Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pembangunan industry sejak pelita I sampai pelita V telah memberikan dampak positif bagi kekuatan ekonomi nasional yang ditandai dengan berkembangnya berbagai jenis industry khususnya industry kayu atau meabel. Keadaan ini memberikan lapangan pekerjaan yang semakin luas, dan diharapkan dapat meningkatkatkan kesejahteraan bagi para pekerja dan keluarganya. Industry yang saat ini ditinjau dari modal kerja yang digunakan dapat dikelompokan dalam beberapa kelompok yaitu industry besar(Industry Dasar), industry menengah( Aneka Industri), dan industry kecil dengan teknologi sederhana atau tradisional dan dengan jumlah modal yang relatif terbatas adalah merupakan industry yang banyak bergerak disektor informal. Pekerja pada kelompok ini merupakan kelompok kerja yang tergolong underserved working population dan belum mendapatkan pelayanan kesehatan seperti yang diharapkan. Era industrialisasi saat ini dan masa mendatang memerlukan dukungan tenaga kerja yang sehat dan produktif dengan suasana kerja yang aman, nyaman, dan serasi. Diperkirakan jumlah angkatan kerja yang bekerja pada sektor industry pemerintah dan swasta baik sektor formal maupun informal pada akhir pelita V akan mendekati 100 juta orang dimana sebagian besar berada pada sektor informal. Diperkirakan sampai tahun 2000 nanti akan terdapat 2 wajah pola penyakit di Indonesia yaitu penyakit infeksi, infeksi yang memang akan terus ada dan penyakit non infeksius yang disebabkan oleh (non living organism) atau (non living contaminant)seperti zat kimia,debu,panas,logam berat,tekana mental,perilaku yang tidak sehat DLL. Penyakit tersebut antara lain berupa pneumoconiosis, kanker, gangguan kardiovasculer, keracunan zat kimia atau logam berat, ketulian akibat bising, kecelakaan akibat kerja dan lain sebagainya. Sejalan dengan era industrialisasi penyakit non infeksius, termasuk penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan penyakit akibat kerja akan meningkat sehingga perlu upaya antisipasi secara tepat waktu dan dapat mencapai seluruh sasaran.

Dalam meningkatkan kesehatan kerja khususnya begi pekerja sektor informal, Departemen Kesehatan sebagai instansi pemerintah yang berkewajiban membina kesehatan masyarakat khususnya pekerja sektor informal. Menyusun petunjuk praktis tentang bagaiman cara bekerja secara baik dan benar menurut kaidah kesehatan untuk berbagai jenis pekerjaan pada aneka ragam industry kecil. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa Identifikasi kesehatan kerja pada perajin kayu? 2. Bagaimana evaluasi kesehatan kerja pada perajin kayu? 3. Bagaimana tindakan pengendalian dari kesehatan kerja pada perajin kayu?

1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui identifikasi kesehatan kerja pada perajin kayu. 2. Untuk mengetahui evaluasi kesehatan kerja pada perajin kayu. 3. Untuk mengetahui tindakan pengendalian dari kesehatan kerja pada perajin kayu.

1.4 Manfaat 1. Bagi tenaga kerja perajin kayu, makalah ini bermanfaat agar mengetahui kesehatan kerja yang harus diperhatikan pada saat melakukan pekerjaannya. 2. Bagi pelajar, makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan tentang upaya kesehatan kerja pada perajin kayu. 3. Bagi masyarakat, makalah ini bermanfaat untuk mengetahui upaya kesehatan kerja pada perajin kayu.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Identifikasi Kesehatan Kerja Pengerajin Kayu Seni Kerajinan adalah komponen produk seni yang dibuat melalui keterampilan tangan untuk tujuan sebagai kebutuhan hidup manusia. Berdasarkan pengertian itu, kerajinan merupakan hasil suatu produk keterampilan seni yang dibuat oleh manusia. Bentuk-bentuk produksi kerajinan memiliki fungsi untuk memperindah ruangan atau barang penghias ruang. Kerajinan kayu adalah pembuatan barang-barang bahan kayu yang dihasilkan melalui ketrampilan tangan manusia. Di Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kayu terbesar. Kayu yang dihasilkan selain diekspor, juga banyak diproses didalam negeri untuk menjadi barang konsumsi baik oleh rumah tangga, perkantoran maupun kebutuhan industri. Perajin kayu atau mebel adalah pekerja sektor informal yang menggunakan berbagai jenis kayu sebagai bahan baku atau bahan utama dalam proses produksinya serta menerapkan cara kerja yang bersifat internasional. Identifikasi kesehatan kerja pengerajin kayu yang terganggu meliputi : 1. Luas Ventilasi Udara Kurang luasnya ventilasi dan tertutupnya ventilasi dapat menyebabkan kurang adanya oksigen yang masuk bila ventilasi tertutup akan menyebabkan debu kayu hanya bersirkulasi dalam ruangan tersebut. 2. Limbah yang dihasilkan Limbah kayu yang dihasilkan oleh pengerajin kayu dalam proses pemotongan dan penghalusan dapat membahayakan kesehatan kerja para pengerajin kayu. Contohnya seperti penyakit sesak nafas atau asma, flu, dan gejala penyakit lainnya yang dapat ditimbulkan oleh limbah pabrik yang dihasilkan oleh pengerajin kayu dalam proses pengerjaannya.

3. Kebisingan Kebisingan yang diakibatkan dari mesin yang digunakan saat memotong kayu membuat suara dengan frekuensi waktu yang lama dapat mengganggu pendengaran.

4. Keselamatan Pekerja a. Menggunakan masker b. Menggunakan sarung tangan c. Menggunakan alas kaki d. Menggunakan kacamata pelindung

2.2 Evaluasi Keselamatan Kerja Perajin Kayu Kerajinan kayu mempunyai Fungsi Estetis yang artinya fungsi murni untuk memperindah atau mempercantik suasana ruang. Namun dibalik itu, Pekerja perajin kayu harus memperhatikan keselamatan kerja dalam bekerja karena keselamatan kerja itu sangatlah penting bagi pengerajin kayu maupun orang yang berada di tempat kerja tersebut. Misalnya kehati-hatian menggunakan alat dan mesin ukir agar resiko human error dapat diminimalisir serta memakai alat pelindung, misalnya kacamata lebar untuk mencegah masuknya serpihan kayu ke mata dan trauma tumpul lainnya, serta alat bantu penunjang lainnya adalah masker dan sarung tangan. Pekerja pengerajin kayu tidak begitu memperhatikan keselamatan kerja mereka. Alat pelindung diri yang mereka kenakan hanya topi dan alas kaki. Pada saat menggergaji kayu harus hati-hati karena bisa menyebabkan iritasi dan alergi terhadap saluran pernafasan serta kulit akibat debu kayu yang berhamburan. Selain itu, bisa menyebabkan gangguan pendengaran akibat bising yang ditimbulkan alat saat menggeraji. Pada penyiapan bahan baku juga mengakibatkan iritasi dan alergi terhadap saluran pernafasan dan kulit akibat debu dan partikel kecil kayu. Begitu juga dengan penyerutan dan pengamplasan kayu yang bisa menyebabkan iritasi dan alergi terhadap saluran pernafasan akibat debu kayu.

2.3 Tindakan Pengendalian Pengendalian yang bisa dilakukan dengan cara memakai Alat Pelindung Diri (APD) pada tenaga kerja perajin kayu maupun orang yang berada di tempat tersebut. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) sangat berguna untuk keselamatan dan kesehatan bagi pekerja dan orang yang berada di tempat bekerja tersebut. Seperti penggunaan masker sebagai alat pelindung untuk alat-alat pernafasan. Penggunaan kacamata sangatlah penting sebagai pelindung mata terhadap serpihan kayu, trauma tajam dan trauma tumpul lainnya yang dapat
4

menimbulkan cedera, cacat bahkan kebutaan mata. Selain itu, harus memperhatikan bahan dan peralatan agar dapat dipakai dan digunakan secara aman dan efisien.

Upaya Pencegahan dan Penanggulangan


Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk meminimalkan resiko gangguan kesehatan pekerja meubel antara lain :

Kebisingan
a. Mengurangi kebisingan pada sumbernya dengan cara : 1. memberi sekat (dari bahan kain , gabus , atau karet pada landasanmesin dan penempatan atau lainnya ) 2. penanaman pohon disekitar tempat kerja 3. penempatan dilakukan pada ruangan tersendiri atau ruang kedap suara b. Mengatur lama waktunya kerja agar tidak melebihi dari ambang batas kebisingan yang diperkenakan ,misalnya : 1. 85 db (A) untuk 8 jam pemajanan 2. 90 db ( A) untuk 4 jam pemajanan 3. 95 db ( A) untuk 2 jam pemajanan dan seterusnya c. Menggunakan sumbat telinga atau tutup telinga pada waktu bekerja ditempat yang bising , karena alat tersebut mampu mengurangi intesitas bising sampai sekitar 25-40 db (A)

Uap logam dan zat zat kimia


1. Posisi kerja menghadap searah dengan arah angin 2. Menggunakan masker penutup mulut dan hidung 3. Tidak merokok sewaktu bekerja 4. Tata udara yang baik ditempat kerja dan menggunakan cerobong asap diatas tungku 5. Pengaturan waktu kerja agar pekerja tidak terlalu terpapar oleh uap logam dan zat zat kimia 6. Bila timbul gangguan saluran pernafasan segera periksakan ke sarana kesehatan

Sikap kerja yang tidak benar


a. Menyesuaikan alat kerja dengan postur tubuh pekerja dengan jenis dan jenis dan sifat pekerjaan masing-masing , sehingga pekerjaan dapat dilakukan dengan posisi duduk atau berdiri misalnya : 1. Duduk dikursi dan menggunakan meja yang sesuai : tingginya untuk tempat peralatan kerja 2. Berdiri tegak dengan peralatan kerja diatas meja sesuai dengan fungsinya

3. Pekerja tidak bungkuk ,jongkok atau duduk dilantai dan memaksakan posisi tubuh pada keaadan alami 4. Usahakan istirahat atau mengganti posisi kerja secara berkala b. Melakukan latihan pada otot yang mengalami gangguan c. Rujuk ke puskesmas atau sarana kesehatan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Kesimpulan dari makalah ini adalah

1. Kerajinan kayu adalah pembuatan barang-barang bahan kayu yang dihasilkan melalui ketrampilan tangan manusia 2. Pekerja perajin kayu harus memperhatikan keselamatan kerja dalam bekerja karena keselamatan kerja itu sangatlah penting bagi pengerajin kayu maupun orang yang berada di tempat kerja tersebut. 3. Pengendalian yang bisa dilakukan dengan cara memakai Alat Pelindung Diri (APD) pada tenaga kerja perajin kayu maupun orang yang berada di tempat tersebut.

3.2 Saran Saran yang bisa kami berikan adalah dengan memperhatikan kesehatan kerja pada perajin kayu seperti menggunakan masker, pelindung mata dan alas kaki. Selain tenaga kerja perajin kayu, orang yang berada di tempat kerja tersebut juga harus memperhatikan kesehatan dan keselamatannya.

DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.isi-dps.ac.id/berita/fungsi-kerajinan-kayu-di-desa-singakerta 2. http://kreasijepara.blogdetik.com/kerajinan-kayu/ 3. http://Bangunan,KualitasLingkungandanPenyakitIfahLatifahAcademia.edu.htm

Anda mungkin juga menyukai