Anda di halaman 1dari 9

Hak dan Kewajiban

A. Hak dan Kewajiban Warga Negara


Hak asasi manusia adalah sesuatu yang diberikan oleh Tuhan dari sejak lahir. Hak merupakan sesuatu yang layak di terima oleh setiap manusia. Seperti mendapat pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak memeluk agama, dan hak untuk mendapat pengajaran. Hak selalu beriringan dengan kewajiban-kewajiban, ini merupakan sesuatu yang harus kita lakukan bagi bangsa, negara, dan kehidupan sosial. Pemahaman hak dan kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, dan 30, yaitu sebagai berikut : 1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Dan pada ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang. 2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pada ayat (2), taip-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. 3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. 4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan undang-undang. Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama satu sama lain tanpa terkecuali. Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung kepada kita sendiri, sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab. Persamaaan antara manusia selalu dijunjung tinggi untuk menghindari berbagai kecemburuan sosial yang dapat memicu berbagai permasalahan di kemudian hari. Namun biasanya bagi yang memiliki banyak uang atau tajir bisa memiliki tambahan hak dan pengurangan kewajiban sebagai warga negara kesatuan republik Indonesia. Beberapa Hak Warga Negara Indonesia antara lain : 1. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum 2. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak 3. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam pemerintahan 4. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing yang dipercayai 5. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran 6. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia atau nkri dari serangan musuh 7. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang berlaku Selain hak, seorang warga negara juga memiliki kewajiban yang tidak boleh dilupakan dan harus dilaksanakan. Berikut ini beberapa Kewajiban Warga Negara Indonesia :

1. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela, mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh 2. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda) 3. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya 4. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum yang berlaku di wilayah negara indonesia 5. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik. Hak dan kewajiban ini adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi sering terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Sudah sangat jelas bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, akan tetapi pada kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak daripada kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat akan tetapi mereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini, maka tidak ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan. Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara harus tahu hak dan kewajibannya. Seorang pejabat atau pemerintah pun harus tahu akan hak dan kewajibannya. Seperti yang sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika hak dan kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera. Akan tetapi, hak dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan pernah seimbang. Apabila masyarakat tidak bergerak untuk merubahnya. Karena para pejabat tidak akan pernah merubahnya, walaupun rakyat banyak menderita karena hal ini. Mereka lebih memikirkan bagaimana mendapatkan materi daripada memikirkan rakyat. Para pejabat dan pemerintah hanya mengobar janji manis kepada rakyat untuk mendapatkan haknya. Akan tetapi, sampai saat ini masih banyak rakyat yang belum mendapatkan haknya. Oleh karena itu, sebagai warga negara yang berdemokrasi harus bangun dari mimpi kita yang buruk ini dan merubahnya untuk mendapatkan hak-hak dan tak lupa melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia. Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD 1945 pada pasal 28, yang menetapkan bahwa hak warga negara dan penduduk untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan, dan sebagainya, syarat-syarat akan diatur dalam undang-undang. Pasal ini mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat demokrasi. Mari kita katakan pada para pejabat dan pemerintah untuk bersiap-siap hidup setara dengan kita. Mari kita menjunjung bangsa Indonesia ini kepada kehidupan yang lebih baik dan maju. Yaitu dengan menjalankan hak-hak dan kewajiban dengan seimbang. Dengan memperhatikan rakyatrakyat kecil yang selama ini kurang mendapat kepedulian dan tidak mendapatkan hak-haknya.

B. Hak dan Kewajiban Dokter - Pasien


Dokter sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran adalah dokter, dokter spesialis, lulusan pendidikan kedokteran, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundangundangan. Sesuai Pasal 50 UU no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, maka hak dokter adalah sebagai berikut ini: 1. 2. 3. 4. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya. Menerima imbalan jasa.

Selain hak, seorang dokter juga tidak boleh melupakan kewajibannya. Sesuai Pasal 51 UU no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, maka kewajiban dokter adalah sebagai berikut ini : 1. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien. 2. Merujuk pasien ke dokter lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan. 3. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien. 4. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya. 5. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran serta selalu memperbarui ilmu kedokterannya . Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter. Seorang pasien memiliki beberapa hak yang harus diberikan oleh dokter. Hak hak itu antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Mendapatkan pelayanan kesehatan sebaik-baiknya sesuai dengan standar profesi kedokteran. Hak atas informasi yang jelas dan benar tentang penyakit dan tindakan medis. Hak memilih dokter dan rumah sakit yang akan merawat sang pasien. Hak atas rahasia kedokteran / data penyakit, status, diagnosis dll. Hak untuk menyetujui / menolak atas tindakan medis yang akan dilakukan pada pasien. Hak untuk menghentikan pengobatan. Hak untuk mencari pendapat kedua / pendapat dari dokter lain / Rumah Sakit lain. Hak atas isi rekaman medis / data medis. Hak untuk didampingi anggota keluarga dalam keadaan kritis. Hak untuk memeriksa dan menerima penjelasan tentang biaya yang dikenakan Hak untuk mendapatkan ganti rugi kalau terjadi kelalaian dan tindakan yang tidak mengikuti standar operasi profesi kesehatan.

Selain itu, pasien juga memiliki beberapa kewajiban yang harus dipenuhi. Kewajiban pasien itu antara lain adalah sebagai berikut : 1. Memberi keterangan yang jujur tentang penyakit dan perjalanan penyakit kepada petugas kesehatan. 2. Mematuhi nasihat dokter dan suster. 3. Harus ikut menjaga kesehatan dirinya. 4. Memenuhi imbalan jasa pelayanan. 3

BAB III Filsafat Pancasila


A. Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani philien (cinta) dan sophos (kearifan) atau bisa juga diartikan cinta kebijaksanaan. Makna menurut beberapa tokoh filsafat yaitu Socrates (peninjauan dalam diri yang bersifat reflektif atau berupa perenungan terhadap azasazas dari kehidupan adil dan bahagia) dan Plato (filsuf adalah pencinta pandangan tentang kebenaran dalam pencarian dan menangkap pengetahuan mengenai ide abadi dan tak berubah). Filsafat memiliki bidang bahasan yang sangat luas yaitu segala sesuatu baik yang bersifat kongkrit maupun yang bersifat abstrak. Untuk mengetahui lingkup Pengertian Filsafat perlu diketahui Objek Materia Filsafat dan Objek Forma Filsafat. Objek materia filsafat yaitu objek pembahasan filsafat yang meliputi segala sesuatu yang bersifat material kongkrit maupun sesuatu yang bersifat Abstrak. Objek forma filsafat yaitu cara memandang objek peneliti terhadap materia tersebut, suatu objek materia tertentu dapat ditinjau dari berbagai macam sudut pandang yang berbeda. Dari hasil penelitian terhadap konsep-konsep pengertian filsafat dari para ahli ,filsafat dapat disederhanakan menjadi dua pengertian pokok: 1. Filsafat sebagai Produk Filsafat sebagai Produk artinya merupakan hasil pemikiran manusia dan dalam hal ini bersifat statis. Pengertian filsafat yang mencakup arti-arti filsafat sebagai jenis pengetahuan, Ilmu, konsep dari para filsuf pada zaman dulu, teori, sistem yang merupakan hasil dari proses berfilsafat dan mempunyai ciri-ciri tertentu. 2. Filsafat sebagai Proses Filsafat sebagai Proses dan dalam hal ini bersifat dinamis.Filsafat dalam hal ini diartikan suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objek permasalahannya (Suatu proses yang dinamis dengan menggunakan suatu cara dan metode tersendiri). Seiring dengan berkembangnga ilmu pengetahuan, maka muncullah berbagai aliran Aliran dalam bidang pengetahuan. Aliran aliran itu antara lain : 1. Rasionalisme (Semua bersumber pada rasio) Rene Descartes (159-1650), Spinosa (1632- 1677), 2. Empirisme (Semua pengetahuan manusia diperoleh melalui pengalaman Indera) John Locke (1632-1704), David Hume (1771-1776) 3. Realisme (Suatu aliran filsafat yang menyatakan bahwa objek yang kita serap lewat indera adalah nyata dalam diri objek tersebut) Aristoteles (384-322 SM). 4. Kritisisme (Akal menerima bahan bahan pengetahuan dari empiri) Immanuel Kant (1724-1804). 5. Positivisme (Sejarah perkembangan pemikiran umat manusia melalui tahap teologis, tahap metafisis, tahap positif. Tahap positif ditandai dengan pemikiran manusia untuk menemukan hukum-hukum dan saling hubungan lewat fakta.) August Comte. 6. Skeptisisme (Penserapan indera adalah bersifat menyesatkan) Rene Descartes (1596-16500). 7. Pragmatisme (Kebenaran pengetahuan hendaklah dikaitkan dengan manfaat dan sebagai sarana bagi suatu perbuatan) C.S Pierce (1839-1914) 4

Aliran empirisme mengatakan bahwa pengalaman adalah sumber pengalaman jiwa pertama. Hal ini berbeda dengan rasionalisme yang mengatakan bahwa sumber pengenalan jiwa pertama adalah berasal dari rasio (budi).Jadi aliran empirisme menganggap bahwa pengetahuan indera itu merupakan sumber pengalaman yang paling sempurna. Tokoh yang perlu dikemukakan disini adalah Francis Bacon (1210-1292). Bangsawan Inggris ini tidak mementingkan tentang kebenaran. Yang dipentingkan baginya adalah nilai kegunaan untuk manusia. Apa gunanya ilmu pengetahuan jika tidak bermanfaat bagi kehidupan manusia? Demikian ujarnya. Dan pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan yang diterima melalui persentuhan indera dengan dunia fakta dan alam. Pengalamanlah sumber pengetahuan. Dan pengetahuan harus di peroleh dengan jalan induksi. Positivisme yang dirintis oleh Augeste Comte menganggap pengetahuan mengenai fakta objektif sebagai pengetahuan yang sahih. Filsafat positivisme Comte mengalami perkembangan dramatis dengan lahirnya kaum positivisme logis, khususnya di dalam lingkaran Wina 9 Vienna Circle. Kaum positivisme logis memusatkan diri pada bahasa dan makna. Bagi kaum positivisme logis, semua metafisika secara literal adalah nonsense , tanpa makna. Prinsip pokok dari positivisme logis adalah prinsip verifikasi yaitu suatu proposisi (pernyataan) adalah bermakna apabila ia dapat rugi dengan pengamatan (observasi). Hukum hukum empiris dijabarkan dari teori yang diketahui dan dikonfirmasi. Apabila hukum empiris dikonfirmasi, maka ia memberikan konfirmasi tidak langsung terhadap hukum teori. Setiap konfirmasi suatu hukum, baik empiris ataupun teoritis tak pernah lengkap dan absolut. Pengkonfirmasian baik dari hukum empiris maupun teoritis, pada gilirannya akan membawa kepada klasifikasi pada tingkatan konfirmasi itu sendiri, apakah memiliki makna atau tidak. Dalam pandangan positivisme logis metafisika adalah tidak bermakna karena ia menyajikan proposisi (statement) yang disebut Carnap pseudostatements yaitu apabila melanggar aturan aturan sintaksis logika dari pembuktian empiris. Penolakan Carnap terhadap metafisika karena metafisika tidak dapat menghindarkan diri dari pernyataan-pernyataan non-veriable (tidak dapat diverifikasi). Pernyataan pernyataan metafisika sebagai ekspresi bahasa menuruit Carnap, Metafisika tidak diverifikasi, sehingga sebenarnya tidak dapat diuji dengan pengalaman. Menurut Positivisme logis dari pemikiran Carnap pernyataan pernyatan disebut bermakna apabila dapat diverifikasi dengan pengamatan (observasi) indrawi. Pernyataan ini akan memunculkan pertanyaan pertanyaan yang perlu dicermati untuk melihat kebermaknaan pernyataan pernyataan dari agama itu sendiri. Tuhan hadir dan bermakna bagi kehidupan umat manusia yang mengimaninya. Namun apabila kita mengikuti prinsip verfikasi kaum positiovisme logis, kepercayaan terhadap Tuhan akan memilki makna apabila ia dapat diuji secara empiris. Jika prinsip ini diterapakan, maka pastilah akn terjebak pada pernaytaan atheis yang pada gilirannya akan menyatakan bahwa memang Tuhan tidak Ada Untuk memahami bahasa agama, maka kita perlu suatu language game agama yang sering digunakan untuk tujuan - tujuan agama dalam bentuk kehidupan religius. Pelajaran yang diambil bahwa ada berbagai ragam bahwa untuk menunjukkan suatu makna dalam kehidupan. Perbedaan penafsiran terhadap makna proposisi- proposisi bahasa agama, seharusnya dilihat sebagai sebuah kekayaan bahasa agama. Permaknaan keberagamaan itu tidak hanya ditempuh dengan cara verifikasi dan konfirmasi secara empiris, atau analisis logis melalui sintaksis bahasa bahasa ilmu alam. Permaknaan tersebut dapat ditempuh dengan cara ritus suci, perbuatan benar, ketaatan, mediasi semanik, pencarian mistik, ataupun cara penelitian cara rasio terlepas dari pembicaraan salah dan benar . Dengan pemahaman yang bersifat pluralistik, maka perbedaan permaknaan bahasa memberikan jalan bagi masyarakat majemuk agama berbeda, sehingga Tuhan memiliki masa depan yang cerah untuk umat manusia.

