Anda di halaman 1dari 25

Sasbel 1. Memahami dan Menjelaskan Vaksin 1.1 Menjelaskan Definisi Vaksin 1.2 Menjelaskan Klasifikasi Vaksin 1.

3 Menjelaskan Waktu dan Cara Pemberian Vaksin 1.4 Menjelaskan Mekanisme Vaksin 1.5 Menjelaskan Indikasi dan Kontra Indikasi Vaksin 1.6 Menjelaskan Efek Samping Vaksin 2. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Organ Limfoid 2.1 Menjelaskan Makroskopik Anatomi Organ Limfoid 2.2 Menjelaskan Mikroskopik Anatomi Organ Limfoid 3. Memahami dan Menjelaskan Reaksi Imun 3.1 Menjelaskan Antigen 3.2 Menjelaskan Antibodi 4. Memahami dan Menjelaskan Imunitas 4.1 Menjelaskan Definisi Imunitas 4.2 Menjelaskan Klasifikasi Imunitas 5. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Terhadap Vaksin

Jawaban 1. Memahami dan Menjelaskan Vaksin 1.1 Menjelaskan Definisi Vaksin Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau liar. (http://infoimunisasi.com/vaksin/definisi-vaksin/ diakses tanggal: 09/05/2013 pukul: 22.56 WIB)

1.2 Menjelaskan Klasifikasi Vaksin 1.3 Menjelaskan Waktu dan Cara Pemberian Vaksin 1.5 Menjelaskan Indikasi dan Kontra Indikasi Vaksin 1.6 Menjelaskan Efek Samping Vaksin

Jenis-jenis Vaksin: 1. Live attenuated vaccine Vaksin hidup yang dibuat dari bakteri atau virus yang sudah dilemahkan daya virulensinya dengan cara kultur dan perlakuan yang berulang-ulang, namun masih mampu menimbulkan reaksi imunologi yang mirip dengan infeksi alamiah. Sifat vaksin live attenuated vaccine, yaitu :

Vaksin dapat tumbuh dan berkembang biak sampai menimbulkan respon imun sehingga diberikan dalam bentuk dosis kecil antigen Respon imun yang diberikan mirip dengan infeksi alamiah, tidak perlu dosis berganda Dipengaruhi oleh circulating antibody sehingga ada efek netralisasi jika waktu pemberiannya tidak tepat. Vaksin virus hidup dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik Dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi alamiah Mempunyai kemampuan proteksi jangka panjang dengan keefektifan mencapai 95% Virus yang telah dilemahkan dapat bereplikasi di dalam tubuh, meningkatkan dosisi asli dan berperan sebagai imunisasi ulangan Contoh : vaksin polio (Sabin), vaksin MMR, vaksin TBC, vaksin demam tifoid, vaksin campak, gondongan, dan cacar air (varisela).

2.

Inactivated vaccine (Killed vaccine) Vaksin dibuat dari bakteri atau virus yang dimatikan dengan zat kimia (formaldehid) atau dengan pemanasan, dapat berupa seluruh bagian dari bakteri atau virus, atau bagian dari bakteri atau virus atau toksoidnya saja. Sifat vaksin inactivated vaccine, yaitu :

Vaksin tidak dapat hidup sehingga seluruh dosis antigen dapat dimasukkan dalam bentuk antigen Respon imun yang timbul sebagian besar adalah humoral dan hanya sedikit atau tidak menimbulkan imunitas seluler Titer antibodi dapat menurun setelah beberapa waktu sehingga diperlukan dosis ulangan, dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif tetapi hanya memacu dan menyiapkan system imun, respon imunprotektif baru barumuncul setelah dosis kedua dan ketiga Tidak dipengaruhi oleh circulating antibody Vaksin tidak dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik Tidak dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi alamiah Contoh : vaksin rabies, vaksin influenza, vaksin polio (Salk), vaksin pneumonia pneumokokal, vaksin kolera, vaksin pertusis, dan vaksin demam tifoid.

3.

Vaksin Toksoid Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit dengan memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah. Bahan bersifat imunogenik yang dibuat dari toksin kuman. Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi disebut sebagai natural fluid plain toxoid yang mampu merangsang terbentuknya antibodi antitoksin. Imunisasi bakteri toksoid efektif selama satu tahun. Bahan ajuvan digunakan untuk memperlama rangsangan antigenik dan meningkatkan imunogenesitasnya. Contoh : Vaksin Difteri dan Tetanus 4. Vaksin Acellular dan Subunit Vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan melakukan kloning dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA, vaksin vektor virus dan vaksin antiidiotipe.

Contoh vaksin hepatitis B, Vaksin hemofilus influenza tipe b (Hib) dan vaksin Influenza. 5. Vaksin Idiotipe Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen binding) dari antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam amino yang disebut sebagai idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai antigen. Vaksin ini dapat menghambat pertumbuhan virus melalui netralisasai dan pemblokiran terhadap reseptor pre sel B. 6. Vaksin Rekombinan Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah besar. Gen virus yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot. Sistem ekspresi eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan baculovirus. Dengan teknologi DNA rekombinan selain dihasilkan vaksin protein juga dihasilkan vaksin DNA. Penggunaan virus sebagai vektor untuk membawa gen sebagai antigen pelindung dari virus lainnya, misalnya gen untuk antigen dari berbagai virus disatukan ke dalam genom dari virus vaksinia dan imunisasi hewan dengan vaksin bervektor ini menghasilkan respon antibodi yang baik. Susunan vaksin ini (misal hepatitis B) memerlukan epitop organisme yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin. 7. Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines) Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki potensi dalam menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu dari mikroba diklon ke dalam suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk meningkatkan ekspresi gen yang diinsersikan ke dalam sel mamalia. Setelah disuntikkan DNA plasmid akan menetap dalam nukleus sebagai episom, tidak berintegrasi kedalam DNA sel (kromosom), selanjutnya mensintesis antigen yang dikodenya. Selain itu vektor plasmid mengandung sekuens nukleotida yang bersifat imunostimulan yang akan menginduksi imunitas seluler. Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung kode antigenyang patogen dan saat ini sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil akhir penelitian pada binatang percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang respon humoral dan selular yang cukup kuat,sedangkan penelitian klinis pada manusia saat ini sedang dilakukan. (http://infoimunisasi.com/vaksin/definisi-vaksin/ diakses tanggal: 09/05/2013 pukul: 22.56 WIB)

Vaksin Wajib dan Tidak Wajib

(http://m.parenting.co.id/article/jadwalImunisasi.aspx) diakses tanggal: 10/05/2013 pukul: 22.48 WIB

1. Vaksin Wajib a. BCG Imunisasi BCG adalah imunisasi untuk mencegah penyakit TB (tuberculosis). BCG singkatan dari Bacille Calmette-Guerin. Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang dibuat dari Mycobacterium bovis yang dibiakan berulang selama 1-3 tahun sehingga didapatkan basil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas (dapat merangsang timbulnya kekebalan tubuh). Penyakit TB adalah penyakit yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis. Tuberkulosis paling sering mengenai paru-paru tetapi dapat juga mengenai organorgan lainnya seperti selaput otak, tulang, kelenjar getah bening dan organ lain. Tuberculosis dapat diobati dengan obat anti tuberculosis (OAT) yang diminum selama minimal 6 bulan. OAT ini tersedia gratis dipuskesmas se Indonesia. Walau OAT ini tersedia gratis, Indonesia masih merupakan salah satu Negara dengan pederita TB terbanyak di dunia. Manfaat Imunisasi BCG Imunisasi BCG tidak mencegah infeksi tuberculosis tetapi mengurangi resiko terjadinya tuberculosis berat seperti meningitis TB (penyakit radang selaput otak oleh kuman TB). Efektivitas imunisasi BCG bervariasi antar 0%-80%. Hal ini berhubungan dengan beberapa factor yaitu mutu vaksin yang dipakai dan kondisi anak itu sendiri seperti umur, keadaan gizi dan lain-lain. Efek proteksi akan timbul setelah 8-12 minggu setelah penyuntikan. Cara Imunisasi BCG

