Anda di halaman 1dari 7

DHININTYA HYTA NARISSI 10/298372/KG/8650 TUGAS AGAMA ISLAM 2 (ISLAM AGAMA RAHMATAN LIL ALAMIN)

1. Islam adalah agama Rahmatan LilAlamin. Mengapa di Indonesia belum mendapat rahmat tersebut? Kata Islam berarti damai, selamat, selamat, penyerahan diri, tunduk dan patuh. Pengertian tersebut menunjukan bahwa agana Islam adalah agama yang mengandung ajaran untuk menciptakan kedamaian, kerukunan, keselamatan, dan kesejahteraan bagi kehidupan umat manusia pada khususnya dan semua makhluk Allah pada umumnya, bukan untuk mendatangkan dan membuat bencana atau kerusakan di muka bumi. Fungsi Islam sebagai Agama Rahmatan Lil Alamin tidak tergantung pada peneriman atau penilaian manusia, substansi rahmat terletak pada fungsi ajaran tersebut,dan fungsi itu baru akan terwujud dan dapat dirasakan oleh manusia sendiri maupun oleh makhluk-makhluk yang lain , apabila manusia sebagai pengemban amanat Allah telah dapat mentaati dan menjalankan aturan-aturan ajaran Islam dengan benar dan khaffah. Fungsi Islam juga sebagai rahmat dan bukan sebagai agama pembawa bencana, dijelaskan oleh Allah dalam Alquran surat Al Anbiya: 170 yang artinya:Dan tidaklah Kami mengutus kamu Muhammad, melainkan untuk menjadi rahmat sebagai semesta alam. Sedangkan bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran Islam itu adalah: a. Islam menunjukan Manusia jalan hidup yang benar. b. Islam menghormati dan menghargai semua manusia sebagai hamba Allah, baik mereka muslim maupaun non muslim. c. Islam mengatur pemanfaatan alam secara baik dan professional. d. Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan potensi yang diberikan oleh Allah secara tanggung jawab. Dalam situasi dan kondisi seperti sekarang ini, menjalin ukuwah memang tidaklah semudah membalikkan kedua telapak tangan, mengingat banyak masalah yang dapat menghancurkan ukhuwah Islam tentunya

membutuhkan perjuangan dan proses yang panjang di bawah ini adalah contoh masalah yang dapat menghacurkan ukhuwah Islam diantaranya:

a. Pemahaman Islam yang tidak komperehensif dan kaffah. Berbagai pertentangan atau permusuhan diantara sesama yang sering terjadi adalah dikarenakan oleh pemahaman umat Islam sendiri yang masih dangkal. Umat Islam masih parsial dalam mengkaji Islam belum integral, belum kaffah, sehingga mereka cenderung untuk mencari perbedaan-perbedaan yang tidak prinsip dari kesamaannya. Karena pemahaman Islam yang masih sempit inilah yang menjadi salah satu embrio atau bibit munculnya permusuhan terhadap sesama umat beragama. b. Taasub atau fanatisme yang berlebihan. Sikap fanatik yang berlebihan dengan mengagung-agungkan kelompokya, menganggap kelompoknya paling benar, paling baik dan meremehkan kelompok lain, padahal masih satu agama itu pun merupakan perbuatan tidak terpuji dan tidak dibenarkan dalam islam, karena dapat merusak tali ukhuwah. c. Suka bermusuhan antar umat beragama. Ini adalah merupakan masalah yang dapat menghancurkan ukhuwah Islam yang sangat berbahaya, jika dala hati manusia sudah dirasuki sifat hasut, dengki, iri hati maka yang ada dalam hatinya hanyalah dendam dan permusuhan. Jika hal ini kita akhiri maka ukhuwah akan damai dan tentram. d. Kurangnya toleransi atau tasamuh. Kurangnya sikap toleransi atau sikap saling menghargai dan menghormati terhadap peredaan-perbedaan pendapat yang terjadi,

sehingga menutup pintu dialog secara terbuka dan kreatif, juga dapat penghalang dalam merajut kembali ukhuwah. Oleh karena itu perlu kita optimalkan secara terus menerus untuk mengembangkan sikap toleransi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Kerukunan dalam Islam diberi istilah tasamuh atau toleransi. Sehingga yang dimaksud toleransi adalah kerukunan social kemasyarakatan, bukan dalam hal akidah Islamiyah (keimanan), karena akidah telah digariskan secara jelas dan tegas dalam Alquran dan Hadits. Dalam hal akidah atau keimanan seorang muslim hendaknya meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama dan keyakinan yang dianutnya sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al Kafirun ayat 1-6 sebagai berikut.

Pada era globalisasi sekarang ini, umat beragama dihadapkan kepada serangkaian tantangan baru yang tidak terlalu berbeda dengan yang pernah dialami sebelumnya. Pluralitas merupakan hukum alam

(sunnatulah) yang mesti terjadi dan tidak mungkin terelakkan. Hal itu sudah merupakan kodrati dalam kehidupan dalam QS. Al Hujarat: 13, Allah menggambarkan adanya indikasi yang cukup kuat tentang pluralitas tersebut. Namun, pluralitas tidak semata menunjukkan pada kenyataan adanya kemajemukan, tetapi lebih dari itu adanya ketrlibatan akti terhadap kenyataan adanya pluralitas tersebut. Pluralitas agama dapat kita jumpai dimana-mana, seprti di dalam masyarakat tertentu, di kantor tempat bekerja dan di perguruan tinggi tempat belajar dll. Seseorang baru dikatakan memiliki sikap keterlibatan aktif dalam pluralitas apabila dia dapat berinteraksi secara positif dalam lingkungan kemajemukan. Pemahaman pluralitas agama menuntut sikap pemeluk agama untuk tidak

hanya mengakui keberadaan dan hak agama lain,tetapi juga harus terlibat dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan guna mencapai kerukunaan dan kebersamaan. Bila dilihat, eksistensi manusia dalam kerukunaan dan

kebersamaan ini, diperoleh pengertian bahwa arti sesungguhnya dari manusia bukan terletak pada akunya, tetapi pada kitanya atau pada kebersamaannya. Kerukunan dan kebersamaan ini bukan hanya harus tercipta intern seagama tetapi yang lebih penting adalah antar umat beragama didunia (pluralitas Agama). Kerukunan dan kebersamaan yang didambakan dalam islam bukanlah yang bersifat semu, tetapi yang dapat memberikan rasa aman pada jiwa setiap manusia. Oleh karena itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah mewujudkannya dalam setiap diri individu, setelah itu melangkah pada keluarga, kemudian masyarakat luas pada seluruh bangsa di dunia ini dengan demikian pada akhirnya dapat tercipta kerukunan, kebersamaan dan perdamaian dunia. Itulah konsep ajaran Islam tetang Kerukunaan Antar Umat Beragama, kalaupun kenyataannya berbeda dengan realita, bukan berarti konsep ajarannya yang salah, akan tetapi pelaku atau manusianya yang perlu dipersalahkan dan selanjutnya diingatkan dengan cara-cara yang hasanah dan hikmah. 2. Pendapat Islam kepada mereka yang belum berjilbab? a. Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga).(Al-Araf (7): 20). b. Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipa daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daundaun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyuata bagi kamu berdua. (Al-Araf (7): 22).

c. Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. (Al-Araf (7): 26) d. Katakanlah kepada kaum muminin: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya: yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. (An-Nur (24): 30). e. Katakanlah kepada para wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya,,kecuali yang biasa nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka atau puteraputera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau puteraputera sudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (An-Nur (24): 31). f. Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuan dan isteriisteri orang-orang mumin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke tubuhnya. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang. (Al-Ahzab (33): 59). Tafsir Mufradat: AURAAT: bentuk jama dari aurah. Menurut bahasa, berarti: segala sesuatu yang harus ditutupi; segala sesuatu yang menjadikan malu apabila dilihat. (Lues Maluf, 1927, di bawah art. awira). Menurut istilah, aurah ialah anggota badan manusia yang wajib ditutupi. Dalam al-Quran kata aurah diulang sebanyak 4 kali dengan arti yang berbeda. Dalam surat an-Nur ayat 31, kata aurat berarti anggota badan yang wajib ditutupi. Dalam surat yang sama ayat 58, kata salasu aurat berarti tiga macam waktu yang biasanya di waktu-waktu itu badan sering terbuka. Dalam surat al-Ahzab ayat 13 kata tersebut diulang sebanyak 2 kali, keduanya berarti terbuka. JALAABIIB: Bentuk jama dari jilbaab, berasal dari kata jalbaba (memakai jilbab). Dalam al-Quran, kata jilbab hanya disebut satu kali, yaitu pada surat alAhzab ayat 59. Para mufassir berbeda pendapat mengenai arti jilbab; Sebagian mufassir mengartikannya: baju kurung, sebagian mufassir lainnya mengartikannya: baju wanita yang longgar yang dapat menutup kepala dan dada. Janub, saudara perempuan Amer dalam syairnya berkata:

Berjalanlah burung-burung garuda kepadanya dengan gembira. Bagaikan jalannya gadis-gadis yang berpakaian jilbab. Menurut al-Asyhariy, jilbab ialah baju yang dapat menutup seluruh badan. Sebagian ulama berpendapat: jilbab ialah kerudung wanita yang dapat menutup kepala, dada dan punggung. (Ibnu Manzur, Lisan al-Arab, di bawah art. Jalaba) Menurut Ibnu Abbas, jilbab ialah ju bah yang dapat menutup badan dari atas sampai ke bawah. (Al-Qasimiy, 1978, XIII: 4908). Menurut al-Qurtubiy, jilbab ialah baju yang dapat menutup seluruh badan. (AlQurtubiy, Tafsir al-Qurtubiy, VI: 5325). Dari penjelasan tersebut, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa terdapat dua pengertian mengenai jilbab: a. Jilbab ialah kerudung yang dapat menutup kepala, dada dan punggung yang biasa dipakai oleh kaum wanita. b. Jilbab ialah semacam baju kurung yang dapat menutup seluruh tubuh, yang biasa dipakai oleh kaum wanita. Jika pengertian tersebut digabungkan, maka yang dimaksudkan dengan jilbab ialah pakaian wanita yang terdiri dari kerudung dan baju kurung yang dapat menutup seluruh tubuhnya. Tafsir Ayat: Ayat pertama, kedua dan ketiga (Al-Araf (7): 20, 22 dan 26) adalah ayat-ayat makkiyyah, sebagaimana ditakhrijkan oleh Abu asy-Syaikh ibni Hibban, dari Qatadah, ia berkata: surat al-Araf adalah makkiyyah, kecuali ayat 263 sampai dengan ayat 172 (wasalhum anil-Qaryati- sampai dengan wa iz akhaza Rabbuka min banii Aadama). (Al-Qasimiy, 1978, VII: 4). Pada beberapa ayat sebelumnya, telah dijelaskan bahwa ketika Allah SWT menyuruh para malaikat bersujud kepada Nabi Adam, mereka bersujud kecuali iblis. Karena ia merasa lebih baik dari Adam, sebab ia terbuat dari api, sedang Nabi Adam terbuat dari tanah. Karena kesombongannya itulah ia dikeluarkan dari al-Jannah. Kemudian ia bersumpah akan menggoda Adam dan keturunannya hingga kapan saja. Kemudian pada ayat-ayat ini dijelaskan bahwa syaitan terus menerus membisikkan pikiran jahatnya dan membujuk Adam dan Hawa dengan tipu daya agar melanggar larangan-Nya. Akhirnya keduannya terbujuk dan makan buah kayu yang dilarang Allah SWT, dan ketika itu juga tampaklah aurat keduanya, lalu keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Allah SWT menegur dan mengingatkan kepada keduanya bahwa syaitan adalah musuh yang nyata, sebagaimana diungkapkan pada ayat 22, surat al-Araf (7). Kemudian sadarlah Adam dan Hawa atas kesalahannya dan berucap: Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. (Al-Araf (7): 23). Ketika menafsirkan ayat ini al-Qasimiy mengutip pendapat al-Jasymiy sebagai berikut: Bahwa Adam a.s. sangat beruntung karena mempunyai lima sifat, yaitu: mengakui atas dosanya, menyesali dosanya, mawas diri, segera bertobat dan tidak

putus asa dari rahmat Allah. Adapun Iblis sangat celaka karena mempunyai lima sifat, yaitu: tidak mengakui dosanya, tidak menyesal, tidak mawas diri, tidak mau bertobat dan berputus asa dari rahmat Allah. (Al-Qasimiy, 1978, VII: 29). Ayat-ayat tersebut memberikan pengertian bahwa membuka aurat adalah dosa besar dan tercela, karena itulah pada ayat tersebut, aurat diungkapkan dengan istilah sauah yang artinya jelek. Pada ayat berikutnya, yaitu ayat 26 Al-Araf, diungkapkan bahwa Allah telah mempersiapkan pakaian dan perhiasan, tetapi pakaian taqwa adalah lebih baik dari pakaian kain atau bulu. Dimaksudkan dengan taqwa ialah iman dan amal saleh. (Rasyid Rida, VIII: 360).

Anda mungkin juga menyukai