika memasuki rumah atau ruangan (menyanyi,bersiul dan lain-lain) Setiap anggota keluarga baik tua ataupun muda harus mengucapkan salam bila memasuki rumah atau permisi bila meninggalkan rumah. Anak-anak dibiasakan mencium pipi ibunya bila mau kesekolah atau sepulangnya dari sekolah Biasakan bercerita kepada anggota keluarga tentang pengalaman-pengalaman yang diperoleh di sekolah,ditempat kerja dan lain-lain Bila anak-anak menanyakan sesuatu,orangtua harus mendengar,tidak berpura-pura mendengar. Anak dapat melihat dari sorot mata ,apakah orangtua serius menanggapi atau tidak. Dibutuhkan kejujuran dan kesabaran mendengar cerita anak-anak. Berikan respon sehingga dia akan terus bercerita. Orangtua harus memiliki kondisi jiwa yang matang dan mantap untuk menghadirkan kebijaksanaan dalam menghadapi berbagai sikap anak Orangtua harus memberikan pendidikan keagamaan, kepercayaan akan Allah Yang Maha Esa Memberikan pembekalan keyakinan akan Allah SWT Mengajarkan anak hidup bersosialisasi dan berhambur dengan masyarakat Manfaat keikutsertaan ayah dalam mendidik anak :

Pertama, hasil pendidikan anak menjadi lebih baik. Sejumlah studi menunjukkan bahwa ayah yang terlibat dalam mengasuh dan bermain-main dengan anak balita-nya akan meningkatkan kecerdasan (IQ), kemampuan bahasa dan kapasitas kognitif anak. Kedua, anak akan lebih siap secara mental untuk menghadapi suasana sekolah. Anak akan lebih sabar dan lebih mampu mengatasi tekanan dan frustrasi yang ada hubungannya dengan kegiatan belajar di sekolah dibanding anak yang ayahnya kurang begitu peduli. Ketiga, lebih stabil secara emosional. Ayah yang ikut melibatkan diri sejak anak lahir akan membuat emosi anak lebih stabil, lebih percaya diri untuk mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Dan saat mereka tumbuh dewasa akan memiliki koneksi sosial dengan temantemanya secara lebih baik. Juga kecil kemungkinan akan membuat masalah di rumah, sekolah atau lingkungan sekitar. Keempat, anak dapat memasuki usia sekolah dengan lebih tenang dan kecil kemungkinan mengalami depresi, menampakkan perilaku disruptif atau berbohong. Anak juga lebih cenderung menampakkan sikap pro-sosial. Kelima, anak laki-laki lebih cenderung tidak nakal di sekolah sedang anak perempuan cenderung memiliki rasa percaya diri yang lebih kuat. Di samping itu, sejumlah survei menyimpulkan bahwa anak yang dekat dengan ayahnya lebih mungkin memiliki kesehatan fisik dan kejiwaan yang baik. Performa di kelas lebih baik, dan cenderung terhindar dari kenakalan remaja seperti narkoba, kekerasan dan perilaku menuyimpang lain.

BAB IV KESIMPULAN Pendidikan seorang anak sangat dipengaruhi oleh keluarga Orangtua harus menjadi contoh yang baik bagi anak Diperlukan suatu ketrampilan tertentu umtuk mendidik anak besarnya peran ayah dalam memengaruhi performa anak di berbagai bidang (kecerdasan, akademis, sosial dan perilaku), maka sudah waktunya bagi seorang ayah untuk memberi perhatian lebih pada perkembangan anak sejak dini dan menjalin hubungan yang lebih dekat dengan mereka. Selama ini, tidak sedikit ayah lebih terfokus pada pekerjaan dan memasrahkan urusan anak pada ibunya saat di rumah dan pada guru-gurunya saat di sekolah. Di dalam syariah Islam, ayah juga memiliki tugas untuk mendidik anak

sedemikian rupa agar taat pada aturan agama sejak dini. Tugas agama ini tentu tidak terlalu sulit apabila sejak awal telah terjalin hubungan yang dekat antara ayah dan anak.

DAFTAR PUSTAKA http://brianratsbane.blogspot.com/2010/11/peranan-orangtua-dalam-perkembangan.html http://gerakaninfaq.blogspot.com/2010/05/pendidikan-islam-anak-pralahirdalam.html http://kamusbahasaindonesia.org/keluarga#ixzz1mj6UaP36 http://keluargaharmonis.com/ciri-ciri-keluarga-harmonis/ http://rumah-blog-baca.blogspot.com/2011/11/pendidikan-islam-dalam-keluarga.html http://www.balita-anda.com/fatherhood/791-kesalahan-kesalahan-orangtua-dalammendidik-anak.html http://www.pkesinteraktif.com/edukasi/opini/964-konsep-islam-dalam http://www.scribd.com/doc/61604464/8/Faktor-Faktor-yang-Mempengaruhi-TumbuhKembang-Anak

Anda mungkin juga menyukai