Anda di halaman 1dari 11

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar 1. Pengertian Gangguan Persepsi Sensori/ Perubahan sensori persepsi adl kondisi dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah atau pola dari stimuli yang datang dikaitkan dengan penurunan berlebihan, distorsi atau kerusakan respon terhadap stimuli (Intansari N, 2005) Halusinasi adl gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu percakapan panca indera tanpa ada rangsanagan dari luar (Maramis, 2004)

Halusinasi adl panca indera tanpa

adanya rangsangan atau stimulus

misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan ditelinganya padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2001).

2. Faktor Predisposisi a. Faktor Perkembangan. Tugas perkmbangan klien yg terganggu. Misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tdk mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress. b. Faktor sosiokultural. Seseorang yang merasa tdk diterima oleh lingkungannya (Unwanted Child) akan merasa disingkirkan , kesepian, dan tidak percaya kpd lingkungannya.

c. Faktor Psikologis. Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif, ketidak mampuan klien mngambil keputusan yang tepat, klien lbih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal. d. Faktor genetik dan pola asuh. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini. e. Faktor Biokimia. 1) Mempunyai pengaruh thd terjadinya gangguan jiwa. 2) Stres berlebihan menghasilkan zat yg bersifat halusinogenik neurokimia mis: buffofenon dan Dimetytransferase (DMP). 3) Stres berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmiter otak lalu ketidakseimbangan acetylcolin dan dopamin.

3. Faktor Presipitasi a. Dimensi Fisik. Halusinasi dpt timbul krn kondisi fisik : Kelelahan yg luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol, kesulitan tidur dalam waktu yang lama. b. Dimensi Emosional. Perasaan cemas yang berlebihan merupakan penyebab halusiansi. Isi halusinasi dpt berupa perintah memaksa dan menakutkan menyebabkan klien tdk sanggup menentang perintah lalu klien berbuat sesuatu thd ketakutan tsb. c. Dimensi Intelektual. Orang yg sedang berhalusinasi akan memperlihatkan penurunan fungsi ego. d. Dimensi Sosial. Pd fase awal seseorang mengalami gg interaksi sosial. Kemudian mengalami comforting: beranggapan bhw hidup bersosialisasi dialam

nyata sangat membahayakan, asyik dg halusinasinya, seolah-olah merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial , kontrol diri dan hargta diri yg tdk didapatkan dlm dunia nyata. Hal yang penting dlm intervensi : buat klien untuk melakukan proses interaksi. e. Dimensi Spiritual. Secara spiritual klien halusinasi mulai dg kehampaan hidup, rutinitas tdk bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang secara spiritual untuk menyucikan diri.

4. Fase Halusinasi a. Halusinasi yang dialami oleh keparahannya. b. Stuart & Laraia (2001) membagi fase halusinasi berdasarkan tingkat ansietas yg dialami dan kemampuan klien mengendalikan dirinya. c. Semakin berat fase halusinasi, klien semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh halusinasinya. klien bisa berbeda intensitas dan

Fase Sleep Disorder

Karakteristik Perilaku Klien Fase awal seseorang - Klien merasa banyak sblm muncul masalah, ingin halusinasi. hindar dr lingkungan, takut diketahui or lain bhw dirinya banyak masalah. - Masalah mkinterasa sulit krn berbagai stresor terakumulasi, misal terlibat narkoba, dikhianati kekasih, masalah kampus, penyakit, hutang dll - Masalah terasa menekan krn terakumulasi sedangkan support system kurang &

persepsi thd masalah sangat buruk. Sulit tidur yg berlangsung lama shg terbiasa menghayal Menganggap lamunan awal tsb sbg pemecahan masalah. Tersenyum, tertawa sendiri Menggerakkan bibir tanpa suara Pergerakan mata yang cepat Respon verbal lambat Diam-diam berkonsentrasi dan asyik sendiri

Comforting - Ansietas sedang - Memberi rasa nyaman -Secara umum Halusinasi mrpkan Suatu yang menyenangkan

Klien mengalami perasaan yang mendalam : ansietas, kesepian, rasa bersalah, ketakutan Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat meredakan ansietas Individu masih mengenali bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran.

Condeming - Ansietas berat - Secara umum halusinasi menyebabkan rasa antipati

Pengalaman sensori menakutkan Mulai merasa kehilangan kontrol Mencoba mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan Menarik diri dari orng lain Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut

Meningkatnya tandatanda system syaraf otonom akibat ansietas seperti: peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah. Rentang perhatian menyempit Konsentrasi (asyik) dengan pengalaman sensori Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.

Controling - Ansietas berat -Pengalaman sensori tidak dapat ditolak lagi

Conquering -Tingkat kecemasan panik -Secra umum diatur dan dipengaruhi halusinasi

Klien berhenti menghentikan halusinasinya Klien menyerah dan menerima pengalaman halusinasinya Isi halusinasi menjadi atraktif/ menarik Kesepian bila pengalman halusinasi berakhir Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi Halusinasi bisa berlangsung beberapa jam/ hari jika tidak dilakukan intervensi secara terapeutik.

Perintah halusinasi ditaati Sulit berhubungan dengan orang lain Rentang perhatian hanya beberapa detik/ menit Gejala fisik ansietas berat, berkeringat, tremor, tidak mampu mengikuti perintah.

Perilaku panik Risti suicide atau homicide Aktifitas fisik merefleksikan halusinasi seperti: perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, katatonia Tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.

5. Jenis Halusinasi a. Pendengaran (Auditori). Klien mendengar suara & bunyi yg tidk berhubungan dengan stimulus nyata & orang lain tidak mendengarnya. b. Penglihatan (Visual) Klien melihat gambaran yg jelas atau samar - samar tanpa stimulus yg nyata dan orang lain tidak melihatnya.

c. Penghidu (Olfaktori) Klien mencium bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak menciumnya d. Pengecap ( Gustatory) Klien merasa makan sesuatu yang tidak nyata. Biasanya merasakan makanan yang tidak enak. e. Peraba (Taktil) Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa f. Sinestetik Klien merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena dan arteri, makanan dicerna atau pembentukan urin. stimulus yang nyata.

6. Tanda dan gejala Prilaku pasien yang teramati adalah sebagai berikut a. Melirikan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa yang sedang berbicara. b. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang tidak sedang berbicara atau kepada benda mati seperti mebel, tembok dll. c. Terlibat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak tampak. d. Menggerak-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara.

7. Prinsip Tindakan Keperawatan Halusinasi a. Tetapkan hubungan saling percaya. b. Kaji gejala halusinasi, jenis, isi, frekwensi, lama, respon, tahap. c. Fokus pd gejala & minta klien menjelaskan apa yang terjadi. d. Identifikasi apakah sebelumnya minum obat/ alkohol. e. Jika klien bertanya, nyatakan secara sederhana bahwa anda tidak mengalami stimulus yg sama.

Saya percaya anda mendengar suara itu-----, tetapi saya, suster lain dan ---- tidak mendengar suara itu f. Bantu klien membandingkan halusinasi saat ini dan yang baru saja dialami. g. Dorong klien mengobservasi dan menjelaskan pikiran, perasaan dan tindakan yang berhubungan dengan halusinasi. h. . Bantu klien menjelaskan kebutuhan yang mungkin dalam isi halusinasi i. Sarankan dan kuatkan penggunaan interpersonal j. Identifikasikan gejala psikologis lainnya yg mempengaruhi aktifitas sehari-hari. direfleksikan

8. Pohon Masalah Risti menciderai diri sendiri/orang lain. PSP: Halusinasi Dengar Isolasi Sosial: MD HDR 9. Diagnosa Keperawatan a. Resiko Tinggi menciderai diri b.d PSP : Halusinasi b. PSP: Halusinasi b.d Isolasi Sosial: MD c. Isolasi Sosial: MD b.d HDR

10. Fokus Intervensi Resiko Tinggi menciderai diri b.d PSP : Halusinasi TUM : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak menciderai diri sendiri dan orang lain.

TUK 1 : Klien dapat BHSP a. BHSP: 1) Salam terapeutik 2) Perkenalkan diri 3) Jelaskan tujuan interaksi 4) Buat kontrak yg jelas (Topik,waktu, tempat) b. Beri kesempatan klien u/ ungkapkan perasaan c. Dengarkan ungkapan klien dg empati TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya. a. Lakukan kontak sering dan singkat (untuk mengurangi klien dengan halusinasinya) b. Observasi tkh laku klien terkait dg halusinasinya: bicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang kekiri/ kekanan/ kedepan seoolah-olah ada stimlus / teman. c. Bantu klien untuk mengenal halusinasinya: 1) Jika temukan pasien yang sedang halusinasi: tanyakan apakah ada suara yg didengar 2) Jika klien menjawab ada : lanjutkan apa yg dikatakan? 3) Katakan: bahwa klien lain juga ada yg seperti anda 4) Katakan: Bahwa perawat akn membantu pasien d. Diskusikan dengan klien: 1) Situasi yg menimbulkan/ tidak menimbulkan halusnasi 2) Waktu dan frekwensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, malam, jika sendiri, jika sedih / jengkel) e. Diskusikan dengan klien : Apakah yg dirasakan jika terjadi halusinasi (senang, marah, takut, sedih)

TUK 3 : Klien dpt mengontrol halusinasinya. a. Identifikasi bersama klien cara/ tindakan yg halusinas (tidur,marah, menyibukkan diri dll) diperlukn jika terjadi

b. Diskusikan manfaat cara yg digunakan klien, bila beri pujian.

bermanfaat

c. Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol halusinasi: 1) Mengusir halusinasi Katakan Saya tidak mau dengar kamu (pd halusinasi) 2) Menemui orang lain (perawat/teman/anggota kelg)untuk

bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi terdengar. 3) Membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan shg halusinasi tidak muncul. 4) Meminta teman/ perawat/ keluarga untuk bicara sendiri. 5) Minum obat secara teratur. d. Bantu klien untuk memilih dan halusinasi secara bertahap. e. Beri kesempatan klien untuk melakukan cara yg telah dipilih. Evaluasi hasil, beri pujian jika berhasil f. Anjurkan klien untuk ikuti T.A.K: persepsi dll. orientasi relaitas, stimulasi melatih cara memutus menyapa jika tampak

TUK 4 :Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasi a. Anjurkan klien untuk memberitahu halusinasi. b. Diskusikan dengan keluarga (saat keluarga kem RS Jiwa/perawat kunjungan rumah): 1) Gejala halusinasi yg dialami klien cara untuk memutus halusinasi. 2) Cara merawat : beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama) 3) Jelaskan kapan cari bantuan: halusinasi sulit dikontrol, rieti ciderai orang lain. keluarga jika mengalami

TUK 5 : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik: a. Diskusikan dg klien dan keluarga tentang macam, dosis, frekwensi, manfaat , efek samping, akibat bila obat tidak diminum teratur. b. Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat c. Anjurkan klien berbicara dg dokter tentang efek dan efek samping obat yang dirasakan. d. Diskusikan akibat berhenti obat tanpa konsultasi.

DAFTAR PUSTAKA

Boyd dan Nihart. 1998. Psichiatric Nursing & Contenporary Practice . I Edition . Lippincot . Philadelphia . Carpenito , Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan . EGC. Jakarta . Schultz dan Videback. 1998. Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5 th Edition . Lippincott. Philadelphia. Keliat , Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa . EGC. Jakarta. Stuart dan sundeen . 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. EGC.Jakarta . Townsend . 1995. Nursing Diagnosis In Psychiatric Nursing a Pocket Guide For Care Plan Construction . Edisi 3 . EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai