Pengertian Gangguan peredaran darah di otak (GPDO) atau dikenal dengan CVA (cerebro vascular accident) adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu. Hemoragik terjadi bila pembuluh darah di dalam otak pecah. Otak sangat sensitif terhadap perdarahan, dan kerusakan dapat terjadi dengan sangat cepat. Pendarahan di dalam otak dapat mengganggu jaringan otak, sehinga menyebabkan pembengkakan, mengumpul menjadi sebuah massa yang disebut hematoma. Pendarahan juga meningkatkan tekanan pada otak dan menekan tulang tengkorak. Stroke hemoragik dikelompokkan menurut lokasi pembuluh darah : 1. Intracerebral hemoragik, pendarahan terjadi di dalam otak. 2. Subarachnoid hemoragik, pendarahan di daerah antara otak dan jaringan tipis yang menutupi otak. Stroke hemoragik paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi, yang menekankan dinding arteri sampai pecah. Penyebab lain terjadinya stroke hemoragik adalah : 1. Aneurisma, yang membuat titik lemah dalam dinding arteri, yang akhirnya dapat pecah. 2. Hubungan abnormal antara arteri dan vena, seperti kelainan arterio venosa. 3. Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh seperti payudara, kulit, dan tiroid. 4. Cerebral amyloid angiopathy, yang membentuk protein amiloid dalam dinding arteri di otak, yang membuat kemungkinan terjadi stroke lebih besar. 5. Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin). 6. Overdosis narkoba, seperti kokain.
B. Tanda Dan Gejala Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa peringatan, dan sering
selama aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan menghilang, atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu. Gejala stroke hemoragik bisa meliputi: 1. Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma). 2. Kesulitan berbicara atau memahami orang lain. 3. Kesulitan menelan. 4. Kesulitan menulis atau membaca. 5. Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk, batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba. 6. Kehilangan koordinasi. 7. Kehilangan keseimbangan. 8. Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan motorik. 9. Mual atau muntah. 10. Kejang. 11. Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi, baal atau kesemutan. 12. Kelemahan pada salah satu bagian tubuh. 13. Perubahan visi (penurunan visi, atau kehilangan semua atau salah satu bagian dari visi).
C. Patofisiologi Menurut Sylvia A. Price (2005) dan Smeltzer C. Suzanne (2001), stroke infark disebabkan oleh trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak) dan embolisme serebral (bekuan darah atau material lain). Stroke infark yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan disuatu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum dapat disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk didalam suatu pembuluh otak atau pembuluh organ distal. Pada trombus vaskular distal, bekuan dapat terlepas atau mungkin terbentuk dalam suatu organ seperti jantung dan kemudian dibawa melalui sistem arteri ke otak sebagai suatu embolus. Sumbatan di arteri karotis interna sering mengalami pembentukan plak aterosklerotik di pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan atau stenosis. Apabila stenosis mencapai suatu tingkat kritis tertentu, maka meningkatnya turbulensi disekitar penyumbatan akan
menyebabkan penurunan tajam kecepatan aliran darah ke otak akibatnya perfusi otak akan menurun dan terjadi nekrosis jaringan otak. Faktor risiko utama pada stroke antara lain hipertensi, penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, TIA (Transient Ischemic attack), kadar lemak dalam darah yang tinggi, dan lainlain. Adapun manifestasi klinis pada klien dengan stroke yaitu kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul mendadak, perubahan status mental (delirium, stupor, atau koma), afasia (bicara tidak lancar, kurang ucapan atau kesulitan memahami ucapan), disartia (bicara pelo atau cadel), gangguan penglihatan diplopia, mual, muntah dan nyeri kepala. Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral dan luasnya area cedera yang dapat mengakibatkan perubahan pada aliran darah serebral sehingga ketersediaan oksigen ke otak menjadi berkurang dan akan menimbulkan kematian jaringan otak.
D. Pathways :
STROKE
ISKEMIA
Metabolisme Anaerob
Asidosis Metabolik
As Laktat
EDEMA OTAK
TIK Jaringan mengalami reaksi dan pergeseran sensasi nyeri Kerusakan Sel Neuron Nyeri kepala Fungsi Saraf Gangguan Pola Istirahat Tidur
Saraf sensorik
Intoleransi Aktivitas
E. Faktor-Faktor Resiko 1. Hipertensi 2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif) 3. Kolesterol tinggi 4. Obesitas 5. Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral) 6. Diabetes Melitus ( berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi) 7. Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merkok, dan kadar estrogen tinggi) 8. penyalahgunaan obat ( kokain) 9. konsumsi alkohol
F. Pemeriksaan Penunjang 1. CT Scan Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark 2. Angiografi serebral Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri 3. Pungsi Lumbal menunjukan adanya tekanan normal tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan 4. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik. 5. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik 6. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena 7. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
G. Penatalaksaan Medis 1. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral 2. Anti koagulan : mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi
H. Penatalaksanaan Keperawatan Untuk mengetahui permasalahan yang ada pada klien dengan stroke infark perlu dilakukan pengkajian yang lebih menyeluruh dan mendalam dari berbagai aspek yang ada sehingga dapat ditemukan masalah-masalah yang ada pada klien dengan stroke infark. Pengkajian pada klien stroke infark menurut Tuti Pharia, dkk (1996), Doenges (1999) dan Lynda Juall (2006) adalah sebagai berikut : 1. Aktivitas / istirahat Gejala : merasa kesulitan dalam melakukan aktifitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis ( hemiplegi ), merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat. Tanda : gangguan tonus otot, paralitik (hemiplegia), kelemahan umum, gangguan penglihatan dan gangguan tingkatan kesadaran. 2. Sirkulasi Gejala : adanya penyakit jantung, polisitemia Tanda : hipertensi arterial, frekuensi nadi dapat bervariasi, distrimia, perubahan EKG 3. Integritas Ego Gejala : perasaan tidak berdaya dan putus asa. Tanda : emosi yang labil, ketidaksiapan untuk marah , sedih, gembira dan kesulitan untuk mengekspresikan diri. 4. Eliminasi Gejala : perubahan pola kemih, distensi abdomen, bising usus negatif. 5. Makan / Minum Gejala : nafsu makan hilang, mual muntah, kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan, disfagia, ada riwayat diabetes mellitus, peningkatan lemak dalam darah. Tanda : kesulitan menelan, obesitas. 6. Neurosensori Gejala : pusing, sakit kepala, kelemahan/kesemutan, kebas, penglihatan menurun, penglihatan ganda, gangguan rasa pengecapan dan penciuman. Tanda : gangguan fungsi kognitif, kelemahan/paralisis, afasia, kehilangan
kemampuan untuk mengenali/menghayati rangsangan visual, pendengaran, kekakuan muka dan kejang. 7. Nyeri / Kenyamanan Gejala : sakit kepala Tanda : tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot 8. Pernafasan Gejala : merokok Tanda : ketidak mampuan menelan / batuk / tambatan jalan nafas, pernafasan sulit, suara nafas terdengar ronkhi. 9. Keamanan Tanda : masalah dengan penglihatan, tidak mampu mengenali objek, gangguan regulasi suhu tubuh, kesulitan dalam menelan, perhatian sedikit terhadap keamanan. 10. Interaksi sosial. Tanda : masalah bicara, ketidak mampuan untuk berkomunikasi
11. Penyuluhan / Pembelajaran Gejala : adanya riwayat hipertensi pada keluarga dan stroke Penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan stroke infark bertujuan untuk mencegah keadaan yang lebih buruk dan komplikasi yang dapat ditimbulkan. Untuk itu dalam merawat pasien stroke perlu diperhatikan faktor-faktor kritis seperti mengkaji status pernafasan, mengobservasi tanda-tanda vital, memantau fungsi usus dan kandung kemih, melakukan kateterisasi kandung kemih, dan mempertahankan tirah baring.
A. Pengkajian 1. Identitas Pasien Nama Umur Alamat Sumber informasi Tanggal Masuk RS Tanggal pengkajian : Ny. D : 60 tahun : Desa Jongok Meluem : Tn. A : 14 Desember 2013 : 19 Desember 2013
Keluarga terdekat yang dihubungi : Anak Pasien Status perkawinan Agama Suku Pendidikan Pekerjaan Lama bekerja : Kawin : Islam : Gayo : SMP/Sederajat : Tani : 30 tahun
2. Status kesehatan saat ini a. Alasan kunjungan/keluhan utama : penurunan kesadaran, kelemahan b. Faktor pencetus : adanya riwayat hipertensi. c. Lamanya keluhan : 1 hari sebelum masuk RS d. Timbulnya keluhan : [ ] Bertahap [ ] Mendadak
e. Faktor yang memperberat : jika klien mengalami peningkatan TD f. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : Oleh orang lain : di bawa ke RS g. Diagnosa Medik : Stroke Hemoragic
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu 1) Penyakit yang pernah dialami. a. b. c. Kanakkanak : batuk, demam. Kecelakaan : Klien tidak pernah mengalami kecelakaan Pernah dirawat penyakit : pasien hanya periksa di Bidan Desa jika hipertensi
2) Pola nutrisi : Frekwensi makan BB Tinggi badan Jenis makanan Makanan yang disukai Makanan pantangan Nafsu makan : 3 x / hari : 60 kg : 163 cm : Nasi putih, ikan, sayur. (keterangan dari keluarga) : Nasi goreng (keterangan dari keluarga) : Tidak ada makanan pantangan (keterangan dari keluarga) : ( ) Baik ( ) Sedang alasan :mual/muntah/sariawan : os memakai sonde ( ) Kurang alasan 3) Pola Eliminasi :
a. Buang air besar Frekwensi Waktu Warna Konsistensi : 1x/hari : pagi hari : coklat : Padat penggunaan pencahar : -
b. Buang air kecil Frekwensi Warna Bau : terpasang cateter 50 cc/jam : Kuning pekat : spesifik urine : klien tidur pada malam hari mulai jam 22.00 wib 05.00 wib : 6 - 7 jam/hari :: ( ) menjelang tidur
4) Pola tidur dan istirahat : Waktu tidur ( jam ) Lama tidur/hari Kebiasaan pengantar tidur Kesulitan dalam hal tidur
( ( 5) Pola aktivitas dan latihan : a. Kegiatan dalam pekerjaan b. Olahraga Jenis Frekwensi
: Pasien hanya dirumah karena usia pasien sudah lanjut : ::: istirahat
( ) mengenakan pakaian () bersolek ( ) berjabat ( ) sesak nafas setelah melakukan aktifitas () Mudah merasa lelah
6) Pola bekerja : a. Jenis pekerjaan b. Jumlah jam kerja c. Jadwal kerja d. Lain lain : pasien dirumah saja : Pasien tidak bekerja ::Lamanya : Lamanya :
: Lingkungan rumah selalu dibersihkan. : Tidak ada situasi yang dapat membayakan klien di Lingkungan rumah. : Tidak ada polusi udara disekitar rumah klien
HR : 85 X/m RR : 24X/m Temp : 37,4 C saturasi 02 ; 78 % Kepala Bentuk Keluhan yang berhubungan Pusing/sakit kepala Mata : Ukuran pupil : anisokhor : : lonjong : tak ada keluhan : tak ada keluhan
Reaksi terhadap cahaya : ada reaksi terhadap cahaya Konjungtiva Hidung : tidak ada anemis
Mulut dan tenggorokan : tak ada keluhan Pernafasan : Suara paru : ronchi pada kedua paru Pola nafas : irreguler Sirkulasi : Nadi perifer : cepat dan lemah Capilary repling : normal Suara Jantung : lup dup Suara jantung tambahan : murmur Perubahan warna ( Kulit, kuku, bibir dll ) : pucat Keadaan ekstremitas : kelemahan, agak dingin Nutrisi : Jenis diet : sonde 2000 kalori Intake cairan : IVFD R SOL 20 tts/i, Nacl 0,9 % 10 tts/m Eliminasi : Cateter : 50 cc/ jam Reproduksi : Tak dikaji Neurologi : Tingkat kesadaran : Coma Pola latihan gerak : ROM pasif Kulit :
Intregitas : kurang baik Turgor : baik Data laboratorium : Darah lengkap Pemeriksaan Cholesrrol Trigliserida HDL LDL Hasil 277 mg/dl 104 mg/dl 73 mg/dl 183 mg/dl Normal 0-200 0-200 0-35 0-130
Hasil Pemeriksaan Diagnostik : Head CT Scan : infark didaerah basal ganglia kanan dan perifentrikuler kiri, juga tampak mild cerebral atrofi
Pengobatan : Bedrest total Diet sonde 2000 kalori IVFD RL 20 tts/I, Nacl 0,9 % 10 tts/m Cateter terpasang urin 50 cc/ jam Inj. Cefotaxime 1 gr/8jam ( 16,00,06 ) Inj. Ranitidine 1 amp/12jam (16, 04 ) Inj. Citicolin 1 amp/12jam (16, 04 ) Captopril 3x 25mg ( 05, 13, 21 ) Asam asetil salicilat 1x80mg ( 16 )
B. Analisa Data No. 1. DS : DO : kesadaran coma, GCS 3 Vital sign : TD : 143/71 mmHg, HR :85 x/m, RR : 24x/m, Temp : 36 C Saturasi 02 : 78 % Sungkup O2 terpasang 3 ltr/m Hasil Ct scan : infark didaerah basal ganglia kanan dan perifentrikuler kiri, juga tampak mild cerebral atrofi 2. DS DO : 3. tingkat kesadaran koma,GCS:3 bedrest total :Kurang informasi :Kelemahan, penurunan kesadaran Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit Kurang pengetahuan Data Etiologi Gangguan oklusi Masalah Perubahan perfusi jaringan cerebral
DS DO :
Resiko tinggi terhadap gangguan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
C. Diagnosa Keperawatan 1. Perubahan perfusi jaringan cerebral b/dermis gangguan oklusi d/d kesadaran koma GCS 3, TD : 143/71 mmhg, HR : 85X/m, RR :24X/m, Temp :36C, saturasi 02:78 %, sungkup O2 terpasang 3 ltr/m, hasil Ct scan : infark didaerah basal gangli kanan dan perifentrikuler kiri, juga tampak mild cerebral atrofi 2. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d kelemahan d/d tingkat kesadaran koma, bedrest total 3. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi d/d keluarga sering bertanya tentang penyakit dan prosedur pengobatan 4. Resiko tinggi terhadap gangguan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Intake tidak adekuat d/d terpasang NGT, kelemahan, BB menurun, Produksi sputum meningkat
Perencanaan Keperawatan Nama Umur Diagnosa medis Ruangan : Ny. D : 60 thn : Stroke Hemoragi : ICU
NO 1
Tujuan/Kriteria Hasil
Rencana Keperawtan Intervensi Mandiri Kaji/ pantau tingkat Mengetahui status neurologi. kecenderungan kesadaran Pantau tanda- tanda Variasi mungkin terjadi vital oleh karena tekanan pada daerah vasomotor otak Evaluasi pupil dan Reaksi untuk apakah masih tidak Letakkan kepala pada Menurunkan posisi agak arteri meningkatkan dan tekanan dengan drainase pupil berguna tingkat Rasional
kesadaran koma GCS 3, keperawatan TD : 143/71 mmhg, HR : selama 2x24 jam 85X/m, Temp RR :36C, :24X/m, diharapkan Perfusi saturasi jaringan cerebral
02:78 %, sungkup O2 kembali normal terpasang 3 ltr/m, hasil Ct scan : infark didaerah KH : tanda- tamda basal gangli kanan dan vital dalam batas perifentrikuler kiri, juga normal, tampak atrofi mild cerebral normal. TD:120/80 mmHg RR: 22x/i Pols: 80x/i T : 36.5 C GCS : 13-15
0
GCS
meningkatkan
sirkulasi/ perfusi serebral Kolaborasi Berikan indikasi Berikan obat anti hipertensi Membantu Mencegah saat embolus vasodilatasi 02 sesuai Menurunkan hipoksia
acetil salicilat) Berikan infuse (RL Mempertahankan volume dan Nacl 0,9 %) 2 Resiko tinggi terhadap Tujuan : sirkulasi
Mandiri
Ubah posisi setiap 2 Menurunkan jam terjadinya resiko trauma/
kerusakan integritas kulit Setelah diberikan b/d kelemahan d/d tingkat asuhan kesadaran koma, bedrest keperawatan total selama 2x24 jam diharapkan Kerusakan integritas tidak terjadi kulit
iskemia jaringan yang dapat kerusakan (dekubitus) Lakukan latihan Meningkatkan kontraktur Tinggikan tangan dan kepala Bantu dlm pemenuhan Meningkatkan aliran balik vena memenuhi klien dan sirkulasi menimbulkan pada kulit
ADL (makan minum, Untuk BAB/BAK, mandi) kebutuhan membantu terjadinya kulit
mencegah kelembaban
d/d Setelah diberikan dan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan Keluarga memiliki pengetahuan tentang penyakit
prosedur pengobatan
Diskusikan untuk
Berbagai tingkat bantuan mungkin berdasarakan kebutuhan individual diperlukan pada secara
kebutuhan klien
Berikan
Merupakan
suatu
hal
Kh : mengerti penyakit
prosedur dan
yang
penting
pada
kemajuan komplikasi
pemulihan
pengobatan 4 Resiko tinggi terhadap Tujuan : gangguan pola Mandiri : kaji kebiasaan diet, masukan makanan Untuk mengetahui intake nutrisi tidaknya adekuat atau nutrisi Setelah perawatan jam tidak pada
kurang dari kebutuhan 1x24 tubuh b/d Intake tidak diharapkan adekuat NGT, d/d
saat ini. Catat derajat kesulitan makan Berikan makan porsi kecil dan sering
kelemahan,
Tindakan
ini
dapat masukan
menurun,
Produksi pasien.
meningkatkan
sputum meningkat KH : - Menunjukkan peningkatann nafsu makan - Menunjukan peningkatan berat badan Timbang berat badan sesuai indikasi
meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali Berguna menentukan untuk kalori,
keadekuatan nutrisi kolaborasi Konsul ahli gizi untuk memberikan makanan yang mudah dicerna Metode kebutuhan
makan
dan kalori
Catatan Perkembangan
: Ny.D : 60 Tahun
NO.Dx KEP
IMPLEMENTASI
EVALUASI
08.00
Mengkaji/memantau neurologi.
tingkat
08.15 08.30
08.40
mencatat vital sign TD : 140/60 mmhg, ukuran, bentuk dan reaksi terhadap HR:92X/m, cahaya RR:21X/m, Meletakkan kepala pada posisi agak ditinggikan dan dalam posisi anatomis Temp:37,4C, Saturasi 02 ; 71 %
Kolaborasi 08.50
P: intervensi dilanjutkan
Memberikan infuse (RL dan Nacl 0,9 %) Mengubah posisi Melakukan latihan rentang gerak pasif Meninggikan tangan dan kepala Membantu dalam pemenuhan ADL A :masalah belum teratasi S: O :tidak tampak adanya kerusakan integritas kulit
P :intervensi dilanjutkan
III
10:30
Mendiskusikan keadaan patologis yang S: keluarga memiliki dialami klien pengetahuan yang cukup mengenai penyakit dan penjelasan mengenai pengobatan
10:40
10.50
Memberikan
A:masalah teratasi
P:observasi selanjutnya
IV 11:00
Mandiri : kaji kebiasaan diet, ini. masukan S : pasien coma O: Berat meningkat badan
Catat derajat
Berikan makan porsi kecil dan sering Timbang berat badan sesuai indikasi
Kolaborasi 12:30 Konsul ahli gizi untuk memberikan makanan yang mudah dicerna
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Mandiri:
S:
Mengkaji / memantau tingkat status O: tidak tampak adanya kerusaka integritas kulit neurologi. Memantau tanda- tanda vital Mengevaluasi pupil dan mencatat A:masalah belum teratasi P:intervensi dilanjutkan
08.15 08.30
Meletakkan kepala pada posisi agak ditinggikan dan dalam posisi anatomis
Kolaborasi 08.50
Memberikan infuse (RL dan Nacl 0,9 %) Mengubah posisi Melakukan latihan rentang gerak pasif Meninggikan tangan dan kepala Membantu dalam pemenuhan ADL S: O:kesadaran koma ( GCS 3 ), vital sign 90/ 60 mmhg, HR:92X/m, RR:21X/m, Temp:37,4C, Saturasi 02 ; 71 %
10.00 12.00
P: intervensi dilanjutkan I
21 Januari 2013
Mandiri:
Mengkaji / memantau tingkat status S : neurologi. sudah pasien mengatakan bisa menggerakan
08.00
08.15
tubuhnya
08.30
Mengevaluasi
pupil
dan
mencatat O :
Meletakkan kepala pada posisi agak Pols: 80x/i ditinggikan dan dalam posisi anatomis
Kolaborasi 08.50
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Memberikan infuse (RL dan Nacl 0,9 %) Mengubah posisi Melakukan latihan rentang gerak pasif Meninggikan tangan dan kepala Membantu dalam pemenuhan ADL O : S : pasien tidak merasa gatal-gatal
10.00 12.00
A : maslah teratasi
P : intervensi dihentikan
A. Kesimpulan a. Pada tahap pengkajian penulis melakukan pendekatan terhadap pasien dan keluarga sehingga data yang mencakup bio, psiko, sosial, dan spiritual dapat dikumpulkan dengan baik. b. Pada tahap diagnosa keperawatan penulis menemukan tiga diagosa pada Tn. T yaitu: Perubahan perfusi jaringan cerebral, Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit , Kurang pengetahuan c. Pada tahap perencanaan penulis memfokuskan pada rencana tindakan sesuai dengan masalah dan kondisi klien. d. Pada tahap pelaksanaan penulis melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. e. Pada tahap evaluasi penulis melakukan penilaian terhadap implementasi yang telah dilakukan.
B. Saran 1. Diharapkan pada pasien yang mengalami tanda dan gejala stroke supaya secepatnya memeriksakan diri ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan. 2. Kepada perawat untuk lebih memperhatikan dalam perawatan untuk mencegah komplikasi. 3. Diharapkan sebelum pulang keluarganya diberi pendidikan kesehatan meningkatkan derajat kesehatan.
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8,vol 3. Jakarta : EGC Hudak & Gallo. 1996. Keperawatan Kritis,edisi VI,Volume 2. Jakarta : EGC Lumbantobing. 1994. Stroke. Jakarta : EGC Doenges. M.E; moorhouse. M.F; Geissller.A.C (1999). Rencanana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien . Edisi 3. Jakarta:EGC