Anda di halaman 1dari 20

Bunuh diri (dalam bahasa Inggris: suicide; dalam budaya Jepang dikenal istilah harakiri) adalah tindakan mengakhiri

hidup sendiri tanpa bantuan aktif orang lain. Alasan atau motif bunuh diri bermacam-macam, namun biasanya didasari oleh rasa bersalah yang sangat besar, karena merasa gagal untuk mencapai sesuatu harapan.

Bunuh diri merupakan suatu hal yang sangat buruk.Dimana seseorang menantang dan menyalahi kodrat Tuhan YME dengan mencoba membunuh dirinya sendiri.Survei membuktikan sekitar satu juta manusia setiap tahunnya melakukan bunuh diri.Prialah paling banyak melakukan bunuh diri daripada wanita.Karena wanita lebih mudah menahan penderitaan daripada pria.Beberapa faktor yang perlu anda ketahui,ketika orang melakukan bunuh diri antara lain, 1.Kurangnya Iman dan Takwa Seorang yang tak punya iman dan takwa kepada Tuhan YME,tentunya tidak memiliki pegangan ataupun landasan dalam kehidupan.Sehingga ketika mengalami suatu masalah yang besar,mereka cenderung menangani dengan sembrono.Alhasil ketika masalah tidak kunjung selesai,mereka tak dapat berpikir ahirnya mencoba jalan untuk mengahiri hidupnya. 2.Sikap mental yang buruk Mental merupakan faktor yang sangat mempengaruhi.Dimana seorang yang bermental lemah harus menghadapi masalah yang besar,jika tidak kuat dan tak punya faktor yang pertama diatas tadi.Tentunya bunuh diri akan terlintas dipikiran mereka. 3.Masalah yang tak kunjung usai Lagi-lagi karena masalah yang terlalu membebani.Masalah jika dianggap besar maka akan menjadi besar apalagi masalah yang besar dianggap besar pastinya akan menjadi sangat besar.Sebaiknya hadapi masalah dengan tenang dan bersandar pada iman dan takwa. Bunuh diri sendiri jarang terjadi pada anak usia 14 tahun ke bawah,karena mereka anak-anak belum dapat berpikir tentang kehidupan itu sendiri.Angka bunuh diri paling besar memang dikalangan muda sekitar umur 18 tahun keatas.Gadis remaja cenderung bunuh diri dikarenakan membutuhkan pertolongan orang yang mengerti.Mereka tak kuat menghadapi masalah sendiri. Beberapa hal yang perlu anda lakukan ketika anda memiliki teman yang ingin bunuh diri adalah sebagai berikut,

Mendengarkan apa yang mereka katakan,biarkan mereka berbicara panjang lebar kepada anda.Selami cerita mereka dan cobalah mencari solusi selesai bercerita. Jangan hanya memberikan solusi kecil,orang yang ingin bunuh diri cenderung ingin mendapatkan solusi yang besar.Jadi anda harus benar-benar menyelami masalah teman anda tersebut. Jika anda tak mampu juga menyelesaikan masalah,ajaklah mereka menuju orang yang tepat dalam menyelesaikan masalahnya.Memang dibutuhkan kesabaran yang tinggi,tetapi usaha anda adalah usaha yang sangat baik. Jika semua cara yang halus dan lembut sudah dicoba,tetapi tidak mempan dan tetap ingin bunuh diri.Daripada nanti membahayakan anda apalagi dia dapat nekat sewaktu-

waktu melakukan bunuh diri dan anda tidak dapat mengatasi sendirian.Segera panggil polisi atau biarkan pihak berwajib yang menanganinya agar dibawah ke psikiater.

Bunuh Diri Menurut Pandangan Psikologi


Teori-teori psikologi tentang bunuh diri, fokus pada pikiran dan motivasi dari orang-orang yang melakukan percobaan bunuh diri (Barlow & Durand, 2002). Teori-teori psikologi humanis-eksistensialis misalnya, menghubungkan bunuh diri dengan persepsi tentang hidup yang sudah tidak mempunyai harapan atau tidak mempunyai tujuan yang pasti. Beck (dalam Halgin & Whitbourne, 2003) mengatakan bahwa bunuh diri adalah ekspresi dari hilangnya harapan yang dicetuskan oleh ketidakmampuan individu dalam mengatasi stres. Shneidman (dalam Halgin & Whitbourne, 2003) menyatakan bahwa individu yang mencoba bunuh diri adalah individu yang mencoba untuk mengkomunikasikan rasa frustrasinya kepada seseorang yang dianggap penting oleh individu tersebut. Secara garis besar bunuh diri dalam tinjauan psikologis dibahas dengan menggunakan pendekatan teori psikodinamik, teori kognitif-behavior dan teori gangguan mental. Teori Psikodinamik Psikodinamik memandang tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh seorang individu adalah merupakan masalah depresi klasik, dalam hal ini, seseorang yang mempunyai agresifitas yang tinggi dalam menyerang dirinya sendiri (Meningger, dalam Meyer & Salmon, 1998). Konsep Freud tentang insting mati (death instinct), thanatos, merupakan konsep yang mendasari hal tersebut dan menjadi pencetus bagi seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri. Teori Psikodinamik menyatakan bahwa kehilangan kontrol ego individu, menjadi penyebab individu tersebut melakukan bunuh diri (Meyer & Salmon, 1998). Freud menyatakan jika depresi adalah kemarahan seseorang yang ditujukan kepada dirinya sendiri. Secara spesifik, ego yang terdapat pada seseorang yang berada pada kondisi seperti hal tersebut, dihadirkan kepada orang yang telah meninggalkannya. Kemarahan akan menjadi lebih besar jika orang yang depresi berharap untuk menghapus kesan atau sosok dari orang yang meninggalkannya. Penghapusan atau penghilangan kesan atau gambar tersebut dilakukan kepada dirinya sendiri dengan jalan bunuh diri. Teori ini menyatakan jika bunuh diri merujuk pada suatu manifestasi kemarahan kepada orang lain. Teori psikodinamik menyepakati atau menghendaki orang-orang yang bunuh diri jangan mengekspresikan kemarahannya ke dalam catatan atau surat, karena mereka tidak akan bisa mengekspresikan emosi tersebut dan mengembalikan perasaan tersebut kepada diri mereka. Aliran-aliran psikodinamik terbaru yang muncul, masih terfokus pada kemarahan pada diri sendiri sebagai inti permasalahan atau penyebab terjadinya tindakan bunuh diri atau usaha bunuh diri (Maltsberger, dalam Hoeksema, 2001). Teori Kognitif-Behavior

Teori kognitif-behavior meyakini jika kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap memberikan kontribusi terhadap terjadinya perilaku bunuh diri. Konsistensi prediksi yang tinggi dari variabel kognitif terhadap bunuh diri adalah kehilangan harapan (hopelessness), perasaan jika masa depan sangatlah suram dan tidak ada jalan untuk menjadikan hal tersebut menjadi lebih baik atau positif (Beck, dkk., dalam Hoeksema, 2001). Adanya pemikiran yang bercabang (dichotomous thinking), kekakuan dan ketidak luwesan dalam berpikir menjadi penyebab seseorang bunuh diri. Kekakuan dan ketidak luwesan tersebut menjadikan seseorang kesulitan dalam menemukan alternatif penyelesaian masalah sampai perasaan untuk bunuh diri yang dirasakan oleh orang tersebut menghilang. Karakteristik perilaku yang menunjukkan atau yang menjadi penyebab seseorang melakukan bunuh diri adalah impulsifitas. Perilaku ini (impulsif), akan semakin berisiko jika terkombinasikan dengan gangguan psikologis yang lain, seperti depresi atau tinggal di lingkungan dengan potensi untuk menghasilkan stres yang tinggi (Hoeksema, 2001). Gangguan Mental Hampir 90 % individu yang yang melakukan bunuh diri dan usaha bunuh diri mempunyai kemungkinan mengalami gangguan mental (Jamison., NIMH., dalam Hoeksema, 2001., Wikipedia____). Gangguan mental yang paling sering dialami oleh orang yang melakukan bunuh diri adalah depresi (Wulsin, Valliant & Wells, dalam Hoeksema, 2001). Paling kurang, 15 % individu dengan depresi, sukses melakukan bunuh diri (Mental Health.Net). Banyak teori yang menjelaskan tentang depresi, dan semua sepakat keadaan depresi merupakan indikasi terjadinya bunuh diri (Keliat, 1994). Sering kali diagnosis psikiatri baru muncul setelah seorang individu melakukan bunuh diri. Analisis tingkah laku, suasana hati, dan pikiran individu yang melakukan bunuh diri didasarkan atas laporan dari keluarga dan temanteman inidividu tersebut serta tulisan atau catatan-catatan individual. Dari data yang ada, 40 individu yang melakukan percobaan bunuh diri, 53 persen diantaranya didiagnosa mengalami gangguan depresi (Petronis., dkk, dalam Hoeksema, 2001). Studi yang dilakukan kepada anak-anak dan remaja menunjukkan jika depresi meningkatkan risiko untuk bunuh diri. Goodwin dan Jamison (dalam Hoeksema, 2001) mengatakan jika setengah dari individu dengan gangguan bipolar melakukan percobaan bunuh diri, dan kemungkinan satu dari lima sukses melakukan bunuh diri. Gangguan psikologis yang lain yang meningkatkan risiko untuk bunuh diri dan usaha bunuh diri adalah alkoholik dan penyalahgunaan narkoba (Statham, dalam Hoeksema, 2001). Semua bentuk gangguan psikologis atau gangguan mental berpotensi menjadi faktor risiko perilaku bunuh diri.

BUNUH DIRI MENURUT AGAMA ISLAM Bunuh Diri, Mengapa Terjadi ? Salah satu belas kasih Allah subhanahu wataalaterhadap orang-orang shalih yakni Allah subhanahu wataalamemberikan kepada mereka dua kebahagiaan; Kebahagiaan dunia danakhirat. Dan perlu kita ketahui bahwa rasa bosan hidup yang Allahberikan kepada orang yang banyak melakukan maksiat, atau mencarikebahagian bukan dengan cara yang Dia ridhai, akan menjadikan sempitkehidupan dunia mereka sehingga mereka merasa terus tertekan. Makaorang yang demikian ini meskipun berada dalam kehidupan yang glamourdan penuh gemerlap, namun senantiasa merasa tersiksa hidupnya. Mengapademikian Mengapa mereka yang banyak menikmati musik, mengunjungi tempat-tempat hiburan [baca maksiat], meminum khamer, melihat yang haram dan lainsebagainya, hanya menikmati itu dalam sesaat lalu setelah itu berubahmenjadi kesempitan, kegalauan dan kesedihan Jawabannya yakni karena Allah subhanahu wataala menciptakanmanusia untuk satu tugas, yang tidak akan mungkin kehidupan menjadilurus jika dia melupakan tugas itu dan sibuk dengan selainnya. Tugasitu tidak lain adalah beribadah, sebagaimana firman-Nya, artinya, Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya merekamenyembahKu. [QS. adz-Dzariyat:56] Jika seseorang menggunakan jasad dan ruhnya untuk sesuatu yangbertetangan dengan tujuan dari penciptaannya maka kehidupan akanmenjadi berantakan. Sebagai contoh, ketika seseorang sedang berjalankaki, lalu sandalnya tiba-tiba putus, kemudian dia mengatakan, Tidakapa-apa saya menggunakan peci saya untuk alas kaki. Lalu dia berjalandengan alas peci tersebut. Maka orang yang melihatnya tentu akanmengatakan sebagai orang gila, karena peci adalah untuk tutup kepalabukan untuk alas kaki. Demikian pula ketika seseorang ingin menulistidak menggunakan pena, namun menggunakan sepatu misalnya, maka jelastidak akan dapat menulis dengannya. Demikian pula manusia, dia diciptakan untuk beribadah dan melakukanketaatan kepada Allah subhanahu wataala. Maka barang siapayang menggunakan hidupnya bukan untuk fungsi itu dia akan celaka dansengsara. Jika Anda memperhatikan kondisi suatu masyarakat atau bangsayang kehidupannya bukan untuk beribadah kepada Allah subhanahuwataala, maka akan Anda dapati mereka dalam keadaan rusak.Sehingga tidaklah mengherankan jika terlontar pertanyaan, Mengapatingkat kasus bunuh diri di negara yang menggunkan sistem kebebasansangat tinggi Mengapa di Amerika terjadi lebih dari dua puluh limaribu kasus bunuh diri setiap tahunnya Demikian pula kasus yangterjadi di Inggris, Peracis, Swedia dan lain-lain Mengapa merekabunuh diri Apakah mereka tidak mendapati khamer secara bebas untukdiminum Tidak, bahkan khamer dan minuman sejenis amatlah banyak disembarang tempat. Apakah tidak ada negeri-negeri tempat melancongBahkan amat banyak negeri-negeri yang luas tempat merekabersenang-senang. Lalu apakah mereka tidak diberi kebebasan untuk

inidan itu, apakah mereka dilarang berzina Apakah tidak ada saranahiburan, tempat-tempat permainan dan sejenisnya Tidak sama sekali! Bahkan mereka melakukan apa saja yang merekainginkan. Hidup dengan berbagai kesenangan dunia dan kehidupan seksualbebas, dan hal itu selalu ada di depan mata mereka. Jika demikian,mengapa mereka bunuh diri, mengapa mereka bosan hidup, mengapa merekamemilih mati dan meninggalkan khamer, zina dan segala permainan hidup Jawabannya sangatlah sederhana, yaitu sebagaimana difirmankan Allah subhanahu wataala, artinya, Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, makasesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akanmenghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta . [QS.20:124] Mereka selalu mendapatkan kesempitan hidup saat kedatangan dankepergian mereka, dalam safar dan mukimnya mereka, ketika makan danminum, tatkala berdiri dan duduk, selalu menyertai dalam tidur danbangunnya dan dalam seluruh kehidupan mereka hingga mati. Barangsiapa yang berpaling dari Allah subhanahu wataala danperingatan-Nya, maka Allah akan memasukkan rasa ketakutan dankesedihan di dalam hatinya. Dia berfirman, artinya, Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut,disebabkan mereka menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiritidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialahneraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orangorang yang zalim .[QS. 3:151] Sedangkan orang yang mengenal Rabbnya, selalu menghadap kepada-Nyadengan sepenuh hati maka mereka mendapatkan kebahagiaan. Allah subhanahu wataala berfirman, artinya, Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupunperempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikankepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikanbalasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yangtelah mereka kerjakan. [QS. 16:97] Seorang Syaikh mengisahkan, Aku pernah pergi berobat ke Inggris, danaku masuk ke salah satu rumah sakit ternama yang ada di sana. Pasienyang masuk ke rumah sakit ini adalah orang-orang besar, pejabat tinggidan para menteri. Ketika seorang dokter masuk ke ruanganku dan melihatpenampilanku, dia berkata, Anda seorang muslim Aku menjawab, Ya! Dia lalu berkata, Ada satu problem yang membuatku bingung setelah akumengenal diriku, apakah mungkin Anda mendengarkan apa yang saya alamiAku jawab, Tentu! Dia lalu memulai ceritanya, Aku memiliki harta yang melimpah,pekerjaan yang sangat mapan, ijazah yang tinggi, dan aku telah mencobaseluruh kesenangan hidup, aku meminum berbagai jenis minuman keras,melakukan perzinaan dan seks bebas, pergi melancong ke negara ini danitu. Akan tetapi mengapa aku selalu merasakan kesempitan hidup danbosan

dengan berbagai kesenangan itu Aku telah berkali-kalimendatangi psikolog dan bahkan beberapa kali aku ingin mencoba bunuhdiri, barangkali dengan itu aku mendapatkan kehidupan lain yang disana tidak ada lagi kejenuhan dan kesempitan. Apakah Anda tidakmerasakan kejenuhan dan kesempitan di dalam hidup ini Aku katakankepadanya, Tidak, bahkan aku terus merasakan kebahagiaan, dan akuakan tunjukkan kepada Anda jalan keluar dari masalah yang sedang andahadapi, tetapi tolong jawab dulu pertanyaan saya! Jika Anda ingin memuaskan mata Anda maka apa yang Anda lakukan Diamenjawab, Aku melihat wanita cantik dan pemandangan yang indah. Akubertanya lagi, Jika Anda ingin memuaskan telinga Anda maka apa yangAnda lakukan Dia berkata, Aku mendengarkan musik yang merdu. Akubertanya lagi, Jika yang ingin Anda puaskan adalah penciuman hidungmaka apa yang Anda lakukan Dia lalu menjawab, Aku mencium parfumatau pergi ke taman [untuk mencium bunga]. Aku lalu berkata kepadanya, Baiklah sekarang saya bertanya, KetikaAnda ingin memuaskan mata, mengapa Anda tidak mendengarkan musik saja Maka dia pun terheranheran dan berkata, Tidak mungkin, karena musikadalah khusus untuk dinikmati telinga. Lalu aku bertanya lagi, Danketika Anda ingin memuaskan penciuman hidung mengapa Anda tidakmelihat pemadangan yang indah Dia semakin heran dengan pertanyaanku,lalu berkata, Tidak mungkin karena melihat pemandangan adalah untukmemuaskan mata. Aku pun berkata, Baik, kini aku telah sampai kepada apa yang akuinginkan dari diri anda. Apakah Anda merasakan jenuh di mata andaDia menjawab, Tidak! Lalu apakah Anda merasakannya di telinga anda,di hidung, mulut dan kemaluan Anda Dia menjawab, Tidak, tetapi akumerasakan itu di dalam hatiku, di dalam dadaku. Aku berkata, Andamerasakan kesempitan itu di dalam hati anda, padahal hati jugamembutuhkan kepuasan tersendiri yang tidak akan mungkin dipenuhidengan cara memuaskan anggota badan selainnya. Maka Anda harusmengetahui apa saja yang dapat memberikan kepuasan hati [batin].Karena dengan mendengarkan musik, meminum khamer, memandang danberzina yang Anda lakukan itu tidak akan mungkin dapat memuaskan hatianda. Orang tersebut keheranan lalu berkata, Anda benar, lalu bagaimanakahcara untuk memuaskan hatiku Aku katakan, Dengan bersaksi bahwatidak ada sesembahan yang hak selain Allah dan bahwa Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah utusan Allah, dan andabersujud di hadapan Allah yang menciptakan, Anda mengadukan segenapkesedihan hanya kepada Allah subhanahu wataala. Dan dengan ituAnda akan merasakan kehidupan yang lapang, penuh ketenangan dankebahagiaan. Dia lalu mengangguk-anggukkan kepalanya seraya berkata, Berikan kepadaku buku tentang Islam dan berdoalah untukku, aku akanmasuk Islam, tambahnya. Maka aku pun menyelesaikan pengobatanku di sana, lalu setelah itupulang kembali ke negeriku. Dan aku berharap orang itu benar-benarmasuk Islam setelah itu. Benarlah firman Allah subhanahu wataala,artinya, Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dariRabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit [yang berada] dalam dadadan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah, Dengankarunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah

dengan itu mereka bergembira.Karunia dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang merekakumpulkan . [QS. Yunus :57-58]

Pada dasarnya, segala sesuatu itu memiliki hubungan sebab akibat (ini adalah sistematika). Dalam hubungan sebab akibat ini akan menghasilkan suatu alasan atau sebab tindakan yang disebut motif.

Motif bunuh diri


Motif bunuh diri ada banyak macamnya. Disini penyusun menggolongkan dalam kategori sebab, misalkan : 1. 2. 3. 4. 5. Dilanda keputusasaan dan depresi Cobaan hidup dan tekanan lingkungan. Gangguan kejiwaan / tidak waras (gila). Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta / Iman / Ilmu) Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.

Dalam ilmu sosiologi, ada tiga penyebab bunuh diri dalam masyarakat, yaitu 1. egoistic suicide (bunuh diri karena urusan pribadi), 2. altruistic suicide (bunuh diri untuk memperjuangkan orang lain), dan 3. anomic suicide (bunuh diri karena masyarakat dalam kondisi kebingungan).

