Anda di halaman 1dari 8

TEORI MODERNISASI, TEORI DEPEDENSI DAN TEORI SISTEM DUNIA (Teori Pendekatan Dalam Pembangunan) A.

PENDAHULUAN Salah satu teori yang muncul dalam menjawab perubahan sosial masyarakat menuju modern kemudian dikenal dengan teori modernisasi. Teori ini mendasarkan pada konsep evolusionisme. Secara historis makna modernitas mengacu pada transformasi sosial, politik, ekonomi, kultural, dan mental yang terjadi di Barat sejak abad ke 16 dan mencapai puncaknya pada abad 19 dan 20 (Sztomka, 2008:149). Maka kemudian teori ini lebih pada menunjukkan tahap-tahap perubahan masyarakat pada arah tertentu yang kemudian dianggap mencerminkan manusia modern. Teori evolusi dan teori fungsionalisme banyak mempengaruhi pemikiran tentang modernisasi sebagai faktor yang mewujudkan realitas perubahan. Dari sudut pandang ini, perkembangan masyarakat terjadi melalui proses peralihan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern. Secara historis, teori Dependensi lahir atas ketidakmampuan teori Modernisasi membangkitkan ekonomi negara-negara terbelakang, terutama negara di bagian Amerika Latin. Secara teoritik, teori Modernisasi melihat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di negara Dunia Ketiga terjadi karena faktor internal di negara tersebut. Karena faktor internal itulah kemudian negara Dunia Ketiga tidak mampu mencapai kemajuan dan tetap berada dalam keterbelakangan. Teori sistem dunia adalah adanya bentuk hubungan negara dalam sistem dunia yang terbagi dalam tiga bentuk negara yaitu negara sentral, negara semi pinggiran dan negara pinggiran. Ketiga bentuk negara tersebut terlibat dalam hubungan yang harmonis secara ekonomis dan kesemuanya akan bertujuan untuk menuju pada bentuk negara sentral yang mapan secara ekonomi. Perubahan status negara pinggiran menuju negara semi pinggiran ditentukan oleh keberhasilan negara pinggiran melaksanakan salah satu atau kombinasi dari strategi pembangunan, yaitu strategi menangkap dan memanfaatkan peluang, strategi promosi dengan undangan dan strategi berdiri diatas kaki sendiri. Sedangkan upaya negara semi pinggiran menuju negara sentral bergantung pada kemampuan negara semi pinggiran melakukan perluasan pasar serta introduksi teknologi modern. Kemampuan bersaing di pasar internasional melalui perang harga dan kualitas. Negara semi pinggiran yang disampaikan oleh Wallerstein merupakan sebuah pelengkap dari konsep sentral dan pinggiran yang disampaikan oleh teori dependensi. Alasan sederhana yang disampaikannya adalah, banyak negara yang tidak termasuk dalam dua kategori tersebut sehingga Wallerstein mencoba menawarkan konsep pembagian dunia menjadi tiga kutub yaitu sentral, semi pinggiran dan pinggiran. B. TEORI MODERNISASI 1. Sejarah Teori Modernisasi Istilah modernisasi muncul diawali oleh perspektif kalangan penentang marxisme, hal ini didasari oleh tradisi sosiologis yang dibangun dan melibatkan reinterpretasi, kesadaran, dan perhatian dari sosiologi klasik maupun displin ilmu lainnya. Perspektif semacam ini diterapkan dalam memandang modernisasi di dunia ketiga. Awal mula teori modernisasi dapat dikaji pada masa lalu ketika gagasan evolusi pertama kali digunakan dengan mengacu kepada ruang lingkup kemasyarakatan. Evolusi atau perubahan sosial dianggap sebagai sebuah kelaziman dan sebuah hal yang penting pada masa itu. Namun dengan komposisi

