Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DEWASA II STROKE (CEDERA SEREBROVASKULER)

OLEH: Nama mahasiswa NIM : Irma Ariani : 010109a055

Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Jl. Gedongsongo, Candirejo Ungaran Tahun Ajaran 2011/2012

Kata Pengantar Puji syukur kehadihat Allah SWT atas limpahan rahmat dan kasih sayangnya hingga selesainya laporan pendahuluan tentang HIV AIDS ini, shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada tauladan terbaik Rasulullah Muhammad saw. Penulis mengucapkan banyak terimakasih pada pihak-pihak yang membantu penyusunan laporan pendahuluan ini. Saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan lebih lanjut. Semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke adalah masalah neurologik primer di AS dan di dunia. Meskipun upaya pencegahan telah menimbulkan penurunan pada insiden dalam beberapa tahun terakhir, stroke adalah peringkat ketiga penyebab kematian, dengan laju mortalitas 18% sampai 37% untuk stroke pertama dan sebesar 62% untuk stroke selanjutnya. Terdapat kira-kira 2 juta orang bertahan hidup dari stroke yang mempunyai beberapa kecacatan; dari angka ini, 40% memerlukan bantuan dalam aktivitas kehidupan seharihari. Stroke, atau cedera serebrovaskuiar (CVA), adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak.Sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuiar selama beberapa tahun. Laporan pendahuluan ini akan menyajikan tentang bagaimana peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami stroke.

B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Stroke 2. Tujuan khusus a. Mengetahui tentang pengertian Stroke b. Mengetahui Etiologi dan faktor resiko Stroke c. Mengetahui patofisiologi dan pathwayStroke

d. Mengetahui tanda dan gejala Stroke e. Mengetahui indikasi dan komplikasi dariStroke f. Mampu melakukan pemeriksaan diagnostik Stroke g. Penatalaksanaan medis h. Mampu memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Stroke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Definisi Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak. Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh trombus, biasanya sekunder terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme berasal dari tempat lain dalam tubuh, atau terhadap perdarahan akibat ruptur arteri (aneurisma)(Lynda Juall Carpenito, 1995). Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa defisit neurologis fokal, dan/atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II). Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak (Patofisiologi, Elizabeth J. Corwin). Menurut WHO(1989) Stroke adalah disfungsi neurologi akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak yang terganggu. Stroke, atau cedera serebrovaskuiar (CVA), adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak.Sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuiar selama beberapa tahun (Brunner & Suddarth, 2002). Penyakit serebrovaskuler menunjukkan adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang bahkan oleh keadaan

patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak.Patologi menyebabkan perdarahan dari sebuah robekan yang terjadi pada dinding pembuluh atau kerusakan sirkulasi serebral oklusi parsial atau seluruh lumen pembuluh darah dengan pengaruh yang bersifat sementara atau permanen (Doenges Marilynn, 2002). 2. Etiologi Menurut Brunner & Suddarth (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian: 1. Trombosit Serebral. Arteriosklerosis serebral dan pelambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama trombosis serebral, yang adalah penyebab paling umum dari stroke. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi.Beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang, hemiplagi, paralisis dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari hemoragi intraserebral atau embolisme serebral. 2. Embolisme Serebral. Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti

endokarditis infektif, penyakit jantung reumatik, dan infark miokard, serta infeksi pulmonal, adalah tempat-tempat di asal emboli. Embolus biasanya menyumbat arteri serebal tengah atau cabang-cabangnya, yang merusak sirkulasi serebral.Awitan

hemiparesis atau hemiplegia tiba-tiba dengan atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit jantung atau pulmonal adalah karakteristik dari embolisme serebral.

3. Iskemia Serebral. Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena konstruksi ateromi pada arteri yang menyuplai darah ke otak.Manifestasi paling umum adalah SIS. 4. Hemoragi Serebral. Hemoragi dapat terjadi di luar dura mater (hemoragi ekstradural atau epidural), di bawah dura mater (hemoragi subdural), di ruang sub-arakhnoid (hemoragi subarakhnoid), atau di dalam substansi otak (hemoragi intraserebral). a. Hemoragi Ekstradural. Hemoragi ekstradural (hemoragi epidural) adalah

kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah atau arteri meninges lain. Pasien harus diatasi dalam beberapa jam cedera untuk mempertahankan hidup. b. Hemoragi Subdural. Hematoma subdural biasanya jembatan vena robek. Karenanya, periode pembentukan hematoma lebih lama (interval jelas lebih lama) dan menyebabkan tekanan pada otak. c. Hemoragi Subarakhnoid. Hemoragi subarakhnoid (hemoragi yang terjadi di ruang subarakhnoid) sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi paling sering adalah kebocoran aneurisme pada areasirkulus d. Hemoragi Intraserebral. Hemoragi atau perdarahan substansi dalam otak paling umum pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral,

karena perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah.Hemoragi intraserebral biasanya disebabkan oleh malformasi arteri-vena,

hemangioblastoma, dan trauma. Juga disebabkan oleh tipe patologi arteri tertentu, adanya tumor otak, dan penggunaan medikasi (antikoagulan oral, amfetamin, dan berbagai obat aditif). 3. Patofisiologi a. Stroke Hemoragic Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus gangguan pembuluh darah otak.Perdarahan serebral dapat terjadi di luar duramater (hemoragi ekstradural atau epidural), dibawah duramater, (hemoragisubdural), diruang

subarachnoid (hemoragi subarachnoid) atau di dalam substansiotak (hemoragi intraserebral). Trombus atau emboli menyebabkan peredaran darah otak terganggu sehingga suplai darah ke jaringan tidak adekuat.Akibatnya terjadi iscemik atau infark jaringan dan lebih lanjut bisa mengakibatkan defisit neurologi reversible atau irreversibel. b. Stroke Non Hemoragic Terbagi atas 2 yaitu : 1. Pada stroke trombotik, oklusi disebabkan karena adanya penyumbatanlumen pembuluh darah otak karena thrombus yang makin lama makinmenebal, sehingga aliran darah menjadi tidak lancar. Penurunan aliranarah ini menyebabakan iskemi yang akan berlanjut menjadi infark. Dalamwaktu 72 jam daerah tersebut akan mengalami edema dan lama kelamaan akan terjadi nekrosis. Lokasi yang tersering pada stroke trombosis adalah di

percabangan arteri carotis besar dan arteri vertebra yang berhubungandengan arteri basiler.Onset stroke trombotik

biasanya berjalan lambat. 2. Sedangkan stroke emboli terjadi karena adanya emboli yang lepas dari bagian tubuh lain sampai ke arteri carotis, emboli tersebut terjebak di pembuluh darah otak yang lebih kecil dan biasanya pada daerah percabangan lumen yang menyempit, yaitu arteri carotis di bagian tengahatau Middle Carotid Artery ( MCA ). Dengan adanya sumbatan olehemboli akan

menyebabkan iskemi (Brunner & Suddarth, 2002).

4. Manifestasi Klinis Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan. jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Fungsi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya. a. Kehilangan Motorik. Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol Volunter terhadap gerakan motorik. Karena neuron motor atas melintas, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motor paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena Iesi pada sisi otak yang berlawanan.Di awal tahapan stroke, gambaran klinis yang muncul biasanya adalah paralisis dan hilang atau menurunnya refleks tendon dalam. b. Kehilangan Komunikasi. Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut: 1. Disartria (kesulitan berbicara 2. Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara) 3. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan . yang dipelajari sebelumnya.

c. Gangguan Persepsi. Stroke dapat mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual-spasial dan kehilangan

sensori.Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer di antara mata dan orteks visual.Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang pandang) dapat terjadi karena stroke dan mungkin sementara atau permanen. d. Kehilangan sensori Karena stroke dapat berupa kerusakan sentuhan ringan atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan propriosepsi (kemampuan untuk merasakan posisi dan. gerakan bagian tubuh) serta kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli visual, taktil, dan auditorius. e. Kerusakan Fungsi Kognitif dan Efek Psikologis. Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan pasien ini menghadapi masalah frustrasi dalam program rehabilitasi mereka. f. Disfungsi Kandung Kemih. Setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontinensia urinarius sementara karena konfusi, dan ketidakmampuan untuk

mengkomunikasikan

kebutuhan,

ketidakmampuan

menggunakan urinal/bedpan karena kerusakan kontrol motorik dan postural.Kadang-kadang setelah stroke kandung kemih menjadi atonik, dengan kerusakan sensasi dalam respons terhadap pengisian kandung kemih.Kadang-kadang kontrol sfingter urinarius eksternal hilang atau berkurang (Brunner & Suddarth, 2002). 5. Faktor Resiko 1. Hipertensi-faktor risiko utama. Pengendalian hipertensi adalah kunci untuk mencegah stroke 2. Penyakit kardiovaskuler-embolisme serebral berasal dari jantung. a. Penyakit arteria koronaria

b. Gagal jantung kongestif c. Hipertrofi ventrikel kiri d. Abnormalitas irama (khususnya fibrilasi atrium) e. Penyakit jantung kongesti 3. Kolesterol tinggi 4. Obesitas 5. Peningkatan hematokrit meningkatkan resiko infark serebral 6. Diabetes-dikaitkan dengan aterogenesis terakselerasi 7. Kontrasepsi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok dan kadar estrogen tinggi) 8. Merokok 9. Penyalahgunaan obat (khususnya kokain) 10. Konsumsi alcohol (Brunner & Suddarth, 2002).

6. Pemeriksaan Diagnostik a. Angiografi serebral:Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik, seperti perdarahan, atau obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau ruptur. b. Skan CT:Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark. Catatan: Mungkin tidak dengan segera menunjukkan semua perubahan tersebut. c. Pungsi lumbal: Menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosit, emboli serebral, dan TIA. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intra kranial. Kadar protein total meningkat pada kasus trombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi. d. MRI:Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, malformasi arteriovena (MAV).

e. Ultrasonografi Doppler: Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis [aliran darah/muncul plak]

arterioskerotik. f. EEG:Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik. g. Sinar x tengkorak: Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari massa yang meluas; kalsifikasi karotis interns terdapat pada trombosis serebral; kalsifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan subarachnoid (Doenges

Marilynn, 2002). 7. Penatalaksanaan Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi diuretik untuk menurunkan edema serebral, yang mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya trombosis atau embolisasi dari sempat lain dalam sistem kardiovaskular. Medikasi anti-trombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan trombus dan embolisasi. Penatalaksanaan Pasien Stroke Fase Akut: Pasien yang koma dalam pada saat masuk rumah sakit dipertimbangkan mempunyai prognosis buruk.Sebaliknya, pasien sadar penuh menghadapi hasil yang lebih dapat diharapkan.Fase akut biasanya berakhir 48 sampai 72 jam.Dengan mempertahankan jalan napas dan ventilasi adekuat adalah prioritas dalam fase akut ini. a. Pasien ditempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral berkurang.

b. Intubasi endotrakea dan ventilasi mekanik perlu untuk pasien dengan stroke masif, karena henti pernapasan biasanya faktor yang mengancam kehidupan pada situasi ini. c. Pasien dipantau untuk adanya komplikasi pulmonal (aspirasi, atelektasis, pneumonia), yang mungkin berkaitan dengan kehilangan refleks jalan napas, imobili-tas, atau hipoventilasi d. Jantung diperiksa untuk abnormalitas dalam ukuran dan irama serta tanda gagal jantung kongestif.

8. Komplikasi Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral, dan luasnya area cedera. a. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan. b. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi atau hipotensi ekstrem perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera. c. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miotad atau fibrilasi atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran Jarah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsiten dan penghentikan trombus lokal. Selain itu, disritmia

dapat menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki (Brunner & Suddarth, 2002).

B. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Aktivitas/istirahat Gejala : Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplegia). Merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat

(nyeri/kejang otot) Tanda : Gangguan tonus otot (flaksid, spastis); paralitik

(hemiplegia), dan terjadi kelemahan umum Gangguan penglihatan. Gangguan tingkat kesadaran. b. Sirkulasi Gejala : Adanya penyakit jantung (MI, reumatik/penyakit jantung vaskuler. GJK, endokardittis bakterial), polisitemia, riwayat hipotensi postural. Tanda : Hipertensi arterial (dapat ditemukan/terjadi pada CSV) sehubungan vaskuler. Nadi: Frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan fungsi jantung/kondisi jantung obat-obatan, efek stroke pada pusat vasomotor). Disritmia, perubahan EKG. Desiran pada karotis, femoralis, dan arteri iliaka/aotta yang abnormal. dengan adanya embolisme/malformasi

c. Integritas ego Gejala: Tanda: Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa. Emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih, dan gembira. Kesulitan untuk mengekspresikan diri. d. Eliminasi Gejala : Perubahan pola berkemih, seperti inkontinensia urine, anuria. Distensi abdomen (distensi kandung kemih berlebihan), bising usus negatif (ileus paralitik) e. Makanan/cairan Gejala : Napsu makan hilang. Mual muntah selama fase akut (peningkatan TIK). Kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi, dan tenggorok, disfagia. Adanya riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah.Tanda:Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan faringeal). Obesitas (faktor risiko). f. Neurosensori Gejala : Sinkope/pusing (sebelum serangan CSV/selama TIA). Sakit kepala; akan sangat berat dengan adanya perdarahan intraserebral atau subarakhnoid. Kelemahan/kesemutan/kebas (biasanya terjadi selama serangan TIA, yang ditemukan dalam berbagai derajat

pada stroke jenis yang lain); sisi yang terkena terlihat seperti "mati/lumpuh." Penglihatan menurun, seperti buta total, kehilangan daya lihat sebagian, (kebutaan monokuler), penglihatan ganda (diplopia) atau gangguan yang lain. Sentuhan: Hilangnya rangsang sensorik kontralateral (pada sisi tubuh yang berlawanan) pada ekstremitas dan kadang-kadang pada ipsilateral (yang satu sisi) pada wajah. Gangguan rasa pengecapan dan penciuman. Tanda : Status mental/tingkat kesadaran: Biasanya terjadi koma pada tahap awal hemoragis; ketidaksadaran biasanya akan tetap sadar jika penyebabnya adalah trombosis yang bersifat alami; gangguan tingkah laku (seperti letargi, apatis, menyerang); gangguan fungsi kognitif (seperti penurunan memori, pemecahan masalah). Ekstremitas: Kelemahan/paralisis (kontralateral pada semua jenis stroke), genggaman tidak sama, refleks tendon melemah secara kontralateral. Pada wajah terjadi paralisis atau parese (ipsilateral). Afasia: Gangguan atau kehilangan fungsi bahasa mungkin afasia motorik (kesulitan untuk mengungkapkan kata), reseptif (afasia sensorik) yaitu kesulitan untuk memahami kata-kata secara bermakna, atau afasia global yaitu gabungan dari kedua hal di atas, (Kehilangan kemampuan untuk mengenali/menghayati masuknya rangsang visual, pendengaran, taktil (agnosia), seperti gangguan kesadaran

terhadap citra tubuh, kewaspadaan, kelalaian terhadap bagian tubuh yang terkena, gangguan persepsi. Kehilangan kemampuan menggunakan motorik saat pasien ingin menggerakannya (apraksia). Ukuran/reaksi pupil tidak sama, dilatasi atau miosis pupil ipsilateral (perdarahan/herniasi). Kekakuan nukal (biasanya karena perdarahan).Kejang (biasanya karena adanya pencetus perdarahan). g. Nyeri/kenyamanan Gejala : Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda (karena arteri karotis terkena). Tanda : Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot/fasia. h. Pernapasan Gejala : Tanda : Merokok (faktor risiko). Ketidakmampuan menelan/batuk/hambatan jalan

napas,Timbulnya pernapasan sulit dan/atau tak teratur. Suara napas terdengar/ronki (aspirasi sekresi). i. Keamanan Tanda : Motorik/sensorik: Masalah dengan penglihatan. Perubahan persepsi terhadap orientasi tempat tubuh (stroke kanan).Kesulitan untuk melihat objek dari sisi kiri (pada stroke kanan). Hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit

Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenalnya dengan baik Gangguan berespons terhadap panas dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh. Kesulitan dalam menelan, tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri (mandiri). Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, tidak sabar/kurang kesadaran diri (stroke kanan). j. Interaksi sosial Tanda : Masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi.

k. Penyuluhan/pembelajaran Gejala : Adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke (faktor risiko). Pemakaian kontrasepsi oral, kecanduan alkohol (faktor risiko). Pertimbangan DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 7,3 hari.

Rencana Pemulangan : Mungkin memerlukan obat/penanganan terapeutik. Bantuan dalam hal transportasi, berbelanja, penyiapan makanan, perawatan diri dan tugas-tugas dalam

rumah/mempertahankan

kewajiban.Perubahan

susunan rumah secara fisik, tempat transisi sebelum kembali ke lingkungan rumah. 2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama untuk pasien stroke meliputi hal berikut:

1) Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan koordinasi, spastisitas, dan cedera otak. 2) Nyeri (bahu nyeri) yang berhubungan dengan hemiplegia dan disuse 3) Kurang perawatan diri (higiene, toileting, berpindah, makan) yang berhubungan dengan gejala sisa stroke. 4) Inkontinensia yang berhubungan dengan kandung kemih flaksid, ketidakstabilan detrusor, kesulitan dalam berkomunikasi. 5) Perubahahan proses berpikir yang berhubungan dengan kerusakan otak, konfusi, ketidakmampuan untuk mengikuti instruksi. 6) Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan

kerusakan otak. 7) Risiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan hemiparesis/hemiplegia, penurunan mobilitas. 8) Perubahanan proses keluarga yang berhubungan dengan penyakit berat dan beban pemberian perawatan.

3. Evaluasi Hasil yang Diharapkan: 1. Mencapai peningkatan mobilisasi a. Kerusakan kulit terhindar, tidak ada kontraktur dan footdrop b. Berpartisipasi dalam program latihan c. Mencapai keseimbangan saat duduk d. Penggunaan sisi tubuh yang tidak sakit untuk kompensasi hilangnya fungsi pada sisi yang he-miplegia 2. Tidak mengeluh adanya nyeri bahu a. Adanya mobilisasi baku; latihan bahu b. Lengan dan tangan dinaikkan sesuai interval 3. Dapat merawat diri; dalam bentuk perawatan kebersihan dan menggunakan adaptasi terhadap alat-alat 4. Pembuangan kandung kemih dapat diatur 5. Berpartisipasi dalam program meningkatkan kognitif 6. Adanya peningkatan komunikasi a. Mempertahankan kulit yang utuh tanpa adanya kerusakan; memperlihatkan turgor kulit tetap normal dan berpartisipasi dalam aktivitas membalikkan tubuh dan posisi. 7. Anggota keluarga memperlihatkan tingkah laku yang positif dan menggunakan mekanisme koping. a. Mendukung program latihan b. Turut aktif ambil bagian dalam proses rehabilitasi 8. Tidak terjadi komplikasi a. Tekanan darah dan kecepatan jantung dalam batas normal untuk pasien. b. Gas darah arteri dalam batas normal (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak.Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian: a. Trombosit Serebral. b. Embolisme Serebral c. Iskemia Serebral. d. Hemoragi Serebral. Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan. jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Penyakit serebrovaskuler menunjukkan adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang bahkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak. B. Saran Dari uraian diatas dapat kami sarankan sebaiknya para

pembacakhususnya perawat dengan kasus stroke mengetahui tentang: Faktor-faktor resikoyang dapat ditemui pada klien dengan stroke, laboratorium yang perlu dilakukandan dan asuhan keperawatan pada klien dengan sroke.

DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddart (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta : AGC. Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2000) Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC. Guyton & Hall (1997) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta : EGC. Price, S & Wilson, L. M. (1995) Patofisiologi : Konsep Klinis Prosesproses Penyakit,Jakarta : EGC. Sudoyo Aru, dkk (2006) Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai