Anda di halaman 1dari 3

Analisis Analisis Percobaan Modul kali ini membahas tentang bagaimana membedakan sifat kimia dan sifat fisika

dari suatu zat. Percobaan yang praktikan lakukan pertama kali adalah percobaan yang mengidentifikasi sifat-sifat fisika dari beberapa zat. Pertama-tama praktikan menyiapkan 6 tabung reaksi yang diletakkan di rak tabung reaksi. Kemudian praktikan meneteskan zat-zat berupa metanol, CaCO3, Benzene, HCl, NaOH, dan gula dalam tabung reaksi yang telah diberikan kertas penanda isi tabung reaksi di bagian bawah bawah rak tabung reaksi. Setelah itu praktikan mengobservasi dengan teliti sifat fisika masingmasing substansi berupa wujud (padat, gas, cair), warna, dan aroma zat. Setelah mendapatkan data hasil observasi berupa sifat fisika zat murni (tanpa adanya proses pelarutan) dan menuliskannya di report sheet, praktikan mencoba mengecek kelarutan masing-masing zat dalam pelarut air dengan mencampurkan beberapa tetes aquades ke dalam tabung reaksi dan menggoyang-goyangkan tabung setelah pencampuran. Setelah digoyangkan, praktikan mengobservasi masing-masing campuran di dalam tabung reaksi dan mengidentifikasi sifat-sifat fisika berupa wujud, warna, dan aroma zat setelah dilarutkan dalam air dan menuliskan hasilnya ke dalam report sheet. Selanjutnya, sesuai prosedur percobaan langkah yang harus praktikan lakukan adalah mengganti pelarut dengan pelarut eter. Berdasarkan arahan dari asisten lab, langkah ini akan dilakukan pada saat terakhir setelah semua percobaan lain terselesaikan. Langkah ini dilakukan bersama-sama dengan seluruh anggota kelompok beserta asisten di lemari asam, karena menurut asisten, walaupun eter tidak berbahaya apabila terkena kulit ataupun terhirup, tetapi aromanya sangat menyengat. Praktikan membawa rak tabung reaksi beserta tabung-tabung reaksi yang telah dibuang campuran hasil percobaan sebelumnya, dicuci, dikeringkan, serta diisi kembali dengan beberapa ml zat-zat yang digunakan pada langkah pertama seperti metanol, CaCO3 , Benzene, HCl, , NaOH, dan gula. Setelah itu praktikan mencampurkan beberapa tetes pelarut eter ke dalam masing-masing tabung dan menggoyanggoyangkannya. Lalu praktikan kembali mengobservasi sifat-sifat fisika dari zat berupa wujud, warna, dan aroma zat saat dilarutkan ke dalam eter dan mencatat datanya di report sheet. Percobaan kedua bertujuan untuk mengidentifikasi sifat-sifat kimia dari beberapa zat berupa perubahan yang dialami apabila ditambahkan zat basa, pengaruh apabila ditambahkan zat asam, dan perubahan karena proses pemanasan. Untuk percobaan perubahan disebabkan penambahan basa, pertama-tama praktikan membuang isi tabung reaksi bekas percobaan sebelumnya, mencuci bersih, , mengeringkan, dan meletakannya kembali di rak tabung reaksi. Setelah itu praktikan memasukkan zat-zat berupa Al, Zn, Fe, dan CaCO3 ke masing-masing tabung reaksi. Lalu praktikan meneteskan beberapa tetes NaOH encer ke dalamnya, mengobservasi perubahan yang terjadi dalam tabung dan mencatatnya di dalam report sheet. Untuk mengobservasi perubahan zat apabila ditambahkan zat asam, praktikan menggunakan HCl sebagai larutan yang ditambahkan ke dalam tabung reaksi, tentunya setelah praktikan membuang zat-zat sisa percobaan sebelumnya, mencuci bersih, dan mengerinkan tabung reaksi yang ada. Setelah mencatat hasil observasi di dalam report sheet praktikan juga harus menuliskan persamaan reaksi yang terjadi berdasarkan zat-zat yang ada dan telah direaksikan serta perubahan-perubahan yang ada (misalnya adanya gelembung) dan mencoba mengidentifikasi reaksi seperti apa dan bagaimana hasil yang kemungkinan terjadi yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada campuran tersebut. Untuk percobaan meneliti pengaruh asam pada zat, praktikan juga harus mencoba mereaksikan H2SO4 dengan kayu. Langkah ini dikerjakan dibantu oleh asisten laboratorium pada akhir percobaan sekaligus setelah pengerjaan

langkah pengidentifikasian sifat fisik zat dalam larutan eter. Setelah melihat perubahan-perubahan yang terjadi, praktikan mencatat hasilnya dan mencoba menuliskan persamaan reaksi yang terjadi antara kayu dan asam sulfat di report sheet. Percobaan terakhir yang berupa pengidentifikasian perubahan yang terjadi karena pemanasan dilakukan oleh praktikan menggunakan pemanas berupa lampu spiritus. Pertama-tama praktikan mengambil lilitan Ni-Cr dan memanaskannya di atas lampu spiritus. Praktikan mencatat perubahan yang terjadi pada lilitan Ni-Cr dalam report sheet tetap sebagai data pemanasan lilitan Cu berdasarkan penjelasan dari asisten laboratorium. Setelah mencatat perubahan yang terjadi, praktikan mengambil beberapa Magnesium yang berbentuk serbuk dan meletakkannya di atas cawan kaca lalu mengguling-gulingkan lilitan Ni-Cr di atasnya. Praktikan memanaskan serbuk-serbuk Mg yang menempel pada lilitan Ni-Cr di atas lampu spiritus, mengobservasi perubahan yang terjadi, dan mencatat datanya di report sheet. Analisis Hasil Berdasarkan teori-teori yang tercantum di bagian teori dasar, sifat fisika adalah sifat suatu zat yang dapat diamati tanpa mengubah zat-zat penyusun materi tersebut. Sifat fisika antara lain dapat berupa wujud zat, warna, bau, titik leleh, titik didih, massa jenis, kekerasan, kelarutan, kekeruhan, kemagnetan, dan kekentalan. Pada percobaan ini sifat-sifat fisika yang diamati hanya mencakup wujud zat, warna, dan bau dari zat tersebut. Percobaan pertama ini juga mencoba menggunakan dua pelarut, berupa air (aquades) dan eter. Air dan eter digunakan mengingat pelarut ini merepresentasikan sifat-sifat yang berbeda, air merupakan suatu pelarut polar dan eter merupakan suatu pelarut non-polar. Pada bagian ini praktikan akan mencoba menganalisis perubahan fisika yang terjadi pada masing-masing zat dan mengemukakan alasannya. Pada percobaan pengidentifikasian sifat fisik metanol, pada keadaan murni metanol berwujud cair, berbau seperti alkohol karena merupakan suatu gugus alkanol, dan berwarna bening. Metanol merupakan zat polar karena senyawanya bisa diionkan menjadi CH3+ dan OH- sehingga metanol seharusnya larut dalam pelarut polar seperti air. Pada kenyataannya, metanol saat dicampurkan ke dalam air tidak menunjukkan gejala-gejala ketidaklarutan seperti terbentuknya lapisan atau endapan di bawah tabung reaksi. Pada eter, yang notabenenya merupakan pelarut organik metanol juga mengindikasikan sifat-sifat kelarutan karena eter bisa melarutkan senyawa organik. Untuk CaCO3 dalam keadaan murni tanpa penambahan pelarut menunjukkan sifat-sifat fisika berupa berwujud padat dengan struktur kapur, tidak berbau, dan berwarna putih. CaCO3 merupakan zat non polar sehingga seharusnya larut dalam pelarut non polar seperti eter. Terlihat dari sifat-sifat yang ditunjukkan saat CaCO3 dimasukkan ke dalam aquades warna larutan menjadi keruh, tidak bening seperti warna aquades sebelumnya. Namun hasil yang diharapkbahwa seharusnya CaCO3 larut dalam senyawa eter, pada kenyatannya CaCO3 tidak larut dan menunjukkan endapat putih di bagian bawah tabung reaksi. Senyawa benzena, merupakan senyawa hidrokarbon aromatik yang mempunyai 6 atom hidrogen dan 6 atom karbon. Benzena merupakan suatu senyawa organik sehingga ia akan larut dalam eter seperti hasil yang terlihat pada report sheet. Senyawa selanjutnya merupakan HCl (Asam Klorida) dan NaOH (Natrium Hidroksida). Kedua senyawa ini merupakan senyawa yang kuat, HCl merupakan suatu asam kuat dan NaOH merupakan suatu basa kuat, senyawa-senyawa kuat ini apabila dilarutkan dalam air akan larut dan membentuk ion-ion. Pada eter, kedua senyawa kuat ini akan menunjukkan sifat ketidaklarutan. Berdasarkan data hasil percobaan didapatkan pencampuran HCl menghasilkan dua layer yang sama-sama berwarna bening.

Diperkirakan layer ini merupakan hasil subtitusi eter dengan HCl (tambahin pers reaksi) dimana akan menghasilkan alkohol dan alkil halida. Untuk pencampuran NaOH, berdasarkan hasil pengamatan dihasilkan tiga layer, layer pertama dan kedua berwarna bening dan layer ketinga merupakan endapan serbuk berwarna coklat. Layer terakhir yang berwarna coklat merupakan serbuk-serbuk yang memang sudah ada di gelas wadah NaOH yang ada di laboratorium. Praktikan memperkirakan NaOH tersebut terkontaminasi dengan NaOH bekas reaksi dari praktikan-praktikan lainnya yang telah membentuk serbuk coklat namun tetap dikembalikan ke wadah NaOH. Yang terakhir adalah gula. Gula merupakan suatu senyawa non-polar dan organik. Apabila dilarutkan dalam air, pada dasarnya susunan molekul air memiliki ruang kosong. Dengan adanya pencampuran dengan gula, ruang-ruang kosong tersebut akan diisi oleh molekul-molekul gula tersebut. Namun, gula memerlukan waktu yang lama untuk melarut karena molekulnya yang kompleks sehingga untuk mempercepat pelarutan gula diperlukan beberapa perlakuan seperti pemanasan atau pengadukan. Pada pelarut eter yang merupakan pelarut non-polar dan senyawa organik, secara teori seharusnya gula larut di dalamnya namun dari hasil percobaan didapatkan bahwa pencampuran eter dengan gula menghasilkan endapan berupa serbuk di bagian bawah tabung reaksi. Percobaan yang kedua dilakukan adalah percobaan meneliti sifat kimia zat berupa pengidentifikasian perubahan yang disebabkan oleh penambahan asam dan basa. Percobaan ini dibagi menjadi tiga, percobaan dengan beberapa zat yang ditambahkan basa kuat berupa NaOH, percobaan dengan beberapa zat yang ditambahan asam kuat berupa HCl, dan percobaan pengobservasian perubahan yang terjadi apabila sebatang kayu dimasukkan ke dalam larutan H2SO4 pekat. Untuk percobaan penambahan NaOH ke zat Al, Zn, Fe, dan Ca didapatkan hasil berupa adanya endapan di bagian bawah tabung reaksi. Pada dasarnya, Al, Zn, dan Fe merupakan logam transisi yang apabila bereaksi dengan air akan menghasilkan basa lemah. Sehingga Al, Zn dan Fe yang ditambahkan NaOH menghasilkan basa lemah dan Na. Berikut persamaan reaksinya. Selanjutnya pada percobaan sifat kimia oleh pengaruh asam, zat Cu, Zn, CaCO3 dan KOH ditambahkan masing-masing HCl. Hasil dari percobaan ini adalah timbulnya gelembung, asap dan tabung terasa panas pada Cu, Zn dan KOH. Sehingga Dapat diketahui bahwa Cu, Zn dan KOH bereaksi denga HCl. Cu dan Zn yang ditambahkan HCl membentuk garam dan gas H2 (tambah pers. Reaksi). Sedangkan KOH dan HCl membentuk garam KCl dan air. Selain itu, Caco3 yang ditambah HCl terbentuk endapan. Endapan ini merupakan endapan CaCl2. Berdasarkan pers. Reaksi terbentuk pula asam karbonat yaitu Hco3. Pada percobaan batang korek api yang dimasukkan ke dalam h2so4, batang korek api yang semula berwarna kuning menjadi berwarna hijau dan lama kelamaan menjadi kehitaman. Selain itu, batang korek api menjadi lebih kecil dari semula. Hal ini dapat terjadi karena sifat dari asam sulfat yang dapat menarik air dari senyawa lainnya. Kemampuan h2so4 dalam menarik air ini disebut dehidrator. Pada percobaan selanjutnya, magnesium dan lilitan cu dibakar dengan api. Hasil dari percobaan ini yaitu pada magnesium terbentuk percikan api. Hal ini dapat terjadi karena sifat magnesium yang merupakan bahan dalam pembuatan kembang api. Percikan tersebut sama dengan percikan yang ditimbulkan ketika kembang api dibakar. Sedangkan hasil dari lilitan cu yang dibakar adalah timbul warna api biru. Hal ini dapat terjadi karena sifat cu yang jika dibakar menghasilkan warna biru. Warna biru pada kembang api berasal dari cu. Sama halnya dengan magnesium, cu juga merupakan bahan pembuat kembang api.

Anda mungkin juga menyukai