Dengan adanya pedoman RJPO, tidak menjamin keberhasilan pertolongan, kemungkinan angka keberhasilan (chain of survival) dari resusitasi ada 4 rantai: 1. Segera menjangkau pelayanan darurat (Early Acces) 2. Segera bantuan hidup dasar (Early Basic Life Support) 3. Segera defibrilasi (Early Defibrilation) 4. Segera bantuan hidup lanjut (early Advanced Life Support)
Menunda kerusakan fungsi organ yang prosesnya di mulai saat terjadinya henti cardiac output
Henti Nafas tidak ada nafas (apneu) Henti Jantung jantung berhenti memompa darah ke sirkulasi
Ke-2nya saling berkaitan primer krn problem jalan nafas, pernafasan dan kardiovaskular sekunder karena penyakit yang mengancam jiwa membahayakan pernafasan dan jantungterjadi henti nafas & henti jantung
Oxygenation
fase II : Advanced Life Support, tujuan fase ini yaitu (DEF) Restorasi sirkulasi spontan dan stabilisasi sistem cardiopulmonar fase III : Prolonged Life Support, tujuan ( GHI) Post resuscitative brain oriented dan intensive care
Airway managemen
nafas ?/tidak
Bantu nafas 2x
Pulsasi karotis / tidak
Bantu sirkulasi
A. Airway managemen:
Penyebab obstruksi jalan nafas pada pasien tidak sadar : Lidah jatuh benda asing: muntahan, darah Stimulasi terhadap pasien setengah sadar menyebabkan Laringospasme upper airway Trauma wajah Radang (epiglotitis dan edema faring)
bisa obstruksi total atau parsial (jika tidak dikoreksi) akan apnea dan cardiac arrest dalam 5 10 min ,obstruksi parsial harus dikoreksi dgn benar jika tidak dapat terjadi kerusakan otak dan kerusakan jantung arrest
Jika tidak sadar Cedera berat maxillofacial Risiko aspirasi, obstruksi, hematom laring/trachea Ventilation-Apnea-respirasi tidak adekuatcedera kepala berat
Indikasi: tidak dapat intubasi trachea -Edema Glottis -Fractur laring -perdarahan oropharingeal berat
1.
2. 3.
Nafas tidak adekuat (akut/kronis berlangsung terus menerus menjadi berat henti nafas henti jantung
Rangsangan Pernafasan ( depresi SSP menghilangkan rangsangan untuk bernafas) Usaha Pernafasan otot pernafasan utama (diafragma & intercostal) lumpuh etiologi (miastenia gravis, gullian barre sindrome, multiple sclerosis, penyakit motor neuron, distrofi muskular, trauma cervikal) Gangguan paru (infeksi paru, aspirasi, PPOK, asma bronkhiale, emboli paru, kontusio paru, ARDS, edema paru)
4.
Tanpa alat
Mouth to mouth dan nose Mouth to
Berikan pernafasan tekanan positif intermitten 12-15x/menit Tidal volume 10-15 ml/KgBB Prolong ventilasi indikasi intubasi dan pemakaian ventilator Indikasi pemakaian ventilator : 1. Pasien tidak dapat mempertahankan pO2 normal 2. Work of breathing yang berlebihan 3. Metabolik asidosis berat tidak terkompensasi 4. Gangguan dinding dada yang berat
tidak sadar, apnea atau tersengal(gasping), seperti orang mati(cyanosis atau dingin), tidak ada nadi di arteri besar ( carotis atau femoral )
Cardiac arrest :
Tujuan kompresi jantung : memberikan sirkulasi buatan Kompresi jantung luar (C) kombinasi dengan kontrol airway control ( A ) , bantuan nafas (B) memungkinkan untuk mengembalikan dari cardiac arrest
1. 2.
3.
4.
5. 6.
Posisikan pasien supine, penolong disamping Stentukan letak kompresi di pertemuan antara garis mid sternal dan garis yang menghubungkan kedua papilla mamae Posisi tangan dan badan: tekan sternum lurus kebawah menggunakan energi tekan dari badan, pertahankan posisi tangan lurus Tekan sternum 4-5 cm , setelah ditekan kemudian di lepas secepatnya untuk memberikan waktu relaksasi Berikan kompresi 120x/menit, 12x ventilasi/ menit Jangan hentikan resusitasi
Periksa apakah pulsasi spontan telah kembali setelah 1 menit CPR, dan 2-5 menit selanjutnya palpasi nadi karotis berkala