Anda di halaman 1dari 21

JOURNAL READING

Ceftriaxone versus Chloramphenicol for Treatment of Acute Typhoid Fever

Rahma Wati (09711134) Pembimbing: dr. Hendrik, Sp.PD DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM RSUD Dr. SOEROTO NGAWI

PENDAHULUAN
Demam tifoid terjadi lebih dari 20 juta kasus per tahun
Dengan angka kematian sekitar 700.000. Banyak ditemukan di negara-negara berkembang, India dan Asia Tenggara.

Secara histori infeksi diobati dengan kloramfenikol, ampisilin atau trimetoprim-sulfametoksazol (TMP-SMX)

Namun saat ini kasus resisten antibiotik terhadap s.thypi semakin meluas sehingga menjadi masalah kesahatan dalam beberapa tahun terakhir. Di mesir s. Thypi yang resisten terhadap kloramfenikol pertama kali dilaporkan pada tahun 1981 Sebagaian besar kasus demam tifoid terjadi pada masa anak-anak Angka morbiditas dan mortalitas cukup tinggi

Tujuan penelitian
mengevaluasi efektivitas kloramfenikol, yang selama bertahun-tahun sebagai obat pilihan utama untuk pengobatan demam tifoid akut di Rumah Sakit Demam Abbassia (AFH) dan membandingkannya dengan ceftriaxone yang menjadi obat utama untuk pengobatan demam tifoid setelah munculnya MDR dalam lima belas tahun terakhir.

Metode
open label, prospective, randomized clinical study Maret 2007 sampai Juni 2009 52 pasien dengan demam tifoid akut di rs Demam Abbassia (AFH) yang telah setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian Pasien mendapat penjelasan tentang prosedur penelitian, resiko dan manfaat. Untuk anak-anak dan usia diabawah 21 informed consent dilakukan pada orang tua.

Inklusi

Pasien yang di diagnosis demam tifoid dengan kultur daraf positif s. typhi Setuju untuk berpartisipasi

Eksklusi

kondisi umum memburuk hiperpireksia (40,5 C) hipotensi meleana perdarahan per rektum tingkat kesadaran menurun

Semua pasien yang masuk dalam kriteria inklusi dilakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan darah lengkap. 27 (52%) pasien diberikan kloramfenikol (50 mg / kg / hari oral atau intravena) diberikan setiap 6 jam sampai penurunan suhu badan normal (primer outcome) dan selama 5 hari )(sekunder outcome

25(48%) pasien diberikan ceftriaxone parenteral (80 mg / kg / hari untuk anak-anak dan 2 gram / hari untuk orang dewasa) diberikan sekali sehari selama 7 hari Pasien yang resisten terhadap obat yang digunakn dapat diganti dengan obat lain tetapi tidak dimasukan dalam analisis akhir hasil.

Pasien dengan komplikasi (perdarahan gastrointestinal atau perforasi, miokarditis toksik, hepatitis) dikeluarkan dari penelitian. pada akhir pengobatan pasien dianggap sembuh jika tidak ada demam, nyeri perut.

Analisis statistik
Analisis menggunakan software SPSS versi 15. t-test digunakan untuk membandingkan waktu penurunan suhu badan sampai normal antara pasien yang diobati dengan kloramfenikol dibandingkan ceftriaxone

Hasil
52 pasien demam tifoid akut dengan kultur darah positif untuk Salmonella typhi yang terdaftar dalam penelitian. 32 (62%) laki-laki dan 20 (38%) perempuan mulai usia 3-47 tahun (ratarata SD 22 8,5 tahun).

Tidak ada komplikasi yang dilaporkan selama penelitian. Semua pasien sembuh, waktu rata-rata (mean SD) dari penurunan suhu badan sampai normal untuk ceftriaxone dan kloramfenikol adalah 3,3 1,2 dan 5,8 1,2 hari. P = 0.0001 95% CI = 1,8-3,2. Ceftriaxone secara bermakna memberikan waktu singkat untuk penurunan suhu badan sampai normal dibandingkan dengan kloramfenikol.

Diskusi
MDR Salmonella typhi meningkat dari 19% pada tahun 1987 menjadi 100% pada tahun 1993, tetapi kemudian menurun lagi menjadi hanya 5% pada tahun 2000 Karena pengembangan MDR, terjadi penurunan dalam penggunaan kloramfenikol untuk pengobatan demam tifoid diMesir

kloramfenikol akan kembali digunakan sebagai salah satu obat pilihan untuk pengobatan demam tifoid di Mesir karena harga yang lebih murah dan lebih efisien dibanding ceftriaxone Dalam penelitian ini, 35% resisten terhadap ampisilin dan 40% terhadap TMP-SMX. dua obat ini tidak boleh digunakan sebagai obat lini pertama untuk pengobatan demam tifoid

Pada penelitian ini 73% anti-O> 1/160 dan 77% antiH> 1/160 Hal ini signifikan untuk diagnosis demam tifoid akut di Mesir

kesimpulan
ceftriaxone secara bermakna dikaitkan dengan waktu singkat penurunan suhu badan sampai normal sehingga obat pilihan untuk pengobatan demam tifoid akut
penurunan prevalensi MDR kloramfenikol untuk Salmonella salah satu obat pilihan untuk pengobatan demam tifoid akut

Tidak ada resistensi obat terhadap ceftriaxone dan ciprofloxacin dalam pengobatan demam tifoid akut Karena resistensi terhadap ampisilin dan kotrimoksazol tinggi, maka dua obat tersebut tidak boleh digunakan sebagai obat lini pertama untuk pengobatan demam tifoid akut

Anda mungkin juga menyukai