DISUSUN OLEH :
1. 2. 3. 4. 5. 6. APRIADI NYARU KAHARAP APRIANTO ARMALINA OKTAVIA RINDA YANIE RIZA TAMALA WINEY ADELIA
YAYASAN EKA HARAP SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN EKA HARAP PRODI S-1 KEPERAWATAN TAHUN 2011 / 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Sosialisasi dan Stratifikasi Sosial ini tepat pada waktunya. Makalah ini kami sajikan secara sistematis serta dengan bahasa yang sederhana sehingga lebih mudah dipahami. Adapun makalah ini bersumber dari berbagai macam informasi, terutama dari dunia maya. Dari situ kami dapat mengembangkannya sehingga menjadi kumpulan informasi yang berguna. Dalam menulis makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan yang disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat dikerjakan dengan baik. Oleh karena itu, jika seandainya dalam makalah ini terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan, kami dengan senang hati menerima masukan, kritikan dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita semua, dan berguna untuk generasi masa depan. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... Daftar Isi ... i ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ............... 1.2 Rumusan Masalah ... 1.3 Tujuan Penulisan ..... 1.4 Metode Penulisan ..... 1 1 2 2
BAB II ISI 2.1 Pengertian Falsafah Keperawatan 2.1.1 Falsafah keperawatan menurut Roy . 2.2 Pengertian Paradigma Keperawatan... 2.2.1 Paradigma keperawatan menurut Masterman dan Poerwanto 2.3 Komponen Paradigma Keperawatan 2.3.1 Konsep Manusia .. 2.3.2 Konsep Keperawatan . 2.3.3 Konsep Kesehatan .. 2.3.4 Konsep Lingkungan BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran 11 12 3 4 5 6 7 7 7 8 10
13
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
kriteria stratifikasi dalah keturunan. Dengan demikian tidak terjadi gerak sosial dari strata satu ke strata lain yang lebih tinggi.
2. Ekspansi teritorial dan gerak populasi. Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan ciri fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas sosial. Misalnya, perkembangan kota, transmigrasi, serta bertambah dan berkurangnya penduduk. 3. Komunikasi yang bebas. Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata yang beraneka ragam memperkukuh garis pembatas di antara strata yang ada dalam pertukaran pengetahuan dan pengalaman diantara mereka dan akan menghalangi mobilitas sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi yang bebas serta efektif akan memudarkan semua batas garis dari strata sosial yang ada dan merangsang mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang menghadang. 4. Pembagian kerja. Besarnya kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat dispesialisasikan, maka mobilitas akan terjadi lemah dan menyulitkan orng bergerak dari satu strata ke strata yang lain karena spesialisasi pekerjaan menuntut keterampilan khusus. Kondisi ini memacu anggota masyarakatnya untuk lebih kuat berusaha agar dapat menempati status terebut. 5. Tingkat fertilitas (kelahiran) yang berbeda. Kelompok masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi dan pendidikan rendah cenderung memiliki tingkat fertilitas tinggi. Di sisi lain, masyarakat kelas yang lebih tinggi cenderung membatasi tingkat reproduksi dan angka kelahiran. Pada saat itu, orang-orang dari tingkat ekonomi dan pendidikan yang lebih rendah mempunyai kesempatan untuk banyak bereproduksi dan memperbaiki kualitas keturunan. Dalam situasi itu, mobilitas sosial dapat terjadi.
2) Lembaga-lembaga keagamaan. Lembaga-lembaga keagamaan dapat mengangkat status sosial seseorang, misalnya ustaz, pendeta, biksu, dan lain-lain (orang yang berjasa dalam perkembangan agama). 3) Lembaga pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang konkret dari mobilitas vertikas ke atas, bahkan dianggap sebagai social elevator (perangkat) yang bergerak dari kependudukan yang rendah ke pendudukan yang lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi. Contoh, seorang anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah sampai jenjang perguruan tinggi. Setelah lulus ia memiliki pengetahuan ilmu di bidang mesin dan menggunakan pengetahuannya itu untuk berusaha, sehingga ia berhasil menjadi pebisnis yang sukses dan kaya, yang secara otomatis meningkat status sosialnya. 4) Organisasi politik. Seperti angkatan bersenjata, organisasi politik memungkinkan anggotanya yang loyal dan berdedikasi tinggi untuk menempati jabatan yang lebih tinggi, sehingga status sosialnya meningkat. 5) Organisasi ekooimi. Organisasi ekonomi (seperti perusahaan, koperasi, BUMN, dan lain-lain) dapat meningkatkan pendapatan seseorang. Semakin besar prestasinya, maka semakin besar jabatannya, karena jabatannya tinggi akibatnya pendapatannya bertambah, karena pendapatannya bertambah akibatnya kekayaan bertambah, dan karena kekayaanya bertambah akibatnya status sosialnya di masyaratakat meningkat. 6) Organisasi keahlian. Orang yang rajin menulis dan menyumbangkan pengetahuan/keahliannya kepada kelompok pasti statusnya akan dianggap lebih tinggi daripada pengguna biasa. 7) Pernikahan. Sebuah pernikahan dapat menaikkan status seseorang, dimana seorang yang menikah dengan orang yang memiliki status terpandang akan dihormati karena pengaruh pasangannya.
mendorong orang untuk mau bersaing dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas. Contoh, seorang anak miskin berusaha belajar dengan giat agar mendapatkan kekayaan di masa depan. b) Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik. Contoh, Indonesia yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industrialis. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi di dukung oelh sumber daya yang memiliki kualitas. Kondisi ini perlu didukung dangan peningkatan dalam bidang pendidikan.
membudayakan berbagai macam tindakan setelah perasaan dan nilai budaya yang member motivasi akan tindakan meniru itu telah diinternalisasi dalam kepribadianya 1. Proses Evolusi Sosial a. Proses mikroskopik dan makroskopik dalam evolusi sosial. Proses evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisis oleh seorang peneliti seolah-olah dari dekat secara detail (miskroskopik), atau dapat juga dipandang dari jauh hanya dengan memperhatikan perubahan-perubahan yang besar saja (makroskopik). Proses evolusi sosial budaya yang dianalisis secara detail akan membuka mata seorang peneliti untuk berbagai macam proses perubahan yang terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari dalam setiap masyarakat dunia. b. Proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya. Proses ini mengenai suatu aktivitas dalam sebuah lingkungan atau suatu adat, dimana aktivitas yang dilakukan terus berulang dan aktivitas yang dimaksud biasanya aktivitas yang menyimpang atau diluar kehendak perilaku. Namun pada suatu ketika dan sering terjadi, aktivitas tersebut selalu berulang (recurent) dalam kehidupan sehari-hari disetiap masyarakat. Sampai akhirnya masyarakat tidak bisa mempertahankan adatnya lagi, karena terbiasa dengan penyimpangan-penyimpangan tersebut. Maka masyarakat terpaksa memberi konsesinya, sehingga adat serta aturan diubah sesuai dengan keperluan baru dari individu individu didalam masyarakat c. Proses mengarah dalam evolusi kebudayaan. Dengan mengambil jangka waktu yang panjang, maka akan terlihat perubahanperubahan besar yang seolah bersifat menentukan arah (directional) dari sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan. Sebagai contoh, tingkat kebudayaan manusia berawal dari neolitik, kemudian berubah menjadi mesolitik dan akhirnya berubah menuju paleolitik. 2. Proses Difusi Proses difusi dapat terjadi melalui penyebaran manusia dan penyebaran unsur-unsur kebudayaan . Penyebaran manusia. Ilmu paleoantropologi memperkirakan bahwa perkembangan manusia berawal di daerah sabana tropika di Afrika Timur, dan sekarang
makhluk itu sudah menduduki hampir seluruh permukaan bumi. Hal ini dapat diterangkan dengan adanya proses pembiakan dan gerak penyebaran atau migrasi-migrasi yang disertai dengan proses adaptasi fisik dan sosial budaya. Penyebaran unsur-unsur kebudayaan : bersamaan dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia dimuka bumi, turut pula tersebar unsur-unsur kebudayaan dan sejarah dari proses penyebaran unsur kebudayaan tersebut ke seluruh penjuru dunia yang disebut proses difusi (diffusion). Salah satu bentuk difusi dibawa oleh kelompok-kelompok yang bermigrasi. Namun bisa juga tanpa adanya migrasi,tetapi karena ada individu-individu yang membawa unsur-unsur kebudayaan itu, dan mereka adalah para pedagang dan pelaut. Sejarah dari proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang disebut proses difusi. Proses difusi dari unsure-unsur kebudayaan antara lain diakibatkan oleh migrasi bangsa-bangsa yang berpindah dari suatu tempat ke tempat lain dimuka bumi. 3. Akulturasi dan Pembaruan atau Asimilasi
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari pengguna sumbersumber alam, energi dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja, penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya sistem produksi, serta tercipta produk-produk baru. Proses inovasi sangat erat kaitannya dengan teknologi dan ekonomi. Dalam suatu penemuan baru biasanya dibutuhkan proses sossial yang panjang dan melalui dua tahap khusus, yaitu discovery dan invention. Discovery adalah suatu penemuan dari suatu unsure kebudayaan yang baru, baik berupa suatu alat baru, ide baru, yang diciptakan oleh individu atau suatu rangkaian dari beberapa individu dalqam masyarakat yang bersangkutan. Discovery baru akan menjadi invention apabila masyarakat sudah mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan baru itu. Pendorong penemuan baru atau faktor-faktor pendorong bagi individu dalam suatu masyarakat untuk memulai dan mengembangkan penemuan-penemuan baru antara lain dengan adanya kesadaran para individu akan kekurangan dalam kebudayaan, mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan, dan ssstem perangsang bagi aktivitas mencipta dalam masyarakat.
3.2 Saran
Penulis menyarankan perlu adanya system lapisan masyarakat agar dapat memecahkan persoalan yang dihadapi masyarakat dab mendorong agar melaksana kewajibannya yang sesuai dengan kedudukan serta peranannya
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Wahit Iqbal. 2009. Pengantar dan Teori Sosiologi untuk Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers