Anda di halaman 1dari 21

Global Strategy Hepatitis B Prevention

Epidemiologi Hepatitis B

Hepatitis B atau pada awalnya disebut penyakit kuning sudah dikenal sejak ribuan tahun yll, yaitu sejak abad 5 SM di Babilonia dan kemudian Hipokrates, seorang tabib Yunani kuno (460-375 SM), menemukan bahwa penyakit kuning ini bersifat menular icterus infectious. Hipokrates menganjurkan konsep diet khusus melikraton (suatu campuran air dan madu) dan konsep imunisasi.

Dr Baruch S Blumberg dan Dr Barbara Werner menemukan penyebab penyakit kuning ini adalah virus hepatitis B. Penemuan ini scr kebetulan pd waktu beliau meneliti variasi kimia dlm darah pasien hemofilia yg sering menerima transfusi darah. Mereka mendeteksi suatu antigen dlm darah seorang Aborigin Australia dan antigen tsb disebut Australian Antigen dikenal sbg antigen permukaan virus hepatitis B (HBsAg) Dgn penemuan besar ini, Dr Blumberg berhasil mendapat Nobel bidang kedokteran pd thn 1976

Strategi Global

International Conference on the control of Hepatitis B in Developing Countries held in Yaounde, Republic of Cameroon, October 1991

merupakan komitmen global eradikasi hepatitis B dikenal sbg Deklarasi Yaounde (The Yaounde Declaration on the Elimination of Hepatitis B Infection)

Deklarasi tsb menyatakan:

Menghimbau pabrik utk membuat dan menyediakan vaksin hepatitis B yg terjangkau/murah bagi negara berkembang Menghimbau kepada dunia dan pemimpinnya utk memahami penyakit hepatitis B dan akibatnya terutama pada anak-anak Mengenali hak anak utk terlindung dari infeksi hepatitis B, mendukung pengembangan vaksin hepatitis B bersama vaksin anak lainnya Menetapkan Global Fund utk membeli, mengirim dan menyediakan vaksin hepatitis B utk anak di semua negara sbg bagian dari Expanded Programme on Immunization (EPI)

Hepatitis B

Hepatitis B: virus yg menyerang hati, masuk melalui darah ataupun cairan tubuh dari seseorang yg tlh terinfeksi. Virus ini tersebar luas di seluruh dunia dgn angka kejadian yg berbeda-beda. Angka kejadian di Indonesia 4-30% pada orang normal, 20-40% pd penyakit hati menahun. Pd org dws 90%, infeksi akut gejalanya jelas dan akan sembuh sempurna, infeksi pd waktu lahir dan pd balita sebagian besar akan menjadi penyakit menahun.

Pd kebanyakan orang terutama anak-anak apabila terinfeksi hepatitis B tidak akan menmbulkan gejala. Gejala baru timbul apabila seseorang telah terinfeksi selama 6 minggu. Gejala:

Kehilangan nafsu makan Mual, muntah Lemas, lelah Nyeri perut disekitar hati Urine berwarna gelap Kulit kuning, juga pada mata Kadang disertai nyeri otot dan tulang-tulang

Cara penyebaran:

1. Transmisi vertikal: dari ibu ke bayinya 2. Transmisi horizontal: melalui transfusi, pemakaian alat suntik yg tidak steril, hubungan sexual, tato dan pemakaian alat-alat kedokteran lainnya

Faktor Resiko:

Mempunyai hubungan sexual yg tidak aman dgn orang yg sudah terinfeksi hepatitis B Memakai jarum suntik scr bergantian Penderita gagal ginjal yg menjalani HD Orang yg mendapat transfusi tanpa skrining donornya Anak yg dilahirkan oleh ibu yg menderita hepatitis B Orang yg tinggal bersama-sama dgn orang yg menderita hepatitis B

Virus Hepatitis B ditularkan melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh yang terinfeski pada kulit ataupun membran mucosa yang terbuka/terluka. Konsentrasi virus hepatitis B paling banyak terdapat dalam darah. Konsentrasi yang moderat terdapat di cairan vagina dan semen. Konsentrasi paling kecil pada cairan saliva dan ASI.

Namun tidak ada bukti ilmiah bahwa terdapat penularan melalui menyusui, makanan dan minuman.

Sekitar 45% populasi penduduk dunia hidup di daerah dengan tingkat endemisitas yang tinggi infeksi hepatitis B kronis (prevalensi HBsAg (+) 8%)

Diagnosis: Tes laboratorium:


HBsAg: jika (+), terinfeksi hepatitis B Anti-HBs: jika (+), ssorg pernah menderita hepatitis B dan sudah sembuh atau pernah diimunisasi hepatitis B Anti-HBc: jika (+), menderita hepatitis B kronik HBeAg: jika (+), hepatitis virusnya sangat infeksius. Bila ibu hamil HBeAg positif kemungkinan penularan sangat besar pada anaknya. Anti HBe: jika (+), replikasi virus sdh sgt kecil dan kemungkinan penularan berkurang dan penyakit mengalami remisi. Bila anti HBe (+) dan HBV-DNA (+), virus mangalami mutasi dan penyakit masih berjalan terus.

Program Imunisasi Hepatitis B di Indonesia

Tujuan

Tujuan Umum:

Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B

Tujuan Khusus:
Memberikan imunisasi hepatitis B tiga dosis kepada minimal 80% bayi berumur 0 11 bulan Pemberian dosis pertama dari vaksin hepatitis B kepada bayi sedini mungkin sebelum berumur 7 hari

Strategi Imunisasi Hepatitis B


Sejarah vaksin hepatitis B Vaksin hepatitis B ditemukan oleh Krugman pd thn 1976, dan sejak thn 1980 vaksin hepatitis B generasi pertama telah beredar. Pada saat ini telah beredar bbrp vaksin yg berasal dari generasi pertama turunan plasma maupun generasi kedua turunan ragi (hasil rekayasa genetika) Dlm program imunisasi, WHO merekomendasikan vaksin yg berasal dari turunan plasma murah, aman dan mempunyai imunogenitas optimal

Strategi Imunisasi Hepatitis B


Program Pengembangan Imunisasi Hepatitis B Data epidemiologi menunjukkan bahwa Indonesia termasuk daerah dgn tingkat endemisitas sedang sampai tinggi. Pilot project imunisasi hepatitis B (1987 1990) di Lombok berhasil menurunkan prevalensi hepatitis B dari 7% mjd 1.6% Pd thn 1991/1992 Depkes mulai mengintegrasikannya ke dlm program imunisasi rutin di 4 propinsi, kmdn thn 1992/1993 di 6 propinsi lainnya, baru pada thn 1996/1997 dikembangkan scr nasional ke 27 propinsi seluruh Indonesia, dgn sasaran seluruh bayi 0-11 bln.

Jadwal imunisasi bagi bayi yang dilahirkan di Rumah Sakit


Umur Antigen

0 bulan
2 bulan 3 bulan

HB 1, BCG, Polio 1
HB 2, DPT1, Polio 2 DPT2, Polio 3

4 bulan
7 bulan 9 bulan

DPT3, Polio 4
HB 3, (atau bersama-sama dg campak pd usia 9 bln) Campak

Jadwal imunisasi bagi bayi yang datang di Rumah Sakit/Posyandu


Umur 2 bulan 3 bulan Antigen BCG, Polio 1, DPT1 HB 1, Polio 2, DPT2

4 bulan
9 bulan

HB 2, Polio 3, DPT3
HB 3, Polio 4, Campak

Imunisasi Hepatitis B hanya memberikan proteksi terhadap infeksi hepatitis B, tidak memproteksi terhadap jenis infeksi hepatitis lainnya ataupun jaundice. Setelah imunisasi hepatitis B dengan tiga dosis, proteksi terhadap infeksi hepatitis B dapat mencapai lebih dari 95%.

Pencatatan dan Pelaporan

Dokter penanggung jawab Balai Imunisasi wajib membuat laporan hasil imunisasi setiap bulan ke Puskesmas kecamatan setempat dan Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Tkt II

Balai Imunisasi: usaha swasta dlm bidang kesehatan yg menyelenggarakan pelayanan imunisasi

Dokter penanggung jawab balai imunisasi setiap tiga bulan wajib menyampaikan laporan kegiatan kepada Kakanwil dan Kakandep setempat

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai