Anda di halaman 1dari 2

Derajat Keasaman Urin Ginjal berperan penting dalam mempertahankan keseimbangan asam basa tubuh melalui pengeluaran urin.

Asam merupakan senyawa yang menghasilkan dan dapat memberikan ion hidrogen (H+), sedangkan basa merupakan senyawa yang menghasilkan ion hidroksida (OH-) yang dapat berikatan dengan H+ dan menurunkan H+. Derajat keasaman tubuh ditentukan oleh banyaknya jumlah ion H+ dan OH- terlarut dalam cairan tubuh. Semakin banyak jumlah ion H+ yang dihasilkan, maka semakin kuat sifat asamnya. Sebaliknya, semakin banyak OH- yang dihasilkan, maka semakin kuat sifat basanya. Jika tubuh lebih banyak mengandung H+ dari pada OH-, maka pH tubuh akan mengalami asidosis (kelebihan asam). Namun, jika OH- dalam tubuh lebih banyak dari pada H+, maka pH tubuh akan mengalami alkalosis (kelebihan basa). Sistem ginjal menjaga keseimbangan asam-basa adalah dengan cara mengabsorbsi atau mengeksresikan asam dan basa dari tubuh (Guyton dan Hall, 1997). Selain itu, ginjal juga dapat memproduksi ion bikarbonat HCO3- (bersifat basa) untuk mengatasi persediaan yang rendah akibat tingginya jumlah H+. Ketika darah menjadi asam, ginjal akan mereabsorbsi HCO3- yang terfiltrasi dan mengeksresikan H+. Namun ketika darah menjadi basa, ginjal akan mengeksresikan HCO3- dan menahan H+. Proses tersebut akan mempengaruhi pH urin yang dihasilkan. Pada kondisi normal urin memiliki pH berkisar antara 6,5-8,0 yakni tidak terlalu asam maupun terlalu basa (Dick, 2012). Seseorang yang mengidap penyakit diabetes melitus, di dalam darahnya terdapat kandungan keton yang cukup banyak. Jumlah keton yang dihasilkan bergantung dari banyaknya simpanan lemak dalam tubuh yang dipecah oleh hati untuk menghasilkan energi, sebagai pengganti glukosa. Senyawa keton memiliki sifat yang dapat mengendap dalam darah, mudah terfiltrasi karena diameter molekulnya yang lebih kecil dari diameter kapiler glomerulus, dan merupakan senyawa yang banyak memiliki muatan H+.

Asam kuat merupakan substansi yang mudah dan hampir irreversibel yang dapat memberikan H+ dan dapat meningkatkan [H+], sedangkan basa kuat berikatan kuat dengan H+ dan menurunkan [H+]. Sebaliknya asam lemah memberikan H+ secara reversibel; keduanya punya efek yang sedikit terhadap [H+].

Derajat Keasaman Urin Ginjal berperan penting dalam mempertahankan keseimbangan asam basa tubuh melalui pengeluaran urin. Asam merupakan senyawa yang dapat melepas atau menghasilkan ion hidrogen (H+), sedangkan basa merupakan senyawa yang dapat menerima H+ atau menghasilkan ion hidroksida (OH-) misalnya, seperti ion bikarbonat (HCO3-). Derajat keasaman (pH) tubuh ditentukan oleh banyaknya ion-ion H+ dan OH- terlarut dalam cairan tubuh. Semakin banyak H+ yang dihasilkan, maka semakin kuat sifat asamnya. Sebaliknya, semakin banyak OH- yang dihasilkan, maka semakin kuat sifat basanya. Jika tubuh lebih banyak mengandung H+ dari pada OH-, maka pH tubuh akan mengalami asidosis (kelebihan asam). Namun, jika OH- dalam tubuh lebih banyak dari pada H+, maka pH tubuh akan mengalami alkalosis (kelebihan basa). Ginjal mengatur keseimbangan asam basa melalui tiga mekanisme dasar, yaitu: sekresi ion-ion H+, reabsorbsi ion-ion HCO3- yang difiltrasi, dan produksi ion-ion HCO3- yang baru (Gambar 1). Mekanisme pengaturan asam basa pada ginjal terjadi ketika sejumlah besar ion HCO3difiltrasi secara terus menerus ke dalam tubulus, dan bila HCO3- tidak seluruhnya direabsorbsi kembali namun diekskresikan ke dalam urin, maka keadaan ini akan menghilangkan basa dari darah. Sebaliknya, saat sejumlah besar ion H+ juga disekresikan ke dalam lumen tubulus oleh sel epitel tubulus, maka akan menghilangkan asam dari darah. Apabila lebih banyak ion H+ yang disekresikan dari pada ion HCO3- yang difiltrasi, akan terjadi kehilangan asam dalam darah. Tetapi bila lebih banyak ion HCO3- yang difiltrasi dari pada H+ yang disekresikan, akan terjadi kehilangan basa (Guyton dan Hall, 1997). Proses tersebut juga dapat mempengaruhi pH urin yang dihasilkan. Pada kondisi normal urin memiliki pH berkisar antara 6,5-8,0 yakni tidak terlalu asam maupun terlalu basa (Dick, 2012). Seseorang yang megidap penyakit diabetes melitus, didalam darahnya terdapat kandungan keton yang cukup banyak. Kandungan keton yang dihasilkan bergantung dari banyaknya simpanan lemak dalam tubuh yang dipecah oleh hati untuk menghasilkan energi, sebagai pengganti glukosa yang tidak dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh. Senyawa keton memiliki sifat yang dapat mengendap dalam darah, mudah terfiltrasi karena diameter molekulnya lebih kecil dari diameter kapiler glomerulus, dan merupakan senyawa yang banyak memiliki muatan H+.

Anda mungkin juga menyukai