Imunisasi BCG adalah imunisasi yang paling menyakitkan bagi anak karena cara penyuntikan vaksinnya yang harus intradermal (vaksin harus disuntikkan hanya ke dalam lapisan kulit saja, tidak boleh terlalu dalam hingga menembus lapisan kulit). Karena suntikan kedalam lapisan kulit yang penuh dengan reseptor syaraf maka suntikannya lebih sakit dibanding imunisasi lainnya. Imunisasi BCG biasanya disuntikkan didaerah lengan kanan atas. Vaksin BCG diberikan secara intradermal 0,1 mL untuk anak dan 0,05 untuk bayi baru lahir. Bekas Imunisasi BCG Imunisasi BCG biasanya akan menimbulkan bekas berupa jaringan parut bulat berdiameter 4-8 mm akibat proses penyembuhan luka/borok yang timbul setelah 3-6 minggu setelah penyuntikan. Borok akan sembuh sendiri dalam 2-3 bulan, tidak perlu terapi apapun. Perlu diingat, imunisasi BCG yang tidak menimbulkan borok/bekas tidak berarti imunisasinya gagal. Jadwal Imunisasi BCG Imunisasi BCG diberikan untuk semua bayi. Pemberiannya dijadwalkan sebelum bayi usia 3 bulan. Bila diberikan pada bayi usia lebih dari 3 bulan maka si bayi harus dilakukan tes mantoux terlebih dahulu. Cara Penyimpanan Vaksin BCG Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, harus disimpan pada suhu 2-8oC, tidak boleh beku. Vaksin yang telah diencerkan harus dipergunakan dalam waktu 8 jam. Anak yang Tidak Boleh di Imunisasi BCG Bila hasil tes mantoux > 5mm Menderita infeksi HIV Sedang meminum obat imunosupresi atau sedang mendapat radioterapi Menderita penyakit keganasan yang mengenai sumsum tulang atau system limfe Menderita gizi buruk Menderita demam tinggi.

(Pedoman Imunisasi di Indonesia. IDAI. 2008) (http://kesehatananakku.com/imunisasi-bcg.html) diakses tanggal 10/05/2013 pukul: 23.51 WIB

b. Hepatitis B Infeksi virus Hepatitis B menyebabkan sedikitnya satu juta kematian tiap tahun. Indonesia termasuk daerah dengan banyak penderita hepatitis B. Untuk mengurangi jumlah penderita hepatitis B, vaksinasi pada bayi baru lahir merupakan upaya yang paling efektif dalam menurunkan jumlah penderita hepatitis B. Siapa yang Harus Mendapat Imunisasi Hepatitis B? Semua bayi baru lahir tanpa memandang status apakah ibunya menderita hepatitis B atau tidak Orang yang karena pekerjaan beresiko tertular hepatitis B (tenaga medis dll) Orang yang menjalani cuci darah Orang yang menderita penyakit yang membutuhkan transfusi darah berulang (pasien thalassemia) Pemakai narkoba suntik Orang yang tinggal serumah dengan pengidap hepatitis B

Jadwal dan Dosis Imunisasi Hepatitis B Minimal pemberian sebanyak 3 kali disuntikkan di otot paha Imunisasi pertama diberikan segera setelah lahir Jadwal imunisasi hepatitis B yang dianjurkan adalah usia 0, 1, 6 bulan. Interval antara imunisasi hepatitis B pertama dengan imunisasi hepatitis B kedua minimal 1 bulan. Memperpanjang interval ini tidak mempengaruhi antibody yang terbentuk. Imunisasi hepatitis B yang ketiga merupakan penentu respon antibody. Semakin panjang jarak antara imunisasi hepatitis B yang kedua dengan imunisasi hepatitis B yang ketiga semakin banyak jumlah antibody yang terbentuk. Bila sesudah imunisasi hepatitis B pertama, imunisasi terputus, segera berikan imunisasi kedua. Sedangkan imunisasi ketiga diberikan dengan jarak minimal 2 bulan dari imunisasi kedua. Bila imunisasi hepatitis B ketiga terlambat, diberikan segera setelah memungkinkan.

Catch Up Imunisasi Hepatitis B Anak yang terlambat atau belum pernah mendapat imunisasi hepatitis B dapat diberikan kapanpun anak siap diimunisasi. Tetap dijadwalkan 3 kali pemberian dengan jarak antara yang pertama dan kedua minimal 4 minggu, sedangkan jarak antara imunisasi kedua dan ketiga minimal 8 minggu. Efektivitas dan Lama Proteksi Imunisasi Hepatitis B Efektivitas imunisasi hepatitis B dalam mencegah infeksi virus hepatitis B adalah 90%-95%. Tingkat proteksi setelah imunisasi dapat diketahui dengan memeriksa kadar anti HBs dalam darah. Bila kadar anti HBs diatas 10 mIU/mL maka dianggap masih memiliki efek proteksi. Pada bayi dan anak, pemeriksaan anti HBs setelah imunisasi hepatitis B tidak dianjurkan. Pemeriksaan ini dianjurkan untuk orang-orang dengan resiko tinggi tertular hepatitis B. Efek Samping Imunisasi Hepatitis B Efek samping imunisasi hepatitis B yang terjadi umumnya berupa reaksi local yang ringan seperti kemerahan pada daerah suntikan. Kadang-kadang dapat menimbulkan demam ringan 1-2 hari. Kontra Indikasi Imunisasi Hepatitis B Saat ini tidak ada kontra indikasi absolute pemberian imunisasi hepatitis B. Artinya, anak demam, batuk, pilek bukan halangan untuk pemberian imunisasi hepatitis B. (Satgas Imunisasi IDAI. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Pedoman Imunisasi di Indonesia, 2008)

c. Polio Tujuan Imunisasi Polio Imunisasi polio diberikan dengan tujuan untuk mencegah anak terjangkit penyakit polio. Penyakit polio dapat menyebabkan anak menderita kelumpuhan pada kedua kakinya dan otot-otot wajah. Jenis Imunisasi Polio Imunisasi polio ada 2 macam. Yang pertama vaksin virus polio oral. Pemberiannya diberikan dengan cara diteteskan ke mulut bayi. Vaksin jenis kedua berupa vaksin polio inactivated artinya vaksin jenis ini berisi virus polio yang sudah tidak aktif.. Pemberiannya dilakukan dengan cara suntikan. Diberikan sebanyak 3 kali dengan jarak 2 bulan. Pemberian Imunisasi Polio

Imunisasi polio diberikan pada bayi baru lahir dengan dosis awal kemudian diteruskan dengan imunisasi dasar mulai umur 2-3 bulan dengan interval waktu 6-8 minggu. Biasanya diberikan bersamaan dengan imunisasi DPT karena jadwalnya bersamaan. Bila [ada pemberian imunisasi polio yang diteteskan bayi muntah dalam waktu 10 menit maka pemberiannya harus diulang. Yang Harus Diperhatikan Setelah Imunisasi Polio Setelah anak mendapat imunisasi polio maka pada tinja si anak akan terdapat virus polio selama 6 minggu sejak pemberian imunisasi. Karena itu, untuk mereka yang berhubungan dengan bayi yang baru saja diimunisasi polio supaya menjaga kebersihan dengan mencuci tangan setelah mengganti popok bayi. Imunisasi Polio Booster Imunisasi polio booster (ulangan/penguat) harus diberikan sebelum masuk sekolah yaitu bersamaan dengan imunisasi booster DPT. Efek Samping Imunisasi Polio Diperkirakan terdapat 1 kasus polio berkaitan dengan imunisasi polio terjadi setiap 2,5 juta dosis OPV yang diberikan. Hal ini tidak cukup menjadi alasan untuk mengadakan perubahan terhadap kebijakan pemberian imunisasi polio karena imunisasi polio terbukti sangat berguna bagi kesehatan anak. Sebagian anak kecil setelah imunisasi dapat mengalami gejala pusing, diare ringan, nyeri otot. Kapan Anak Tidak Boleh Diberikan Imunisasi Polio? Anak demam tinggi diatas 18,5oC Anak sedang diare atau muntah Anak yang sedang mendapat pengobatan obat yang menurunkan kekebalan tubuh Anak yang menderita kanker atau penyakit hipogamaglobulin Anak yang mempunyai riwayat alergi neomisin, polimiksin dan streptomisin

(http://kesehatananakku.com/imunisasi-polio.html) diakses tanggal 12/05/2013 pukul: 00.26 WIB

D. DPT Tujuan Imunisasi DPT Imunisasi DPT bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap 3 penyakit penting yaitu difteri, tetanus dan pertussis. Jadwal Imunisasi DPT Imunisasi DPT termasuk salah satu imunisasi dasar di Indonesia. Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali. Diberikan pada anak mulai usia lebih dari 6 minggu denga interval 1-2 bulan untuk pemberian selanjutnya. Pemberian imunisasi DPT pada anak usia kurang dari 6 minggu tidak dianjurkan karena respon terhadap pertussis tidak optimal. Kapan Diberikan Imunisasi DPT Ulangan (booster)? Imunisasi DPT ulangan diberikan 1 kali pada usia 18 bulan. Dan diulang lagi ketika usia 5 tahun. Pemberian Imunisasi DPT Imunisasi DPT diberikan dengan cara menyuntikan vaksin DPT ke otot anak. Biasanya penyuntikan dilakukan di otot paha.

Biaya Imunisasi DPT Karena termasuk imunisasi dasar yang diwajibkan maka biaya imunisasi DPT digratiskan pemerintah. Dapat melakukan imunisasi DPT anak di posyandu atau puskesmas terdekat. Jenis Vaksin DPT Imunisasi DPT merupakan salah satu jenis vaksin combo. Artinya, dalam satu vaksin mengandung beberapa jenis vaksin untuk beberapa penyakit. Saat ini terdapat 2 jenis vaksin DPT. Yang pertama dengan kandungan seluruh sel kuman pertussis (whole cell pertussis) disingkat dengan DTwP. Vaksin combo inilah yang tersedia di posyandu dan puskesmas. Yang kedua, yang tidak mengandung kuman pertussis, tapi berisi komponen spesifik toksin dari kuman pertusin, disebut sebagai aseluler pertussis, disingkat DTaP. Keuntungan vaksin yang ini, angka kejadian komplikasi yang ditimbulkan lebih sedikit dibanding vaksin yang whole cell. Artinya, lebih sedikit bikin demam, bengkak, nyeri atau komplikasi lainnya. Kerugiasnnya, harganya relative mahal. Biasanya dokter akan menanyakan, bu mau yang bikin panas atau yang tidak panas? Maksud dokternya, vaksin yang bikin panas yang whole cell, sedang yang tidak bikin panas yang aseluler. Komplikasi Imunisasi DPT Reaksi local pada bekas tempat penyuntikan berupa kemerahan, bengkak dan rasa nyeri. Kejadiaan ini terjadi pada 42,9% penerima imunisasi DPT. Demam ringan. Hanya sekitar 2,2% yang mengalami deam tinggi. Anak gelisah dan menangis terus menerus selama beberapa jam pasca suntikan Kejang demam terjadi sebanyak 0,06% Reaksi alergi dan ensefalopati sangat jarang

Kapan Anak Tidak Boleh Diberikan Imunisasi DPT? Bila anak pada pemberian imunisasi DPT sebelumnya, menunjukkan reaksi alergi berat yang disebut anafilaksis. Anak menderita gangguan otak yang disebut ensefalopati (ditandai penurunan kesadaran dan kejang) pasca pemberian Imunisasi DPT sebelumnya.

(http://kesehatananakku.com/imunisasi-dpt.html) diakses tanggal: 12/05/2013 pukul: 00.49 WIB

e. Campak Imunisasi Campak diberikan untuk mencegah anak terkena penyakit campak (measles atau morbilli). Imunisasi campak merupakan salah satu imunisasi yang termasuk program pemerintah dalam program pengembangan imunisasi (PPI). Jadwal imunisasi campak berdasar Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) diberikan 2 kali yaitu pada saat anak umur 9 bulan dan umur 6 tahun. Imunisasi campak oleh WHO untuk kesehatan anak masih tetap dianjurkan diberikan di Negara berkembang pada bayi berumur 9 bulan karena angka kejadian campak yang masih tinggi. Saat ini ada 2 macam vaksin campak, yang pertama berisi virus campak yang dilemahkan dan yang kedua yang berisis virus campak yang dimatikan. Yang banyak dipakai adalah vaksin campak yang berisi virus yang dilemahkan.

Kontra Indikasi Imunisasi Campak Imunisasi campak tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan imunodefisiensi primer, pasien TB yang tidak diobati, pasien kanker atau transplantasi organ, anak yang men dapat obat imunosupresi (obat penekan system imun) jangka panjang. Anak yang terinfeksi HIV tanpa imunosupresi berat dan tanpa bukti kekebalan terhadap campak, bisa mendapat imunisasi campak. Dosis dan Cara Pemberian Imunisasi Campak Dosis baku minimal untuk vaksin campak yang dilemahkan adalah 0,5 ml Pemberian diberikan pada umur 9 bulan ketika antibody maternal (antibody anti campak milik ibu yang masuk ke bayi ketika masih dalam kandungkan) sudah hilang Imunisasi campak diberikan secara subkutan. Walaupun demikin dapat diberikan secara intramuscular Imunisasi campak yang kedua diberikan lagi ketika anak masuk SD atau usia anak 6 tahun.

Efek Samping Imunisasi Campak Imunisasi campak kadang, 5%-15% kasus, membuat anak demam hingga 39,5oC pada hari ke 5-6 sesudah dimunisasi. Demam berlangsung selama 2 hari. Ruam (bercak-bercak merah) dapat dijumpai pada 5% anak, timbul pada hari ke 7-10 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari. Reaksi berat seperti ensefalitis (radang otak) sangat jarang terjadi. (1 diantara 1 milyar dosis). (Pedoman Imunisasi di Indonesia. Satgas IDAI. 2008)

2. Vaksin Tidak Wajib a. Cacar Air Imunisasi cacar air diberikan pada anak untuk mencegah anak terkena penyakit cacar air. Imunisasi cacar air berisi virus varisela zoster yang telah dilemahkan. Imunisasi cacar air ini terbukti aman, ditoleransi baik dengan efek samping yang minimal. Setelah imunisasi dapat timbul demam dan ruam minimal. Imunisasi cacar air memberikan tingkat perlindungan yang tinggi pada anak usia 1-12 tahun. Saat ini di Negara maju telah tersedia imunisasi cacar air yang dikombinasikan dengan vaksin lain. Kapan Imunisasi Cacar Air Diberikan? Pada orang yang terpapar dengan virus cacar air atau kontak dengan penderita cacar air, imunisasi cacar air harus diberikan dalam 96 jam pertama. Imunisasi cacar air oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) direkomendasikan diberikan 1 kali saja karena kemungkinan anak untuk mendapat kekebalan secara alamiah masih tinggi. Imunisasi cacar aiar dapat diberikan mulai umur 1 tahun, setelah pemberian imunisasi campak. Imunisasi cacar air ini dapat diberikan bersamaan dengan imunisasi MMR. Beberapa buku pedoman menganjurkan untuk memberikan imunisasi cacar 2 kali dengan interval minimum 3 bulan. Untuk anak lebih dari 12 tahun, interval permberian vaksin kedua minimal 4 minggu. Pemberian imunisasi cacar air sebanyak 2 kali ini untuk meningkatkan tingkat perlinfdungan. Imunisasi cacar air ini terbukti mampu memberikan perlindungan hingga 10 tahun. Kontra Indikasi Imunisasi Cacar Air

Imunisasi cacar air tidak boleh diberikan pada anak dengan demam tinggi, anak yang alergi neomisin, anak yang mendapat obat steroid dosis tinggi, anak dengan sel darah putih (limfosit) kurang dari 1200/ul dan anak yang sedang menjalani radioterapi atau kemoterapi (Buku ajar infeksi dan pediatric tropis. IDAI. 2008) (Pedoman imunisasi di Indonesia.2008)

b. MMR Imunisasi MMR adalah imunisasi untuk mencegah 3 penyakit yaitu Mumps (gondongan, parotitis), Measles (Campak, morbilli, rubeola) dan Rubella. Dari ketiga penyakit diatas, rubella adalah penyakit yang ditakuti karena dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil. Sehingga pemberian imunisasi MMR sangat dianjurkan terutama pada anak perempuan. Bila seorang ibu hamil terkena rubella maka bayinya dapat terkena syndrome rubella kongenital yang ditandai adanya kelainan jantung, gangguan pendengaran dan kelainan mata pada bayinya. Vaksin MMR Vaksin MMR merupakan vaksin kering yang mengandung virus hidup, harus disimpan pada temperature 2-8oC atau lebih dingin dan terlindung dari cahaya, vaksin harus digunakan dalam waktu 1 jam setelah dicampur dengan pelarutnya. Pemberian Imunisasi MMR Imunisasi MMR diberikan lewat suntikan intramuscular (kedalam otot) atau subkutan (suntikan dibawah kulit). Imunisasi MMR diberikan pada anak umur 12-18 bulan. Rekomendasi Imunisasi MMR dapat diberikan walaupun ada riwayat sudah terkena penyakit campak, gondongan atau rubella atau sudah pernah di imunisasi campak. Tidak ada efek imunisasi yang terjadi pada anak yang sebelumnya telah mendapat imunisasi terhadap salah satu atau lebih dari ketiga penyakut ini. Efek Samping Imunisasi MMR Setelah imunisasi MME dapat terjadi demam, muncul ruam, anak lesuh yang sering terjadi 1 minggu setelah imunisasi yang berlangsung selama 2-3 hari. Kejang demam timbul pada 0,1% anak. Ensefalitis (radang otak) terjadi pada <1/1.000.000 dan pembengkakan kelenjar parotis. Siapa yang Tidak Boleh Diimunisasi MMR? Anak yang menderita kanker yang tidak diobati Anak yang mendapat obat yang menurunkan respon imun atau steroid dosis tinggi Anak dengan alergi berat terhadap gelatin atau obat neomisin Anak dengan demam akut Anak yang mendapat vaksin hidup lain. Imunisasi MMR ditunda lebih kurang 1 bulan setelah imunisasi yang terakhir. Anak yang baru saja mendapat transfuse darah (whole blood) dalam 3 bulan terakhir Anak yang baru saja mendapat terapi immunoglobulin

Disebabkan oleh karena komponen rubella, wanita hamil tidak dianjurkan mendapat imunisasi MMR dan dianjurkan untuk tidak hamil selama 3 bulan setelah imunisasi MMR.

Kontriversi Imunisasi MMR Ada isu yang mengatakan imunisasi MMR dapat menyebabkan autis pada anak. Hanya saja belum jelas tentang isu ini. (http://kesehatananakku.com/imunisasi-mmr.html) diakses tanggal 12/05/2013 pukul: 03.04 WIB

1.4 Menjelaskan Mekanisme Vaksin Imunisasi diberikan kepada bayi, balita, anak-anak maupun orang dewasa untuk melindungi mereka dari berbagai serangan penyakit menular. Dalam proses imunisasi ini, mereka akan diberikan vaksin secara disuntik maupun oral (diteteskan). Vaksin ini mengandung virus atau bakteri tertentu yang telah dilemahkan kemampuannya. Ketika virus/bakteri tersebut disuntikan atau diteteskan ke dalam tubuh mereka, maka tubuh akan memberikan reaksi dengan memproduski antibodi untuk memberikan perlawanan. Ketika ada virus/bakteri yang menyerang mereka, maka antibodi yang telah diproduksi sebelumnya mampu menghalau penyakit tersebut. Vaksin seperti latihan sistem kekebalan. Vaksin menyiapkan tubuh agar siap melawan penyakit tanpa memaparkan gejala-gejala penyakit tertentu. Berikut cara kerjanya. Saat penyusup asing seperti bakteri atau virus memasuki tubuh, sel kekebalan Lymphocytes merespon dengan memproduksi molekul protein (antibodi). Antibodi inilah yang melawan penyusup (antigen) dan melindungi agar tak terjadi infeksi lebih lanjut. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), individu sehat bisa menghasilkan jutaan antibodi sehari guna melawan infeksi akibat masuknya antigen yang tak diketahui ke dalam tubuh secara efisien. Namun saat pertama tubuh menghadapi penyusup ini, butuh beberapa hari agar antibodi mau merespon. Pada antigen yang benar-benar 'menjijikkan', seperti campak atau batuk, beberapa hari agar antibodi muncul terasa terlalu lama. Pasalnya, infeksi bisa menyebar, bahkan membunuh seseorang sebelum sistem kekebalan sempat melawannya. Saat itulah, vaksin datang. Menurut Childrens Hospital of Philadelphia Vaccine Education Center, vaksin terbuat dari antigen mati atau lemah. Antigen ini tak bisa menyebabkan infeksi, namun sistem kekebalan tubuh masih menganggapnya sebagai musuh dan meresponnya dengan antibodi. Setelah ancaman berlalu, banyak antibodi pergi, namun sel kekebalan meminta sel memori tetap tingggal. Saat tubuh menghadapi antigen kembali, sel memori menghasilkan antibodi dengan cepat dan menyerang penyusup sebelum terlambat. Vaksin juga bekerja di tingkat komunitas. Menurut CDC, orang yang terlalu muda atau sistem kekebalannya terlalu lemah tak bisa divaksin. Namun, jika semua orang divaksin, orang yang tak divaksin akan dilindungi Herd Immunity. Dalam kata lain, hal inilah yang menjaga orang tak terinfeksi sehingga tak sakit. (http://www.ristek.go.id/?module=News%20News&id=8703) diakses tanggal: 12/05/2013 pukul: 01.22 WIB (http://infoimunisasi.com/tanya-dokter/cara-kerja-vaksin/) diakses tanggal: 12/05/2013 pukul: 01.22 WIB

2. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Organ Limfoid 2.1 Menjelaskan Makroskopik Anatomi Organ Limfoid

Sistem limfatikus adalah sistem sirkulasi sekunder pada tubuh yang berfungsi mengalirkan cairan limfa atau disebut juga sebagai getah bening yang ada di dalam tubuh. Cairan limfe berasal dari plasma darah yang keluar dari pembuluh darah kapiler arteriole sistem kardivaskular ke dalam jaringan sekitarnya. Jaringan limfoid terdiri dari 4 buah, yaitu : Limfonodus

Terletak disekitar pembuluh darah yang berfungsi untuk memproduksi limfosit dan anti bodi untuk mencegah penyebaran infeksi lanjutan, menyaring aliran limfatik sekurang-kurangnya oleh satu nodus sebelum dikembalikan kedalam aliran darah melalui duktus torasikus, sehingga dapat mencegah penyebaran infeksi lebih luas. Terdapat permukaan cembung dan bagian hillus (cekung) yang merupakan tempat masuknya pembuluh darah dan saluran limfe eferen yang membawa aliran limfe keluar dari limfonodus. Saluran afferen memasuki limfonodus pada daerah sepanjang permukaan cembung. Bentuk : Oval seperti kacang tanah atau kacang merah dengan pinggiran cekung (hillus) Ukuran : Sebesar kepala peniti atau buah kenari, dapat diraba pada daerah leher, axilla, dan inguinal dalam keadaan infeksi. Daerah tubuh yang terdapat limfonodus : 1. Dilihat dari letaknya pada tubuh a. Limfonodus superfisial i. Limfonodus servikal ii. Limfonodus axilla iii. Limfonodus inguinal b. Limfonodus profundus i. Limfonodus iliaka (berkenaan dengan ilium)

ii. iii. iv. v.

Limfonodus lumbal (sepanjang vertebra lumbalis) Limfonodus torasikus (pada pangkal paru) Limfonodus mesenterikus (melekat pada mesenterium usus halus) Limfonodus portal (pada fissura portal hepar/ celah porta hati)

2. Menurut Snells letak limfonodus terbagi atas : a. Kepala dan leher i. Kepala dan leher belakang ii. Sekitar musculo sternocleidomastoideus Pada belakang lidah, faring, cavum nasi, langit-langit mulut, dan wajah iii. Ramus mandibula Dasar mulut b. Extremitas superior Aliran limfe masuk ke limfonodus axilla i. Regio cubiti ii. Regio axillaris c. Kelenjar mammae (dibawah musculo pectoralis meliputi kulit dan otot) Aliran limfe masuk ke limfonodus axilla d. Thorax Aliran limfe thorax dan kelenjar mammae masuk kedalam nodus limfatikus anterior dan posterior. i. Parietal (dinding thorax) ii. Viscera (jantung, perikardium, pulmo, pleura, thymus, dan esophagus) e. Abdomen dan pelvis Meliputi daerah peritoneum dan disekitar aorta, vena cava inferior serta pembuluh darah intestinum. i. Parietal (dibawah peritoneum, dekat pembuluh darah besar) ii. Viscera (dekat pembuluh darah viscera/organ-organ dalam) f. Extremitas inferior Aliran limfe masuk ke limfonodus inguinal i. Disepanjang arteri dan vena tibialis ii. Regio poplitea iii. Regio inguinale Lien

Merupakan organ limfoid yang terbesar, lunak, rapuh, vaskular berwarna kemerahan karena banyak mengandung darah dan berbentuk oval. Pembesaran limpa disebut dengan splenomegali. Pembesaran ini terdapat pada keaadan leukimia, cirrosis hepatis, dan anemia berat. Letak : Regio hipochondrium sinistra intra peritoneal. Pada proyeksi costae 9, 10, dan 11. Setinggi vertebrae thoracalis 11-12. Batas anterior yaitu gaster, ren sinistra, dan flexura colli sinistra. Batas posterior yaitu diafragma, dan costae 9-12. Ukuran : Sebesar kepalan tangan masing-masing individu. Fiksasi : Fiksasi lien ke renal melalui ligamentum renolienalis. Fiksasi lien ke gaster melalui ligamentum gastrolienalis.

Aliran darah : Aliran darah akan masuk kedaerah hillus lienalis yaitu arteri lienalis dan keluar melalui vena lienalis ke vena porta menuju hati. Thymus Timus tumbuh terus hingga pubertas. Setelah mulai pubertas, timus akan mengalami involusi dan mengecil seiring umur kadang sampai tidak ditemukan. akan tetapi masih berfungsi untuk menghasilkan limfosit T yang baru dan darah. Mempunyai 2 buah lobus, mempunyai bagian cortex dan medulla, berbentuk segitiga, gepeng dan kemerahan. Thymus mempunyai 2 batasan, yaitu : Batasan anterior : manubrium sterni dan rawan costae IV Batasan atas : Regio colli inferior (trachea)

Letak : Terdapat pada mediastinum superior, dorsal terhadap sternum. Dasar timus bersandar pada perikardium, ventral dari arteri pulmonalis, aorta, dan trakea. Batas anterior yaitu manubrium sterni, dan rawan costae IV. Batas Atas yaitu regio colli inferior (trachea). Perdarahan : Berasal dari arteri thymica cabang dari arteri thyroidea inferior dan mammaria interna. Kembali melalui vena thyroidea inferior dan vena mammaria interna.

Tonsil

Tonsil termaksud salah satu dari organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila yaitu Tonsila Palatina, Tonsila Lingualis, Tonsila Pharyngealis. Ketiga tonsil tersebut membentuk cincin pada saluran limf yang dikenal dengan Ring of Waldeyerhal ini yang menyebabkan jika salah satu dari ketiga tonsila ini terinfeksi dua tonsila yang lain juga ikut meradang. Organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila, yaitu : Tonsila palatina Terletak pada dinding lateralis (kiri-kanan uvula) oropharynx dextra dan sinistra. Terletak dalam 1 lekukan yang dikenal sebagai fossa tonsilaris dengan dasar yang biasa disebut tonsil bed. Fossa tonsilaris dibatasi oleh dua otot melengkung membentuk arcus yaitu arcus palatoglossus dan arcus palatopharyngeus. Tonsila lingualis Diantara arcus glossopalatinus dan arcus pharingopalatinus Tonsila pharyngealis Pada dinding belakang nasopharynx Perdarahan : Aliran darah berasal dari arteri tonsillaris yang merupakan cabang dari arteri maxillaris externa (fascialis) dan arteri pharyngica ascendens lingualis.

2.2 Menjelaskan Mikroskopik Anatomi Organ Limfoid Umumnya terdiri atas jaringan penyambung, jala-jala sel dan serabut retikulin yang didalamnya terdapat limfosit, sel plasma, dan makrofag. Limfonodus

Limfonodus berfungsi menyaring aliran limfe sebelum dicurahkan kedalam aliran darah melalui duktus torasikus. Limfonodus dibagi atas daerah korteks dan sinusoid. Daerah korteks dapat dibagi atas 2 bagian. Pada nodulus limfatikus terdapat germinal centers. Limfonodus dibungkus oleh kapsula fibrosa yang terdiri dari serat kolagen, yang menjulur kedalam disebut trabeculae. Dibawah kapsula fibrosa terdapat sinus sub kapsularis atau sinus marginalis dimana cairan limfe ditapis dan kemudian mengalir melalui sinus kortikalis atau sinus trabekularis mengikuti trabekula. Stroma limfonodus dibentuk oleh cabang-cabang trabekula dan jaringan retikular (sel retikular merupakan sel fagosit) yang juga membentuk dinding dari sinusoid. Limfonodus dibagi menjadi dua daerah yaitu : Korteks Dibagi menjadi dua bagian yaitu : o Korteks luar Dibentuk dari jaringan limfoid yang terdapat satu jaringan sel retikular dan serat retikular yang dipenuhi oleh limfosit B. Terdapat struktur berbentuk sferis yang disebut nodulus limfatikus, dalam satu nodulus limfatikus terdapat corona (dibentuk dengan susunan sel yang padat) dan sentrum germinativum (dibentuk dari susunan sel yang longgar, dan merupakan tempat diferensiasi limfosti B menjadi sel plasma) . Terdapat sinus subkapsularis atau sinus marginalis yang dibentuk oleh jaringan ikat longgar dari makrofag, sel retikular dan serat retikular. o Korteks dalam Merupakan kelanjutan dari korteks luar, terdapat juga nodulus limfatikus, dan mengandung limfosit T. Medula Terdapat korda medularis (genjel-genjel medula) yang merupakan perluasan korteks dalam yang berisi sel plasma hasil diferensiasi pada sentrum germinativum. Korda medularis dipisahkan oleh struktur seperti kapiler yang berdilatasi yang disebut sebagai sinus limfoid medularis yang mengandung cairan limfe. Lien

Lien berwarna merah tua karena banyak mengandung darah. Lien dibungkus oleh kapsula fibrosa tebal, bercabang cabang ke dalam lien sebagai trabekula, keduanya merupakan jaringan ikat padat. Suplai darah kedalam parenkim melalui arteri trabekularis yang masuk bersama trabekula. Lien dibentuk oleh jaringan retikular yang mengandung sel limfoid, makrofag dan Antigen Presenting cell. Dibungkus oleh simpai jaringan ikat padat yang menjulur (trabekula) yang membagi parenkim atau pulpa lien menjadi kompartemen yang tidak sempurna, tidak terdapat pembuluh limfe, terdapat arteri dan vena trabekularis. Pulpa lien terbagi menjadi dua bagian yaitu : Pulpa alba/putih Terdapat nodulus limfatikus (terdapat banyak limfosit B) dan arteri sentralis/folikularis yang dikelilingi oleh sel-sel limfoid terutama sel limfosit T dan membentuk selubung periarteri. Pulpa alba dan pula rubra dibatasi oleh zona marginalis o Zona marginalis Terdapat sinus dan jaringan ikat longgar dalam jumlah yang banyak. Sel limfosit (jumlah yang sedikit) dan makrofag aktif (jumlah yang banyak). Banyak terdapat antigen darah yang berperan dalam aktivitas imunologis limpa. Pulpa rubra/merah Merupakan jaringan retikular dengan korda limpa (diantara sinusoid) yang terdiri dari sel dan serat retikular (makrofag, limfosit, sel plasma, eritrosit, trombosit, dan granulaosit)

Fungsi limpa : 1. Pembentukan limfosit Dibentuk dalam pulpa alba, menuju ke pulpa rubra dan masuk dalam aliran darah 2. Destruksi eritrosit Oleh makrofag dalam korda pula merah 3. Pertahanan organisme Oleh karena kandungan limfost T, limfosit B, dan Antigen Presenting cell Thymus

Timus diliputi oleh jaringan ikat tipis (kapsula fibrosa) yang terdiri dari serat kolagen dan elastin. Memiliki suatu simpai jaringan ikat yang masuk ke dalam parenkim dan membagi timus menjadi lobulus. Thymus terdiri dari 2 lobulus, tiap lobulus terdiri dari korteks dan medula, tidak terdapat nodulus limfatikus. Korteks merupakan bagian perifir lobulus, dipenuhi oleh limfosit timus. Medula sendiri terisi oleh limfosit. Di daerah medula terdapat badan hassal, suatu bangunan dengan bagian tengahnya berupa daerah hialinisasi berwarna merah muda, dikelilingi oleh sel sel epitoloid. Thymus tidak memliki sinusoid ataupun pembuluh limfe afferen.

Korteks Banyak terdapat limfosit T dan beberapa sel makrofag, dengan sel retikular yang tersebar. Medula Mengandung sel retikular dan limfosit (jumlah sedikit), terdapat badan hasal tersusun dari sel retikular epitel gepeng konsentris yang mengalami degenerasi hialin dan mengandung granula keratohialin dengn fungsi yang belum diketahui. Tonsil

Tonsil lingualis

Terdapat pada 1/3 bagian posterior lidah, tepat dibelakang papila sirkumvalata, bercampur dengan muskular skelet. Limfonodulus umumnya mempunyai germinal center yang umumnya terisi limfosit dan sel plasma. Tonsil palatina Tonsila palatina tidak terdapat muskular dan pada kriptus banyak terdapat debris yang disebut benda liur. Tonsila faringea atau adenoid Terdapat pada permukaan medial dari dinding dorsal nasofaring. Epitel yang meliputi jaringan limfoid ini adalah epitel bertingkat torak bersilia.

3. Memahami dan Menjelaskan Reaksi Imun 3.1 Menjelaskan Antigen Definisi Antigen Antigen adalah bahan yg berinteraksi dengan produk respons imun yg diransang oleh imunogen spesifik seperti antibodi dan atau TCR. Antigen ini dimiliki oleh berbagai macam patogen. Sel sistem imun tidak berinteraksi dengan seluruh molekul antigen, tetapi limfosit mengenal tempat khusus pada makromolekul yg disebut epitop atau determinan antigen. Epitop adalah bagian dari antigen yg dapat membuat kontak fisik dengan reseptor antibodi.Oleh karena sel B mengikat antigen yg bebas dalam larutan, epitop yg dikenalnya cenderung mudah ditemukan dipermukaan antigen. Epitop sel T dari protein berbeda dalam peptida, biasanya berasal dari hasil cerna protein patogen oleh enzim yg dikenal oleh TCR dalam kompleks dengan MHC. Klasifikasi Antigen

1. Pembagian antigen menurut epitop : - Unideterminan, univalen : satu jenis epitop pada satu molekul - Unideterminan, multivalen : satu jenis epitop berjumlah lebih dari satu disatu molekul - Multideterminan, univalen : banyak jenis epitop tp jumlah masing-masing cm satu - Multideterminan, multivalen : banyak jenis epitop berjumlah lebih dari satu 2. Pembagian antigen menurut spesifitas : - Heteroantogen : dimiliki oleh banyak spesies - Xenoantigen : hanya dimiliki spesies tertentu - Aloantigen : Spesifik untuk individu dalam satu spesies - Antigen organ spesifik : hanya dimiliki organ tertentu - Autoantigen :dimiliki tubuh sendiri 3. Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T : - T dependen : memerlukan pengenalan oleh sel T terlebih dahulu - T independen : dpt merangsang sel B tanpa bantuan sel T terlebih dahulu 4. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi : - Polisakarida - Lipid - Asam nukleat 3.2 Menjelaskan Antibodi Definisi Antibodi Antibodi tergolong protein yg disebut globulin dan dikenal sebagai immunoglobulin(Ig). Immunoglobulin dibentuk oleh sel plasma yg berasal dari proliferasi sel B yg terjadi setelah kontak dengan antigen. Fungsi utamanya adalah mengikat antigen dan menghantarkannya ke sistem efektor pemusnahan. Klasifikasi Antibodi 1. Immnunoglobulin G (IgG) : IgG merupakan komponen utama serum, merupakan 75% dari semua immunoglobulin. igG memiliki sifa opsonin yg efektif karena sel-sel fagosit, monosit dan makrofag mempunyai reseptor untuk fraksi Fc dari IgG. IgG jg dapat menembus plasenta masuk ke janin. 2. Immnunoglobulin A (IgA) : Merupakan Ig utama dalam cairan sekresi seromukosa untuk menjaga permukaan luar tubuh. IgA dapat menetralkan toksin,mengaglutinasikan kuman dan bekerja sebagai opsonin. IgA sendiri dapat mengaktifkan komplemen jalur alternatif. 3. Immnunoglobulin M (IgM) : IgM merupakan Ig terbesar. IgM juga merupakan Ig paling efektif dalam aktifasi komplemen Jalur klasik. IgM dibentuk paling awal pada respons imun primer terhadap kebanyakan antigen. IgM juga merupakan Ig yg predominan diproduksi janin. 4. Immnunoglobulin D (IgD) : IgD ditemukan dalam serum dengan kadar yg sangat rendah.IgD merupakan komponen permukaan utama sel B dan merupakan tanda dari differensiasi sel B yg sudah lebih matang. IgD jg tidak mengikat komplemen dan tidak dilepas sel plasma. 5. Immnunoglobulin E (IgE) : IgE berperan dalam pertahanan terhadap infeksi parasit pengerahan agen antimikrobial. IgE terutama berperan dalam reaksi alergi dan dapat menimbulkan syok anafilaksis.

4. Memahami dan Menjelaskan Imunitas 4.1 Menjelaskan Definisi Imunitas Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama infeksi untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup.

4.2 Menjelaskan Klasifikasi Imunitas

Dibedakan menjadi dua sistem yaitu sistem non spesifik (natural/innate) dan sistem spesifik (adaptive/acquired). Sistem imun non spesifik Merupakan pertahanan tubuh utama dalam menghadapi serangan benda asing, karena sistem imun spesifik memerlukan waktu untuk memberikan respon, sistem imun non spesifik tidak mempunyai memori terhadap antigen. Disebut non spesifik dikarenakan tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah tersedia dan berfungsi langsung dan terdapat sejak lahir. o Pertahanan fisik/mekanik Melalui kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk, dan bersin. Luka bakar pada kulit dan selaput lendir yang rusak karena asap rokok dapat meningkatkan resiko infeksi dan infeksi oportunistik. o Pertahanan larut Biokimia Mikroba dapat masuk melalui kelenjar sebaseus dan folikel rambut. Bahan-bahan yang disekresi mukosa saluran napas, kelenjar sebaseus kulit, kelenjar kulit, telinga, spermin dalam semen berfungsi sebagai pertahanan tubuh. Bahan-bahan yang dapat melindungi tubuh dari kuman Gram-positif dengan cara : Menghancurkan lapisan peptidoglikan dinding kuman : Asam hidroklorik (lambung) Lisosim (keringat) Ludah Air mata Air susu ibu (antibakterial pada E.colli dan Staphylococcus) Mencegah timbulnya bakteri karena pH yang rendah : Vagina Spermin dalam semen

1. 2. 3. 4. 5. 1. 2.

3.

Jaringan-jaringan lain Saliva juga mengandung antibodi dan komplemen yang berfungsi sebagai opsonin dalam lisis sel mikroba. Lisozim yang dilepas oleh makrofag bersama dengan komplemen dapat menghancurkan kuman Gram-negatif. Enzim lisosim baik dalam darah maupun dalam sekresi tubuh membunuh kuman dengan mengubah dinding selnya (denaturasi protein membran sel). IgA juga merupakan antibodi lokal untuk pertahanan permukaan mukosa dengan merusak dinding sel bakterinya. Pembiasan saluran kemih oleh urin dapat menyingkirkan kuman patogen. Laktoferin dan transferin dalam serum mengikat zat besi yang dibutuhkan untuk hidup kuman pseudomonas. Contoh kerja sama antara pertahanan fisik dengan biokimia ialah mukus yang kental melindungi sel epitel mukosa dan menangkap bakteri dan bahan asing lainnya yang selanjutnya dikeluarkan oleh gerakan silia. Humoral Molekul larut tertentu yang diproduksi di tempat infeksi/cedera dan berfungsi lokal, contohnya peptida antimikroba (defensin, katelisidin, IFN dengan efek antiviral). Pertahanan humoral ini juga dapat dikerahkan ke jaringan sasaran yang berbeda tempat melalui sirkulasi seperti komplemen dan PFA (protein fase akut)/APP (acute phase protein) Komplemen Bersama dengan antibodi untuk menghancurkan membran lapisan LPS dinding sel beberapa bakteri Gram negatif yang ditemukan dalam serum normal. Komplemen rusak pada suhu 56oC selama 30 menit. Komplemen terdiri atas sejumlah besar protein yang memberikan proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respon inflamasi. Komplemen spektrum aktivitas luas diproduksi oleh hepatosit dan monosit serta dapat diaktifkan langsung oleh mikroba atau produknya. Komplemen berfungsi sebagai opsonin yang meningkatkan fagositosis, faktor kemotaktik, dan menimbulkan destruksi bakteri dan parasit. Protein fase akut Selama fase ini, terjadi perubahan kadar protein serum yang disebut APP (acute phase protein). Meningkat atau menurunnya kada protein selama fase akut disebut sebagai APRP (acute phase response protein) yang berperan dalam pertahanan dini. Interferon Suatu glikoprotein yang dihasilkan sel manusia yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai respon terhadap infeksi virus/sifat antivirus dengan menginduksi sel-sel sekitar sel yang telah terserang virus. Interferon juga dapat mengaktifkan natural killer cell (sel NK) untuk membunuh virus dan sel neoplasma, sehingga dapat menyingkirkan reservoir infeksi. Sel NK memberikan respon terhadap IL-12 yang diproduksi makrofag dan melepas IFN- yang mengaktifkan makrofag untuk membunuh mikroba yang sudah dimakannya. o CRP (C-reactive protein) Dibentuk pada infeksi, yang berperan sebagai opsonin dan dapat mengaktifkan komplemen. Pertahanan selular Fagosit

Berbagai sel dapat melakukan fagositosis, sel utama yang berperan dalam hal tersebut adalah sel mononuklear (monosit dan makrofag) serta sel polimononuklear (neutrofil) yang keduanya berasal dari sel hemopoietik yang sama. Fagositosis dini efektif pada invasi kuman, dapat mencegah timbulnya penyakit. Proses fagositosis terjadi dalam beberapa tingkat : kemotaksis, menangkap, membunuh, dan mencerna.

Sel NK Merupakan sel limfosit tanpa ciri-ciri sel limfoid sistem imun spesifik yang ditemukan dalam sirkulasi. Disebut juga sel non B non T atau sel populasi ketiga atau null cell. Sel NK mempunyai granula yang besar (large granular lymphocyte/LGL). Sel NK menghancurkan sel yang mengandung virus atau sel neoplasma. Interferon mempercepat pematangan dan meningkatkan efek sitolitik sel NK. Sel mast Berperan dalam reaksi alergi dan pertahanan pada pejamu imunokompromais, sebagai imunitas terhadap parasit usus dan invasi bakteri. Berbagai faktor nonimun seperti latihan jasmani, tekanan, trauma, panas, dan dingin dapat mengaktifkan dan menimbulkan degranulasi sel mast.

Sistem imun spesifik Mempunyai kemampuan untuk mengenal benda asing bagi dirinya. Bila sel sistem terpajan ulang dengan benda asing yang sama, sel akan mengenal lebih cepat dan akan merespon dengan baik, oleh karena itu sistem tersebut disebut spesifik. Sistem ini dapat bekerja sendiri tetapi umunya terjalin kerja sama baik dengan sistem imun non spesifik. o Humoral Yang berperan dalam sistem ini adalah sel B yang berasal dari sel multipoten dalam sumsum tulang. Bila sel B dirangsang benda asing, sel tersebut akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang dapat membentuk antibodi. Antibodi dapat ditemukan dalam serum. Fungsi utama antobodi ialah mempertahankan tubuh terhadap infeksi bakteri, virus dan menetralisasi toksin. o Selular Yang berperan dalam sistem ini adalah limfosit T atau sel T. Fungsi sel T umumnya ialah: Membantu sel B dalam memproduksi antibodi Mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus Mengaktifkan makrofag untuk fagositosis Mengontrol ambang dan kualitas imun.

Sel T dibentuk dalam sumsum tulang, tetapi diferensiasi dan proliferasinya terjadi dalam kelenjar timus atas pengaruh faktor asal timus. Hanya sekitar 5-10% sel timus yang matang dan masuk kedalam sirkulasi dan KGB. Sel T terdiri dari : Sel T naif Sel limfosit yang meninggalkan timus namun belum berdiferensiasi, belum terpajan dengan antigen dan menunjukkan molekul permukaan CD45RA. Sel ini ditemukan dalam organ limfoid perifer. Sel T naif yang terpajan antigen akan berkembang menjadi sel Th0 dan dapat berkembang menjadi Th1 dan Th2, sel Th0 memproduksi sitokin dari ke 2 jenis sel tersebut seperti IL-2, IFN, dan IL-4. Sel T CD4+ (Th1 dan Th2) Sel T naif CD4+ memasuki sirkulasi dan menetap dalam organ limfoid bertahun-tahun sebelum terpajan antigen atau mati. Sel tersebut mengenal antigen yang dipresentasikan bersama molekul MHC-II oleh APC dan berkembang menjadi subset sel Th1 atau sel Tdth (delayed type Hypersensitivity) atau Th2 yang tergantung sitokin lingkungan. IFN- dan IL-12 yang diproduksi APC seperti makrofag dan sel dendritik diaktifkan mikroba merangsang diferensiasi sel CD4+ menjadi Th1/Tdth yang berperan dalam reaksi hipersensitivitas lambat (tipe IV). Sel Tdth berperan mengarahkan makrofag san sel inflamasi ke tempat terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Atas pengaruh IL-4, IL-5, IL-10, IL-13 yang dilepas sel mast yang terpajan antigen atau cacing, Th0 berkembang menjadi sel Th2 yang merangsang sel B untuk memproduksi antibodi.

Sel T CD8+ (Cytotoxic T Lymphocyte/CTL/Tcytotoxic/Tcytolytic/Tc) Fungsi utama sel ini ialah menyingkirkan sel yang terinfeksi virus dengan menghancurkan sel tersebut. Sel CTL juga menghancurkan sel ganas dan sel histoimkompatibel yang menimbulkan penolakan pada transplantasi. Dalam keadaan tertentu, sel CTL dapat menghancurkan sel terinfeksi bakteri intrasel. Sebagai T inducer karena dapat menginduksi sel subset T lainnya. Sel Ts (T supresor) atau sel Tr (T regulator) atau Th3 Berperan menekan aktivitas sel efektor T yang lain dan sel B. Kerja sel Tr dengan mencegah respon sel Th1. APC mempresentasikan antigen ke sel T naif yang akan melepaskan sitokin IL-12 yang merangsang diferensiasi sel T naif menjadi sel efektor Th1. Sel Th1 menghasilkan IFN- yang mengaktifkan makrofag dalam fase efektor. Sel Tr mencegah aktivasi sel T melalui mekanisme yang belum jelas. Beberapa sel Tr melepas sitokin imunosupresif seperti IL-10 yang mencegah fungsi APC dan aktivasi makrofag dan TGF- yang mencegah proliferasi sel T dan aktivasi makrofag. 5. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Terhadap Vaksin Beberapa prinsip dalam pemberian vaksin yg halalan thoyiban : Memberikan asupan nutrisi yg memaksimalkan pembangunan dan memelihara sistem imun tubuh. Memberikan asupan nutrisi yg meminimalkan dan menghilangkan zat yg bersifat menurunkan kerja sistem imun Menjauhkan dan menghentika asupan nutrisi yg bersifat menurunkan kerja sistem imun Tidak menurunkan vaksinasi yg mengandung toksin Tidak memberikan vaksinasi yg mengandung bahan yg haram secara syariah

Imunisasi dan vaksin mubah, silahkan jika ingin melakukan imunisasi jika sesuai dengan keyakinan. Silahkan juga jika menolak imunisasi sesuai dengan keyakinan dan hal ini tidak berdosa secara syariat. Silahkan sesuai keyakinan masing-masing. Yang terpenting kita jangan berpecah-belah hanya karena permasalahan ini dan saling menyalahkan. Majelis Ulama Eropa untuk Fatwa dan Penelitian telah memberikan jawaban untuk masalah vaksin yang digunakan dalam vaksinasi anak terhadap polio. Dalam masalah tersebut, Majelis Ulama Eropa memutuskan dua hal: Pertama: Penggunaan obat semacam itu ada manfaatnya dari segi medis. Obat semacam itu dapat melindungi anak dan mencegah mereka dari kelumpuhan dengan izin Allah. Dan obat semacam ini (dari enzim babi) belum ada gantinya hingga saat ini. Dengan menimbang hal ini, maka penggunaan obat semacam itu dalam rangka berobat dan pencegahan dibolehkan. Hal ini dengan alasan karena mencegah bahaya (penyakit) yang lebih parah jika tidak mengkonsumsinya. Dalam bab fikih, masalah ini ada sisi kelonggaran yaitu tidak mengapa menggunakan yang najis (jika memang cairan tersebut dinilai najis). Namun sebenarnya cairan najis tersebut telah mengalami istihlak (melebur) karena bercampur dengan zat suci yang berjumlah banyak. Begitu pula masalah ini masuk dalam hal darurat dan begitu primer yang dibutuhkan untuk menghilangkan bahaya. Dan di antara tujuan syariat adalah menggapai maslahat dan manfaat serta menghilangkan mafsadat dan bahaya. Kedua:

Majelis merekomendasikan pada para imam dan pejabat yang berwenang hendaklah posisi mereka tidak bersikap keras dalam perkara ijtihadiyah ini yang nampak ada maslahat bagi anak-anak kaum muslimin selama tidak bertentangan dengan dalil yang definitif (qothi). Perlu diketahui juga bahwa di Saudi Arabia sendiri untuk pendaftaran haji melalui hamlah (travel) diwajibkan bagi setiap penduduk asli maupun pendatang untuk memenuhi syarat tathim (vaksinasi) karena banyaknya wabah yang tersebar saat haji nantinya. Syarat inilah yang harus dipenuhi sebelum calon haji dari Saudi mendapatkan tashrih atau izin berhaji yang keluar lima tahun sekali. (http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/pro-kontra-hukum-imunisasi-dan-vaksinasi.html#) diakses tanggal: 12/05/2013 pukul: 02.34 WIB

Anda mungkin juga menyukai