Anda di halaman 1dari 27

Qonita DM Interna FKUII

Background: Long-acting 2-agonists (LABAs) direkomendasikan sbg tambahan pd terapi antiinflamasi pd pasien dg asma kronik persisten. Hasil dr penelitian yg telah dilakukan untuk mengevaluasi efek antiinflamasi LABAs scr in vivo masih mjd perdebatan.

Tujuan: mengidentifikasi jika LABAs memiliki efek antiinflamasi in vivo dibandingkan dg plasebo, dan jika sebagai tambahan LABA untuk terapi dg kortikosteroid inhalasi memiliki efek sinergik atau tambahan efek antiinflamasi.

Metode: A Systematic Review and Metaanalysis for RCT Evaluasi:


1. 2. LABA dibandingkan dg plasebo LABA + ICS vs ICS sendiri pada dewasa dan anak dg
asma.

Outcome inflamasi dinilai termasuk hitung sel dan petanda aktivasi sel pada sputum, cairan BAL, spesimen biopsi bronkial, serum, dan exhaled nitric oxide (ENO). Data diambil scr independen dari 2 investigator studi dan dianalisis untuk menggeneralisasikan perbedaan standar rerata menggunakan fixed atau random-effect

metaanalysis bergantung pada derajat heterogenisitas.

Asma peny. Sal. nafas kronis yang ditandai dengan gejala episodik atau terus-menerus dari batuk, sesak dada, sesak napas, dan mengi yang berhubungan hyperresponsivitas sal.nafas dan obstruksi aliran udara. Proses inflamasi penyempitan saluran napas dan hyperresponsivitas ditandai dengan meningkatnya jumlah aktivasi eosinofil, sel mast, basofil, dan T-helper tipe 2 limfosit dlm sal.nafas.

Mereka menghasilkan sejumlah sitokin, kemokin, dan mediator inflamasi yang melanggengkan respon inflamasi. Pada beberapa pasien dengan asma berat, neutrofil juga ditemukan dalam saluran udara meningkat

Influx seluler memacu gambaran lain dr inflamasi kronis spt vaskularisasi, kebocoran mikrovaskuler, an akumulasi fibroblas dan sel otot polos. Proses inflamasi ini dapat dinilai di darah dan sal. Nafas. Berbagai strategi digunakan spt udara ekshalasi, sputum, bronkhial washing,BAL fluid, atau biopsi mukosa bronkial.

1st line therapy ICS dosis rendah-sedang u/ mengontrol proses inflamasi Pada pasien dg gejal persisten, tambahan terapi dibutuhkan dg menggunakan longacting B2-agonist (LABA) (ex. Salmaterol, formoterol) atau antagonis reseptor leukotrien.

RCT LABA improve fungsi paru > leukotrien reseptor antagonis, an gejala > tanpa perbedaan eksaserbasi RCT kombinasi LABA_ ICS dosis rendahsedang > baik drpd monoterapi

1.

2.

2 tujuan review dan metaanalisis ini adalah: A. membandingkan efek antiinflamasi LABA dg plasebo B. Menguji efek antiinflamasi tambahan lain dari LABA jika ditambahkan pada pemberian ICs. Membandingkan efek antiinflamasi dlm darah dan bermacam kompartemen sal. Nafas (ex. Udara ekshalasi, sputum, cairan BAL, spesimen biopsi), terutama menguji efek pd sel inflamasi, mediator, sitokin, dan albumin tetapi tidak menguji efek LABA terhadap struktur sal.nafas (ex. Fibrob;as, otot polos, atau pembuluh darah)

Kriteria inklusi:

Kriteria Eksklusi:

1. RCT design 2. Dilakukan pd dewasa atau anak dg diagnosis asma yg sudah tegak 3. Membandingkan salmeterol atau formoterol dg plasebo atau kombinasi Ics dan LABA 4. Outcome primer termasuk perubahan petanda inflamasi (eosinofil, netrofil, limfosit, makrofag, sel mast, albumin, triptase, prostaglandin, interleukin (Ils), mieloperoksidase, dan exhaled nitrit oxide (ENO)Each study was evaluated independently by two investigators

Jika inflamasi diinduksi oleh provokasi alergen terkontrol di laboratorium

Kombinasi LABA+ICs vs ICs tidak menunjukkan efek antiinflamasi tambahan pada ECP serum, ECP sputum, atau eosinofil sputum (Fig 6, A). an signifikan ENO pd org dewasa yg diterapi dg terapi kombinasi (Fig 6, B). an ENO pd anak dg terapi kombinasi (Fig 6, B), meskipun hal ini berdasarkan pada studi tunggal.

Figure 2. Comparison of the effect of a LABA vs placebo on ENO and eosinophil percentage in sputum. Center of rhomboid indicates mean effect, and the width represents 95% CI.

Figure 4. Comparison of the effect of a LABA vs placebo on inflammatory markers in bronchial mucosa. Center of rhomboid indicates mean effect, and the width represents 95% CI.

Figure 5. A: comparison of a LABA vs placebo on serum ECP and eosinophils, by subgroup. B: comparison of a LABA vs placebo on serum IL-4, by subgroup. Center of rhomboid indicates mean effect, and the width represents 95% CI.

LABA memiliki relevansi klinis efek antiinflamasi atau proinflamasi dlm sal.nafas. Terjadi an eosinovil serum dan level IL-4 serum pada anak. Pda dewasa terapi LABA an level albumin dlm cairan BAL, dan saat + Ics terjadi an ENO.

Pada +an LABA dlm terapi ICs an outcome scr klinis dibandingkan jika hanya ICs, karena ada +an atau efek sinergi antara 2 kelas obat.

Meskipun LABA tidak an sel inflamasi sal. Nafas & aktivasinya, efek samping monoterapi LABA tidak berhubungan dgn efek proinflamasi namun lebih kpd kurangnya kontrol inflamasi sal. Nafas. LABA an level albumin dlm cairan BAL (penganti utk permeabilitas epitel atau endotel) LABA an kebocoran mikrovaskular. Berkaitan dg an vaskularisasi ini LABA dapat digunakan saat bronkitis exacerbasi akut e.c. virus yg sering menyebabkan perdarahan mikrovaskular.

Tidak mendukung +an LABA pd pasien yg inflamasi eosinofilnya tidak terkontrol dg dosis biasa ICs. LABA tidak direkomendasikan utk digunakan scr monoterapi, krn hitung jml sel sputum tidak cukup adekuat utk menilai apakah inflamasi sal.nafas terkontrol atau tidak.

LABA tidak an jml sel inflamasi sal.nafas pasien asma Penggunaan scr klinis antara LABA + ICS tidak berhubungan dg efek antiinflamasi LABA.

Anda mungkin juga menyukai