Anda di halaman 1dari 4

Gejala Klinis1 Tanda awal dari kanker payudara adalah ditemukannya benjolan yang terasa berbeda pada payudara.

Jika ditekan, benjolan ini tidak terasa nyeri. Awalnya benjolan ini berukuran kecil, tapi lama kelamaan membesar dan akhirnya melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau puting susu. Berikut merupakan gejala kanker payudara: benjolan pada payudara yang berubah bentuk atau ukuran, kulit payudara berubah warna: dari merah muda menjadi coklat hingga seperti kulit jeruk, puting susu masuk ke dalam (retraksi), salah satu puting susu tiba-tiba lepas atau hilang, bila tumor sudah besar, muncul rasa sakit yang hilang-timbul, kulit payudara terasa seperti terbakar, payudara mengeluarkan darah atau cairan yang lain, tanpa menyusui. Tanda kanker payudara yang paling jelas adalah adanya borok (ulkus) pada payudara. Seiring dengan berjalannya waktu, borok ini akan menjadi semakin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara. Gejala lainnya adalah payudara sering berbau busuk dan mudah berdarah Patogenesis2 Patogenesis terjadinya kanker payudara juga disebut karsinogenesis. Pada tahun 1950 diketahui bahwa hormon steroid memegang peranan penting untuk terjadinya kanker payudara. Tahun 1980 mulai terbuka pengetahuan tentang adanya beberapa onkogen dan gen suprespor, keduanya memegang peranan penting untuk progresi tumor, adesi antar sel dan faktor pertumbuhan. Abad 20, mulailah diketahui tentang siklus sel serta perbaikan DNA dan kematian sel (apoptosis) serta regulasinya. Kemudian abad 21 ini mulai berkembang pengetahuan yang menguak tentang kegagalan terapi kanker. Tentang mekanisme resistensi terhadap kemoterapi, antiestrogen, radiasi dan pengetahuan tentang proses invasi, angiogenesis dan metastasi. Pada tahun 1971 Folkman mengetengahkan bahwa pertumbuhan tumor tergantung pada angiogenesis dimana tumor akan mengaktifkan endothelial sel dalam kondisi dorman untuk berproliferasi dengan mengeluarkan isyarat kimia. Hipotesis Folkman ini memperlihatkan bahwa tumor sangat memerlukan angiogenesis untuk dapat tumbuh di atas ukuran 1-2 milimeter. Angiogenesis ini diatur secara ketat, melalui proses tahapan yang rumit dan hanya pada keadaan tertentu seperti proses penyembuhan luka serta proliferasi sel kanker. Penghambatan angiogenesis menjadi target terapi yang mempunyai harapan dimasa depan. Pembelahan sel tumor yang dipacu oleh angiogenic stimulatory peptides akan menyebabkan tumor menjadi cepat tumbuh serta akan mudah invasi ke jaringan sekitar, dan metastase. Sebaliknya, pembelahan sel tumor yang

diberikan inhibitors angiogenesis akan menghambat pertumbuhan tumnor, invasi dan mencegah metastase. Beberapa penelitian melaporkan bahawa terdapat hubungan terbalik antara expresi gen VEGF dan overall survival. Sel tumor dengan overexpresi VEGF akan mempunyai prognose yang buruk, serta semakin pendek overall survivalnya. Expresi VEGF juga berhubungan dengan respon yang kurang baik terhadap terapi hormonal maupun kemoterapi. Patogenesis juga melibatkan transformasi sel. Pada fase transformasi ini, sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi. Fase Inisiasi terjasi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan. Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen). Patofisiologi3 Periode antara menarke dan kehamilan pertama dipercaya merupakan saat yang paling rentan untuk mutagenesis sel-sel payudara Lob 1 Kanker payudara yang berasal dari daerah payudara dinamakan Lob 1, yang merupakan struktur terminal tidak terdiferensiasi pada kelenjar payudara Lob 1 mengandung banyak sel tak terdiferensiasi dengan tingkat proliferasi yang tinggi dan sangat sensitif terhadap karsinogen Kehamilan, terutama disertai menyusui, mengurangi jumlah Lob 1 di payudara. Sebagian besar Lob 1 matang menjadi Lob 2 atau Lob 3 yang telah terdiferensiasi dan kurang rentan terhadap mutagenesis BRCA1

Jaringan payudara yang diambil dari mastektomi profilaksis pasien yang mengalami mutasi gen BRCA1 menunjukkan banyaknya jumlah Lob 1, bahkan pada wanita yang telah malahirkan Produk gen BRCA1 normal adalah inhibitor pertumbuhan yang mengontrol proliferasi sel payudara, produk gen ini hilang ketika gen ini mengalami mutasi. Mutasi gen p53 Gen ini merupakan regulator transkripsi, penstabil genom, berpartisipasi dalam perbaikan DNA, inhibitor progresi siklus sel, dan fasilitator apoptosis pada sel yang rusak Mutasi ini merupakan mutasi yang paling sering terjadi dalam kanker payudara maupun dalam banyak tumor lain seperti paru Reseptor estrogen (ER) ER merupakan protein sitosol yang terdapat dalam nukleus sel payudara normal dan pada tumor payudara primer dan metastasisnya Estrogen mengatur produksi faktor pertumbuhan dan ekspresi reseptor. Estrogen diperlukan untuk fungsi sel payudara normal (penurunan estrogen seperti pada menopause, mengakibatkan apoptosis sel payudara) dan menyebabkan pematangan dan proliferasi payudara Pada sel neoplastik, stimulasi ER menyebabkan over-ekspresi produksi faktor pertumbuhan dan/atau reseptor mengakibatkan proliferasi sel yang tidak terkontrol 60% tumor primer dianggap ER positif. Banyak tumor juga memiliki reseptor progesterone (PR). Tumor ini memiliki kecepatan peumbuhan yang lebih lambat, prognosisnya lebih baik, dan responnya lebih baik terhadap terapi manipulasi hormone daripada tumor ER Faktor pertumbuhan lain Reseptor progesteron juga ditemukan pada sel normal dan pada 50% tumor ER positif, tumor ini paling responsif terhadap terapi endokrin Faktor pertumbuhan serupa insulin 1 (IGF1) penting untuk pertumbuhan payudara tetapi juga merupakan mitogen untuk sel kanker dan mendorong pertumbuhan independen-anchorage. Faktor pertumbuhan serupa insulin 2 (IGF2) meregulasi

aktivitas IGF1, reseptor untuk faktor pertumbuhan ini ditemukan pada tumor ER positif dan menunjukkan peningkatan responsivitas terhadap terapi endokrin Faktor pertumbuhan epidermal (EGF) menyebabkan peningkatan mitosis dan resistensi terhadap tamoksifen Lainnya termasuk transformasi faktor pertumbuhan dan faktor angiogenesis

DAFTAR PUSTAKA 1. R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC, hal: 395-399 2. A. Price Sylvia, Lorraine M. Wilson. 2003.. Clinical Concepts of Disease Processes. Edisi 6. Volume 2. Jakarta: EGC, hal: 1303-1307 3. Valentina L. Brashers. 2000. Aplikasi klinis Patofisiologi, Pemeriksaan dan Manajemen. Edisi 2. Jakarta: EGC, hal: 127-133

Anda mungkin juga menyukai