B. Pancasila sebagai Filsafat


Terlahirnya Pancasila sebagaimana tercatat dalam sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan sublimasi dan kristalisasi dari pandangan hidup dan nilai-nilai budaya luhur bangsa yang mempersatukan keanekaragaman bangsa kita menjadi bangsa yang satu. Latar belakang historis dan kondisi sosiologis, antropologis dan geografis Indonesia yang unik dan spesifik seperti, bahasa, etnik, atau suku bangsa, ras dan kepulauan menjadi komponen pembentuk bangsa yang paling fundamental dan sangat berpengaruh terhadap realitas kebangsaan Indonesia saat ini. Dengan demikian, Pancasila sebagai dasar falsafah Negara Indonesia harus diketahui dan dipahami oleh seluruh bangsa Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga, dan menjalankan nilai-nilai serta norma-norma positif yang terkandung dalam sila-sila pancasila hingga menjadi bangsa yang kuat dalam menghadapi kisruh dalam berbagai aspek sosial, ekonomi, politik baik nasional maupun internasional seperti yang sedang kita alami. Pancasila adalah dasar Filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam UUD 1945, dundangkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tahun II No. 7 bersama dengan UUD 1945. Perkataan Pancasila mulamula terdapat dalam Kitab Tripitaka milik ajaran moral agama Budha yang kemudian ajaran tersebut diadaptasi oleh orang Jawa. Secara etimologis kata Pancasila berasal dari bahasa Sansakerta yaitu Panca (lima) dan Syila (Dasar/Sendi). Istilah Pancasila pertama kali digunakan sebagai nama dari 5 unsur dasar negara oleh Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945. Secara ringkas Filsafat Pancasila dapat didefinisikan sebagai refleksi kritis dan rasional Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya secara mendasar dan menyeluruh. Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, sebagai pandangan hidup, dan dalam arti praktis. Ini berarti Filsafat Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari, dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia. Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the faounding father kita, yang dituangkan dalam suatu sistem. Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilakukan dengan cara deduktif dmaupun induktif. Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif. Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu. Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Yang dimaksud sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan organis. Artinya, antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia yang berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan masyarakat bangsa yang nilai-nilai itu dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Dengan demikian Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki ciri khas yang berbeda dengan sistem-sistem filsafat lainnya, seperti materialisme, idealisme, rasionalisme, liberalisme, komunisme dan sebagainya. Ciri sistem Filsafat Pancasila itu adalah sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh. Dengan kata lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah maka itu bukan Pancasila. Inti sila-sila Pancasila meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. Tuhan, yaitu sebagai kausa prima Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya.

Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkapkan konsep-konsep kebenaran Pancasila yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan juga bagi manusia pada umumnya. Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek penyelidikan ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ketiga bidang tersebut dapat dianggap mencakup kesemestaan.

C. Landasan Filosofi Pancasila


Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah mana tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup. Dengan pandangan hidup inilah sesuatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan yang dihadapinya dan menentukan arah serta cara bagaimana memecahkan persoalan-persoalan tadi. Tanpa memiliki pandangan hidup maka suatu bangsa akan merasa terombang-ambing dalam menghadapi persoalan-persoalan besar yang pasti akan timbul, baik persoalan-persoalan di dalam masyarakatnya sendiri, maupun persoalan-persoalan besar umat manusia dalam pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini. Dengan pandangan hidup yang jelas sesuatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-masalah polotik, ekonomi, sosial dan budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju. Dengan berpedoman pada pandangan hidup itu pula suatu bangsa akan membangun dirinya. Pancasila dikenal sebagai filosofi Negara Indonesia. Nilai-nilai yang tertuang dalam rumusan sila-sila Pancasila adalah landasan filosofis yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Prof. Mr. Drs. Notonagoro, Susunan Pancasila itu adalah suatu kebulatan yang bersifat hierrarchies dan piramidal yang mengakibatkan adanya hubungan organis di antara 5 sila negara kita. Pancasila itu merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh dari kelima silanya. Dikatakan demikian, karena masing-masing sila dari Pancasila itu tidak dapat dipahami dan diberi arti secara sendiri-sendiri. Memahami atau memberi arti setiap sila-sila secara terpisah dari sila-sila lainnya akan mendatangkan pengertian yang keliru tentang Pancasila. Dengan demikian, landasan Filsafat Pancasila merupakan harmonisasi dari nilai-nilai dan norma-norma utuh yang terkandung dalam silasila Pancasila, yang bertujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya secara mendasar dan menyeluruh agar menjadi landasan filsafat yang sesuai dengan keperibadian dan cita-cita Bangsa. Adapun bentuk Filsafat Pancasila sendiri digolongkan sebagai berikut :

Bersifat religius yang berarti dalam hal kebijaksanaan dan kebenaran mengenal adanya kebenaran mutlak yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa (kebenaran religius) dan sekaligus mengakui keterbatasan kemampuan manusia. Memiliki arti praktis yang berarti dalam proses pemahamannya tidak sekedar mencari kebenaran dan kebijaksanaan, serta hasrat ingin tahu, tapi hasil pemikiran yang berwujud filsafat pancasila tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari agar mencapai kebahagiaan lahir dan bathin, dunia maupun akhirat. Sebagai filsafat, Pancasila memiliki beberapa fungsi utama. Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa dan Negara Indonesia antara lain : 1. Filsafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. Sebagaimana yang ditujukan dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1979, maka Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar negara kita. Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah serta tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjung sebagai pandangan/filsafat hidup. 2. Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. Pancasila dalam kedudukannya ini sering disebut sebagai Dasar Falsafah Negara dari negara atau ideologi negara. Dalam pengertian ini Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan negara. Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum, Pancasila merupakan sumber kaidah hukum negara yang secara konstitusional mengatur negara Republik Indonesia beserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat, wilayah serta pemerintahan negara. 3. Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia. Menurut Dewan Perancang Nasional, yang dimaksudkan dengan kepribadian Indonesia ialah keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia, yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia adalah pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia sepanjang masa. Bukti yang menyatakan Falsafah Pancasila digunakan sebagai dasar falsafah Negara Indonesia dapat kita temukan dalam dokumen historis dan UU RI, antara lain : 1. Naskah Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945. 2. Naskah Politik bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea IV yang kemudian dijadikan naskah rancangan Pembukaan UUD 1945 (Piagam Jakarta). 3. Naskah Pembukaan UUD Proklamasi 1945, alinea IV. 4. Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) tanggal 27 Desember 1945, alinea IV. 5. Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1950. 6. Pembukaan UUD 1945, alinea IV setelah Dekrit Presiden RI tanggal 5 Juli 1959. Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya adalah sebagaimana nilainilainya yang bersifat fundamental menjadi suatu sumber dari segala sumber hukum dalam negara Indonesia, menjadi wadah yang fleksibel bagi faham-faham positif untuk berkembang dan menjadi dasar ketentuan yang menolak faham-faham yang bertentangan seperti Atheisme dan segala bentuk kekafiran tak beragama, Kolonialisme, Diktatorisme, Kapitalis, dan lain-lain. Dalam pergaulan hidup itu terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicitacitakan oleh suatu bangsa, terkandung pikiran-pikiran yang terdalam dan gagasan sesuatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Pada akhirnyta pandangan hidup sesuatu bangsa adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya. Kita merasa bersyukur bahwa pendahulu-pendahulu kita, pendiri-pendiri Republik ini dat memuaskan secara jelas apa sesungguhnya pandangan hidup bangsa kita yang kemudian kita namakan Pancasila. 8

Disamping itu maka bagi kita Pancasila sekaligus menjadi tujuan hidup bangsa Indonesia. Pancasila bagi kita merupakan pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita moral yang meliputi kejiwaan dan watak yang sudah berakar di dalam kebudayaan bangsa Indonesia. Ialah suatu kebudayaan yang mengajarkan bahwa hidup manusia ini akan mencapai kebahagiaan jika kita dapat baik dalam hidup manusia sebagai manusia dengan alam dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan lahiriyah dan kebahagiaan rohaniah. Bangsa Indonesia lahir sesudah melampaui perjuangan yang sangat panjang, dengan memberikan segala pengorbanan dan menahan segala macam penderitaan. Bangsa Indonesia lahir menurut cara dan jalan yang ditempuhnya sendiri yang merupakan hasil antara proses sejarah di masa lampau, tantangan perjuangan dan cita-cita hidup di masa datang yang secara keseluruhan membentuk kepribadian sendiri. Sebab itu bangsa Indonesia lahir dengan kepribadiannya sendiri yang bersamaan lahirnya bangsa dan negara itu, kepribadian itu ditetapkan sebagai pandangan hidup dan dasar negara Pancasila. Karena itulah, Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan telah berjuang, denga melihat pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan diilhami dengan oleh gagasan-gagasan besar dunia., dengan tetap berakar pada kepribadian bangsa kita dan gagasan besar bangsa kita sendiri. Karena Pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian bangsa, maka ia diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup ketatanegaraan. Hal ini tampak dalam sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda, namun dalam 3 buah UUD yang pernah kita miliki yaitu dalam pembukaan UUD 1945, dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia 1950. Pancasila itu tetap tercantum didalamnya, Pancasila yang lalu dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional itu, Pancasila yang selalu menjadi pegangan bersama saat-saat terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap eksistensi bangsa kita, merupakan bukti sejarah sebagai dasar kerohanian negar, dikehendaki oleh bangsa Indonesia karena sebenarnya ia telah tertanam dalam kalbunya rakyat. Oleh karena itu, ia juga merupakan dasasr yang mamapu mempersatukan seluruh rakyat Indonesia. Hak menurut UU no 39 tahun 1999 : 1. Hak untuk hidup 2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan 3. Hak mengembangkan diri 4. Hak memperoleh keadilan 5. Hak atas kebebasan pribadi 6. Hak atas rasa aman 7. Hak atas kesejahteraan 8. Hak turut serta dalam pemerintahan 9. Hak wanita 10. Hak anak

Anda mungkin juga menyukai