Anda di halaman 1dari 2

3. Sistem liberal berdasarkan UUDS 1950 mengakibatkan kabinet jatuh bangun sehingga pemerintahan tidak stabil. 4.

Pemilu 1955 ternyata dalam DPR tidak mencerminkan perimbangan kekuasaan politik yang sebenarnya hidup dalam masyarakat, karena banyak golongan-golongan di daerahdaerah belum terwakili di DPR 5. Konstituante yang bertugas membentuk UUD yang baru ternyata gagal. Atas dasar hal tersebut, maka Presiden menyatakan bahwa negara dalam keadaan ketatanegaraan yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa serta keselamatan negara. Untuk itu, Presiden mengeluarkan dekrit pada tanggal 5 Juli 1959. Isi dekrit tersebut adalah sebagai berikut. 1. Membubarkan Konstituante. 2. Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlaku lagi UUDS 1950. 3. Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Dengan dasar pemikiran supaya tidak terulang lagi peristiwa di masa lampau, maka pada waktu itu Presiden Soekarno sebagai kepala eksekutif menerapkan demokrasi terpimpin. Demokrasi terpimpin adalah suatu paham demokrasi yang tidak didasarkan atas paham liberalisme, sosialisme-nasional, fasisme, dan komunisme, tetapi suatu paham demokrasi yang didasarkan kepada keinginan-keinginan luhur bangsa Indonesia, seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang menuju kepada suatu tujuan masyarakat adil dan makmur yang penuh dengan kebahagian material dan spiritual sesuai dengan cita-cita Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Namun, pelaksanaan demokrasi terpimpin itu dalam menyimak arti yang sebenarnya, justru bertentangan dengan Pancasila, yang berlaku adalah keinginan dan ambisi politik pemimpin sendiri. Kebijakan yang menyimpang dari UUD 1945 dalam bidang politik adalah sebagai berikut. 1. Pembukaan DPR hasil pemilu tahun 1955 melalui Penetapan Presiden No. 4 tahun 1960 denga dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPRGR) yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. 2. Pembentukan MPRS yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. 3. Pembentukan DPA dan MA dengan penetapan Presiden dan anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. 4. Lembaga-lembaga negara, seperti yang disebutkan di atas dipimpin sendiri oleh Presiden. 5. Mengangkat Presiden seumur hidup melalui Ketetapa MPRS No.II/MPRS/1963 dan Tap. MPR No.III/MPRS/1963. 6. Melalui ketetapan MPRS No.I/MPRS/1963 Manifesto politik dari Presiden dijadikan GBHN. 7. Hak budget DPR tidak berjalan karena pemerintah tidak mengajukan RUU APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR sebelum berlakunya tahun aggaran yang bersangkutan. Karena DPR tidak menyetujui rancangan APBN yang diajukan Presiden, maka DPR dibubarkan tahun 1960. 8. Menteri-menteri diperbolehkan menjabat sebagai Ketua MPRS, DPR-GR, DPA, MA, MPRS, dan DPR-GR yang seharusnya menjadi lembaga perwakilan rakyat yang tugasnya mengawasi jalannya pemerintahan, malah sebaliknya harus tunduk kepada kebijakan Presiden.

Ideologi Pancasila pada saat itu dirancang oleh PKI untuk diganti dengan ideologi Manipol Usdek serta konsep Nasakom. PKI berusaha untuk menancapkan kekuasaanya dengan membangun komunis internasional dengan RRC. Terbukti dengan dibukanya hubungan poros Jakarta-Peking. Sebagai puncak peristiwa adalah meletusnya Gerakan 30 September 1965 (G-30-S/PKI), sebagai usaha untuk megganti ideologi Pancasila denga ideologi Marxis.

Pembangunan Ekonomi Sistem politik dan ekonomi pada masa orde lama, khususnya setelah ekonomi terpimpin dicanangkan, semakin dekat denga haluan/pemikiran sosialis/komunis. Walaupun ideologi Indonesia Pancasila, pengaruh ideologi komunis dari Uni Soviet dan Cina sangat kuat. Sebetulnya pemerintahan Indonesia memilih haluan politik yang berbau komunis hanya merupakan suatu refleksi dari perasaan anti-kolonialisasi, anti-imperialisasi, dan anti-kapitalisasi saat itu. Pada masa itu prinsip-prinsip individualisme, persainga bebas, dan perusahaan swasta / pribadi sangat ditentang oleh pemerintah dan masyarakat pada umumnya karena prinsip tersebut sering dikaitkan dengan pemikiran kapitalisme. Keadaan ini membuat Indonesia semakin sulit mendapatkan dana dari negaranegara Barat, baik dalam bentuk pinjaman ataupun penanaman modal asing (PMA), sedangkan untuk membiayai rekonstruksi ekonomi dan pembangunan selanjutnya Indonesia sangat membutuhkan dana yang sangat besar. Hingga akhir dekade 1950an, sumber utama penanaman modal asing Indonesia berasal dari belanda yang sebagian besar digunakan untuk kegiatan ekspor hasil-hasil perkebunan dan pertambangan serta kegiatan ekonomi yang terkait. Setelah peristiwa G-30-S/PKI, terjadi suatu perubahan politik yang drastis yang terus mengubah sistem ekonomi dari pemikiran-pemikiran sosialis ke semikapitalis. Sebenarnya perekonomian Indonesia menurut UUD 1945 menganut sistem yang dilandasi oleh prinsip-prinsip kebersamaan atau koperasi berdasarkan Pancasila. Akan tetapi, dalam praktik sehari-hari pengaruh kekuasaan cenderung kepada sosialis / komunis, khususnya pada masa orde lama.

Anda mungkin juga menyukai