Anda di halaman 1dari 4

Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang kurang kasih sayang dan kurang stimulasi akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya serta kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain. Stimulasi yang diberikan pada anak selama tiga tahun pertama (golden age) akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan otaknya dan menjadi dasar pembentuk kehidupan yang akan datang. Semakin dini stimulasi yang diberikan, maka perkembangan anak akan semakin baik. Semakin banyak stimulasi yang diberikan maka pengetahuan anak akan menjadi luas sehingga perkembangan anak semakin optimal. Disebutkan juga bahwa jaringan otak anak yang banyak mendapat stimulasi akan berkembang mencapai 80% pada usia 3 tahun. Sebaliknya, jika anak tidak pernah diberi stimulasi maka jaringan otak akan mengecil sehingga fungsi otak akan menurun. Hal inilah yang menyebabkan perkembangan anak menjadi terhambat. Semakin bervariasi rangsangan yang diterima maka semakin kompleks hubungan antar sel-sel otak. Semakin sering dan teratur rangsangan yang diterima, maka semakin kuat hubungan antar sel-sel otak tersebut. Semakin kompleks dan kuat hubungan antar sel-sel otak, maka semakin tinggi dan bervariasi kecerdasan anak di kemudian hari, bila dikembangkan terus menerus, anak akan mempunyai banyak variasi kecerdasan (multiple inteligensia).

OUTCOME Adijanti Marheni. Peranan stimulasi dalam tumbuh kembang anak, Kumpulan Makalah Ceramah Berkala VIII, Lab. Ilmu Kesehatan Anak Fak. Kedokteran UNUD, 8 desember 1990 Titi S. Sularyo, Pentingnya stimulasi dini, Seminar dan Pelatihan Sehari :Pencatatan Pemantauan Tumbuh Kembang Anak, lab Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Jakarta 8 februari,1993 Anak yang banyak mendapatkan stimulasi akan lebih cepat berkembang daripada anak yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan stimulasi. Stimulasi dapat juga berfungsi sebagai penguat (reinforcement). Contohnya dengan munculnya seseorang di hadapan anak, misalnya ibunya, maka akan memberikan gairah kenikmatan dan kesenangan sehingga anak akan berinisiatif untuk melakukan permainan dengan ibu tersebut agar diperoleh sesuatu yang menyenangkan.

Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan kebutuhan anak sesuai dengan tahap tahap perkembangannya. Pada awal perkembangan kognitif, anak berada dalam tahap sensori motorik. Pada tahap ini keadaan kognitif anak akan memperlihatkan aktifitas aktifitas motoriknya, yang merupakan hasil dari stimulasi sensorik. Misalnya pemberian stimulasi visual pada ranjang bayi akan meningkatkan perhatian anak terhadap lingkungannya, bayi akan gembira dengan tertawa tawa dan menggerak gerakkan seluruh tubuhnya. Tetapi bila stimulus tersebut terlalu banyak, reaksi dapat sebaliknya yaitu perhatian anak berkurang dan anak akan menangis. Selain stimulasi sensorik untuk merangsang aktifitas ototnya, juga diperlukan stimulasi afektif dan selanjutnya stimulasi yang mempunyai aspek social dan kognitif, sehingga akan terwujud perkembangan yang optimal baik fisik, mental dan social. Pada tahun tahun pertama tumbuh kembang anak, anak belajar mendengarkan, yang disebut juga periode kesiapan mendengarkan. Stimulasi verbal pada periode ini sangat penting untuk perkembangan bahasa anak pada tahun pertama kehidupannya. Karena kualitas dan kuantitas vokalisasi seorang anak dapat bertambah dengan stimulasi verbal dan anak anak akan belajar menirukan kata kata yang didengarnya. Tetapi sebaliknya, kalau stimulasi auditif terlalu banyak, misalnya pada lingkungan yang ribut dengan suara yang simpang siur, maka anak tidak dapat membedakan stimulasi auditif yang diperlukan, sehingga anak mengalami kesukaran dalam membedakan berbagai macam suara dan kelak akan berdampak pula pada pelajaran membaca. Stimulasi visual dan verbal pada permulaan perkembangan anak, merupakan stimulasi awal yang penting karena dapat menimbulkan sifat sifat ekspresif, misalnya mengangkat alis,membuka mulut dan mata seperti ekspresi keheranan, dll. Selain stimulasi tersebut di atas, anak juga memerlukan stimulasi taktil. Kurangnya stimulasi taktil dapat menimbulkan penyimpangan perilaku sosial, emosional dan motorik. Perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang diperlukan anak. Stimulasi semacam ini akan menimbulkan rasa aman dan rasa percaya diri pada anak, sehingga anak lebih responsif terhadap lingkungannya dan lebih berkembang.

Pada anak yang lebih besar yang sudah mampu berjalan dan berbicara, akan senang melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap lingkungannya, yang merupakan perwujudan dari motif kompetensinya. Motif kompetensi yang bersifat bawaan ini dapat diperkuat atau diperlemah oleh lingkungannya, melalui jumlah reaksi yang diberikan terhadap perilaku anak tersebut. Reaksi yang sering diberikan terhadap perilaku anak,akan mendorong anak untuk mengulang berbuat itu lagi. Disamping itu anak juga belajar menganalisis perilaku mana yang dapat memberikan efek tertentu dan meletakkan hubungan antara perilaku tersebut dengan akibat yang ditimbulkannya. Misalnya anak akan belajar untuk mengetahui perilaku mana yang membuat ibu senang/ membuat pujian dari ibu, dan perilaku mana yang membuat marah pada ibu. Dengan demikian akan mendorong anak untuk menguasai lingkungannya melalui perilaku eksploratif. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang responsif akan memperlihatkan perilaku eksploratif yang tinggi. Stimulasi verbal juga sangat diperlukan pada tahap perkembangan ini. Dengan penguasaan bahasa, anak akan mengembangkan inisiatif atau ide idenya melalui pertanyaan pertanyaan, yang selanjutnya akan mempengaruhi perkembangan kognitifnya. Pada masa sekolah, perhatian anak mulai keluar dari lingkungan keluarganya, perhatian mulai teralih ke teman sebayanya. Akan sangat menguntungkan apabila anak mempunyai banyak kesempatan untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Melalui sosialisasi anak akan memperoleh lebih banyak stimulasi sosial yang bermanfaat bagi perkembangan sosial anak.

*) Disampaikan dalam Talk Show Tumbuh Kembang dan Kesehatan Anak 17 Oktober 2009 3 **) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan UNY, Staf Unit Pelayanan Kesehatan UNY dr.

Atien Nur Chamidah

Stimulasi yang diberikan sejak dini akan mempengaruhi perkembangan otak. Otak akan semakin berkembang apabila stimulasi yang diberikan semakin banyak. Anak perlu mendapat lingkungan yang merangsang pertumbuhan otak dan selalu mendapatkan stimulasi psikososial. Stimulasi sosial secara mudah dapat diberikan dengan cara sentuhan dan mengajak anak bermain. Apabila hal tersebut tidak diperoleh anak, maka anak dapat mengalami berbagai penyimpangan perilaku. Contoh penyimpangan perilaku adalah hilangnya citra diri, rendah diri, penakut, tidak mandiri atau sebaliknya anak menjadi agresif dan tidak mempunyai rasa malu.

Stimulasi sangat membantu dalam menstimulasi otak untuk menghasilkan hormon-hormon yang diperlukan dalam perkembangannya. Muji skrispsi Perkembangan anak memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Apabila anak yang mengalami kekurangan dalam stimulus maka akan mengalami deprivasi perseptual, yaitu anak terhambat dalam perkembangannya, retardasi (keterbelakangan) dan gangguan-gangguan perkembangan. Misalnya, usia anak lima tahun, dengan kurangnya stimulus-stimulus tersebut maka dalam perkembangannya terlihat seperti anak usia tiga tahun. Peranan stimulasi tersebut akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu factor yang terpenting adalah faktor ibu atau pengasuh tetap, karena ibu atau pengasuh tetap yang menentukan berhasil atau hanya lewat saja perkembangan anak (Baraja, 2007).

Anda mungkin juga menyukai