Anda di halaman 1dari 5

Matakuliah Undang-Undang dan Etika Kesehatan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

RESUME KRIMINALISASI DOKTER

Oleh:

Elyza Aiman N111 11 281 KELAS A

MAKASSAR 2013

RESUME Kriminalisasi adalah suatu proses yang meneliti perilaku yang awalnya tidak dianggap sebagai peristiwa pidana, tetapi selanjutnya digolongkan sebagai peristiwa pidana oleh masyarakat. Sedangkan penerapan kata Kriminalisasi tersebut sering digunakan oleh masyarakat secara umum tanpa melihat sebuah proses tindak pidana yang diduga kuat seseorang melakukan tindak pidana dari tahapan penyelidikan, penyidikan oleh penyidik Polri atau kejaksaan yang diberikan kewenangan oleh undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP. Kriminalisasi dokter adalah istilah yang digunakan oleh persatuan dokter indonesia dalam menanggapi kasus dr. Ayu dan dua dokter lainnya. Dokter Ayu dan kedua temannya yang sekarang ditahan sebenarnya telah menjalani proses persidangan dimana mereka telah diputuskan oleh Mahkama Agung pada tanggal 18 September 2012. Sehingga kasus ini tergolong kasus pidana murni. Jadi istrilah kriminalisasi bukanlah istilah yang tepat. Menurut saya, dokter-dokter yang telah dijatuhi hukuman tersebut bukanlah bukanlah upaya profesi kedokteran?. Mahkama Agung tersendiri memiliki kekuatan hukum yang tetap, ada prosedur tertentu untuk menentang keputusan mahkama agung, setahu saya

salah satunya yaitu dengan mengajukan banding dengan syarat adanya bukti baru ataupun novum. Sementara berikut rincian kesalahan dokter Ayu seperti tertera di putusan Mahkamah Agung: Dokter Dewa Ayu Sasiary Prawani, dr Hendry Simanjuntak, dan dr Hendy Siagian, baik secara bersama-sama maupun bertindak sendiri-sendiri, telah dengan sengaja melakukan, menyuruh melakukan, dan turut serta melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat izin praktik (SIP). Dr Ayu, dr Hendry, dan dr Hendy sebagai dokter dalam melaksanakan operasi cito secsio sesaria terhadap korban Siska Makatey, hanya memiliki sertifikat kompetensi. Tapi para terdakwa tidak mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) kedokteran/yang berhak memberikan persetujuan. Sedangkan untuk

melakukan tindakan praktik kedokteran, termasuk operasi cito yang dilakukan para terdakwa terhadap diri korban, para terdakwa harus memiliki SIP kedokteran. Hal diatas memperkuat bahwa kesalahan yang dilakukan disini ialah tidak adanya surat izin praktik (SIP) oleh ketiga dokter tersebut yang telah menyalahi peraturan meskipun yang mereka kerjakan telah sesuai dengan Standar Operasional Praktik (SOP) dan bukan Malpraktek.

Dilain pihak IDI (ikatan Dokter Indonesia) telah mengambil tindakan yang menurut saya terlalu berlebihan. Menurut artikel yang memuat tentang aspirasi para dokter mengenai tindakan demo para dokter mengatakan bahwa Para dokter itu murka dan menuding MA tidak paham prosedur dan kode etik dokter. Rekan kami korban kebodohan pakar hukum. MA tidak paham apa yang kami kerjakan. MA tidak berkonsultasi dengan para pakar kedokteran sebelum memutuskan perkara, kata salah satu dokter, I Gusti Ngurah. Menurut saya, MA juga memiliki prosedur dalam mengambil keputusan. Mahkama Agung meskipun tidak mendalami tetang prosedur dan kode etik dokter, mereka tentu saja melakukan pengambilan keputusan sesuai dengan prosedur dan kode etik mereka juga. Baik itu dalam pengambilan keputusan diperlukan konsultasi dengan dokter ataupun tidak. Meskipun Mahkama Agung tidak memahami SOP dokter, MA dapat menyimpulkan dan mengambil keputusan bahwa Dokter Ayu dan kedua temannya bersalah karena menjalankan Operasi tanpa Surat Izin Praktik (SIP) dan hal ini bukanlah kriminalisasi terhadap profesi kedokteran.

Menurut LBH Manado kasus Malpraktik dr Ayu cs bukanlah kriminalisasi

dokter melainkan pidana murni karena telah diuji lewat proses persidangan. Oleh karena itu, LBH Manado meminta kepada pihak-pihak tertentu untuk tidak mempolitisir dengan membentuk opini yang akan membingungkan publik

Anda mungkin juga menyukai