masyarakat yang beragam meski pola perubahan yang terjadi tidak berubah, akhirnya tiap masyarakat akan menempati posisi-posisi yang berbeda pada skala evolusioner. Revolusi industri yang terjadi pada abad ke-19 di Eropa dianggap sebagai sebuah media perubahan sosial yang revolusioner. Selanjutnya, muncul sebuah kekhawatiran baru akan dampak yang dihasilkan dari perubahan revolusioner ini. Durkheim melihatnya sebagai sebuah perubahan tata sosial masyarakat, dari solidaritas mekanik kemudian menjadi solidaritas organik. Hal-hal tersebut menjadi tema dominan dalam kajian perubahan teori evolusionis menjadi teori modernisasi. Teori tersebut diformulasikan pada masa perang dunia kedua ketika terjadi perubahan politik dan sosio-ekonomi dengan begitu cepat. Evolusionisme terkait dengan pengaruhnya terhadap teori modernisasi ditentang kuat oleh kaum difusionis. Kaum difusionis melihat bahwa evolusionisme tidak cukup menjelaskan perubahan sosial yang terjadi. Para difusionis fokus kepada transmisi kebudayaan yang berlangsung sepanjang waktu, dan menguji transfer kebudyaan tersebut melalui interaksi sosial, hal-hal tersebut tidak dapat dijelaskan oleh para penganut terori evolusionis. Namun pada akhirnya kedua teori tersebut acapkali sama-sama mengarah kepada spekulasi. Generalisasi didalamnya membuat difusionis didiskreditkan. Ciri-ciri kebudayaan yang terisolasi, dipisahkan dari konteks sosialnya, dilepas dari signifikansinya dalam rentetan kehidupan sosial yang berkelanjutan menjadi komponen-komponen penjelasan yang sangat aneh dalam difusionis. Namun, dengan berbagai permasalahnyya difusionis tetap menajdi komponen penting dalam perkembangan ilmu sosial di Amerika utara, termasuk bagi para evolusionis. Para evolusionis tidak menuntut bahwa setiap kelompok sosial harus melalui setiap tingkatan. Diluar eksklusifitasnya, dalam kaitannya dengan teori fungsionalismes-struktural parson, maka evolusionisme dan difusionisme dianggap sebagai sebuah alternatif dalam teorinya. Selanjutnya teori evolusionis dan difusionis tidak hanya bersaing satu sama lain, namun juga dengan fungsionalisme struktural. Malinowski mengembangkan fungsionalisme struktural sebagai sebuah pendekatan yang spesifik dan mampu menjelaskan konsep kebutuhan dasar individu ke kebutuhan turunan yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup masyarakat dan kebudayaan sepenuhnya. Pengembangan fungsionalisme struktural Malinowski memberikan pengaruh besar bagi Tallcott Parsons. Parsons mwlihat bahwa klasifikasi Malinowski tersebut dapat diberlakukan sebagai klasifikasi utama imperative fungsional beberapa sistem sosial atau beberapa sistem tindakan, hal tersebut selanjutnya diwujudkan dalam fungsionalisme struktural Parsonian. 2. Defenisi Teori Modernisasi a. Max Weber Teori yang menekankan nilai-nilai budaya mempersoalkan masalah manusia yang dibentuk oleh nilai-nilai budaya di sekitarnya, khususnya nilai-nilai agama. Satu masalah pembangunan adalah tentang peranan agaman sebagai faktor penyebab munculnya kapitalisme di Eropa barat dan Amerika Serikat. Bagi Weber penyebab utama dari semua itu adalah etika protestan yang dikembangkan oleh Calvin. b. W.W Rostow Teori yang menekankan adanya lembaga-lembaga sosial dan politik yang mendukung proses pembangunan sebelum lepas landas dimulai. Pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus dari masyarakat terbelakang ke masyarakat niaga. Tahaptahapanya seperti: (1). Masarakat tradisional belum banyak menguasai ilmu pengetahuan, (2).

Pra-kondisi untuk lepas landas masyarakat tradisional terus bergerak walaupun sangat lambat dan pada suatu titik akan mencapai posisi pra-kondisi untuk lepas landas, (3). Lepas landas ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses pertumbuhan ekonomi, (4). Jaman konsumsi massal yang tinggi, pada titik ini pembangunan merupakan proses berkesinambungan yang bisa menopang kemajuan secara terus-menerus. c. Alex Inkeler dan David H. Smith. Teori ini menekankan lingkungan material. Dalam hal ini lingkungan pekerjaan sebagai salah satu cara terbaik untuk membentuk manusia modern yang bisa membangun. 3. Pengertian Teori Modernisasi Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern. Pengertian modernisasi berdasar pendapat para ahli adalah sebagai berikut: a. Widjojo Nitisastro Modernisasi adalah suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-pola ekonomis dan politis. b. Soerjono Soekanto Modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning. (dalam buku Sosiologi: suatu pengantar) dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar istilah modern mencakup pengertian sebagai berikut. (1). Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya tarat penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata, (2). Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidupdalam masyarakat. c. Soerjono Soekanto Mengemukakan bahwa sebuah modernisasi memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai berikut. - Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun masyarakat. - Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi. - Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu. - Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa. - Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan. - Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial. C. TEORI DEPEDENSI 1. Sejarah Teori Depedensi Teori modernisasi, klasik maupun temporer, melihat pemasalahan pembangunan lebih banyak dari sudut kepentingan Amerika Serikat dan negara maju lainnya. Sedangkan teori depedensi memiliki posisi yang sebaliknya. Teori ini lebih menitikberatkan pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan negara Dunia Ketiga. Dalam hal ini, dapat dikatakan

bahwa teori depedensi mewakili suara negara-negera pinggiran untuk menentang hegemoni ekonomi, politik, budaya dan intelektul dari negara maju. Pendekatan depedensi pertama kali muncul di Amerika Latin. Pada awal kelahirannya teori ini lebih merpakan jawaban atas kegagalan program yang dijalankan oleh Komisi Ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Amerika Latin pada masa awal tahun 1960-an. Pada tahun 1950-an banyak pemerintahan di Amerika Latin mencoba untuk menerapkan strategi pembangunan dari KEPBAL yang menitikberatkan pada proses industrialisasi melalui program industrialisasi substitusi impor (ISI) yang diharapkan memberikan keberhasilan berkelanjutan pada pertumbuhan ekonomi, pemerataan hasil pembangunan dan kesejahteraan rakyat serta pembangunan politik demokratis. Namun strategi ini mengalami kegagalan sehingga mengakibatkan timbulnya perlawanan rakyat dan tumbangnya pemerintahan yang populis dan kemudian digantikan oleh pemerintahan yang otoriter. Sejak awal garis kebijaksanaan KEPPBBAL ini diterima dengan tidak antusias oleh Pemerintah Amerika Latin. Keengganan ini merupakan salah satu sebab mengapa KEPBBAL tidak mampu merealisasikan beberapa gagasan lainnya yang lebih radikal, diantaranya termasuk program pembagian tanah. Sayangnya program KEPBBAL ini tidak berhasil. Stagnasi ekonomi dan represi politik muncul dipermukaan pada tahun 1960-an. Dalam hal ini ditunjuk dan dijelaskan berbagai kelemahan dan kebijaksanaan industralisasi subsitusi impor (ISI) yang dijalankan oleh Amerika Latin. Daya beli masyarakat terbatas pada kelas sosial tertentu, pada pasar domestik ternyata tidak menunjukkan gejala ekspansi setelah kebutuhan barang dalam negeri tersedia. Ketergantungan terhadap impor hanya sekedar beralih dari barang-barang konsumsi ke barang-barang modal. Barang-barang ekspor konvensional tidak terperhatikan dalam suasana hiruk pikuk industrialisasi. Akibatnya adalah timbulnya masalahmasalah yang akut pada neraca pembayaran, yang muncul hampir bersamaan waktunya, disatu negara diikuti segera oleh negar yang lain. Optimisme pertumbuhan berganti depresi yang mendalam. 2. Defenisi Teori Depedensi a. Neo-Marxisme Teori dependensi juga memiliki warisan pemikiran dari neo-marxisme. Keberhasilan Revolusi RRC dan Kuba telah membantu tersebarnya perpaduan baru pemikiran-pemikiran Marxisme di universitas-universitas di Amerika Latin, yang kemudian menyebabkan lahirnya generasi baru, yang dengan lantang menyebut dirinya sendi dengan Neo-Marxists. Menutur Foster-Carter, neo-marxisme berbeda dengan Marxis ortodoks dalam beberapa hal sebagai berikut: Marxis ortodoks melihat imperialisme dari sudut pandang negara-negara utama (core countries), sebagai tahapan lebih lanjut dari perkembangan kapitalisme di Eropa Barat, yakni kapitalisme monopolistic, neo-marxisme melihat imperialisme dari sudut pandang negara pinggiran, dengan lebih memberikan perhatian pada akibat imperilalisme pada negara-negar dunia ketiga. Marxis ortodoks cenderung berpendapat tentang tetap perlu berlakunya pelaksanaan dua tahapan revolusi. Revolusi borjuis harus terjadi lebih dahulu sebelum revolusi sosialis. Marxis ortodoks percaya bahwa borjuis progresif akan terus melaksanakan revolusi borjuis yang tengah sedang berlangsung dinegara Dunia Ketiga dan hal ini merupakan kondisi awal yang diperlukan untuk terciptanya revolusi sosialis dikemudian hari. Dalam hal ini neo Marxisme percaya, bahwa negara Dunia Ketiga telah matang untuk melakukan revolusi sosialis.

Terakhir, jika revolusi soaialis terjadi, Marxisme ortodoks lebih suka pada pilihan percaya, bahwa revolusi itu dilakukan oleh kaum proletar industri di perkotaan. Dipihak lain, neo-Marxisme lebih tertarik pada arah revolusi Cina dan Kuba. Ia berharap banyak pada kekuatan revolusioner dari para petani di pedesaan dan perang gerilya tentara rakyat. b. Andre Gunder Frank Menurut Frank, sebagian kategori teoritis dan implikasi kebijaksanaan pembangunan yang ditemukan di dalam teori modernisasi merupakan hasil sulingan dan saringan pengalaman kesejarahan negara-negara kapitalis maju di Eropa barat dan Amerika Utara. Dengan demikian, menurut Frank, kategori teoritis yang dirumuskan akan sangat berorientasi kepada Barat dan karenanya tidak akan mampu menjadi petunjuk untuk memahami masalah-masalah yang sedang dihadapi negara Dunia Ketiga. Teori modernisasi memiliki kekurangan karena ia hanya memberikan penjelasan internal sebagai penyebab pokok keterbelakangan Dunia Ketiga. Selain itu, teori modernisasi juga beranggapan bahwa negara-negara Dunia Ketiga tersebut kini sedang berada pada tahap awal pembangunan, oleh karena itu negara-negara terbelakang perlu melihat negara barat sebagai insprirasi dan mengikuti arah dan jalan pembangunan yang pernah ditempuh negaranegara barat. Menurut Frank, negara Dunia Ketiga tidak akan dapat dan tidak perlu mengikuti arah pembangunan negara-negara barat, karena mereka memiliki pengalaman kesejarahan yang berbeda. Sebagai reaksi atas penjelasan faktor internal dari teori modernisasi, Frank memberikan penjelasan faktor luar (external) untuk memahami persoalan pembangunan Dunia Ketiga. Bagi Frank, bukan feodalisme atau tradisionalisme yang menjadikan negara Dunia Ketiga terbelakang, sebaliknya karena kolonialisme dan dominasi asing maka terjadilah pembalikan sejarah dari perkembangan negara maju dan memaksanya untuk mengikuti arah perkembangan keterbelakangan ekonomi. Model satelit-metropolis menjelaskan bagaimana mekanisme ketergantungan dan keterbelakangan negara Dunia Ketiga mewujud. Model hubungan satelit-metropolis berlaku pada tingkat hubungan internasional, regional dan lokal dalam suatu negara Dunia Ketiga. Keseluruhan rangkaian hubungan satelit-metropolis dibangun untuk melakukan pengambilan surplus ekonomi dari daerah yang lebih kecil ke daerah yang lebih maju. Hal ini yang menyebabkan keterbelakangan di negara Dunia Ketiga. Berdasarkan model satelit-metropolis, Frank merumuskan hipotesa yang menarik untuk menguji pembangunan di Dunia Ketiga. Pertama, berlawanan dengan perkembangan yang terjadi pada metropolis dunia, yang tidak memiliki kota satelit sama sekali, pembangunan yang terjadi di metropolis nasional dan kota-kota yang lebih kecil di bawahnya akan dibatasi oleh status kesatelitannya. Kedua, negara satelit akan mengalami pembangunan ekonomi yang pesat apabila dan ketika mereka memiliki hubungan dan keterkaitan yang terendah intensitasnya dengan metropolis barat. Ketiga ketika metropolis bangkit dari krisis dan membangun kembali kekuatan ekonominya, proses industrialisasi yang telah terjadi pada negara-negara satelit ini akan ditarik dan dieksploitir kembali dalam hubungan global tersebut. Keempat, daerah yang paling terbelakang dan feodal sekarang ini adalah daerah yang memiliki derajat hubungan dan keterkaitan sangat dekat dengan metropolis di masa lampau. c. Theotonio Dos Santos Dos Santos menyatakan bahwa hubungan antara negara dominan dna negara tergantung merupakan hubungan yang tidak sederajat, karena pembangunan di negara

dominan terjadi atas biaya yang dibebankan pada negara tergantung. Surplus ekonomi yang dihasilkan oleh negara tergantung mengalir dan berpindah ke negara dominan yang menyebabkan tidak dapat berkembangnya pasar dalam negeri, menghambat kemampuan teknik dan memperlemah keandalan budayanya. Intinya adalah tindakan pengawasan ketat dan monopoli oleh negara maju. Dos Santos merumuskan tiga bentuk utama ketergantungan yaitu ketergantungan kolonial, ketergantungan industri keuangan dan ketergantungan teknologi industri. Dalam konteks ini, Dos Santos melihat batasan struktural upaya pembangunan industri di negara Dunia ketiga. Pertama, pembangunan industri akan bergantung pada kemampuan ekspor karena hanya dengan jalan itu negara tergantung akan memperoleh devisa yang dapat digunakan untuk membangun ekonominya. Kedua, pembangunan industri negara Dunia Ketiga sangat dipengaruhi oleh fluktuasi neraca pembayaran internasional yang cenderung untuk defisit. Defisit terjadi karena monopoli ketat pasar internasional yang cenderung mengakibatkan rendahnya harga pasar bahan produk mentah yang dihasilkan negara Dunia Ketiga dibanding dengan produk industri, banyaknya keuntungan y ang diperoleh negara maju dari negara industri dan kebutuhan akan pembiayaan asing. Ketiga, pembangunan industri sangat kuat dipengaruhi oleh monopoli teknologi negara maju. d. Amin Teori peralihan kapitalisme pinggiran Amin mengandung berbagai pernyataan pokok sebagai berikut. Pertama, peralihan kapitalisme pinggiran berbeda dengan peralihan kapitalisme pusat. Kedua, kapitalisme pinggiran dicirikan oleh tanda-tanda ekstraversi, yakni distorsi atas kegiatan usaha yang mengarah pada upaya ekspor. Ketiga, bentuk distorsi lain adalah apa yang dikenal dengan istilah hipertropi pada sektor tersier di negara pinggiran. Keempat, teori efek penggandaan investasi (multiplier effects of investment) tidak dapat diterapkan secara mekanis pada negara pinggiran. Kelima, tidak mencampuradukkan ciriciristruktural negara terbelakang dengan negara maju pada waktu negara maju tersebut berada dalam tahap permulaan perkembangannya dahulu. Keenam, keseluruhan profil kontradiksi struktural yeng telah dibuat tedahulu menyebabkan adanya ganjalan yang tak terhindarkan, yang mengahalngi pertumbuhan negara pinggiran. Ketujuh, bentuk khusus keadaan keterbelakangan negara kapitalis pinggiran dipengaruhi oleh karakteristik formasi sosial pada masa prakapitalisnya dan proses serta periode kapan negara pinggiran tersebut terintegrasi dalam sistem ekonomi kapitalis dunia. 3. Pengertian Teori Depedensi Secara filosofis, teori dependensi menghendaki untuk meninjau kembali pengertian pembangunan. Pembangunan tidak harus dan tidak tepat untuk diartikan sebagai sekedar proses industrialisasi, peningkatan keluaran (output), dan peningkatan produktivitas. Bagi teori dependensi, pembangunan lebih tepat diartikan sebagai peningkatan standar hidup bagi setiap penduduk dinegara Dunia Ketiga. Dengan kata lain, pembangunan tidak sekedar pelaksanaan program yang melayani kepentingan elite dan penduduk perkotaan, tetapi lebih merupakan program yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk pedesaan, para pencari kerja, dan sebagian besar kelas sosial lain yang dalam posisi memerlukan bantuan. Setiap program pembangunan yang hanya menguntungkan sebagian kecil masyarakat dan membebani mayoritas masyarakat tidaklah dapat dikatakan sebagai program pembangunan sebenarnya.

D. TEORI SISTEM DUNIA 1. Sejarah teori Sistem Dunia Setelah USA menjadi salah satu kekuatan dominan di dunia, ilmu sosial mulai tertarik mempelajari persoalan pembangunan negara dunia ketiga. Ini kemudian melahirkan ajaran moderenisasi (the modernization school) yang mendominasi bidang kajian permasalahan pemabngunan pada tahun 1950-an. Kegagalan program-program modernisasi di USA pada tahun 1960-an telah membidani lahirnya teori neo-Marxisme dependensi ajaran ini memberikan kritik terhadap teori modernisasi. Pertentangan antara dua perspektif pembangunan yaitu teori dependensi dengan dengan teori modernisasi ternyata membawa akibat yang positif yaitu lahirnya pemikiran kritis dan wawasan alternatif yang muncul pada tahun 1970-an yang dipimpin oleh Immanuel Wallerstain dengan gagasan barunya yang radikal yang menurutnya kedua teori pembangunan tersebut tidak dapat menjelaskan banyak peristiwa sejarah di dalam tata ekonomi kapitalis dunia (TEKD). Pertama, negara di Asia Timur (Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Hongkong, dan Singapura terus mampu mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Kenyataan ini semakin sulit menggambarkan keajaiban ekonomi negara-negara tersebut sebagai sekedar hasil kerja imprealisme, pembangunan bergantung atau ketergantungan dinamis karena sudah dapat memberikan tantangan yang nyata terhadap kekuatan ekonomi USA. Kedua, adanya krisis perpecahan di berbagai negara sosialis. Perpecahan RRC dan Uni Soviet, kegagalan revolusi kebudayaan stagnasi ekonomi negara-negara kapitalis sehingga secara perlahan negara sosialis membuka diri untuk menerima investasi modal asing. Ketiga, munculnya krisis di USA. Perang Vietnam, krisis Watergate, embargo minyak tahun 1975, defisit anggaran, yang keseluruhannya merupakan tanda-tanda mulai robohnya hegemoni politikekonomiAmerika Serikat. Dalam rangka memikirkan ulang dan menganalisa persoalan-persoalan kritis yang muncul dalam tata ekonomi dunia Wallerstain mengembangkan teori perspektif pembangunan baru, yang mereka sebut sebagai system dunia (The world system perspective, atau dapat disebut sebagai system ekonomi kapitalis dunia ( the world kapitalist-economist school. Mewujudnya ajaran ekonomi dunia ini tidak lepas dari peran Pusat Fernand Braudel pada Universitas Negeri New York yang secara khusus memberikan pada kajian ekonoi, sejarah, dan peradaban. [usat kajian iisecara berkalaq menerbitkan jurnal bernama reviw yang secara khusus menadaskan penting dan unggulnya analisa ekonomi yang menggunakan jangkauan waktu histories panjang dan besaran global, analisa menyeluruh dari proses sejarah global dan sifat kesementaraan dari setiap teori. 2. Defenisi Teori Sistem Dunia a. Immanuel Wallestein Teori sistem dunia merupakan sumbangan Wallerstein pada ilmu sosial komtemporer. Gagasan Immanuel Wallersteinnama lengkap Wallersteinyang tertuang dalam The Modern World-System: Capitalist Agriculture and the Origins of the European Worldeconomy in the Sixteenth Century (1974) memberikan kontribusi besar pada pemikiran terkini tentang globalisasi. Wallerstein berpendapat bahwa kapitalisme modern diatur pada skala global, bukan lagi lokal sebagaimana sebelumnya. Sistem dunia terdiri dari pusat dan

pinggiran. Dalam sistem ini posisi negara-negara pinggiran tergantung pada pusat. Pusat dalam sistem dunia merupakan produsen dalam dunia industri sementara negara-negara pinggiran bertindak sebagai pemasok bahan mentah bagi negara-negara pusat. b. Bergessen dan Schoenberg Menurut Bergessen dan Schoenberg, kebanyakan studi tentang kolonialisme dibuat dengan hanya satu titik tolak, yakni dari sudut pandang negara sentral saja atau dari sudut pandang negara pinggiran saja. Tujuan hasil kajian Bergessen dan Schoenberg adalah mencoba menjelaskan kolonialisme sebagai satu bentuk dinamika kolektif yang khas dari tata ekonomi kapitalis dunia, dan menggiring analisa kolonialisme pada tataran analisa yang lebih tinggi dan abstrak dari sekedar tingkat nasional yang diskrit. 3. Pengertian Teori Sistem Dunia a. Immanuel Wallestein Teori sistem dunia Menurut Immanuel Wallerstein kontribusinya untuk memulai sebuah teori kritis global yang transisi. Permasalahan Pembangunan di Negara dunia ketiga menjadi problematika yang kompleks terjadi akibat Kebijakan Investasi Modal Asing ke Negara berkembang. Terutama di Negara Indonesia. b. George Modelski Menurut George Modelski dalam bukunya Long Cycle of World Politics (1987) peperangan adalah produk alami dari siklus panjang atau yang lebih luas lagi, siklus sistem global. Modelski percaya bahwa masyarakat internasional adalah komunitas anarkis. Sehingga, perang tidak lain adalah keputusan sistemik yang menekankan pergerakan sistem pada interval yang teratur yang merupakan bagian hidup dari pemerintahan global dan tatanan social. Karena politik dunia bukanlah sistem acak, hit or miss, menang atau kalah, tergantung pada keberuntungan atau kekuatan pada kontestan, anarki tidak hanya berperan sampai di situ saja.

Anda mungkin juga menyukai