Hektare Lahan Kritis Direhabilitasi JAKARTA -- Departemen Kehutanan dalam lima tahun terakhir baru bisa merehabilitasi 3 juta dari 6,6 juta hektare lahan sangat kritis di Indo- nesia. Penanaman kembali tuinbuhan, seperti pi- nus, jati, dan rasamala, menghabiskan US$ 1 mi- liar atau setara dengan Hp 10 triliun dari anggar- an pendapatan dan belanja negara. "Itu pun barn tiga tahun lagi bisa dirasakan manfaatnya," kata Menteri Kehutanan M.S. Ka- ban setelah membuka seminar "Keterpaduan Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk Mencegah Banjir, Tanah Longsor, dan Kekeringan" di Ja- karta kemarin. Penyusutan area hutan dari 2003 hingga 2005 mencapai 1,08 juta hektare per tahun. Data Pla- nologi Departemen Kehutanan mencatat, 282 DAS di Indonesia dengan kisaran luas 30 juta hektare memerlukan penanganan segera. Seba- nyak 23,36 juta hektare lahan dalam kondisi kri- tis dan 6,64 juta hektare sangat kritis. "Kondisi hulu sungai sudah berantakan, sehingga apa pun yang dibangun di atasnya mengundang malape- taka," ujar Kaban. Sayangnya, departemen terkait, seperti Depar- temen Pertanian, Pekerjaan Umum, dan Kemen- terian Lingkungan Hidup, masih menunjukkan ego masing-masing. Karena itu, Kaban mendesak dibentuknya Forum Pengelolaan DAS lintas de- partemen dan pemerintah daerah setempat agar terjadi sinergi. "Pengelolaan DAS harus diatur dalam peraturan pemerintah," ujarnya. Mantan Menteri Lingkungan Hidup Emil Sa- lim menyatakan pencegahan bencana banjir amat bergantung pada penanganan DAS. Sebab, 116 dari 141 DAS di Pulau Jawa dalam kondisi kritis, dan 16 di antaranya membutuhkan pena- nganan serius karena kerusakannya sangat pa- rah. Sementara itu, lahan kritis di Jawa menca- pai 2,5 juta hektarc dan lahan yang tertutup po- hon hanya tersisa 4 persen. Karena itu, sekarang saatnya semua departe- men terkait bertindak nyata, bukan cuma berteo- ri. Penanganan DAS, ujar dia, harus dimulai dari tingkat kabupaten, yang menjadi hulu. "Bupati memiliki peran penting," kata Emil, yang juga penasihat presiden bidang lingkungan. • YENNIEMELYANI