Anda di halaman 1dari 39

Dr Achmad assegaf SpAn

Dengan adanya pedoman RJPO, tidak menjamin keberhasilan pertolongan, kemungkinan angka keberhasilan (chain of survival) dari resusitasi ada 4 rantai: 1. Segera menjangkau pelayanan darurat (Early Acces) 2. Segera bantuan hidup dasar (Early Basic Life Support) 3. Segera defibrilasi (Early Defibrilation) 4. Segera bantuan hidup lanjut (early Advanced Life Support)

Menunda kerusakan fungsi organ yang prosesnya di mulai saat terjadinya henti cardiac output

Meningkatkan kualitas dan kuantitas survival terhadap cardiac arrest

Henti Nafas tidak ada nafas (apneu) Henti Jantung jantung berhenti memompa darah ke sirkulasi

Ke-2nya saling berkaitan primer krn problem jalan nafas, pernafasan dan kardiovaskular sekunder karena penyakit yang mengancam jiwa membahayakan pernafasan dan jantungterjadi henti nafas & henti jantung

1961 : Safar membagi CPR 3 fase


fase I : Basic Life Support, tujuan fase ini ( ABC) Emergency

Oxygenation

fase II : Advanced Life Support, tujuan fase ini yaitu (DEF) Restorasi sirkulasi spontan dan stabilisasi sistem cardiopulmonar fase III : Prolonged Life Support, tujuan ( GHI) Post resuscitative brain oriented dan intensive care

sadar? / tidak nafas ? / tidak

Airway managemen
nafas ?/tidak

Bantu nafas 2x
Pulsasi karotis / tidak

Bantu sirkulasi

A. Airway managemen:
Penyebab obstruksi jalan nafas pada pasien tidak sadar : Lidah jatuh benda asing: muntahan, darah Stimulasi terhadap pasien setengah sadar menyebabkan Laringospasme upper airway Trauma wajah Radang (epiglotitis dan edema faring)

bisa obstruksi total atau parsial (jika tidak dikoreksi) akan apnea dan cardiac arrest dalam 5 10 min ,obstruksi parsial harus dikoreksi dgn benar jika tidak dapat terjadi kerusakan otak dan kerusakan jantung arrest

Penilaian obstruksi jalan nafas;


Tidak dapat mendengar dan merasakan aliran udara di hidung dan mulut obstruksi total pasien masih bernafas retraksi interkostal dan supraklavikular saat inspirasi

obstruksi parsial : snoring, crowing, gurgling, wheezing Hypercarbia somnolence


Hypoxemia stimulasi simpatis

Membersihkan jalan nafas manual:


Manuver crossed finger Manuver Finger behind teeth Manuver Tongue jaw lift

Bersihkan jalan nafas dengan suction

A : Airway maintenance dengan proteksi cervikal


Jika cedera C-spine dapat di singkirkan Lakukan head tilt, Chin lift atau jaw thrust untuk membuka jalan nafas dan proteksi cspine Alat stabilisai c-spine: mencegah pergerakan yang berlebihan

Oropharyngeal atau Nasopharyngeal airway

Laryngeal mask airway


Definitive airway Penilaian ulang airway

Definitive airway/Airway protection


Jika tidak sadar Cedera berat maxillofacial Risiko aspirasi, obstruksi, hematom laring/trachea Ventilation-Apnea-respirasi tidak adekuatcedera kepala berat

Indikasi: tidak dapat intubasi trachea -Edema Glottis -Fractur laring -perdarahan oropharingeal berat

Gangguan pernafasan dapat berupa:

1.
2. 3.

Nafas tidak adekuat (akut/kronis berlangsung terus menerus menjadi berat henti nafas henti jantung
Rangsangan Pernafasan ( depresi SSP menghilangkan rangsangan untuk bernafas) Usaha Pernafasan otot pernafasan utama (diafragma & intercostal) lumpuh etiologi (miastenia gravis, gullian barre sindrome, multiple sclerosis, penyakit motor neuron, distrofi muskular, trauma cervikal) Gangguan paru (infeksi paru, aspirasi, PPOK, asma bronkhiale, emboli paru, kontusio paru, ARDS, edema paru)

4.

Tanpa alat
Mouth to mouth dan nose Mouth to

Ventilasi mulut ke alat


Bag Valve Mask dengan oksigen
Memberikan tekanan positif selama inspirasi dan ekspirasi spontan

Udara Ekspirasi 16 - 18 % oksigen

Berikan pernafasan tekanan positif intermitten 12-15x/menit Tidal volume 10-15 ml/KgBB Prolong ventilasi indikasi intubasi dan pemakaian ventilator Indikasi pemakaian ventilator : 1. Pasien tidak dapat mempertahankan pO2 normal 2. Work of breathing yang berlebihan 3. Metabolik asidosis berat tidak terkompensasi 4. Gangguan dinding dada yang berat

tidak sadar, apnea atau tersengal(gasping), seperti orang mati(cyanosis atau dingin), tidak ada nadi di arteri besar ( carotis atau femoral )

Cardiac arrest :

Primer : Ventricular fibrilasi, asistol karena infark myocard


Sekunder : kehilangan darah, asfiksia Penyebab paling sering : fibrilasi Ventrikel

Tujuan kompresi jantung : memberikan sirkulasi buatan Kompresi jantung luar (C) kombinasi dengan kontrol airway control ( A ) , bantuan nafas (B) memungkinkan untuk mengembalikan dari cardiac arrest

1. 2.

3.

4.

5. 6.

Posisikan pasien supine, penolong disamping Stentukan letak kompresi di pertemuan antara garis mid sternal dan garis yang menghubungkan kedua papilla mamae Posisi tangan dan badan: tekan sternum lurus kebawah menggunakan energi tekan dari badan, pertahankan posisi tangan lurus Tekan sternum 4-5 cm , setelah ditekan kemudian di lepas secepatnya untuk memberikan waktu relaksasi Berikan kompresi 120x/menit, 12x ventilasi/ menit Jangan hentikan resusitasi

Periksa apakah pulsasi spontan telah kembali setelah 1 menit CPR, dan 2-5 menit selanjutnya palpasi nadi karotis berkala

Epinephrine ( Adrenaline ) membantu memulihkan sirkulasi spontan


Alpha dan beta receptor Alpha receptor yang paling penting pada cardiac arrest Vasoconstriksi diastolic pressure meningkat aliran jantung dan otak meningkat

Anda mungkin juga menyukai