Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS MATA

MIOPIA DERAJAT SEDANG

Dokter Pembimbing :
dr. Juene Roseneri, SpM

Disusun oleh :
Devi Anggraini Gani Asmara H2A009012

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG RSUD UNGARAN SEMARANG 2013

LAPORAN KASUS
I. Identitas Nama Usia Jenis kelamin Agama Suku Alamat : Pandu : 22 tahun : Laki- laki : Katolik : Jawa : Jl. Karang Asem Kaligawe RT 2 No. 9, Melati Baru, Semarang No Telp Pekerjaan Pendidikan No RM Irja / Irna Tanggal MRS :: Karyawan swasta ( buruh poligrup) : SMA :: 12 Juni 2013

Anamnesis Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 12 Juni 2013, jam 12.00 WIB di RSUD Ungaran Semarang. Keluhan utama : mata kabur Perjalanan penyakit sekarang : Kurang lebih 8 tahun yang lalu, pasien merasakan kedua matanya terasa kabur. Awalnya mata kabur yang dirasakan pasien tidak terlalu mengganggu, tetapi lama- kelamaan mengganggu kegiatan sehariharinya. Pasien mengeluh mata terasa kabur jika melihat jarak jauh, tetapi jika melihat jarak dekat masih dapat melihat dengan jelas. Pasien sudah menggunakan kacamata sejak SMP dan setelah menggunakan kacamata pasien merasa lebih baik dan keluhan mata kabur menghilang. Pasien sudah sempat berganti kacamata sebanyak

empat kali. Awalnya pasien menggunakan kacamata dengan lensa mata kanan 2.50 D dan mata kiri 2.00 D, sedangkan kacamata terakhir yang digunakan, lensa mata kanan -. 3.50 D dan mata kiri 3.00 D. Pasien tidak mengeluh adanya pusing. Riwayat penyakit dahulu : Riwayat darah tinggi, kencing manis, operasi mata disangkal. Riwayat penyakit keluarga : Riwayat penggunaan kacamata, riwayat tekanan darah tinggi dan kencing manis disangkal. Riwayat pribadi : Kebiasaan pasien menggunakan komputer terlalu lama. Riwayat sosial ekonomi : Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya. Biaya pengobatan ditanggung oleh jamsostek. Kesan ekonomi kurang. II. Pemeriksaan Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 12 Juni 2013 jam 12.15 WIB di RSUD Ungaran Semarang. Status generalis : : baik : compos mentis : : 120/80 mmHg : 80 x/ menit (reguler, isi dan tegangan cukup) : 16x/ menit : 36,5 o C : Kesan gizi cukup : mesochepal

Keadaan umum Kesadaran Vital sign

Tekanan darah Nadi RR Suhu

Status gizi Kepala

Kulit Jantung Paru Hati Limpa Limfe Ekstremitas -

: tidak ada kelainan : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan

Status oftalmologi

Oculi Dekstra 4/60 NBC 6/7.5 - 5.00 D Tidak dilakukan Gerak bola mata bebas di segala arah, ortophori,

Pemeriksaan Visus Koreksi Sensus Coloris Parese/ Paralysis 2/60

Oculi Sinistra

NBC 6/7.5 - 5.50 D Tidak dilakukan Gerak bola mata bebas di segala arah, ortophori,

eksoftalmos (-) Trikiasis (-), distikiasis (-), bulu mata rontok (-), Cilia

eksoftalmos (-) Trikiasis (-), distikiasis (-), bulu mata rontok (-),

krusta (-) Hiperemis (-), spasme (-), ptosis (-), massa (-), udem (-), entropion (-), ektropion (-) Palpebra Superior dan Inferior

krusta (-) Hiperemis (-), spasme (-), ptosis (-), massa (-), udem (-), entropion (-), ektropion (-)

Hiperemis (-), corpal (-), secret (-), cobelstone (-) Injeksi (-), corpal (-),

Conjunctiva Palpebra dan Fornices Conjunctiva Bulbi

Hiperemis (-), corpal (-), secret (-), cobelstone (-) Injeksi (-), corpal (-),

pterygeum (-), simblefaron (-), secret (-) Ikterik (-), hiperemis (-) Jernih (+), defek (-), Sclera Cornea

pterygeum (-), simblefaron (-), secret (-) Ikterik (-), hiperemis (-) Jernih (+), defek (-),

neovaskularisasi (-), udem (-) Jernih, tindal efek (-), Camera Oculi Anterior

neovaskularisasi (-), udem (-) Jernih, tindal efek (-),

kedalaman cukup, hifema (-), hipopion (-) Coklat, kripte (+), sinekia (-), neovaskularisasi (-) Bulat, central, regular, Pupil Iris

kedalaman cukup, hifema (-), hipopion (-) Coklat, kripte (+), sinekia (-), neovaskularisasi (-) Bulat, central, regular,

diameter 3 mm, reflek cahaya (+) Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Lensa Fundus Reflek Corpus Vitreum Tensio Oculi

diameter 3 mm, reflek cahaya (+) Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Sistem Canalis Lacrimalis Tes Fluorescein Funduscopy

Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

III.

Resume : Laki- laki, 22 tahun dengan okuli dextra et sinistra kabur sejak 8 tahun yang

lalu dan sekarang kabur tetap dirasakan walaupun sudah menggunakan kacamata. Riwayat sosial ekonomi kesan kurang. Status Oftalmologi Visus Koreksi 4/60 NBC 6/7.5 - 5.00 D Oculi Dekstra 2/60 NBC 6/7.5 - 5.50 D Oculi Sinistra

IV.

DAFTAR ABNORMALITAS Pemeriksaan fisik 2. Visus okuli dextra 4/60 dan sinistra 2/60 3. Koreksi oculi dextra NBC 6/7.5 - 5.00 D dan sinistra NBC 6/7.5 - 5.50 D

Anamnesis 1. Kabur okuli dextra et sinistra

1. Miopia 1,2,3 2. Hipermetropia 1,2 V. DD : 1. Miopia 2. Hipermetropia VI. Diagnosis : OD Miopia derajat sedang OS Miopia derajat sedang

VII.

INITIAL PLAN

Initial Plan Miopia derajat sedang oculi dextra et sinistra Ip Dx S:O: Pemeriksaan penunjang Ip Tx Kacamata monofokus OD : - 5.00 D, OS : - 5.50 D. Ip Mx Ip Ex Penjelasan tentang miopia. Penjelasan mengenai kontrol rutin mata setiap 6 bulan sekali. Penjelasan untuk penggunaan komputer jangan terlalu lama, dengan jarak penggunaan dan pencahayaan yang cukup. Monitoring visus Monitoring tekanan intraokuler Monitoring komplikasi Ophtalmoskop

VIII. PROGNOSIS Ocular Dextra Quo ad visam Quo ad sanam Quo ad vitam Quo ad kosmetikam Ocular Sinistra

Dubia ad malam Dubia ad malam Ad bonam Ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA
MIOPIA 1. Definisi Miopia adalah anomali refraksi pada mata di mana bayangan difokuskan di depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan pada kondisi refraktif dimana cahaya yang sejajar dari suatu objek yang masuk pada mata akan jatuh di depan retina, tanpa akomodasi. Miopia berasal dari bahasa Yunani muopia yang memiliki arti menutup mata. Miopia merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya adalah nearsightedness. 1 2. Etiologi Sumbu mata (jarak kornea- retina) terlalu panjang, dinamakan miopia sumbu. Daya bias kornea, lensa atau humor akuos terlalu kuat dinamakan miopia pembiasan.2 3. Klasifikasi Secara klinis dan berdasarkan kelainan patologi yang terjadi pada mata, miopia dapat dibagi kepada dua yaitu : 3 a. Miopia Simpleks Terjadinya kelainan fundus ringan. Biasanya tidak terjadi kelainan organik dan dengan koreksi yang sesuai bisa mencapai tajam penglihatan yang normal. Berat kelainan refraksi yang terjadi biasanya kurang dari -6 D. Keadaan ini disebut juga dengan miopia fisiologi. b. Miopia Patologis Disebut juga sebagai miopia degeneratif, miopia maligna atau miopia progresif. Keadaan ini dapat ditemukan pada semua umur dan terjadi sejak lahir. Tanda-tanda miopia maligna adalah adanya progresifitas kelainan

fundus yang khas pada pemeriksaan oftalmoskopik. Pada anak-anak diagnosis ini sudah dapat dibuat jika terdapat peningkatan tingkat keparahan miopia dengan waktu yang relatif pendek. Kelainan refrasi yang terdapat pada miopia patologik biasanya melebihi -6 D. Menurut American Optometric Association, miopia secara klinis dapat terbagi lima yaitu: 1 a. Miopia Simpleks : Miopia yang disebabkan oleh dimensi bola mata yang terlalu panjang atau indeks bias kornea maupun lensa kristalina yang terlalu tinggi. b. Miopia Nokturnal : Miopia yang hanya terjadi pada saat kondisi di sekeliling kurang cahaya. Sebenarnya, fokus titik jauh mata seseorang bervariasi terhadap tahap pencahayaan yang ada. Miopia ini dipercaya penyebabnya adalah pupil yang membuka terlalu lebar untuk memasukkan lebih banyak cahaya, sehingga menimbulkan aberasi dan menambah kondisi miopia. c. Pseudomiopia : Diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan terhadap mekanisme akomodasi sehingga terjadi kekejangan pada otot otot siliar yang memegang lensa kristalina. Di Indonesia, disebut dengan miopia palsu, karena memang sifat miopia ini hanya sementara sampai kekejangan akomodasinya dapat direlaksasikan. Untuk kasus ini, tidak boleh buru buru memberikan lensa koreksi. d. Miopia Degeneratif : Disebut juga sebagai miopia degeneratif, miopia maligna atau miopia progresif. Biasanya merupakan miopia derajat tinggi dan tajam penglihatannya juga di bawah normal meskipun telah mendapat koreksi. Miopia jenis ini bertambah buruk dari waktu ke waktu. e. Miopia Induksi : Miopia yang diakibatkan oleh pemakaian obat obatan, naik turunnya kadar gula darah, terjadinya sklerosis pada nukleus lensa dan sebagainya.

Klasifikasi miopia berdasarkan ukuran dioptri lensa yang dibutuhkan untuk mengkoreksikannya : 4 a. Ringan : lensa koreksinya < 3,00 Dioptri b. Sedang : lensa koreksinya 3,00 Dioptri - 6,00 Dioptri. c. Berat :lensa koreksinya > 6,00 Dioptri. Klasifikasi miopia berdasarkan umur adalah : 3 a. Kongenital : sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak. b. Miopia onset anak-anak : di bawah umur 20 tahun. c. Miopia onset awal dewasa : di antara umur 20 sampai 40 tahun. d. Miopia onset dewasa : di atas umur 40 tahun (> 40 tahun). 4. Patofisiologi Miopia dapat terjadi karena ukuran sumbu bola mata yang relatif panjang dan disebut sebagai miopia aksial. Dapat juga karena indeks bias media refraktif yang tinggi atau akibat indeks refraksi kornea dan lensa yang terlalu kuat. Dalam hal ini disebut sebagai miopia refraktif. 3 5. Manifestasi Klinis Gejala subjektif miopia antara lain: 5 a. Kabur bila melihat jauh b. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat c. Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan d. akomodasi ) e. Astenovergens Gejala objektif miopia antara lain: 5 a. Miopia simpleks : - Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol - Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen miopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik.

b. Miopia patologik : - Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks - Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainankelainan pada Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen miopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur

Gambar 1. Myopia Cresent Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan perdarahan subretina pada daerah makula. Retina bagian perifer : berupa degenerasi kista retina bagian perifer. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut sebagai fundus tigroid.

Gambar 2. Tigroid Fundus 6. Diagnosis 3 a. Anamnesis Penegakan diagnosis dari anamnesis yaitu dari gejala yang pasien keluhkan dan riwayat keluarga b. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan ketajaman penglihatan pada kedua mata dari jarak jauh (Snellen) dan jarak dekat (Jaeger). Pemeriksaan penglihatan warna (Ishihara) Pemeriksaan gerakan bola mata Pemeriksaan segmen anterior mata Pemeriksaan segmen posterior mata (oftalmoskop) Pemeriksaan tekanan intraokular 7. Penatalaksanaan a. Koreksi dengan kacamata sferis negatif Pasien miopia yang dikoreksi dengan kacamata sferis negatif terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila pasien dikoreksi dengan -3.00 dioptri memberikan tajam penglihatan 6/6, demikian juga bila diberi sferis -3.25 dioptri, maka sebaiknya diberikan koreksi -3.00 dioptri agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik setelah dikoreksi. 3

b. Koreksi dengan lensa kontak Lensa kontak ada 2 macam : - Lensa kontak lunak (Soft lens) Lensa kontak ini disusun dan oleh vinyl hydrogels, copolymer. HEMA Soft lens

(hydroksimethylmetacrylate)

membawa oksigen dengan perantaraan air yang dikandungnya. Makin tinggi kandungan air, maka makin banyak oksigen yang dapat sampai pada kornea. - Lensa kontak keras (Hard lens) Lensa kontak ini terbuat dari bahan PMMA

(polymethylmethacrylate) yang memberikan oksigen melalui pinggir lensa kontak. c. Koreksi dengan LASIK LASIK adalah suatu tindakan koreksi kelainan refraksi mata yang menggunakan teknologi laser dingin (cold/non thermal laser) dengan cara merubah atau mengkoreksi kelengkungan kornea. Setelah dilakukan tindakan LASIK, penderita kelainan refraksi dapat terbebas dari kacamata atau lensa kontak, sehingga secara permanen menyembuhkan rabun jauh (miopia), rabun dekat (hipermetropia), serta mata silinder (astigmatisme).5 Untuk dapat menjalani prosedur LASIK perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu: 5 a. Ingin terbebas dari kacamata dan lensa kontak b. Kelainan refraksi: - Miopia sampai -1.00 sampai dengan - 13.00 dioptri. - Hipermetropia + 1.00 sampai dengan + 4.00 dioptri. - Astigmatisme 1.00 sampai dengan 5.00 dioptri c. Usia minimal 18 tahun d. Tidak sedang hamil atau menyusui

e. Tidak mempunyai riwayat penyakit autoimun f. Mempunyai ukuran kacamata atau lensa kontak yang stabil selama paling tidak 6 (enam) bulan g. Tidak ada kelainan mata, yaitu infeksi, kelainan retina saraf mata, katarak, glaukoma dan ambliopia h. Telah melepas lensa kontak (Soft contact lens) selama 14 hari atau 2 (dua) minggu dan 30 (tiga puluh) hari untuk lensa kontak (hard contact lens)

PEMBAHASAN
Laki- laki, 22 tahun mengeluh 8 tahun yang lalu kedua matanya terasa kabur. Awalnya mata kabur yang dirasakan pasien tidak terlalu mengganggu, tetapi lamakelamaan mengganggu kegiatan sehari- harinya. Pasien mengeluh mata terasa kabur jika melihat jarak jauh, tetapi jika melihat jarak dekat masih dapat melihat dengan jelas. Pasien sudah menggunakan kacamata sejak SMP dan setelah menggunakan kacamata pasien merasa lebih baik dan keluhan mata kabur menghilang. Pasien sudah sempat berganti kacamata sebanyak empat kali. Awalnya pasien menggunakan kacamata dengan lensa mata kanan 2.50 D dan mata kiri 2.00 D, sedangkan kacamata terakhir yang digunakan, lensa mata kanan -. 3.50 D dan mata kiri 3.00 D. Pasien tidak mengeluh adanya pusing. Pasien memiliki kebiasaan menggunakan komputer lama. Hubungan penggunaan komputer dalam waktu yang lama atau durasi expose monitor lebih dari 4 jam dalam sehari maka akan dapat meningkatkan daya akomodasi mata. Serta jarak yang tidak sesuai, semua ini akan mempengaruhi terjadinya miopi. Selain itu juga dari kondisi pencahayaan yang kurang atau berlebihan akan menimbulkan peningkatan daya akomodasi mata, di mana pada hal ini mata akan melakukan proses pencembungan bola mata, jika hal ini dilakukan dalam jangka waktu yang lama atau terus menerus, maka dapat mengubah struktur mata, artinya bayangan yang terbiaskan mata tidak jatuh pada titik normal (bintik kuning). 3

DAFTAR PUSTAKA
1. American Optometric Association (AOA). 2006. OPTOMETRIC CLINICAL PRACTICE GUIDELINE: CARE OF THE PATIENT WITH MYOPIA. AOA Consensus Panel on Care of the Patient with Myopia, AOA Clinical Guidelines Coordinating Committee. Avaiable from: http://www.aoa.org/documents/CPG15.pdf. [Accessed 23 Maret 2011]. 2. Ilyas, S., Mailangkay, Hilman T, Raman R. S., Monang S dan Purbo S. W. Ilmu Penyakit Mata. Edisi kedua cetakan ke-1. Jakarta : CV. Sagung Seto. Hlm 47. 3. Theresia, E. 2011. Tingkat Pengetahuan Siswa- Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan Pendertita Miopi tentang Kesehatan Mata. (Tesis). Universitas Sumatera Utara, Medan. Hm 5-7. 4. Ilyas, S. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga cetakan ke-6. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hlm 72-83. 5. Irwana, O., Aulia R, Nova F dan Wan R. M. 2009. Miopia Tinggi. (Tesis). Universitas Riau, Riau. Hlm 6-11.

Anda mungkin juga menyukai