Bunuh diri menurut agama


Pandangan Islam

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (An-Nisa' : 29) "Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh

dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al Qur'an)." (QS. Al-Kahfi ; 6) Hadits 86. (Shahih Muslim) Dari Abu Hurairah ra, katanya Rasulullah saw., bersabda : Siapa yang bunuh diri dengan senjata tajam, maka senjata itu akan ditusuk-tusukannya sendiri dengan tangannya ke perutnya di neraka untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan racun, maka dia akan meminumnya pula sedikit demi sedikit nanti di neraka, untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari gunung, maka dia akan menjatuhkan dirinya pula nanti (berulang-ulang) ke neraka, untuk selamalamanya. Hadits 87. (Shahih Muslim) Dari Tsabit bin Dhahhak ra, dari Nabi saw., sabdanya : Tidak wajib bagi seseorang melaksanakan nazar apabila dia tidak sanggup melaksanakannya. Mengutuk orang Mumin sama halnya dengan membunuhnya. Mengadakan tuduhan bohong atau sumpah palsu untuk menambah kekayaannya dengan menguasai harta orang lain, maka Allah tidak akan menambah baginya, bahkan akan mengurangi hartanya. Hadits 88. (Shahih Muslim) Dari Tsabit bin Dhahhak ra, katanya Nabi saw., sabdanya : Siapa yang bersumpah menurut cara suatu agama selain Islam, baik sumpahnya itu dusta maupun sengaja, maka orang itu akan mengalami sumpahnya sendiri. Siapa yang bunuh diri dengan suatu cara, Allah akan menyiksanya di neraka jahanam dengan cara itu pula. Hadits 89. (Shahih Muslim) Dari Abu Hurairah ra, katanya : Kami ikut perang bersamasama Rasulullah saw., dalam perang Hunain. Rasulullah saw., berkata kepada seorang lakilaki yang mengaku Islam, Orang ini penghuni neraka. Ketika kami berperang, orang itu pun ikut berperang dengan gagah berani, sehingga dia terluka. Maka dilaporkan orang hal itu kepada Rasulullah saw., katanya Orang yang tadi anda katakan penghuni neraka, ternyata dia berperang dengan gagah berani dan sekarang dia tewas. Jawab Nabi saw., Dia ke neraka. Hampir saja sebahagian kaum muslimin menjadi ragu-ragu. Ketika mereka sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba diterima berita bahwa dia belum mati, tetapi luka parah. Apabila malam telah tiba, orang itu tidak sabar menahan sakit karena lukanya itu. Lalu dia bunuh diri. Peristiwa itu dilaporkan orang pula kepada Nabi saw. Nabi saw., bersabda, : Kemudian beliau memerintahkan Bilal supaya menyiarkan kepada orang banyak, bahwa tidak akan dapat masuk surga melainkan orang muslim (orang yang tunduk patuh). Hadits 90. (Shahih Muslim) Dari Syaiban ra., katanya dia mendengar Hasan ra, bercerita : Masa dulu, ada seorang laki-laki keluar bisul. Ketika ia tidak dapat lagi menahan sakit, ditusuknya bisulnya itu dengan anak panah, menyebabkan darah banyak keluar sehingga ia meninggal. Lalu Tuhanmu berfirman : Aku haramkan baginya surga. (Karena dia sengaja bunuh diri.) Kemudian Hasan menunjuk ke masjid sambil berkata, Demi Allah! Jundab menyampaikan hadits itu kepadaku dari Rasulullah saw., di dalam masjid ini.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah Dalam berbagai ayatnya, Al-Quran menegaskan bahwa Allah SWT, adalah tuhan yang menganugerahkan hidup dan menentukan mati. Diantaranya: Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu, dan diantara kamu ada yagn dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun) supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha kuasa (Q.S. Al-Nhal, 16: 70). Dari ayat ini kita mengetahui bahwa kematian suatu saat pasti datang entah itu dimasa kanak-kanak, muda, atau lanjut usia. Ayat ini menyinggung tentang ketidak berdayaan dimasa tua yang dialami oelh sebagian manusia ketika mereka dianugerahi umur panjang.1 Demikian halnya bila sebelum ajal tiba, seseorang dalam rentang waktu yang panjang tertimpa berbagai penyakit yang menyebabkan dia harus mendapatkan peraatan dan perhatian medis. Di dalam Al-Quran surat Al-Mulk ayat 2, di ingatkan bahwa hidup dan mati adalah ditangan Allah yang ia ciptakan untukmenguji iman, amalah, dan ketaatan manusia terhadap tuhan, penciptanya. Karena itu, Islam sangat memperhatikan keselamatan hidup dan kehidupan manusia sejak ia berada di rahim ibunya sampai sepanjang hidupnya. Dan untuk melindungi keselamatan hidup dan kehidupan manusia itu, Islam menetapkan berbagai norma hukum perdata dan hidup manusia itu, Islam menetapkan norma hukum perdata dan pidana beserta sanksi-sanksi hukumannya, baik di dunia berupa hukuman haddar qisas termasuk hukuman mati, diyat (denda) atau tazir, ialah hukuman yang ditetapkan oleh ulul amr atau lembaga peradilan, maupun hukuman diakhirat berupa siksaan Tuhan dineraka kelak. BUNUH DIRI DAN EUTANASIA A. Bunuh diri Orang yang nekad bunuh diri, biasanya karena putus asa diantara penyebabnya adalah penderitaan hidup. Ada orang yang menderita fisiknya (jasmaninya), karena memikirkan sesuap nasi untuk diri dan keluarganya. Keperluan pokok dalam kehidupan sehari-hari tidak terpenuhi, apalagi pada jaman sekarang ini, pengeluaran lebih besar dari pemasukan. Adapula orang yang menderita batinnya yang bertakibat patah hati, hidup tiodak bergairah, masa depannya keliatan siuram, tidak bercahaya. Batinnya kosong dari cahaya iman dan berganti dengan kegelapan yang menakutkan. Penderitaan kelompok kedua ini, belum tentu karena tidak punya uang, tidak punya kedudukan, dan tidak punya nama, karena semua itu belum tentu dan ada kalanya tidak dapat membahagiakan seseorang, pada media masa kita baca ada jutawan, artis dan ada tokoh yang memilih mati untuk mengakhiri penderitaanya itu, apakah penderitaan jasmani atau penderitaan batin. Kalau kita perhatikan, mak tampak jelas, baik kelompok pertama maupun kedua, sama-sama

tidak mampu menghadapi kenyataan dalam hidup ini. Mereka tidak mampu menghayati dalam memahami, bahwa dunia ini dengan segala isinya adalah pemberian Allah dan pinjaman yang akan dikembalikan, dan suka dukapun silih berganti dalam menghadapinya. Hidup dan mati itu ada ditangan Allah SWT dan merupakan karunia dan wewenang Allah SWT, maka Islam melarang orang melakuakn pembunuhan, baik terhadap orang lain (kecuali, dengan alasan yang dibenarkan oleh agama) maupun terhadap dirinya sendiri (bunuh diri) dengan alasan apapun.2 Dalil-dalil syari yang melarang bunuh diri dengan alasan apapun, ialah: 1. Firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 29-30 Artinya: dan janganlah kamu membunuh diri mu, sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepada kamu. Dan barang siapa berbuat demikian dengan melanggar dan aniaya, maka kami kelak akan memasukannya kedalam neraka yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. 2. Hadits Nabi riwayat Bukhari dan Muslim dari jundub bin Abdullah r.a: Artinya: telah ada diantara orang-orang sebelum kamu seorang lelaki yang mendapat luka, lalu keluh kesahlah ia. Maka ia mengambil pisau lalu memotong tangannya dengan pisau itu kemudian tidak berhenti-henti darahnya keluar sehingga ia mati. Maka Allah bersabda, Hambaku telah menyegerakan kematiannya sebelum aku mematikan. aku mengharamkan surga untuknya. Ayat Al-Quran dan Hadist tersebut di atas dengan jelas menunjukkan, bahwa bunuh diri itu di dilarang keras oleh Islam dengan alasan apapun. Dengan demikian keliru sekali, kalau ada anggapan, bahwa dengan jalan bunuh diri, segala persoalan telah selesai dan berakhir. Padahal azab penderitaan yang lebih berat, telah menyongsong di akhirat kelak.

B. Eutanasia 1. Pengertian Eutanasia Eutanasia berasal dari kata Yunani Euthanatos, yang terbentuk dari kata eu dan thanatos yang masing-masing berarti baik dan mati3. Jadi, eutanasia artinya membiarkan seorang mati dengan mudah dan baik. Kata ini juga didefinisi sebagai pembunuhan dengan belas kasih. Terhadap orang sakit, luka-luka, atau lumpuh yang tidak memiliki harapan sembuh dan didefinisikan pula seabagai pencabutan nyawa dengan sebisa mungkin tidak menimbulkan rasa sakit seorang pasien yang menderita penyakit parah dan mengalami kesakitan yang sangat menyiksa. Dengan demikian, eutanasia mencakup: * Kematian dengan cara memasukkan obat dengan atau tanpa permintaan eksplisit dari sipasien. * Keputusan untuk menghentikan perawatan yang dapat memperpanjang hidup pasien dengan tujuan mempercepat kematiannya. * Penanggulangan rasa sakit dengan cara memasukkan obat bius dalam dosis besar, dengan

mempertimbangkan timbulnya resiko kematian, tetapi tanpa ada niatan eksplisit untuk menimbulkan kematian pada pasien. * Pemberian obat bius dalam jumlah yang overdosis atau penyuntikan cairan yang mematikan dengan tujuan mengakhiri hidup pasien. Eutanasia pada hakekatnya adalah pencabutan nyawa seseorang yang menderita penyakit parah atas dasar permintaan atau kepentingan orang itu sendiri. Eutanasia masih menimbulkan problem keagamaan, hukum, dan moral disemua budaya dan tradisi agama. Sebelum membahas isu tentang eutanasia menurut tinjauan syariat ada baiknya untuk menguraikan sikap Islam tentang hak hidup.

Hak Hidup Sepertinya halnya agama-agama yang lain, Islam menjunjung tinggi hak hidup seseorang sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran (Al-Maidah, 5:32). Bagaimanapun, perlu dicatat bahwa peraturan pidana Islam menetapkan hukuman mati bagi orang yang melakukan tindak kejahatan berat tertentu. Dengan tujuan mencegah terjadinya kejahatan dan memelihara kedamaian, keamanan, dan ketentraman, Islam menetapkan aturan-aturan preventif dan hukuman yang adil bagi tindakan-tindakan yang cenderung mengancam hidup orang lain tanpa ada yang adil bagi tindakan-tindakan yang cenderung mengancam hidup orang lain tanpa ada alasan yang sah.4 Al-Quran menetapkan hukuman mati untuk tindak pembunuhan yang disengaja. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu pembelasan yang adil (Qishas) berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh .... (Q.S. Al-Baqarah 2:178). Hukuman bagi pelaku pidana pembunuhan dalam bahasa Arab disebut (pembalasan yang adil). Aturan ini memastikan bahwa ketika hukuman mati dilaksanakan maka hanya orang bersalahlah yang akan kehilangan nyawanya. Namun, perlu dikemukakan disini bahwa keluarga si terbunuh juga memiliki dua pilihan lain yaitu memaafkan sipelaku, atau menerima uang tebusan.5 Menurut hukum pidana Islam, orang yang menganjurkan/menyetujui/membunuh seseorang yang membunuh diri adalah berdosa dan dapat dikenakan hukuman tasir. Demikian pula apabila orang gagal melakukan bunuh diri, sekalipun dibantu orang lain, maka semuanya dapat dikenakan hukuman tazir. Hukuman tazir, ialah hukuman terhadap suatu tindakan pidana yang ditentukan macam hukumnya oleh Al-Quran dan hadits. Buat/ riwayat hukum tazir itu diserahkan sepenunya kepada hakim yang mengadili perkara untuk menjatuhkan hukuman yang sesuai dengan tindakan pidananya, pelakunya, dan situasi dan kondisinya dimana tindak pidana itu terjadi.

2. Macam-macam Eutanasia a. Eutanasia aktif dan / atau diluar kehendak Eutanasia aktif adalah tindakan sengaja yang dilakukan oleh ahli medis untuk mengakhiri hidup pasiennya dengan menggunakan instrumen (alat)6. Beberapa contoh diantaranya:

Seseorang menderita kanker ganas dengan rasa sakit yang luar biasa hingga penderita sering pingsan. Dalam hal ini dokter yakin bahwa yang bersangkutan akan meninggalkan dunia. Kemudiaan dokter memberinya obat dengan takaran tinggi (overdosis) yang sekiranya dapat menghilangkan rasa sakitnya, tetapi menghentikan pernapasannya sekaligus. Orang yang mengalami keadaa koma yang sangat lama, misal karena bagian otaknya, terserang penyakit atau bagian kepalanya mengalami benturan yang sangat keras. Dalam keadaan demikian ia mungkin dapat hidup hanya dengan memperjuangkan alat pernapasan. Sedangkan dokter berkeyakinan bahwa penderita tidak akan dapat disembuhkan. Alat pernapasan itulah yang memompa udara kedalam paru-parunya dan menjadikannya dapat bernapas secara otomatis jika alat itu dihentikan maka sipenderita tidak mungkin melanjutkan pernapasannya. Maka memberhentikan alat pernapasan itu sebagai cara yang positif untuk memudahkan proses kematiannya. Sedangkan eutanasia diluar kehendak adalah mengakhiri hidup pasien tanpa ada permintaan eksplisit dari si pasien. Euntanasia yang terbaik bagi penderita penyakit parah perlu dikemukakan disini bahwa Al-Quran memperingatkan: Dan janganlah membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan suatu (alasan) yang benar (Q.S Al-Isra, 17:33). Dari ayat di atas, jelaslah bahwa nyawa manusia adalah suci dan, karenanya, tidak boleh dilenyapkan kecuali atas dasar alasan yang dibenarkan, yaitu dalam ekseksusi hukuman mati, dalam perang suci, atau dalam pembelaan diri yang sah. Dari ayat di atas, jelaslah bahwa nyawa manusia adalah suci dan, karenanya, tidak boleh dilenyapkan kecuali atas dasar alasan yang dibenarkan, yaitu dalam eksekusi hukuman mati, dalam perang suci, atau dalam pembelaan diri yang sah. Pencabutan nyawa seorang penderita penyakit parah tidak termasuk dalam kelompok alasan yang dibenarkan karenanya, jika seorang ahli medis secara sengaja mengakhiri hidup pasiennya, maka dia akan dianggap melakukan pembunuhan. Hidup dan mati adalah hak prerogatif Allah SWT, sebagaimana dinyatakan dengan tugas dalam Al-Quran: Allah yang menghidupkan dan yang mematikan, dan Allah mengetahui segala apa yang kalian lakukan. (Q.S. Al-Imran, 3:156). Dari ayat ini, kita dapat menyimpulkan bahwa kendati ahli medis tersebut hanya bermaksud mempertinggi dosis obat yang diberikan, sementara ia sadar sepenuhnya bahwa tindakan tersebut dapat mengakibatkan kematian, maka menurut syariat, ia akan diminta pertanggungjawaban karena telah mengakhiri hidup pasiennya yang sama saja dengan tindakan pembunuhan. Memang benar bahwa niat seorang ahli medis berada diluar yurisdiksi hakim atau pengadilan, tetapi niatnya, itu tidak akan luput dari pengawasan Allah yang maha melihat. Dalam hal ini, Al-Quran menyatakan: Dia (Allah) mengetahui khianatnya mata dan apa yang disembunyikan dalam hati (Q.S. AlMumin, 40:19). Dengan demikian, walaupun ahli medis tersebut tidak diadili dipengadilan dunia, ia tetap akan diminta pertanggung jawaban dihadapan Allah SWT. Atas peranannya dalam mengakhiri hidup seseorang yang sakit parah.

b. Eutanasia Pasif Eutanasia pasif adalah ketidaan penanganan yang seharusnya diberikan oleh petugas medis, pada eutanasia pasif tidak mempergunakan alat-alat atau langkah-langkah aktif untuk mengakhiri kehidupan si sakit, tetapi ia hanya dibiarkan tanpa diberi pengobatan untuk memperpanjang hayatnya.7 Contohnya, ketiadaan penanganan oleh petugas medis untuk, misalnya, memasang alat bantu pernapasan pada pasien yang sakit parah seperti penderita kanker yang sudah keritis, orang sakit yang sudah dalam keadaan koma, disebabkan benturan pada bagian kepalanya atau terkena semacam penyakit pada otak yang tidak ada harapan untuk sembuh. Dalam hal ini, jika pengobatan terhadapnya dihentikan akan dapat mempercepat kematian. Dalam konteks ini, petugas medis tersebut tidak dikenai tanggung. Jawab atas tindakannya yang menyebabkan kematian sipasien berdasarkan pada kaidah hukum Islam la dharar wa la dirar (tidak ada kerusakan dan tidak ada pengrusakan). Prinsip ini membenarkan seseorang untuk membiarkan kematian tidak ada pengrusakan) prinsipini membenarkan seseorang untuk membiarkan kematian terjadi secara alamiah. Lebih lanjutnya, perlu dikemukakan pelayanan medis sepanjang waktu, tetapi penanganan medis itu boleh dihentikan jika menurut pendapatnya, sebagai seorang ahli Al-Khibrah (ahli pengobatan), tipis atau nihil harapan bagi sipasien untuk sembuh. Argumen yang sama juga membenarkan dihentikannya penyaluran zat makanan dari tabung (infus) jika menurut pendapat ahli-ahli medis, pemberian zat-zat makanan buatan itu tidak berguna lagi bagi si pasien. Begitu pula, dibolehkan bagi petugas medis untuk mematikan alat bantu hidup begitu pasiennya di diagnosis mati otak dan si pasien tersebut tidak dapat dipulihkan lagi.

3. Motivasi Eutanasia Para pendukung eutanasia menjastifikasi pendirian mereka berdasarkan hal-hal berikut: 1. Faktor ekonomi 2. Pertimbangan ruangan, tempat tidur, petugas, dan peralatan medis dirumah sakit yang justru dapat dimanfaatkan oleh pasien-pasien yang lain. 3. Mati yang layak Konsep mati dengan layak telah melahirkan gerakan perumahsakitan di Inggris, pasienpasien berpenyakit parah yang dirawat di rumah sakit di seluruh dunia diberi kesempatan untuk memilih hidup dengan layak atau mati dengan layak. Artinya, para pasien yang sekarat itu diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menikmati apa yang mereka inginkan dari pada berbaring ditempat tidur.8

4. Konsep tentang rasa sakit dan penderitaan Menurut falsafah hidup Islam, ada dimensi transental dalam rasa sakit dan penderitaan. AlQuran memberitahu kita bahwa orang-orang yang mengklaim dirinya beriman kepada Allah swt. Tidak akan dibiarkan begitu saja sesudah memproklamasikan keimanannya itu:

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan sesudah mengatakan, kami telah beriman, sedangkan mereka tidak diuji lagi? (Q.S. Al-An-Kabut, 29:2). Al-Quran lebih lanjut mengatakan bahwa orang-orang yang beriman itu akan diuji dengan beragam cara:

Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan dan berilah berita gembira kepada orang-orang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengatakan: sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepadanyalah akmi kembali. mereka itulah orang-orang yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Allah, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (Q.S. Al-Baqarah 2:155). Jadi, kita bisa menyimpulkan bahwa umat Islam, secara umum, memandang penderitaan akibat penyakit yang mematikan maupun yang ringan sebagai ujian atas keimanan dan kepasrahan mereka pada sang pencipta. Bahkan, penderitaan semacam itu dianggap dapat menghapus dosa-dosa kecil yang telah mereka perbuat. Hal ini diterangkan dalam hadis berikut: Ketika seorang muslim diuji dengan suatu penyakit, maka dikatakan kepada malaikat: Tulislah baginya segala amal baik yang pernah ia lakukan. Jika Dia (Allah) menyembuhkannya, Dia memafkannya (dari segala dosa) dan jika ia mengambil hidupnya (sebagai akibat dari penyakti yang ia derita) maka dia mengampuninya dan membiarkan kasih sayang padanya.9 Jadi, tidak ada justifikasi sama sekali untuk mengakhiri hidup seseorang dengan tujuan melepaskannya dari penderitaan. Al-Quran dengan tegas menyatakan: Allah tidak membebani seseorang melainkan untuk mengakhiri hidup seseorang dengan tujuan melepaskannya dari penderitaan. Al-Quran dengan tegas menyatakan: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya (Q.S. AlBaqqarah, 2:286). Umat Islam mengimani keberadaan hari akhir, yaitu kehidupan yang sejati dan abadi dan keamanan inilah yang membuat mereka mau menahan rasa sakit dan penderitaan dengan penuh kesabaran. PENUTUP Kesimpulan

Penyebab utama terjadinya diri dimasyarakat adalah karena kurang iman dan kurang percaya pada diri sendiri. Karena itu untuk menangkalnya harus diintensifkan pendidikan agama sejak masa kanak-kanak dan ditingkatkan akwah Islamiyah kepada seluruh lapisan lapisan masyarakat Islam guna peningkatan iman, ibadah, dan takwanya kepada Allah yang maha kuasa.10

Eutamasia pada hakikatnya adalah pencabutan nyawa seseorang yang menderita penyakit parah atas dasar permintaan kepentingan orang itu sendiri, walaupun eutanasia jelas-jelas dapat mengakhiri rasa sakit dan penderitaan orang yang sakit keras di dunia tetapi masalah yang dihadapi orang ini akan berlanjut diakhirat, karena dia dikeluarkan dari kelompok penghuni surga. Bunuh diri, baik dilakukan sendiri maupun dengan bantuan orang lain, seperti dokter dengan cara memberi suntikan atau obat yang dapat mempercepat kematiannya (eutanasia positif) atau dengan cara menghentikan segala pertolongan terhadap si penderita termasuk pengobatannya (eutanasia negatif) menurut syariat, adalah tindak kejahatan dan karenannya, merupakan dosa di mata Allah SWT. DAFTAR PUSTAKA 1 H. Mas J. Fuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung. 2007. hal. 161 2 Ibid. 3 Abul Fadl Mohsin Ebraham. Kloning, Eutanasia; transfusi Darah; Transplantasi Organ; dan Eksperimen Pada Hewan. Jakarta PT. Serambi Ilmu Semesta: 2001) hal. 13 4 Ibid. hal. 149 5 Ibid. hal. 150 6 Yusuf Qardhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer Jilid 2. Jakarta: Gema Insani Press. 1995. hal. 150 7 Ibid. hal 152 8 Loc. Cit. Hal. 155 9 Ibid. 156 10 M. Ali Hasan. Masail Fiqhiyah Al-Hadits. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1998. hal. 164

BUNUH DIRI DAN EUTHANASIA


Selasa, 10 Februari 2009 by Mas Zakky .fullpost{display:inline;} Oleh: Abraham Zakky Zulhazmi, Didiet Hadi Ruswanto, Muhammad Sabki I.PENDAHULUAN Seiring perkembangan zaman, permasalahan fiqih memasuki babak baru dalam perumusannya. Lantas muncullah istilah fiqih kontemporer. Di mana para mujtahid dituntut untuk berpikir keras dalam menerbitkan ijtihad. Adapun permasalah yang kini ramai diperbincangkan adalah euthanasia atau suntik mati. Suntik mati masih menjadi polemik yang tak kenal henti diperdebatkan. Tak jauh dari pembahasan suntik mati adalah bunuh diri. Meski Al Quran telah secara jelas melarang bunuh diri, beberapa filsof menganggap bunuh diri sebagai bentuk pembebasan tertinggi dalam diri manusia. Dan itu merupakan hak setiap manusia. Pada makalah ini akan dijelaskan definisi bunuh diri dan euthanasia serta pendapat para ulama mengenai dua hal ini. Harapannya adalah setiap pembaca mendapatkan wawasan tentang permasalahan yang selalu menarik untuk dibahas ini. I.PEMBAHASAN A. PENDAPAT ULAMA TENTANG BUNUH DIRI Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, seorang ulama terkemuka dunia, berpendapat tentang bunuh diri, bahwa sesungguhnya kehidupan manusia bukan menjadi hak milik pribadi sebab dia tidak dapat membuat dirinya, anggotanya, ataupun sel-selnya. Diri manusia pada hakikatnya hanyalah sebagai barang titipan yang diberikan Allah. Oleh karena itu, tidak boleh titipan ini diabaikannya, apalagi memusuhinya atau melepaskannya dari hidup. Allah SWT berfirman dalam an-Nisa: 29: Dan, jangan kamu membunuh diri kamu karena sesungguhnya Allah maha belas kasih kepadamu. Rasulullah SAW bersabda:

Sebelum kamu, pernah ada seorang laki-laki luka, kemudian marah sambil mengambil sebilah pisau dan dipotongnya tangannya, darahnya terus mengalir sehingga dia mati. Maka, berkatalah Allah: Hambaku ini mau mendahulukan dirinya dari (takdir)-Ku. Oleh karena itu, kuharamkan surga atasanya. (Riwayat Bukhari Muslim). B. DEFINISI EUTHANASIA Euthanasia berasal dari kata eu berarti baik, dan thanatos artinya mati. Maksudnya adalah mengakhiri hidup dengan cara yang mudah tanpa rasa sakit. Oleh karena itu, euthanasia sering disebut juga dengan mercy killing (mati dengan tenang). Dilihat dari segi orang yang berkehendak, euthanasia bisa muncul dari keinginan pasien sendiri, permintaan dari keluarga dengan persetujuan pasien (bila pasien masih sadar), atau tanpa persetujuan pasien (bila pasien sudah tidak sadar). Tetapi tidak pernah di temukan tindakan authanasia yang dikehendaki oleh dokter tanpa persetujuan pasien ataupun pihak keluarga, karma hal ini berkait dengan kode etik kedokteran. Dilihat dari kondisi pasien, tindakan euthanasia bias dikategorikan menjadi dua macam, yaitu aktif dan pasif . Euthanasia aktif adalah suatu tindakan mempercepat proses kematian, baik dengan memberikan suntikan ataupun melepaskan alat-alat pembantu medika,seperti sebagainya. Yang termasuk tindakan mempercepat proses kematian di sini adalah jika kondisi pasien, berdasarkan ukuran dan pengalalman medis masih menunjukan adanya harapan hidup. Dengan kata lain, tanda-tanda kehidupan masih terdapat pada penderita ketika tindakan itu dilakukan. Apalagi jika penderita ketika itu masih sadar. Sedangkan yang dimaksud dengan euthanasia pasif adalah suatu tindakan membiarkan pasien atau penderita yang dalam keadaan tidak sadar (comma), berdasarkan pengalaman maupun ukuran medis sudah tidak ada harapan hidup, atau tanda-tanda kehidupan tidak terdapat lagi padanya, mungkin karena salah satu organ pentingnya sudah rusak atau lemah, seperti bocornya pembuluh darah yang menghubungkan ke otak (stroke) akibat tekanan darah yang terlalu tinggi, tidak berfungsinya jantung dan sebagainya. Kondisi seperti sering disebut dengan fase antara,yang dikalangan masyarakat umum diistilahkan dengan antara hidup dan mati C. EUTHANASIA MENURUT KUHP DAN KODE ETIK KEDOKTERAN

Di dalam pasal 344 KUHP dinyatakan: Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata dan sunguhsunguh, dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun. Berdasarkan pasal ini, seorang dokter bias dituntut oleh penegak hukum, apabila ia melakukan euthanasia, walaupun atas permintaan pasien dan keluarga yang bersangkutan, karena perbuatan tersebut merupakan perbuatan melawan hukum. Hanya saja isi pasal 344 KUHP itu masih mengandung masalah. Sebagai terlihat pada pasal itu, bahwa permintaan menghilangkan nyawa itu harus disebut dengan nyata dan sungguh-sungguh. Maka bagaimanakah pasien yang sakit jiwa, anak-anak, atau penderita yang sedang comma. Mereka itu tidaklah mungkin membuat pernyataan secara tertulis sebagai tanda bukti sungguh-sungguh. Sekiranya euthanasia dilakukan juga, mungkin saja dokter atau keluarga terlepas dari tuntutan pasal 344 itu, tetapi ia tidak bias melepaskan diri dari tuntutan pasal 388 yang berbunyi: Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena makar mati, dengan hukuman penjara selama-lamanya lima belas tahun. Dokter melakukan tindakan euthanasia (aktif khususnya), bisa diberhantikan dari jabatannya, karena melanggar etik kedokteran. Di dalam Kode Etik Kedokteran yang ditetapkan Mentri Kesehatan Nomor: 434/Men.Kes./SK/X/1983 disebutkan pada pasal 10: Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi hidup makhluk insani. Kemudian di dalam penjelasan pasal 10 itu dengan tegas disebutkan bahwa naluri yang kuat pada setiap makhluk yang bernyawa, termasuk manusia ialah mempertahankan hidupnya. Usaha untuk itu merupakan tugas seorang dokter. Dokter harus berusaha memelihara dan mempertahankan hidup makhluk insani, berarti bahwa baik menurut agama dan undang-undang Negara, maupun menurut Etika Kedokteran, seorang dokter tidak dibolehkan: a. Menggugurkan kandungan (abortus provocatus). b. Mengakhiri hidup seseorang penderita, yang menurut ilmu dan pengalaman tidak mungkin akan sembuh lagi (euthanasia). Jadi sangat tegas, para dokter di Indinesia dilarang melakukan euthanasia. Di dalam kode etika itu tersirat suatu pengertian, bahwa seorang dokter harus

mengerahkan segala kepandaiannya dan kemampuannya untuk meringankan penderitaan dan memelihara hidup manusia (pasien), tetapi tidak untuk mengakhirinya. D. PENDAPAT ULAMA TENTANG EUTHANASIA Parah tokoh Islam di Indonesia sangat menentang dilakukannya euthanasia. Prof. Dr. Amir syarifuddin menyebutkan bahwa pembunuhan untuk menghilangkan penderita si sakit, sama dengan larangan Allah membunuh anak untuk tujuan menghilangkan kemiskinan. Tindakan dokter dengan memberi obat atau suntikan dengan sengaja untuk mengakhiri hidup pasien adalah termasuk pembunuhan disengaja. Ia berarti mendahului takdir Tuhan, meskipun niatnya adalah untuk melepaskan penderitaan pasien atau juga melepaskan tanggungan keluarga. Akan tetapi apabila dokter tidak lagi memberi pasien obat, karena yakin obat yang ada sudah tidak bisa menolong, atau sekalian mengizinkan si pasien di bawa pulang, andaikata pasien itu meninggal, maka sikap dokter itu tidaklah termasuk perbuatan pembunuhan. K.H Syukron Makmun juga berpendapat bahwa kematian itu adalah urusan Allah, manusia tidak mengetahui kapan kematian itu akan menimpa dirinya. Soal sakit, menderita dan tidak kunjung sembuh adalah qudratullah. Kewajiban kita hanya berikhtiar. Mempercepat kematian tidak dibenarkan. Tugas dokter adalah

menyembuhkan, bukan membunuh. Kalau dokter tidak sanggup kembalikan kepada keluarga. Jadi apapun alasanya, apabila tindakan itu berupa euthanasia aktif, yang berarti suatu tindakan mengakhiri hidup manusia pada saat yang bersangkutan masih menunjukan adanya tanda-tanda kehidupan, Islam mengharamkanya. Sedangkan terhadap euthanasia pasif, para ahli, baik dari kalangan kedokteran, ahli hukum pidana, maupun para ulama sepakat membolehkanya. II.KESIMPULAN Dari makalah di atas dapat kita ambil konklusi:

Yang berhak mengakhiri hidup seseorang hanya Allah SWT. Maka mengakhiri hidup dengan menyalahi ketentuan agama (euthanasia aktif) adalah perbuatan bunuh diri dan diancam Allah dengan hukuman neraka selama-lamanya. Euthanasia aktif tetap dilarang, baik dilihat dari kode etik kedokteran, undang-undang hukum pidana, lebih-lebih menurut Islam, yang menghukumkannya haram. Euthanasia pasif diperbolehkan, yaitu sepanjang kondisi pasien berupa batang otaknya sudah mengalami kerusakan fatal. III.PENUTUP Setelah melalui studi pustaka dan diskusi kelompok selesailah makalah kami tentang bunuh diri dan euthanasia. Sepenuhnya kami sadar akan banyaknya kekurangan di beberapa titik. Maka, besar harapan kami adanya respon dari pembaca terhadap makalah ini. Lepas dari itu semua kami berharap makalah ini dapat memberikan wawasan dan pencerahan bagi siapapun pembacanya. Akhir kata, kami ingin berterima kasih kepada para pembimbing dan sahabat-sahabat yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah sederahana ini. IV.DAFTAR PUSTAKA Fauzi Aseri, Akhmad. 2002. Problematika Hukum Islam Kontemporer. Jakarta: Pustaka Firdaus. Yusuf Qardhawi, Muhammad. 2007. Halal dan Haram Dalam Islam. Surabaya: PT. Bina Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai