Laporan Akhir Penyusunan Panduan Revitalisasi Peningkatan Mutu Pelatihan PMD 2015-2019
Direktur Jenderal PMD, Direktorat Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat (KPM) November 2013.
PT. CAKRABUANA CONSULTANT |Halaman - ii
Laporan Akhir
Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015-2019
Kata Pengantar
Pelatihan PMD sebagai salah satu bentuk aktivitas penguatan kapasitas, yang diorientasikan untuk peningkatan kemampuan (kesadaran, pengetahuan, keterampilan, dan sikap) pelaku, dalam hal ini masyarakat dan aparat pemerintahan desa/kelurahan, menjadi isu krusial, karena : 1) Pelaku dimaksud menjadi aktor kunci untuk mendorong pembangunan sebagai sarana pemberdayaan masyarakat. 2) Lembaga dan/atau program yang dilaksanakan di desa selalu menyertakan agenda pelatihan PMD. Salah satu kendala dalam pelatihan PMD adalah kualitas pelatihan, dalam arti ketepatan dan efektivitas pelatihan dalam menjawab kebutuhan peningkatan kapasitas masyarakat dan desa/kelurahan. Di sisi lain, perkembangan, kebutuhan, dan perubahyan dalam pengelolaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan terjadi setiap waktu, sementara peningkatan kemampuan masyarakat dan aparat pemerintahan desa/kelurahan, karena berbagai sebab, tidak dapat terjadi secara otomatis seiring perubahan dan kebutuhan itu. Memerhatikan kondisi itu, Revitalisasi Peningkatan Mutu Pelatihan PMD sebagai sebuah upaya untuk menjawab kebutuhan peningkatan kapasitas masyarakat dan desa/kelurahan seiring dinamika dan perubahan yang melingkupinya, merupakan kebijakan dan agenda penting untuk memastikan efektifitas dan kualitas pelatihan PMD. Dalam rangka itu, Direktorat Jenderal PMD, Direktorat Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat (KPM), menyusun Panduan Revitalisasi Peningkatan Mutu Pelatihan PMD, yang dimaksudkan sebagai acua bagi semua pihak terkait dalam penyelenggaraan pelatihan PMD. Diucapkan banyak terima kasih kepada berbagai baik secara tidak langsung maupun langsung telah mendukung selesainya dan tersusunnya Laporan Akhir penyusunan Panduan Revitalisasi Peningkatan Mutu Pelatihan PMD 2015-2019 ini.
Laporan Akhir
Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015-2019
Daftar Isi
Bab. I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang ....................... 1.2. Maksud dan Tujuan Penulisan Laporan ... 1.3. Sistenatika Penulisan ... BAB II Persiapan Kajian 2.1. Merancang Metodologi ... 2.2. Penyiapan Instrumen . BAB III Pelaksanaan Kegiatan 3.1. Jadual dan Agenda Kegiatan 3.2. Pelaksanaan Kegiatan . BAB IV Hasil Kegiatan 4.1. Rencana Kerja ... 4.2. Laporan Pendahuluan ... 4.3. Instrumen Pengkajian ... 4.4. Laporan Hasil Kajian Regulasi ... 4.5. Laporan Hasil Studi Lapangan ... 4.6. Laporan Antara .. 4.6. Draf Akhir Panduan Revitalisasi .. 4.7. Laporan Akhir ... BAB V Penutup I-1 I- 1 I-5 I-5 II - 1 II - 1 II - 4 III - 1 III - 1 III - I IV - 1 IV - 1 IV - 1 IV - 1 IV - 5 IV - 5 IV - 5 IV - 6 IV - 6 V1
LAMPIRAN
Laporan Akhir
Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015-2019
Daftar Tabel
Tabel Tabel Tabel Tabel 1. 2. 3. 4. Pelaksanaan Jadual Kegiatan . Daftar Regulasi Yang Dianalisa ... Instrumen Pengkajian Regulasi . Instrumen Wawancara III - 1 III - 3 IV - 2 IV - 6
Laporan Akhir
Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015-2019
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Upaya untuk mendorong kemandirian masyarakat bukanlah sesuatu hal yang mudah dalam suatu pembangunan atau pemberdayaan masyarakat (comunity development). Kepercayaan (trust) dari masyarakat, keseriusan dan komitmen serta tingkat kerelawanan yang tinggi harus dimiliki oleh masyarakat desa/kelurahan tersebut dan pelaku pengabdian masyarakat sebelum terjun langsung dalam suatu program pengabdian masyarakat. Era globalisasi sekarang ini ditandai dengan semakin terbuka dan meluasnya berbagi informasi yang dapat memberikan manfaat yang begitu besar bagi kehidupan manusia secara individu maupun kelompok di seluruh dunia. Hal ini berarti bahwa globalisasi memberikan dampak positif bagi umat manusia, apabila ditangani oleh individu, kelompok maupun negara yang memiliki sumber daya manusia potensil dan berdaya saing. Kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu negara sebagai motor dan penggerak pembangunan ditandai dengan adanya unsur kreativitas dan produktivitas yang direalisasikan dengan hasil kerja atau kinerja yang baik secara perorangan maupun kelompok atau masyarakat. Peningkatan kualitas SDM dapat ditunjukkan dengan hasil kerja produktif secara rasional yang didasarkan pada pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan. Pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan umumnya dapat diperoleh melalui pendidikan maupun pelatihan (formal dan/atau non formal) yang ditentukan melalui upaya dan kualitas lembaga pendidikan itu sendiri. Dengan demikian pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas SDM. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban manusia sebagai Bangsa Indonesia yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut Pemerintah
PT. CAKRABUANA CONSULTANT |Halaman I - 1
Laporan Akhir
Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015-2019
menyelenggarakan suatu Sistem Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (pendidikan formal dan non formal). Berbagai fenomena kehidupan dalam segala dimensi, baik sosial, budaya, ekonomi, maupun politik yang terjadi di sekitar kita menunjukkan gambaran yang semakin jelas bahwa sesungguhnya apa yang kita miliki akhirnya akan menjadi tidak berarti apabila kita tidak mampu memanfaatkannya. Pada dasarnya, kemampuan memanfaatkan segala sumber daya yang ada dilingkungannya merupakan kecerdasan yang diwujudkan dalam bentuk watak yang bermartabat. Hal ini bermula dari persoalan rendahnya kualitas SDM. Langkah utama yang diperhatikan untuk mewujudkan watak yang bermartabat dalam pembangunan masa depan adalah melakukan pembangunan yang selalu mengedepankan peningkatan kualitas sumber daya manusia pelaku pembangunan tersebut. Perkembangan pembangunan di Indonesia dewasa ini menghadapi tantangan klasik terutama masih adanya ketimpangan yang nyata antara wilayah perkotaan dan perdesaan, Jawa dan luar Jawa serta distribusi pendapatan yang tidak merata dalam menikmati hasil pembangunan (antar daerah). Pada tingkatan yang lebih kecil, kesenjangan juga seringkali terjadi antar komunitas. Hal ini pada dasarnya merupakan hasil sekalis feed back dari impelementasi pelaksanaan pembangunan bidang pendidikan Indonesia sendiri (formal dan non formal). Salah satu bentuk ideal pembangunan yang tidak terlepas dari pendidikan adalah pendidikan non formal (pendidikan masyarakat) yang menekankan pada upaya untuk mendorong kemandirian masyarakat. Upaya untuk mendorong kemandirian masyarakat dimaksud tersebut bukanlah sesuatu hal yang mudah dalam suatu pembangunan atau pemberdayaan masyarakat (comunity development). Hal ini tentu membutuhkan suatu keseriusan yang didukung dengan bentuk perlakuan nyata dari pemerintah (pusat dan daerah). Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, bahwa otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional. Seiring dengan prinsip itu penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Tingginya tingkat kepercayaan, keseriusan, dan komitmen, serta tingkat sukarela dari masyarakat merupakan wujud dan implementasi pemberdayaan masyarakat. Dalam mewujudkan pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan pembangunan yang berkelanjutan hingga di desa dan kelurahan, maka dibutuhkan prinsip partisipatif dari masyarakat itu sendiri, yang didukung oleh faktor penggerak dari dalam masyarakat itu sendiri (inner will) dan upaya pemerintah yang
PT. CAKRABUANA CONSULTANT |Halaman I - 2
Laporan Akhir
Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015-2019
optimum. Untuk menggerakkan prakarsa, partisipasi dan swadaya gotongroyong masyarakat dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat dimaksud tentu membutuhkan tenaga yang kompeten dan profesional dibidangnya sebagai kader dalam pemberdayaan masyarakat. Keberadaan tenaga yang kompeten dan profesional dibidangnya juga dimaksudkan sebagai upaya pendidikan, pembinaan, dan kaderisasi pemimpin dan pioneer pemberdayaan masyarakat dengan potensi lokal melalui penumbuhkembangan kewirausahaan terutama di kalangan generasi muda/masyarakat agar mampu bekerja dan mengabdi di desa dan kelurahannya. Hal inilah yang menjadi wujud pemberdayaan yang efektif dalam rangka mengatasi pengangguran dan tingkat urbanisasi yang tinggi karena terbatasnya lapangan kerja yang tidak sebanding dengan jumlah angkatan kerja baik di desa maupun kelurahan. Berdasarkan uraian di atas, pemberdayaan merupakan pilihan alternatif pembangunan yang pada intinya memberikan tekanan pada otonomi dalam mengambil keputusan di suatu kelompok masyarakat yang dilandaskan pada sumberdaya pribadi, bersifat langsung, demokratis dan pembelajaran sosial. Namun, bukan hanya hal tersebut tetapi juga pendidikan politik dan yang lainnya agar masyarakat memiliki posisi tawar yang seimbang, baik ditingkat lokal, nasional, regional maupun internasional. Tantangan tersebut, bukan hal yang sederhana namun menjadi tantangan pembangunan pelatihan pemberdayaan masyarakat yang tidak semakin ringan. Terdapat beberapa tantangan yang dihadapi untuk mencapai perwujudan masyarakat Indonesia yang sejahtera di tengah persaingan globalisasi dalam tiga arus globalisasi, yaitu: arus barang dan jasa, arus investasi dan arus sumber daya manusia Indonesia, yang tersebar di 34 Provinsi, 499 Kabupaten/Kota, 6994 Kecamatan dan 79.704 Desa/Kelurahan diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Untuk itu, strategi pemberdayaan masyarakat dan desa/kelurahan merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan dan memandirikan, serta menswadayakan masyarakat dan desa/kelurahan sesuai dengan potensi dan budaya lokal yang dimilikinya secara utuh dan komprehensif agar harkat dan martabat lapisan masyarakat yang kondisinya tidak mampu, dapat melepaskan diri dari kemiskinan dan keterbelakangan. Pemberdayaan masyarakat dan desa/kelurahan tidak hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi pranata hidup yang ada dalam masyarakat itu sendiri, perlu dan harus diberdayakan. Melalui strategi pemberdayaan masyarakat dan desa/kelurahan, partisipasi masyarakat dan pemerintahan desa/kelurahan dalam melaksanakan pembangunan akan semakin meningkat dari waktu ke waktu. Peningkatan dimaksud akan mampu mengurangi kesenjangan antar pulau besar dan kepulauan, atau antar daerah yang dirangkai melalui program dan jenis pelatihan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, sosial budaya, politik dan lingkungan hidup ke seluruh wilayah Indonesia, terutama daerah-daerah
PT. CAKRABUANA CONSULTANT |Halaman I - 3
Laporan Akhir
Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015-2019
yang masih memiliki tingkat kemiskinan dan pengangguran yang cukup tinggi. Pertumbuhan di seluruh wilayah perlu memperhatikan keterkaitan terhadap pelaku dan sumber daya lokal sehingga masyarakat lebih banyak berperan aktif di dalamnya dan ikut menikmati hasil pertumbuhan,sekaligus nilai tambah yang dinikmati di berbagai daerah. Bentuk keberhasilan dan nilai tambah akan terlihat dari pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah yang didukung dengan jenis dan program pelatihan yang tepat, untuk meningkatkan produktivitas sumber daya alam (sumber hayati tanaman, perairan, ternak dan lain-lain) diharapkan juga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik agar dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing yang lebih baik. Harapan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sosial budaya, politik dan lingkungan hidup di perdesaan dan kelurahan dapat dicapai apabila SDM kelompok sasaran pemberdayaan tersebut dilengkapi dengan keterampilan, keahlian, kompetensi, kemampuan untuk bekerja (employable) dan disiapkan untuk menghadapi persaingan global dengan berbagai jenis program pelatihan sesuai kebutuhan lokal. Peningkatan sumber daya manusia kelompok sasaran pemberdayaan di Indonesia dalam lima, sepuluh, lima belas, dan duapuluh tahun ke depan harus terfokus pada peningkatan kualitas SDM kelompok sasaran pemberdayaan secara keseluruhan dan memperbaiki kesenjangan kualitas SDM perdesaan dan kelurahan, baik dilihat dari status golongan pendapatan, gender maupun antar pulau-pulau besar dan kepulauan serta antar daerah di dalamnya. Tidak kalah pentingnya upaya perbaikan Kelembagaan Sistem Pelatihan Nasional yang harus dibangun dalam program dan kegiatan melalui tahapan grand strategy pembangunan pelatihan untuk menuntun perilaku penyelenggara pelatihan demi kepentingan nusa dan bangsa. Indonesia sebagai negara demokrasi dan negara yang mempunyai potensi besar dan makin meningkat dengan keberhasilan kelompok sasaran pelatihan kedepan tentunya harus didukung dengan penyusunan Panduan Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan, sebagai acuan semua pihak untuk meningkatkan mutu pengelolaan, proses dan hasil pemberdayaan masyarakat desa/kelurahan yang menjamin peningkatan kapasitas masyarakat dan desa/kelurahan sebagai syarat peningkatan.
Laporan Akhir
Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015-2019
1.2.2 Tujuan
Laporan Akhir ini bertujuan untuk: 1. Memberikan informasi mengenai keseluruhan tahap yang telah dilaksanakan dalam pelaksanaan penyusunan Panduan Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2014 - 2019; 2. Menyajikan hasil-hasil yang telah diperoleh dalam pelaksanaan penyusunan Panduan Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2014 - 2019;
Laporan Akhir
Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015-2019
di dalam tahap pelaksanaan kegiatan ini yaitu melaksanakan Kajian Regulasi dan melaksanaan Wawancara Lapangan. BAB IV HASIL KEGIATAN Bab ini berisi penjelasan mengenai hasil-hasil kegiatan yang telah diperoleh selama tahap pelaksanaan penyusunan Panduan Revitalisasi, mulai dari tahap awal sampai tahap penyusunan Laporan Akhir. BAB V PENUTUP
Laporan Antara
Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015-2019
Laporan Antara
Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015-2019
turunannya dalam rangka pelaksanaan sebuah pelatihan; (2) Menganalisis berdasarkan dokumen yang tersedia, standarisasi dokumen-dokumen pelatihan mulai dari ToR, KAK, kurikulum, metodelogi, narasumber/pelatih/fasilitator, media pelatihan, ketersediaan waktu durasi pelatihan antara pelatihan yang satu dengan pelatihan yang lain, maupun produk material pelatihan antar Direktorat/Ditjen/maupun bagian yang melaksanakan pelatihan di lingkungan Ditjend PMD; dan (3) Menganalisis berdasarkan dokumen yang tersedia, feed-back atau monitoring, serta evaluasi terhadap pelatihan-pelatihan yang pernah dilakukan. Berdasarkan maksud dan tujuan dalam pendekatan studi dokumen dimaksud di atas, maka diperlukan ketersediaan dokumen yang lengkap dan komprehensif yang terkait dengan pelatihan-pelatihan khususnya di lingkungan Ditjend PMD, antara lain dokumen: (1) Peraturan Pemerintah terkait dengan Pembagian Urusan dan Kelembagaan yang memiliki kewenangan dalam Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan; (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri terkait dengan Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan dan Kelembagaan yang memiliki kewenangan untuk Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan; (2) Surat-surat keputusan di Ditjend PMD yang menyangkut Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan; (3) Dokumen-dokumen ToR/KAK Pelatihan; (4) Dokumen kurikulum dan modul; (5) Dokumen-dokumen hasil monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan pelatihan; dll. Pendekatan kajian kebijakan dan pengelolaan pelatihan digunakan untuk mengkaji kebijakan/regulasi yang terdiri dari Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) yang terkait dan/atau relevan dengan isu pelatihan pemberdayaan masyarakat dan desa/kelurahan. Regulasi tersebut yang semestinya menjadi acuan dalam merancang dan mengelola pelatihan pembedayaan masyarakat dan desa/kelurahan dengan memenuhi Prinsip Dasar Sistem Pelatihan Nasional PMD, yaitu: 1) Berorientasi pada kebutuhan kelompok sasaran pelatihan PMD; 2) Berorientasi pada pengembangan SDM kelompok sasaran Pelatihan PMD;
PT. CAKRABUANA CONSULTANT |Halaman II - 2
Laporan Antara
Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015-2019
3) Program pelatihan PMD disusun berdasarkan pada Standar Khusus Nasional Pelatihan PMD, atau Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), dan/atau Standar Internasional; 4) Standar program pelatihan PMD disusun berbasis pada kompetensi dan/atau basis komunitas disesuaikan dengan kebutuhan; 5) Standar Program Pelatihan PMD dapat disusun secara berjenjang atau tidak berjenjang yang mengacu penjenjangannya pada KKNI; 6) Bagian dari tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat; 7) Bagian dari pengembangan profesionalisme dari jenang terendah 1 (satu) sampai jenjang tertinggi 9 (sembilan) dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia yang mengacu pada Peraturan presiden No.8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI); dan 8) Diselenggarakan secara berkeadilan dan tidak diskriminatif. Kualitas pelatihan pembedayaan masyarakat dan desa/kelurahan akan dinilai optimal bila telah memenuhi aturan pokok kebijakan/regulasi yang berlaku sebagai bentuk dari Konsolidasi Kebijakan dan Program Pelatihan, Akan tetapi keberhasilan kualitas pelatihan akan dipengaruhi juga oleh aspek pendukung dalam pelaksanaan dan pengelolaan pelatihan mulai dari persiapan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Dengan demikian, pendekatan ini harus mampu menggambarkan kondisi riil atas: 1) Konsolidasi Kebijakan dan Program Pelatihan; 2) Kelembagaan Pengelola Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan; 3) Perangkat Lunak Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan; 4) Sumberdaya Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan desa/Kelurahan; 5) Infrastruktur Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan desa/Kelurahan; dan 6) Sinergi antar Pihak dalam Penyelenggaraan Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/kelurahan.
Laporan Antara
Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015-2019
gambaran persoalan-persoalan nyata yang dihadapi oleh lembaga/instansi pemerintah dalam pelaksanaan PMD, oleh karena itu dibutuhkan kegiatan wawancara kepada salah satu lembaga/instansi tersebut. Dalam menggali data primer terkait dengan pelaksanaan dan pengelolaan pelatihan pembedayaan masyarakat dan desa/kelurahan dapat dilakukan melalui metode wawancara mendalam dengan stakeholders terkait. Adapun tujuan interview adalah untuk mensosialisasikan rencana kegiatan Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pembedayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015 2019 serta mendapatkan gambaran proses pelaksanaan dan pengelolaan pelatihan, masukan dan rekomendasi terhadap strategi dan kebijakan yang akan memperkuat hasil dari Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pembedayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015 2019. Pada konteks wawancara mendalam akan dilaksanakan dengan LPMJ (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Jakarta),
Laporan Antara
Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015-2019
Pelatihan
Laporan Akhir
Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015-2019
7. 8.
Laporan Akhir
Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015-2019
agenda kementerian dan lembaga yang mengedepankan isu pemberdayaan masyarakat. Secara umum, kondisi dan kapasitas masyarakat dan desa di Indonesia, untuk memberdayakan dirinya, memang masih memprihatinkan. Desa identik dengan ketertinggalan: kondisi sosial ekonomi masyarakat yang tergolong miskin, keterbatasan infrastruktur sosial dasar, dan tingkat pendidikan yang rendah. Sebagai akibat dari belum terpenuhinya hak rakyat untuk hidup layak. Di sisi lain, penyelenggaraan pemerintahan desa, yang diharapkan dapat menjadi faktor guna mendorong dinamika pembangunan desa, cenderung masih belum efektif. Hal itu menjadi alasan objektif penyelenggaraan program-program pemberdayaan masyarakat dan desa, paling tidak dalam kurun waktu satu dasawarsa terakhir, yang diselenggarakan pemerintah. Dengan demikian, upaya serius dan sistematis untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan desa secara komprehensif (sistem, lembaga, maupun pelaku) sesuai kondisi, kebutuhan, dan kekhususan masyarakat dan desa, menjadi agenda strategis ke depan. Peningkatan kapasitas dimaksud secara berkelanjutan dibutuhkan untuk mendorong dinamika masyarakat dan desa sebagai basis untuk menggerakkan perubahan menuju tatanan masyarakat dan pemerintahan yang lebih demokratis, mandiri dan sejahtera. Salah satu upaya guna meningkatkan kapasitas dimaksud dilakukan melalui program pelatihan pemberdayaan masyarakat dan desa (Pelatihan PMD). Pelatihan PMD, dengan demikian, harus dirancang secara sadar sebagai upaya yang efektif mengungkit potensi dan kemampuan masyarakat untuk meningkatnkan kapasitanya, sehingga mampu mengelola sumberdaya yang dimiliki. Dari perspektif di atas, mengemuka isu peningkatan mutu pelatihan PMD, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah, program-program pemberdayaan masyarakat, maupun pihak lain. Pelatihan PMD hendaknya tidak sekedar sebagai kegiatan melatih masyarakat, tetapi benar-benar menjadi sarana untuk menghadirkan perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik. Salah satu upaya dan langkah strategis untuk mewujudkan hal itu ditempuh melalui agenda revitalisasi mutu pelatihan PMD, agar pelatihan dimaksud dapat lebih responsif dan efektif menjawab permasalahan sebagaimana dipaparkan di atas.
Laporan Akhir
Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015-2019
Hal penting dalam upaya revitalisasi mutu pelatihan PMD adalah efektifitas pelaksanaan regulasi pemerintah yang terkait dengan berbagai aspek penyelenggaraan pelatihan PMD. Karena, regulasi dimaksud dihadirkan untuk mengatur dan memastikan penyelenggaraan pelatihan PMD dilaksanakan secara tepat dan benar. Dalam kaitan itulah, maka penting dilakukan pengkajian regulasi guna menghimpun sebanyak mungkin data dan informasi yang penting bagi penguatan upaya meningkatkan mutu pelatihan PMD ke depan. Pengkajian regulasi dilakukan untuk menelaah: 1. Tata kelola (kewenangan, tanggungjawab, kewajiban, dan tugas) pemerintah sesuai tatanan pemerintahan (Pusat, Propinsi, dan Kabupaten/Kota) dalam penyelenggaraan pelatihan PMD 2. Mengidentifikasi ketentuan peraturan yang menjadi dasar dan acuan peningkatan mutu pelatihan PMD 3. Konsistensi pengaturan dari berbagai peraturan yang ada untuk peningkatan mutu pelatihan PMD. Hasil yang diharapkan dari pengkajian regulasi adalah: (1) Pokok-pokok pengaturan dan keterkaitan antar regulasi terhadap revitalisasi peningkatan mutu pelatihan PMD; dan (2) Rekomendasi untuk revitalisasi mutu pelatihan PMD. Kegiatan pengkajian diawali dengan pembahasan untuk menetapkan jenis dan bentuk peraturan yang akan dipilih sebagai objek studi. Pembahasan menghasilkan pilihan jenis dan bentuk peraturan sebagai berikut:
Tabel II. Daftar Regulasi Yang Dianalisa
Bentuk PP No. 38 Tahun 2007 PP No. 41 Tahun 2007 Permendagri No. 21 Tahun 2006 Permendagri No. 19 Tahun 2007 Permendagri No. 41 Tahun 2006
Keterangan Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota tentang Organisasi Perangkat Daerah tentang Pembagian Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang tentang Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri
PT. CAKRABUANA CONSULTANT |Halaman III - 3
Laporan Akhir
Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015-2019
PP dan Permen dipilih karena dua jenis peraturan dimaksud, mengatur secara rinci dan teknis, sehingga lebih operasional. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan instrumen Tabel Pengkajian Regulasi. Instrumen dimaksud berupa tabel dengan narasi ringkas, yang dirancang untuk menghimpun pokokpokok pengaturan dari regulasi yang ditelaah. Jenis dan bentuk regulasi sebagai dimaksud di atas, ditelaah dengan menggunakan instrument penelaahan. Pembahasan hasil penelaahan regulasi dilakukan secara internal oleh Tim Penyusun Revitalisasi Peningkatan Mutu Pelatihan PMD. Berdasarkan hasil-hasil penelaahan dan pembahasan dimaksud, Tim revitalisasi menyusun laporan hasil penelaahan regulasi. Hasil pengkajian regulasi selengkapnya disajikan dalam Lampiran 1.
Laporan Antara
Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015-2019
Laporan Antara
Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015-2019
Rumusan Ayat
Analisis
(2)
Instrumen Wawancara
Instrumen yang berikutnya adalah Instrumen Wawancara yang digunakan untuk mengkaji berbagai sasaran data yang digali dari LPMJ Jakarta sebagai salah satu lembaga/institusi di bawah Ditjen PMD. Dalam menggali data primer terkait dengan pelaksanaan dan pengelolaan pelatihan pembedayaan masyarakat dan desa/kelurahan dapat dilakukan melalui metode wawancara mendalam dengan stakeholders terkait.
PT. CAKRABUANA CONSULTANT |Halaman IV - 2
Laporan Antara
Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015-2019
Adapun tujuan interview adalah untuk mensosialisasikan rencana kegiatan Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pembedayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015 2019 serta mendapatkan gambaran proses pelaksanaan dan pengelolaan pelatihan, masukan dan rekomendasi terhadap strategi dan kebijakan yang akan memperkuat hasil dari Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pembedayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015 2019. Instrumen penggalian data tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Instrumen Wawancara Fokus Wawancara
1) Konsolidasi Kebijakan dan Program Pelatihan;
Narasumber
LPMJ Jakarta LPMJ Jakarta
Pertanyaan Kunci
Bentuk kebijakan/regulasi untuk perencanaan dan penganggaran terkait pelaksanaan penyusunan dan pengembangan kurikulum pelatihan masyarakat dan penyelenggaraan dan evaluasi pelatihan masyarakat 1) Apa Nama kelembagaan pengelola pelatihan pemberdayaan masyarakat dan desa/kelurahan? 2) Bagaimana Struktur Organisasi? 3) Siapa saja yang Personalia Kelembagaan dan Bagaimana pemilihan/ penugasannya? 4) Apa saja Program/kegiatan? 5) Berapa Pembiayaan dan Sumber Anggaran dari mana? 6) Bagaimana mekanisme Monev dan Supervisi, frekwensinya berapa kali, siapa yang melaksanakan dan bagaimana tindak lanjutnya? 7) Apa yang menjadi masalah/kendala yang dihadapi selama mengelola kelembagaan tsb? 8) Bagaimana Bentuk Pertanggungjawaban/ Pelaporan, Kapan dan
1) Nama kelembagaan pengelola pelatihan pemberdayaan masyarakat dan desa/kelurahan; 2) Struktur Organisasi 3) Personalia Kelembagaan 4) Program/kegiatan 5) Pembiayaan dan Sumber Anggaran 6) Monev dan Supervisi 7) Masalah/Kendala yang dihadapi dan Solusi 8) Bentuk Pertanggungjawaban/ Pelaporan
LPMJ Jakarta
Laporan Antara
Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015-2019
Fokus Wawancara
Narasumber
Pertanyaan Kunci
dimana dilaksanakannya? 9) Bisa disampaikan pengalaman (baik/buruk) selama mengelola kelembagaan tsb dan apa rekomendasinya?
1) Jenis Perangkat Lunak yang tersedia dalam melaksanakan Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan; 2) Pembiayaan untuk penyediaan dan pengembangan perangkat lunak dan Sumber Anggaran 3) Pendokumentasian dan pemeliharaan atas Perangkat Lunak Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 4) Penanggungjawab untuk penyediaan dan pengembangan perangkat lunak
LPMJ Jakarta
1) Mohon dijelaskan Jenis Perangkat Lunak yang tersedia? 2) Berapa Pembiayaan untuk penyediaan dan pengembangan perangkat lunak dan Sumber Anggaran dari mana? 3) Bagaimana pendokumentasian dan pemeliharaan atas Perangkat Lunak Pelatihan Pemberdayaan? 4) Siapa Penanggungjawab untuk penyediaan dan pengembangan perangkat lunak?
1) Jenis Sumberdaya Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2) Data Based Sumberdaya 3) Kuantitas Sumberdaya 4) Upaya menjaga Sumberdaya 5) Pembiayaan dan Sumber Anggaran 5) Evaluasi Sumberdaya
LPMJ Jakarta
1) Sebutkan Jenis Sumberdaya Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan? 2) Apakah sudah ada Data Based Sumberdaya, dalam bentuk apa? 3) Bagaimana Kuantitas Sumberdayanya? 4) bagaimana menjaga Sumberdaya? 5) Berapa Pembiayaan dan Sumber Anggaran dari mana? 6) Bagaimana Evaluasi Sumberdaya dilakukan?
1) Jenis Infrastruktur yang tersedia dalam melaksanakan Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan; 2) Pembiayaan untuk penyediaan dan pengembangan Infrastruktur dan Sumber Anggaran Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan; 3) Pencatatan Asset dan Pemeliharaan atas Infrastruktur Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan; 4) Penanggungjawab untuk penyediaan dan pengembangan
LPMJ Jakarta
1) Mohon dijelaskan Jenis Infrastruktur Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2) Berapa Pembiayaan untuk Infrastruktur Pelatihan dan Sumber Anggaran dari mana? 3) Bagaimana Pencatatan Asset dan Pemeliharaan atas Infrastruktur Pelatihan? 4) Siapa Penanggungjawab
Laporan Antara
Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015-2019
Fokus Wawancara
Narasumber
Pertanyaan Kunci
untuk penyediaan dan pengembangan Infrastruktur Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan?
6) Sinergi antar Pihak dalam Penyelenggaraan Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/kelurahan
1) Bentuk sinergi antar Pihak dalam Penyelenggaraan Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/kelurahan 2) Pihak-pihak yang bersinergi; 3) Regulasi dan kebijakan yang dibuat dalam sinergi antar pihak; 4) Koordinasi antar pihak;
LPMJ Jakarta
1) Apa saja Bentuk sinergi antar Pihak dalam Penyelenggaraan Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/kelurahan? 2) Siapa saja Pihak-pihak yang bersinergi? 3) Apakah sudah ada Regulasi dan kebijakan yang dibuat dalam sinergi antar pihak? 4) Bagaimana mekanisme Koordinasi antar pihak. Apakah koordinasi dilakukan secara periodik
Laporan Antara
Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015-2019
berisi paparan mengenai perkembangan atau progress kegiatan dan hasil-hasil yang diperoleh sampai penyusunan Laporan Antara ini dibuat yaitu antara 11-18 Oktober 2013. Isi pokok laporan ini menjelaskan bahwa kegiatan pengkajian regulasi dan wawancara lapangan sudah dilakukan dan Hasil Pengkajian Regulasi dan Laporan Wawancara sudah disusun.
Laporan Antara
Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015-2019
Bab V Penutup
Dokumen Laporan Akhir kegiatan Penyusunan Panduan Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015 2019 ini merupakan laporan kegiatan yang menggambarkan keseluruhan proses pelaksanaan penyusunan Panduan Revitalisasi, mulai dari tahap awal sampai disusunnya Laporan Akhir ini. Sementara hasil penyusunan panduan disusun dalam bentuk dokumen laporan tersendiri yaitu dokumen Panduan Revitalisasi Peningkatan Kualitas Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan 2015 2019. Diucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung mendukung proses tersebut sehingga seluruh kegiatan berjalan dengan lancar, dan keseluruhan hasil dari setiap tahap yang sudah diajukan di dalam Laporan Pendahulun telah menghasilkan sebagaimana yang sudah disepakati bersama. Demikian Laporan ini disampaikan, atas kerja sama, bantuan dan dukungan dari Sub Direktorat Pelatihan Masyarakat, Direktorat Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat, Ditjen PMD Kemendagri dan semua pihak terkait lainnya, Kami ucapkan terima kasih. Teriring harapan semoga kegiatan ini nantinya memberikan manfaat bagi peningkatan kualitas pelatihan pemberdayaan masyarakat dan desa/kelurahan.
Lampiran-Lampiran
secara sadar sebagai upaya yang efektif mengungkit potensi dan kemampuan masyarakat untuk meningkatnkan kapasitanya, sehingga mampu mengelola sumberdaya yang dimiliki. Dari perspektif di atas, mengemuka isu peningkatan mutu pelatihan PMD, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah, program-program pemberdayaan masyarakat, maupun pihak lain. Pelatihan PMD hendaknya tidak sekedar sebagai kegiatan melatih masyarakat, tetapi benar-benar menjadi sarana untuk menghadirkan perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik.Salah satu upaya dan langkah strategis untuk mewujudkan hal itu ditempuh melalui agenda revitalisasi mutu pelatihan PMD, agar pelatihan dimaksud dapat lebih responsif dan efektif menjawab permasalahan sebagaimana dipaparkan di atas. Hal penting dalam upaya revitalisasi mutu pelatihan PMD adalah efektifitas pelaksanaan regulasi pemerintah yang terkait dengan berbagai aspek penyelenggaraan pelatihan PMD.Karena, regulasi dimaksud dihadirkan untuk mengatur dan memastikan penyelenggaraan pelatihan PMD dilaksanakan secara tepat dan benar.Dalam kaitan itulah, maka penting dilakukan pengkajian regulasi guna menghimpun sebanyak mungkin data dan informasi yang penting bagi penguatan upaya meningkatkan mutu pelatihan PMD ke depan.
1.2. Tujuan
Pengkajian regulasi dilakukan untuk menelaah: 1. Tata kelola (kewenangan, tanggungjawab, kewajiban, dan tugas) pemerintah sesuai tatanan pemerintahan (Pusat, Propinsi, dan Kabupaten/Kota) dalam penyelenggaraan pelatihan PMD. 2. Mengidentifikasi ketentuan peraturan yang menjadi dasar dan acuan peningkatan mutu pelatihan PMD. 3.Konsistensi pengaturan dari berbagai peraturan yang ada untuk peningkatan mutu pelatihan PMD.
II.
RANCANGAN PENGKAJIAN
2.1. Penetapan Regulasi
Kegiatan pengkajian diawali dengan pembahasan untuk menetapkan jenis dan bentuk peraturan yang akan dipilih sebagai objek studi. Pembahasan menghasilkan pilihan jenis dan bentuk peraturan sebagai berikut: Jenis Peraturan Pemerintah (PP) Bentuk PP No. 38 Tahun 2007 PP No. 41 Tahun 2007 Permendagri No. 21 Tahun 2006 Permendagri No. 19 Tahun 2007 Permendagri No. 41 Tahun 2006 lebih operasional. Keterangan Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota tentang Organisasi Perangkat Daerah tentang Pembagian Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang tentang Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri
PP dan Permen dipilih karena dua jenis peraturan dimaksud, mengatur secara rinci dan teknis, sehingga
Pokok-Pokok Pengaturan pelatihan/pengemba ngan kapasitas, merupakan kewenangan yang sudah dibagi antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah.
Rumusan Ayat Tingkatan dan/atau susunan pemerintahan sebagaimana Dimaksud pada ayat (1) adalah semua urusan pemerintahan di luar urusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Ayat (4) : Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas 31 (tiga puluh satu) bidang urusan Pemerintahan meliputi: .u. Pemberdayaa n masyarakat dan desa Bab II Pasal 3: Urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah Disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian.
Analisis hanya menjadi dominasi kewenangan Pemerintah (Pusat) Pemerintah daerah mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pemberdayaan masyarakat dan desa, termasuk urusan pengembangan kapasitas
Pemerintah telah menyediakan dana untuk pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan desa yang telah diatur dalam pembagian urusan tersebut. Ditegaskan dalam penjelasan pasal tersebut, bahwa pemerintah daerah yang lalai melaksanakan urusan wajib yang dimaksud, maka pembiayaan akan dibebankan kepada Pemerintah daerah
Melalui Pasal ini ditegaskan bahwa urusan pemberdayaan masyarakat dan desa, termasuk pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan, sudah disertai dengan dana yang berasal dari Pusat.
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan Pemberdayaan masyarakat dan desa, merupakan urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Rumusan Ayat
Analisis Pemberdayaan masyarakat dan desa, yang menjadi salah satu materi dalam pembagian urusan Pemerintah dengan Pemerintah daerah, ditegaskan lagi dalam Pasal 7 bahwa hal tersebut merupakan urusan dalam kategori wajib yang harus dilakukan oleh Pemerintah daerah.
Bab III Bagian Ke Satu, Pasal 7: Ayat (1): Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. Ayat (2): Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: ..u. Pemberdayaan masyarakat dan desa . Pemerintah harus Pasal 18, Ayat (1): melakukan Pemerintah pendampingan berkewajiban melakukan kepada Pemerintah pembinaan kepada Daerah agar mampu pemerintahan daerah melaksanakan untuk mendukung pemberdayaan kemampuan masyarakat dan desa pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya. Penjelasan Pasal 18 Ayat (1): Pembinaan yang dilakukan Pemerintah dapat berbentuk Pemberian bimbingan,
Peran Pemerintah harus melakukan pendampingan terhadap Pemerintah daerah sampai mampu melaksanakan Pemberdayaan masyarakat dan desa sesuai dengan norma, standard, dan kondisi setempat. Pada bagian Penjelasan Pasal 18 Ayat (1), ditegaskan bahwa pendampingan atau pembinaan dari Pemerintah tersebut termasuk juga dalam bentuk pelatihan.
Revitalisasi pelatihan yang dilakukan di Pusat, dalam hal ini melalui PMD, harus dikembangkan di daerah-daerah (pemerintah daera) sampai mereka mampu melaksanakan sesuai standard, norma, nilai, dan ketentuan yang sudah ditetapkan.
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat supervisi, konsultasi, monitoring dan evaluasi, pendidikan dan latihan dan kegiatan pemberdayaan lainnya yang diarahkan agar pemerintahan daerah mampu menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya. Perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk badan, kantor, inspektorat, dan rumah sakit, terdiri dari: h. Bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintah desa
Analisis
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa sebagai kelembagaan yang akan melaksanakan Tupoksi dalam bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintah desa Badan terdiri dari 1 Badan Pemberdayaan Personalia pada (satu) sekretariat dan Masyarakat dan Badan paling Pemerintah Desa yang Pemberdayaan banyak 4 (empat) bidang, dibentuk minimal harus Masyarakat dan memenuhi ketentuan Pemerintah Desa sekretariat terdiri dari pada Pasal 30 Ayat (2), akan memberikan 3 (tiga) subbagian, dan mengingat Badan ini fokus perhatian masing-masing bidang akan menangani dalam merancang terdiri Bidang strategis dalam program/kegiatan dari 2 (dua) subbidang upaya pemberdayaan sesuai kebutuhan dan atau kelompok jabatan masyarakat dan penganggaran yang fungsional. pemerintah desa akan mendorong peningkatan pemberdayaan masyarakat dan pemerintah desa
Diperlukan pembentukan Badan yang menangani Bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintah desa
Pokok-Pokok Pengaturan Permendagri No. 21 TUGAS BALAI BESAR Tahun 2006 PEMBERDAYAAN tentang Pembagian MASYARAKAT DAN Organisasi dan DESA di MALANG Tata Kerja Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang Jenis Regulasi
Rumusan Ayat PASAL 2: Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pelatihan bagi masyarakat yang meliputi kader pembangunan, perangkat pemerintahan, anggota badan perwakilan, pengurus Iembaga masyarakat dan para warga masyarakat desa dan kelurahan sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.
Analisis Pemberdayaam masyarakat dan desa merupakan urusan yang kewenangannya telah didesentralisasi. Kewajiban pokok pemerintah adalah menyelenggarakan peningkatan kapasitas dan sistem dukungan terhadap daerah/pemerintah daerah untuk menyelenggarakan kewenangannya. Pasal ini yang berintikan mandat (penugasan) pemerintah cq kementerian dalam negeri kepada Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa mengindikasikan masih kuatnya paradigma sentralisasi pembangunan, yakni kecenderungan masih dominannya otoritas pusat terhadap urusan yang telah didesentralisasikan. Hal demikian dapat berimplikasi pada generalisasi atau malah penyeragaman muatan dan usaha pemberdayaan masyarakat yang lebih lanjut akan berakibat pada pengingkaran nilai dan realitas
Relevansi terhadap Revitalisasi Dalam kerangka revitalisasi, sangat penting dilakukan: Mengubah paradigma sentralisme menjadi paradigma desentralisasi pemerintahan dan otonomisasi daerah. Kepentingannya adalah mendekatkan muatan, metode, pendekatan, teknik dan strategi pelatihan pada kebutuhan nyata usaha perkuatan keberdayaan masyarakat dan desa. Memilah secara tegas perkuatan kapasitas bagi masyarakat, kader masyarakat, kelembagaan masyarakat dan tenaga pemberdaya masyarakat pada satu ranah pemberdayaan masyarakat desa/kelurahan serta aparatur pemerintahan desa dan badan permusyawaratan
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat
PASAL 3: Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, menyelenggarakan fungsi:
Mengacu pada catatan analitik dan relevansinya dengan revitalisasi atas pasal 2, terhadap kontekstualitas pada usaha penguatan/ peningkatan kapasitas (pemberdayaan) aparatur desa/ kelurahan diperlukan
Relevansi terhadap Revitalisasi desa (bpd) pada ranah pemerintahan desa dan aparatur kelurahan pada ranah penyelenggaraan layanan pemerintah di kalurahan. Menegaskan TUGAS Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa adalah menyelenggarakan sistem dukungan bagi usaha pemberdayaan masyarakat desa/kelurahan, penguatan kapasitas pemerintahan desa dan peningkatan kapasitas aparat layanan pemerintah di kelurahan. Fungsi Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat Desa diarahkan pada fungsi penyelenggaraan fungsi: a. pelaksanaan sistem dukungan pemberdayaan masyarakat dan
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat a. pelaksanaan pelatihan di bidang pemberdayaan aparatur desa/kelurahan; b. pelaksanaan pelatihan di bidang pemberdayaan lembaga masyarakat desa/kelurahan; dan c. pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, administrasi umum, perpustakaan, perlengkapan dan rumah tangga.
Analisis penegasan posisi yang berbeda antara aparatur desa dengan aparatur kelurahan. Pemberdayaan aparatur desa harus berpijak pada posisi desa yang melekat didalamnya hak otonomi desa, sedang aparatur kelurahan berpijak pada posisi kelurahan yang melekat didalamnya kewenangan wilayah administratif yang bersumber dari kewenangan pemerintah daerah atau kabupaten/ kota. Dalam hak otonomi desa menjadi bagian tak terpisahkan dalam pemerintahan desa adalah keberadaan badan permusyawaratan desa (BPD). Agar tidak mereduksi usaha pemberdayaan masyarakat, pelatihan dibidang pemberdayaan lembaga masyarakat desa/kelurahan dibawa kembali pada esensi perkuatan keberdayaan masyarakat desa/ kelurahan. Lembaga
Relevansi terhadap Revitalisasi kelembagaan masyarakat desa/ kelurahan; b. pelaksanaan sistem dukungan pemberdayaan kelembagaan pemerintahan desa, perangkat desa dan aparatur kelurahan; c. pendidikan dan pelatihan master trainer pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan kelembagaan masyarakat desa/kelurahan, pemberdayaan kelembagaan pemerintahan desa, pemberdayaan perangkat desa dan pemberdayaan aparatur kelurahan; d. kaji-tindak pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan kelembagaan masyarakat desa/kelurahan dan pemberdayaan kelembagaan pemerintahan desa melalui pengembangan
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat
Analisis masyarakat desa/kelurahan yang secara stereo-type menunjuk pada LPMD/LPMK, Kader Pembangunan, KPMD/KPMK dan BPD) diposisikan kembali sebagai bagian dari keseluruhan dan tidak terpisahkan dari usaha pemberdayaan. Pelatihan pemberdayaan masyarakat dengan demikian menunjuk pada perkuatan dan perbanyakan tenaga pemberdayaan masyarakat (yakni tenaga fasilitator dari unsur kedinasan dari elemen tenaga fungsional maupun non-kedinasan dari elemen tenaga profesional) dan selanjutnya kepelatihan lembaga masyarakat desa/kelurahan. Lebih lanjut, Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat Desa sepantasnya tidak menjalankan fungsi teknis pelaksanaan pelatihan, tetapi lebih menjalankan fungsi penyelenggaraan sistem dukungan. Jika pun menyelenggarakan
Relevansi terhadap Revitalisasi sistem model (modeling system) bertumpu pada keberagaman dan otonomi masyarakat dan desa di Indonesia; e. pelaksanaan urusan ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, administrasi, perpustakaan, perlengkapan dan kerumahtanggaan. f. Fungsi pada huruf (c.) dan (d.) secara operasional dapat diintegrasikan kedua-duanya dalam masingmasing di penyelenggaraan operasional fungsi pada huruf (a.) dan (b.). Sebaliknya, jika dipandang perlu dan ditimbang dapat bisa lebih efektif kinerjanya dapat diwadahi dalam satuan substruktur tersendiri dalam Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat Desa. g. Desentralisasi kewenangan
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat
Analisis teknis pelatihan, maka ini adalah pelatihan untuk tenaga-tenaga khusus bagi perkuatan teknis dan operasional sistem dukungan pelaksanaan pelatihan atau semacam pelatihan untuk pelatih. Penyelenggaraan teknis pelatihan dan/atau pelaksanaan teknis pemberdaaan menjadi bagian kewenangan yang didesentralisasikan di daerah.
SUSUNAN ORGANISASI
BAB II Pasal 4 (1) Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang terdiri dari: a. Bagian Tata Usaha; b. Bidang Pemberdayaan Aparatur; c. Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan; dan d. Kelompok Jabatan Fungsional. (2) Di Iingkungan BalaiBesar
Lihat catatan huruf (f.) pada relevansi dengan revitalisasi untuk fungsi-fungsi Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat Desa (Pasal 3 Permendagri 21/2006) di atas.
Relevansi terhadap Revitalisasi penyelenggaraan teknis pelatihan dan/atau pelaksanaan teknis pemberdayaan, berarti mendekatkan muatan pelatihan dan pemberdayaan pada kebutuhankebutuhan nyata perkuatan di masyarakat/desa dalam berbagai keragaman sebagaimana keragaman masyarakat dan desa di seluruh wilayah Indonesia. Lihat catatan huruf (f.) pada relevansi dengan revitalisasi untuk fungsi-fungsi Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat Desa (Pasal 3 Permendagri 21/2006) di atas.
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat Pemberdayaan Masyarakat Desa di Malang terdapat unit Pasal 5 Bagan susunan organisasi Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
Analisis
PASAL 6: Bagian Tata Usaha mempunyai tugas menyusun program dan anggaran, pengelolaan urusan keuangan, kepegawaian, persuratan, perpustakaan, perlengkapan, dan rumah tangga. PASAL 7: a. penyusunan program dan anggaran serta pelaksanaan monitoring dan evaluasi; b. pengelolaan urusan keuangan, urusan perlengkapan, rumah tangga dan perpustakaan; dan c. pengelolaan surat menyurat dan urusan kepegawaian.
Lihat catatan huruf (f.) pada relevansi dengan revitalisasi untuk fungsi-fungsi Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat Desa (Pasal 3 Permendagri 21/2006) di atas.
Lihat catatan huruf (f.) pada relevansi dengan revitalisasi untuk fungsi-fungsi Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat Desa (Pasal 3 Permendagri 21/2006) di atas.
Lihat catatan huruf (f.) pada relevansi dengan revitalisasi untuk fungsi-fungsi Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat Desa (Pasal 3 Permendagri 21/2006) di atas.
Lihat catatan huruf (f.) pada relevansi dengan revitalisasi untuk fungsi-fungsi Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat Desa (Pasal 3 Permendagri 21/2006) di atas.
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat PASAL 8 dan PASAL 9: (SUBBAGIAN DAN TUGASNYA) (1) Subbagian Penyusunan Program mempunyai tugas menyiapkan bahan penyusunan program dan anggaran serta monitoring dan evaluasi. (2) Subbagian Umum dan Keuangan mempunyai tugas melakukan urusan keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan perpustakaan. (3) Subbagian Persuratan dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan surat menyurat, kearsipan, dan kepegawaian. Pasal 10 Bidang Pemberdayaan Aparatur mempunyai tugas menyelenggarakan pelatihan di bidang pemberdayaan aparatur desa dan kelurahan, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan pelaksanaan pelatihan
Analisis
Bidang pemberdayaan aparatur dengan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal yang telah ada mengindikasikan, sebagaimana catatan analitik atas pasal 2, kecenderungan paradigma sentralisme dan tidak memilahbedakan posisi aparatur desa dan aparatur kelurahan
Bidang Pemberdayaan Aparatur (atau nama dan sebutan yang disesuaikan kemudian) mempunyai tugas menyelenggarakan sistem dukungan di bidang pemberdayaan lembaga pemerintahan desa,
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat
Relevansi terhadap Revitalisasi secara lebih jelas dan pemberdayaan tegas. Sebagaimana perangkat desa dan diatur dalam peraturan pemberdayaan terkait Desa dan aparatur kelurahan; Kelurahan, Desa konsultansi dan memiliki kewenangan supervisi otonom dan pelaksanaan teknis kelurahan kewenangan pemberdayaan, administratif. monitoring dan Bidang ini, dengan evaluasi, kajian untuk memahami keragaman pengembangan masyarakat yang muatan kurikulum, berarti juga modul, strategi, keberagaman pendekatan, metode kebutuhan sesuai dan teknik dengan didamika yang pemberdayaan berkembang di daerah dan/atau serta sesuai dengan penguatan/peningkat pelimpahan an kapasitas. kewenangan pemberdayaan masyarakat dan desa dalam kerangka desentralisasi, penyelenggaraan pelatihan di bidang pemberdayaan aparatur desa dan kelurahan, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan seharusnya diubah dengan penugasan penyelenggaraan sistem dukungan dengan rangkaian penugasan terkait. Dengan tugas Penyelenggaraan sebagaimana masukan fungsi terkait, dalam catatan analitik adalah: dan relevansi di atas, a. Kaji kebutuhan Analisis
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, menyelenggarakan fungsi: a. analisis kebutuhan pelatihan perangkat desa; b. analisis kebutuhan pelatihan perangkat kelurahan; c. pengembangan kurikulum, modul, metode dan teknik pelatihan pemberdayaan aparatur; d. pelaksanaan pelatihan pemberdayaan aparatur; dan e. monitoring dan evaluasi serta penyusunan laporan pelatihan.
Relevansi terhadap Revitalisasi penyelenggaraan pemberdayaan fungsinya pun terkait kelembagaan dengan pokok-pokok pemerintahan yang relevan. desa; b. Kaji kebutuhan pemberdayaan perangkat desa; c. Kaji kebutuhan pelatihan aparat kelurahan; d. Pengembangan konsep, strategi, model, pendekatan, metode, dan teknik pemberdayaan kelembagaan desa; e. Pengembangan konsep, strategi, model, pendekatan, metode, dan teknik pemberdayaan perangkat desa; f. Pengembangan konsep, strategi, model, pendekatan, metode, dan teknik pelatihan aparat kelurahan; g. Penyediaan Master Trainer dan Pelatihan Tenaga Pelatih/Pemberda yaan kelembagaan desa, perangkat desa dan aparat kelurahan. h. Pemberian konsultansi dan supervisi Analisis
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Relevansi terhadap Revitalisasi i. Monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan. Berkaitan dengan Seksi-seksi Pasal 12 dan Pasal 13 tugas dan fungsi disarankan untuk (seksi dan tugas) subbidang dilakukan (1) Seksi Perangkat Desa sebagaimana diuraikan penyesuaian, sebagai mempunyai tugas dalam catatan analitik berikut: menyiapkan bahan dan relevansi (1) Seksi analisis kebutuhan revitalisasi, seksi-seksi Pemberdayaan pelatihan, dan penugasannya Kelembagaan pengembangan perlu dilakukan Pemerintahan kurikulum, modul, penyesuaian. Desa dengan metode dan teknik Penyesuaian tugas pelatihan, serta diantaranya dapat menyiapkan penyiapan bahan bahan kajian monitoring, evaluasi dilakukan dengan penambahan seksi kebutuhan dan penyusunan maupun penugasan pemberdayaan laporan pelatihan seksi secara relevan. dan perangkat desa. pengembangan (2) Seksi Perangkat kelembagaan Kelurahan pemerintahan mempunyai tugas desa, yang menyiapkan bahan menjakup analisis kebutuhan pemerintah pelatihan, desa (cq. Kepala pengembangan Desa dan kurikulum, modul, perangkatnya) metode dan teknik dan Badan pelatihan, serta Permusyawarat penyiapan bahan an Desa (atau monitoring, evaluasi lembaga dan penyusunan permusyawarat laporan pelatihan an desa yang perangkat sepadan kelurahan. dengannya); pengembangan konsep, strategi, model, pendekatan, Rumusan Ayat Analisis
PT. CAKRABUANA CONSULTANT |Halaman - 16
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat
Analisis
Relevansi terhadap Revitalisasi metode dan teknik pemberdayaan pemerintahan desa; penyiapan pedoman umum dan panduan teknis sebagai acuan pemberian konsultansi dan supervisi bagi tenaga pendamping teknis (yakni petugas fungsional pendampingan teknis) pemberdayaan pemerintahan desa; penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan perkembangan kegiatan pemberdayaan pemerintahan desa. (2) Seksi (pemberdayaan atau peningkatan kapasitas) Perangkat Desa dengan tugas menyiapkan bahan kajian kebutuhan
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat
Analisis
Relevansi terhadap Revitalisasi pemberdayaan perangkat desa; pengembangan konsep, strategi, model, pendekatan, metode, dan teknik pemberdayaan perangkat desa; penyiapan pedoman umumdan panduan teknis sebagai acuan, pemberian konsultansi dan supervisi kegiatan pelatihan atau peningkatan kapasitas atau pemberdayaan perangkat desa; penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan pelatihan atau peningkatan kapasitas atau pemberdayaan perangkat desa. (3) Seksi (pemberdayaan atau peningkatan kapasitas) Aparatur Kelurahan
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat
Analisis
Relevansi terhadap Revitalisasi dengan tugas menyiapkan bahan kajian kebutuhan pemberdayaan aparatur kelurahan; pengembangan konsep, strategi, model, pendekatan, metode, dan teknik pemberdayaan aparatur kelurahan; penyiapan pedoman umumdan panduan teknis sebagai acuan, pemberian konsultansi dan supervisi kegiatan pelatihan atau peningkatan kapasitas atau pemberdayaan aparatur kelurahan; penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan pelatihan atau peningkatan kapasitas atau pemberdayaan aparatur
Jenis Regulasi
Rumusan Ayat Pasal 14 Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan mempunyai tugas menyelenggarakan pelatihan di bidang pemberdayaan Iembaga kemasyarakatan desa dan kelurahan, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan pelaksanaan pelatihan.
Analisis Sebagaimana telah disebut dalam catatan analitik dan relevansi revitalisasi diatas, pembidangan ini sepantasnya diperluas cakupannya sebagai Bidang Pemberdayaan Masyarakat yang mencakupi masyarakat desa dan kelurahan. Pemberdayaan lembaga kemasyarakatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses kerja pemberdayaan masyarakat. Dalam kerangka ini pemberdayaan masyarakat dibawa dan diarahkan yang secara teknis dan substantif dapat lebih terukur, yaknin pemberdayaan: sosialekonomi, sosialbudaya, sosial-politik, serta lingkungan permukiman dan kesehatan. Dengan tugas sebagaimana masukan dalam catatan analitik dan relevansi di atas, penyelenggaraan fungsinya pun terkait dengan pokok-pokok yang relevan.
Relevansi terhadap Revitalisasi kelurahan. Bidang Pemberdayaan Masyarakat mengemban tugas menyelenggarakan sistem dukungan bagi peningkatan kapasitas dan pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi, politik, budaya, lingkungan, permukiman, kesehatan dan kemasyarakatan; konsultansi dan supervisi pelaksanaan teknis pemberdayaan, monitoring dan evaluasi; kajian untuk pengembangan muatan, modul, strategi, pendekatan, metode dan teknik pemberdayaan dan/atau penguatan/peningkat an kapasitas.
Pasal 15 Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, mempunyai fungsi:
Penyelenggaraan fungsi terkait, adalah: a. Kaji kebutuhan pemberdayaan masyarakat. b. Kaji kebutuhan pemberdayaan
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat a. analisis kebutuhan pelatihan pemberdayaan Iembaga kemasyarakatan; b. pengembangan kurikulum, modul, metode dan teknik pelatihan pemberdayaan Iembaga kemasyarakatan; c. pelaksanaan pelatihan pemberdayaan Iembaga kemasyarakatan di bidang kelembagaan dan sosial budaya; d. pelaksanaan pelatihan pemberdayaan Iembaga kemasyarakatan di bidang usaha ekonomi masyarakat; dan e. monitoring dan evaluasi serta penyusunan laporan pelatihan.
Analisis
Relevansi terhadap Revitalisasi kelembagaan masyarakat; c. Pengembangan konsep, strategi, model, pendekatan, metode, dan teknik pemberdayaan masyarakat. d. Pengembangan konsep, strategi, model, pendekatan, metode, dan teknik pemberdayaan kelembagaan masyarakat; e. Pengembangan konsep, strategi, model, pendekatan, metode, dan teknik pelatihan Tenaga Pendamping Masyarakat dan Kader Masyarakat; f. Penyediaan Master Trainer dan Pelatihan Tenaga Pendamping Masyarakat. g. Pemberian konsultansi dan supervisi h. Monitoring, evaluasi dan
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat
PASAL 16 (SEKSI-SEKSI) DAN Pasal 17 (TUGAS) (1) Seksi Kelembagaan dan Sosial Budaya mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan analisis kebutuhan pelatihan, pengembangan kurikulum, modul, metode dan teknik pelatihan, penyiapan bahan pelatihan pemberdayaan lembaga kemasyarakatan dibidang kelembagaan dan sosial budaya serta monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan. (2) Seksi Pengembangan Ekonomi Masyarakat mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan analisis kebutuhan pelatihan, pengembangan kurikulum, modul, metode dan teknik pelatihan, penyiapan bahan pelatihan pemberdayaan lembaga kemasyarakatan
Relevansi terhadap Revitalisasi penyusunan laporan. Berkaitan dengan Seksi-seksi tugas dan fungsi disarankan untuk subbidang dilakukan sebagaimana diuraikan penyesuaian, sebagai dalam catatan analitik berikut: dan relevansi 1) Seksi revitalisasi, seksi-seksi Pemberdayaan dan penugasannya Ekonomi perlu dilakukan Masyarakat penyesuaian. dengan tugas Penyesuaian menyiapkan diantaranya dapat bahan kajian dilakukan dengan kebutuhan penambahan seksi pemberdayaan maupun penugasan dan seksi secara relevan. pengembangan ekonomi masyarakat, yang mencakup bidang manajemen dan pengembangan usaha, peningkatan kualitas dan kapasitas produksi, jejaring dan kerjasama usaha, promosi dan akses pemasaran; pengembangan konsep, strategi, model, pendekatan, metode dan teknik pemberdayaan ekonomi masyarakat; Analisis
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat dibidang pengembangan ekonomi masyarakat serta monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan.
Analisis
Relevansi terhadap Revitalisasi penyiapan pedoman umum dan panduan teknis sebagai acuan pemberian konsultansi dan supervisi kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat; penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan perkembangan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat. 2) Seksi Pemberdayaan Sosial-Budaya dan Lingkungan dengan tugas menyiapkan bahan kajian kebutuhan pemberdayaan masyarakat dibidang sosialbudaya dan lingkungan yang mencakup pengembangan kearifan masyarakat setempat, pendidikan anak dan keluarga, pelestarian alam
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat
Analisis
Relevansi terhadap Revitalisasi dan lingkungan, dan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan; pengembangan konsep, strategi, model, pendekatan, metode, dan teknik pemberdayaan perangkat masyarakat dibidang sosialbudaya dan lingkungan; penyiapan pedoman umum dan panduan teknis sebagai acuan, pemberian konsultansi dan supervisi kegiatan pemberdayaan sosial-ekonomi dan lingkungan; penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan pemberdayaan sosial-ekonomi dan lingkungan. 3) Seksi Pemberdayaan Politik dan Kelembagaan
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat
Analisis
Relevansi terhadap Revitalisasi Masyarakat dengan tugas menyiapkan bahan kajian kebutuhan pemberdayaan politik (didalamnya mencakupi kesadaran akan kewargaan, pemahaman dan kemampuan untuk menyampaikan pandangan, gagasan dan usulan secara konstruktutif, partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, pemantauan dan pengawasan pembangunan) dan kelembagaan masyarakat (tata-kelola kehidupan bersama masyarakat); pengembangan konsep, strategi, model, pendekatan, metode, dan teknik pemberdayaan politik dan kelembagaan
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat
Analisis
Relevansi terhadap Revitalisasi masyarakat; penyiapan pedoman umum dan panduan teknis sebagai acuan, pemberian konsultansi dan supervisi kegiatan pemberdayaan politik dan kelembagaan masyarakat; penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan terkait. 4) Seksi Pemberdayaan Permukiman dan Kesehatan Masyarakat dengan tugas menyiapkan bahan kajian kebutuhan pemberdayaan dalam pengelolaan permukiman dan kesehatan masyaraka; pengembangan konsep, strategi, model, pendekatan, metode, dan teknik pemberdayaan
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat
Analisis
Relevansi terhadap Revitalisasi pengelolaan permukiman dan kesehatan masyarakat; penyiapan pedoman umum dan panduan teknis sebagai acuan, pemberian konsultansi dan supervisi kegiatan pemberdayaan pengelolaan permukiman dan kesehatan masyarakat; penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan terkait. (1) Kelompok Tenaga Fungsional bidang pemberdayaan kelembagaan pemerintahan Desa, pemberdayaan perangkat Desa dan peningkatan kapasitas aparatur kelurahan; (2) Kelompok Tenaga Fungsional
Pasal 18 Kelompok Tenaga Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pasal 19 (1) Kelompok Tenaga Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 sesuai dengan bidang keahliannya.
Tenaga fungsional disesuaikan dengan kebutuhan operasional penyelenggaraan sistem dukungan terhadap pemberdayaan masyarakat dan desa yang substansi teknis penyelenggaraannya didesentralisasikan.
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat (2) Masing-masing kelompok tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional senior. (3) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. (4) Jenis dan jenjang tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur berdasarkan peraturan perundangundangan.
Analisis
Relevansi terhadap Revitalisasi bidang pemberdayaan masyarakat di subbidang pemberdayaan ekonomi masyarakat, pemberdayaan sosial-budaya dan lingkungan, pemberdayaan politik dan kelembagaan masyarakat serta subbidang permukiman dan kesehatan masyarakat. (3) Kelompok Tenaga Fungsional Kepelatihan dan Master Trainer. (4) Kelompok Tenaga Fungsional Riset, Monitoring dan Evaluasi. (5) Prinsip-prinsip partisipatoris dan keberagaman (multikulturalis me) masyarakat dan desa menjadi pegangan utama.
Pokok-Pokok Pengaturan Permendagri No. 19 BAB II Tahun 2007 PENYELENGGARAtentang Pelatihan AN PELATIHAN PMD Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan Jenis Regulasi
Relevansi terhadap Revitalisasi 1. Belum mencakup 1. Penerapan Pasal 4 pelatihan berbasis berbagai pola Bentuk pelatihan: jaringan internet: pelatihan 1. Pelatihan di dalam e-Learning dimaksud akan kelas Web Based mendorong 2. Pelatihan di luar kelas Training peningkatan mutu di tempat kerja 2. Pelatihan PMD yang proses dan 3. Studi banding dilakukan selama ini capaian pelatihan 4. Pemagangan cenderung PMD 5. Pengembangan menerapkan pola 2. Perlu dorongan laboratorium lapang pelatihan di dalam dan fasilitasi 6. Pelatihan PMD kelas. untuk keliling, dan mengondisikan 7. Pelatihan jarak jauh penerapan pola Rumusan Ayat Analisis
non In Class
Pasal 5 Ayat 1 Pelaksana pelatihan PMD: 1. Departemen Dalam Negeri 2. Pemerintah Propinsi 3. Pemerintah Kabupaten/Kota 4. Kelompok layanan pelatihan PMD non pemerintah yang terakreditasi
Akreditasi dimaksud hendaknya tidak menjadi instrumen untuk mendominasi penyelenggaraan pelatihan PMD. Akreditasi dapat dipersyaratkan bagi lembaga yang akan melaksanakan pelatihan PMD yang didanai dari APBN dan APBD.
Ayat 2 Penyelenggaraan pelatihan sebagaimana dimaksud dilaksanakan sesuai dengan kewenangan dan
1. Akreditasi lembaga layanan pelatihan PMD menjadi salah satu aspek untuk menjamin mutu proses dan capaian/hasil pelatihan PMD. 2. Sosialisasi dan penerapan syarat akreditasi bagi lembaga/pihak ketiga yang menlaksanakan pelatihan PMD yang didanai dari APBN dan APBD perlu ditingkatkan. Menghindari terjadinya duplikasi dan tumpang tindih kegiatan pelatihan yang diselenggarakan
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat susunan pemerintahan Pasal 6 Pengendalian mutu pelatihan PMD melalui: 1. Standarisasi pelatihan 2. Akreditasi 3. Sertifikasi 4. Evaluasi pelatihan
Bagian Kesatu Pasal 7 Standar pelatihan PMD meliputi: 1. Standar isi 2. Standar proses 3. Standar kelulusan peserta pelatihan 4. Standar pelatih/fasilitator dan tenaga pelatihan 5. Standar sarana prasarana 6. Standar pengelolaan 7. Standar pembiayaan, dan 8. Standar penilaian pelatihan
Relevansi terhadap Revitalisasi Pusat, Propinsi, dan kabupaten/Kota Standarisasi pelatihan, 1. Empat aspek akreditasi lembaga dimaksud layanan, sertifikasi menentukan pelatih dan tenaga secara langsung pelatihan, dan evaluasi mutu pelatihan proses, capaian PMD. belajar, 2. Perlu dorongan penyelenggaraan, dan kuat untuk dampak pelatihan PMD menerapkan merupakan aspekkebijakan aspek pokok yang dimaksud. menentukan kinerja 3. Koordinasi dan pelatihan PMD kerjasama antar unit dan/atau program di bawah Ditjen PMD untuk menerapkan kebijakan dimaksud perlu segera dilakukan. 1. Standar isi menjadi Standarisasi aspekitem yang krusial, aspek pokok proses khususnya dan pengelolaan menyangkut isu pelatihan secara dan perspektif langsung akan tentang menentukan mutu pemberdayaan pelatihan PMD (masyarakat dan desa) dan pembangunan. 2. Standar pelatihan ini hendaknya diberlakukan bagi pelatihan PMD yang didanai dari APBN atau APBD yang dilaksanakan oleh pemerintah dan/atau lembaga Analisis
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat
Analisis
Bagian Kedua Paragraf 1 Pasal 9 Ayat 1 Standar isi memuat lingkup materi yang terdiri dari: 1. Rumpun pelatihan 2. Kerangka dasar dan struktur kurikulum 3. Beban belajar 4. Kurikulum tingkat satuan kerja pelatihan PMD 5. Kalender pelatihan PMD Pasal 9 ayat 2 Lingkup materi berbasis kompetensi dan/atau komunitas Pasal 9 ayat 3 Lingkup materi terkait dengan tingkat kompetensi dan/atau komunitas menurut jenjang, non jenjang, dan jenis pelatihan PMD Paragraf 2 Pasal 10 Rumpun Pelatihan: 1. Pemerintahan desa dan kelurahan 2. Kelembagaan dan pengembangan partisipasi masyarakat 3. Pengembangan adat
layanan pelatihan yang telah terakreditasi 1. Penetapan rumpun Pengendalian mutu dan bidang pelatihan PMD dapat pelatihan lebih terarah. memberikan arah dan acuan yg jelas bagi pelatihan PMD. 2. Jenis-jenis pelatihan sesuai bidang dan rumpun pelatihan PMD dimaksud hendaknya dapat disusun dan dikembangkan oleh semua pihak yang berkompeten. Pemilahan yang jelas antara pelatihan berbasis kompetensi dan berbasis komunitas Pemilahan pelatihan berdasarkan jenjang dan non jenjang, serta jenis pelatihan PMD
1. Tujuh rumpun yang menaungi bidang dan jenis pelatihan PMD. 2. Lima rumpun pertama merefleksikan keberadaan dan Tupoksi lima direktorat di dalam
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat dan kehidupan sosial budaya masyarakat 4. Usaha ekonomi masyarakat 5. Pengelolaan sumberdaya alam, prasaranan dan sarana perdesaan, dan teknologi tepat guna 6. Pelayanan dasar dan 7. Pelayanan unggulan Pasal 11 Bidang pelatihan sesuai rumpun pelatihan Paragraf 3 Kerangka Dasar dan struktur Kurikulum Pasal 13 Ayat 1 Basis: 1. Kompetensi 2. Komunitas Ayat 2 Basis kompetensi meliputi: 1. Kelompok standar kompetensi umum 2. Kelompok standar kompetensi inti 3. Kelompok standar kompotensi khusus Ayat 3 Basis komunitas meliputi: 1. Mata latihan dasar 2. Mata latihan inti 3. Mate latihan penunjang Ayat 4 Kurikulum dari setiap jenis pelatihan
Analisis Ditjen PMD. 3. Pelatihan PMD juga memberikan ruang terbuka bagi pengembangan pelatihan yang berorientasi meningkatkan kinerja pelayanan
1. Pelatihan PMD dipilah berdasarkan basis kompetensi dan komunitas 2. Pelatihan dilaksanakan secara bertahapberjenjang
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat ditetapkan dengan Keputusan Menteri dalam Negeri, Gubernur, Bupati/Walikota 1. Pasal 14 Pengkajian kurikulum oleh Komite Standar Pelatihan Pusat, Propinsi, kabupaten/Kota Bagian Ketiga Standar Proses 2. Pelatihan PMD Pasal 19 Ayat 2 Standar proses meliputi: 1. Perencanaan proses pelatihan 2. Pelaksanaan proses pelatihan 3. Penilaian hasil pelatihan 4. Pelaporan proses hasil pelatihan 5. Pengawasan hasil pelatihan Ayat 3 Proses pelatihan PMD dilakukan secara: 1. Interaktif 2. Inspiratif 3. Menarik 4. Menantang 5. Memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, kemandirian, sesuai bakat, minat, perkembanganfisik dan psikologis peserta
Analisis
Aspek-aspek pokok untuk memastikan pengelolaan pelatihan secara terencana dan sistematis. Standar proses ini juga untuk memastikan proses pelatihan berjalan efektif sesuai kaidah pembelajaran partisiaptif.
Sebagai acuan dan patokan untuk menjamin dan meningkatkan mutu pelatihan PMD
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat Pasal 21 Pelaksanaan proses pelatihan meliputi: 1. Kapasitas peserta pelatihan per kelas 2. Rasio pelatih/ fasilitator dengan jumlah peserta 3. Beban melatih per fasilitator/pelatih 1. Bagian Kelima Standar Pelatih/Faslitator dan tenaga pelatihan Paragraf 1 Standar Pelatih/Fasilitator Pasal 27 Ayat 1 Unsur pelatih/fasilitator: 1. Pemerintah 2. Non Pemerintah Ayat 2 2. Persyaratan sebagai pelatih: 1. PNS, Kualifikasi akademik, memiliki sertifikaat pelatihan pelatih (Unsur Pemerintah) 2. Kualifikasi akademik, memiliki sertifikat pelatihan pelatih (Unsur Non Pemerintah) Pasal 28 Penjenjangan pelatih dari unsur pemerintah: 1. Pelatih Muda 2. Pelatih Madya 3. Pelatih Utama
Analisis
Relevansi terhadap Revitalisasi Sebagai syarat dan kondisi untuk menjamin dan meningkatkan mutu pelatihan PMD
Standar kemampuan (penguasaan materi dan metodologi) para pelatih diperlukan, agar tidak terjadi bias dalam penyampaian materi maupun kesenjangan kemampuan antar pelatih. Penjenjangan pelatih merupakan konsekuensi dari penjenjangan pelatihan maupun tingkat kemampuan dan kualifikasi pelatih
Sebagai syarat dan kondisi untuk menjamin dan meningkatkan mutu pelatihan PMD
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat Pasal 29 Persyaratan pelatih/Fasilitator dari unsur non pemerintah: 1. Kualifikasi akademik paling rendah SLTA atau sederajat 2. Sertifikasi kompetensi teknis tertentu dan/atau kompetensi 3. metodologi pelatihan yang relevan dengan pelatihan PMD tertentu 4. Memiliki sertifikat pelatih/fasilitator dibidangnya Pasal 30 Sertifikat pelatih/fasilitator yang dikeluarkan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan pemerintah atau swasta dilakukan penyetaraan oleh Komite Standar Pelatihan PMD Bagian Keenam Standar Sarana dan Prasarana Pasal 33 Ayat 1 Penyelenggara pelatihan PMD pemerintah dan non pemerintah wajib memiliki sarana dan prasarana pelatihan Ayat 2 Sarana pelatihan meliputi: alat dan bahan pelatihan, median, buku,
Analisis
Sosialisasi dan efektifitas pelaksanaan wewenang dan tugas KSP dalam hal sertifikasi dimaksud perlu ditingkatkan. Standar ini cukup berat, khususnya bagi penyelenggara pelatihan non pemerintah. Standar ini hendaknya diterapkan untuk penyelenggara non pemerintah yang telah terakreditasi Kondisi/kelayakan sarana prasarana pelatihan memang Pemerintah dan Pemerintah daerah (Propinsi dan Kabupaten) dapat didorong untuk menyediakan sarana prasarana dimaksud. Dapat pula memanfaatkan dan/atau bekerjasama dengan lembaga lokal yang memiliki sarana prasarana dimaksud.
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat dan sumber belajar/modul Ayat 3 Prasarana meliputi: kantor, ruang pelatih/fasilitator, ruang teori dan ruang praktek, tempat beribadah, ruang toilet, dan tempat olah raga Pasal 34 Ayat 2 Satuan kerja pelatihan PMD dapat menggunakan mobil/perahu pelatihan PMD keliling (Mobile Training PMD Unit) untuk memfasilitasi keterjangkauan peserta pada daerah tertentu
Analisis menjadi faktor penting yang memengaruhi mutu pelatihan. Pokok persoalannya adalah ketersediaan sarana prasarana dimaksud, bukan kepemilikan atas sarana prasarana.
BAB IV AKREDITASI
Pasal 40 Ayat 1 Satuan Kerja pelatihan PMD diakreditasi berdasarkan instrument dan kriteria pelatihan PMD Ayat 2 Akreditasi dimaksud untuk menentukan kelayakan dan akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan pelatihan PMD Ayat 3 Akreditasi dilakukan oleh KSP secara objektif, adil, transparan, dan komprehensif
Akreditasi sebagai kebijakan untuk memastikan kemampuan, kompetensi, dan daya dukung yang dimiliki lembaga penyelenggara atau pemberi layanan pelatihan PMD. Kebijakan ini dapat diterima, dan lembaga penyelenggara yang akan melaksanakan pelatihan PMD yang didanai dari APBN atau APBD memang selayaknya diakreditasi.
Lembaga penyelenggara pelatihan PMD yang telah terakreditasi menjadi salah satu faktor penentu penjaminan dan peningkatan mutu pelatihan PMD
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat Pasal 41 Akreditasi Satuan Kerja pelatihan PMD Pusat, Propinsi, dan Kabupaten dilakukan oleh Divisi Akreditasi KSP Pusat, Propinsi, dan Kabupaten
Analisis
BAB V SERTIFIKASI
Bagian Kesatu Peserta Pelatihan Pasal 42 Ayat 1 Sertifikat diberikan kepada peserta pelatihan yang telah memenuhi kualifikasi minimum yang dipersyaratkan Ayat 2 Sertfikat dimaksud terdiri atas: 1. Sertifikat peserta pelatihan berbasis komunitas 2. Sertifikat peserta pelatihan berbasis kompetensi Ayat 3 Sertifikat peserta pelatihan berbasis komunitas berbentuk: 1. Surat Keterangan Mengikuti Pelatihan (SKMP) dan/atau 2. Sertifikat Pelatihan Berbasis masyarakat (SPBM) Ayat 4 Sertifikat peserta pelatihan berbasis kompetensi berbentuk Sertifikat Pelatihan
Pemberian sertifikat kepada peserta sesuai jenis pelatihan dapat dipandang sebagai bukti atas kemampuan dan capaian seorang peserta sekaligus sebagai bentuk apresiasi dan pengakuan.
Sertifikat menjadi salah satu alat bukti yang dapat menunjukkan mutu pelatihan PMD
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat Berbasis Kompetensi (SPBK) Pasal 43 SKMP, SPBM, SPBK diterbitkan oleh Satuan Kerja peklatihan PMD Pasal 44 Peserta yang telah lulus pelatihan PMD dapat mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat kompetensi Tenaga Kerja di bidangnya yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi profesi yang berlisensi Badan nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) Bagian Kedua Pelatih/Fasilitator Pasal 45 Ayat 1 Pelatih/Fasilitator pelatihan PMD wajib memiliki sertifikat sebagai pelatih/Fasilitator pelatihan PMD Ayat 3 Sertifikasi pelatih/fasilitator diselenggarakan oleh Divisi Sertifikasi Pelatih/Fasilitator pada KSP PMD
Analisis
Sertifikasi pelatih merupakan kebijakan dan instrument untuk menjamin kemampuan, kompetensi seorang pelatih, serta menunjukka tingkat/level keahliannya sebagai pelatih.
Menjadi faktor penting untuk menjamin dan meningkatkan mutu pelatihan PMD
Jenis Regulasi
Rumusan Ayat Pasal 47 Ayat 1 KSP dibentuk dalam rangka pengembangan, pemantauan, dan pelaporan pencapaian standar pelatihan, akreditasi, sertifikasi, dan evaluasi Ayat 2 KSP terdiri atas 1. KSP Pusat 2. KSP Propinsi 3. KSP Kabupaten/Kota Pasal 48 Ayat 1 KSP Pusat terdiri atas: 1. Divisi Pelatihan 2. Divisi akreditasi 3. Divisi Sertifikasi 4. Divisi Evaluasi Ayat 2 KSP Propinsi terdiri atas: 1. Divisi Pelatihan dan akreditasi 2. Divisi Sertifikasi 3. Divisi Evaluasi Ayat 3 KSP Kabupaten/Kota terdiri atas: Divisi Pelatihan dan akreditasi Divisi sertifikasi dan Evaluasi Pasal 50 KSP mempunyai tugas dan wewenang: 1. Mengembangkan standar pelatihan 2. Menyelenggarakan akreditasi Satuan
Analisis Merupakan lembaga yang sangat otoritatif dalam tata kelola pelatihan PMD KSP berwenang dan mengemban tugas atas semua aspek penyelenggaraan pelatihan PMD. Semua intrumen dan kebiajakan untuk menjamin dan meningkatkan mutu pelatihan menjadi bidang garap utama KSP.
Relevansi terhadap Revitalisasi Kinerja dan mutu pelatihan PMD menjadi fokus kewenangan, tugas, dan tanggungjawab KSP
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat Kerja pelatihan PMD 3. Menyelenggarakan sertifikasi pelatihan melalui penilaian lulusan pelatihan 4. Menyelenggarakan sertifikasi kompetensi melalui uji kompentensi oleh lembaga sertifikasi profesi (LSP) berlisensi BNSP 5. Merumuskan kriteria lulusan dari Satuan Kerja pengelola pelatihan PMD 6. Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan pelatihan PMD 7. Memberikan rekomendasi penjamin dan pengendalian mutu pelatihan PMD Pasal 51 Ayat 1 KSP Pusat bearanggotakan berjumlah gasal, paling sedikit 11 orang dan paling banyak 15 orang Ayat 2 Aggota KSP Pusat terdiri atas 1. Pakar dan praktisi dari unsur pemerintah 55% 2. Pakar dan praktisi dari unsur non pemerintah 45%
Analisis
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat Pasal 52 Ayat 1 KSP Propinsi berjumlah gasal, paling sedikit 7 orang dan paling banyak 11 orang Ayat 2 Anggota KSP Propinsi terdiri atas 1. Pakar danpraktisi dari unsur pemerintah 55% 2. Pakar dan praktisi dari unsur non pemerintah 45% Pasal 53 Ayat 1 KSP Kabupaten/Kota berjumlah gasal, paling sedikit 5 orang dan paling banyak 9 orang Ayat 2 Anggota KSP Kabupaten/Kota terdiri atas 1. Pakar danpraktisi dari unsur pemerintah 55% 2. Pakar dan praktisi dari unsur non pemerintah 45% Pasal 54 Masa bakti keanggotaan KSP 5 tahun dan dapat diperpanjang untuk satu kali masa bakti berikutnya setelah dilakukan evaluasi
Analisis
Jenis Regulasi
Rumusan Ayat Pasal 57 Ayat 1 Evaluasi kinerja pelatihan PMD Pusat dilakukant terhadap materi, antara lain: 1. Tingkat relevansi pelatihan PMD terhadap visi, misi, tujuan, dan paradigm pemberdayaan masyarakat dan desa 2. Tingkat relevansi jenis pelatihan PMD terhadap kebutuhan masyarakat akan sumberdaya manusia yang bermutu dan kompetitif 3. Tingkat pencapaian standar nasional pelatihan PMD oleh Satuan Kerja pelatihan PMD dan jenis pelatihan PMD 4. Tingkat efisiensi dan produktivitas Satuan Keja pelatihan PMD dan jenis pelatihan PMD 5. Tinfkat daya saing Satuan Kerja PMD dan jenis pelatihan PMD antar kabupaten/kota, antar propinsi, dan nasional Ayat 2 Evaluasi dilakukan oleh KSP
Analisis Evaluasi terhadap pengelolaan, proses, capaian, dan dampak pelatihan PMD menjadi menjadi isu krusial. Sejauh ini evaluasi terhadap efektifitas pengelolaan dan dampak pelatihan PMD dirasa masih lemah/kurang
Relevansi terhadap Revitalisasi Evaluasi merupakan aktifitas yang akan menunjukkan seberapa tinggirendah mutu pelatihan PMD.
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat Ayat 3 Evaluasi dilakukan paling sedikit setahun sekali dan/atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan
Analisis
Pasal 63 Pembinaan Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud meliputi: 1. Pemberian pedoman teknis pelaksanaan pelatihan PMD 2. Pemberian bantuan keuangan 3. Pelatihan PMD, pelatihan atau orientasi bagi aparatur pemerintah kabupaten/kota Pembina Pelatihan PMD 4. Pengendalian pelatihan PMD dalam rangka penjaminan mutu skala kabupaten/kota 5. Penghargaan atas prestasi yang telah dilakukan oleh Satuan Kerja penyelenggara pelatihan PMD, pelatih/fasilitator, dan alumni peserta pelatihan skala kabupaten/kota
PT. CAKRABUANA CONSULTANT |Halaman - 43
Jenis Regulasi
Rumusan Ayat Pasal 65 Ayat 1-3 Pendanaan pelaksanaan dan standar pelatihan PMD dibebankan pada: 1. APBN, 2. APBD Propinsi, dan APBD Kabupatrn/kota serta 3. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat. Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 669, menyelenggarakan fungsi: d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemberdayaan masyarakat dan desa
Analisis
Permendagri No. 41 Pasal 670 huruf d Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri
Ditjen PMD perlu merancang rencana pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemberdayaan masyarakat dan desa
Bahwa kualitas pelatihan masyarakat dan pemerintah desa/kelurahan harus secara kontinue diberikan bimbingan teknis, selanjutnya evaluasi atas pemberdayaan masyarakat dan desa menjadi hal yang harus dilakukan untuk mendapatkan
feed back
Pasal 692 huruf e Direktorat Pemerintahan Desa dan Kelurahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 691, menyelenggarakan fungsi: e. perumusan kebijakan fasilitasi pelaksanaan pengembangan kapasitas desa dan kelurahan Pasal ini merupakan turunan dari fungsi Ditjen PMD yang akan dilaksanakan oleh Direktorat Pemerintahan Desa dan Kelurahan melalui perumusan kebijakan fasilitasi pelaksanaan pengembangan kapasitas desa dan kelurahan
Kebijakan fasilitasi pelaksanaan pengembangan kapasitas desa dan kelurahan akan menjadi dasar bagi Pemda provinsi dan kabupaten/kota dlm perencanaan dan penganggaran terkait pengembangan kapasitas desa dan kelurahan
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan Bagian Kelima Direktorat Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat Pasal 715
Rumusan Ayat Direktorat Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 671 huruf c, mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di bidang pengembangan kelembagaan dan pelatihan masyarakat Direktorat Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 715, menyelenggarakan fungsi: e. penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan pelatihan masyarakat Subdirektorat Pelatihan Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 717 huruf e, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan pelatihan masyarakat.
Analisis Pasal ini merupakan turunan dari fungsi Ditjen PMD yang akan dilaksanakan oleh Direktorat Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat dalam pengembangan kelembagaan dan pelatihan masyarakat
Relevansi terhadap Revitalisasi Bahwa kualitas pelatihan masyarakat dan pemerintah desa/ kelurahan harus terus dilakukan upaya pengembangan pada aspek kelembagaan dan aspek pelatihan masyarakat
Pasal ini merupakan turunan dari fungsi Ditjen PMD yang akan dilaksanakan oleh Direktorat Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat melalui perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan pelatihan masyarakat
Kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan pelatihan masyarakat akan menjadi dasar bagi Pemda provinsi dan kabupaten/ kota dalam perencanaan dan penganggaran terkait pelatihan masyarakat
Pasal 734
Pasal ini merupakan turunan dari fungsi Direktorat Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat yang akan dilaksanakan oleh Subdirektorat Pelatihan Masyarakat dalam penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan pelatihan masyarakat.
Kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan pelatihan masyarakat akan menjadi dasar kebijakan teknis bagi Pemda provinsi dan kabupaten/ kota dalam perencanaan dan penganggaran terkait fasilitasi pelaksanaan pelatihan masyarakat.
Jenis Regulasi
Rumusan Ayat Subdirektorat Pelatihan Masyarakat dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 734, menyelenggarakan fungsi: (1). penyiapan bahan perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan penyusunan dan pengembangan kurikulum pelatihan masyarakat; dan (2). penyiapan bahan perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan penyelenggaraan dan evaluasi pelatihan masyarakat. (1). Seksi Pengembangan Kurikulum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 736 huruf a, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan penyusunan dan pengembangan
Relevansi terhadap Revitalisasi Pasal ini merupakan kebijakan dan turunan dari fungsi fasilitasi pelaksanaan Direktorat penyusunan dan Kelembagaan dan pengembangan Pelatihan Masyarakat kurikulum pelatihan yang akan dilaksanakan masyarakat, oleh Subdirektorat penyelenggaraan dan Pelatihan Masyarakat evaluasi pelatihan melalui perumusan masyarakat akan kebijakan dan fasilitasi menjadi dasar bagi pelaksanaan Pemda provinsi dan penyusunan dan kabupaten/ kota pengembangan dalam perencanaan kurikulum pelatihan dan penganggaran masyarakat, penyelenggaraan dan evaluasi pelatihan masyarakat Analisis
Pasal 737
Pasal ini merupakan turunan dari fungsi Subdirektorat Pelatihan Masyarakat yang akan dilaksanakan oleh: (1) Seksi Pengembangan Kurikulum dalam perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan penyusunan dan pengembangan
Kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan penyusunan dan pengembangan kurikulum pelatihan masyarakat dan penyelenggaraan dan evaluasi pelatihan masyarakat. Sehingga akan menjadi dasar kebijakan teknis bagi Pemda provinsi dan kabupaten/ kota dalam perencanaan
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat kurikulum pelatihan masyarakat. (2). Seksi Penyelenggaraan dan Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 736 huruf b, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan penyelenggaraan dan evaluasi pelatihan masyarakat.
Relevansi terhadap Revitalisasi kurikulum pelatihan dan penganggaran. masyarakat. (2) Seksi Penyelenggaraan dan Evaluasi dalam penyiapan bahan perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan penyelenggaraan dan evaluasi pelatihan masyarakat. Analisis
III.
PELAKSANAAN
3.1. Penelaahan Regulasi
Jenis dan bentuk regulasi sebagai dimaksud di atas, ditelaah dengan menggunakan instrument penelaahan. Hasil penelaahan sebagaimana lampiran 1-5.
IV.
HASIL PENGKAJIAN
4.1. Pokok-Pokok Pengaturan
Penyelenggaraan dan revitalisasi peningkatan mutu pelatihan PMD, dalam perspektif kajian ini, dipandang sebagai hasil dan akibat dari pelaksanaan regulasi terkait secara konsisten.Karena regulasi dimaksud, mengatur dan memastikan hal-hal penting berkenaan dengan dan yang menentukan kinerja pelatihan PMD.Tabel di bawah menyajikan informasi tentang pokok-pokok pengaturan yang tercantum di dalam regulasi yang dikaji. Aspek Kewenangan dan PP No. 38 Fungsi Regulasi Pokok-Pokok Pengaturan Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, termasuk di dalamnya mengenai pelatihan/pengembangankapasitas, merupakan kewenangan yang sudah dibagi antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah. Bab II Pasal 2: Ayat (3): Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar Tingkatan dan/atau susunan pemerintahan sebagaimana Dimaksud pada ayat (1) adalah semua urusan pemerintahan di luar urusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Ayat (4) : Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas 31 (tiga puluh satu) bidang urusan Pemerintahan meliputi: .u. Pemberdayaan masyarakat dan desa
PT. CAKRABUANA CONSULTANT |Halaman - 48
Aspek
Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan Pembiayaan pelatihan/pengembangan kapasitas Bab II Pasal 3: Urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah Disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian. Bagian Ketiga Perumpunan Urusan Pemerintahan Pasal 22 Ayat (5) huruf h Perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk badan, kantor, inspektorat, dan rumah sakit, terdiri dari: Bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintah desa FUNGSI BALAI BESAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA di MALANG PASAL 3: Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan pelatihan di bidang pemberdayaan aparatur desa/kelurahan; b. pelaksanaan pelatihan di bidang pemberdayaan lembaga masyarakat desa/kelurahan; dan c. pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, administrasi umum, perpustakaan, perlengkapan dan rumah tangga. Bagian Tata Usaha PASAL 7: (FUNGSI) a. penyusunan program dan anggaran serta pelaksanaan monitoring dan evaluasi; b. pengelolaan urusan keuangan, urusan perlengkapan, rumah tangga dan perpustakaan; dan c. pengelolaan surat menyurat dan urusan kepegawaian. Bagian Kedua Bidang Pemberdayaan Aparatur Pasal 11 Bidang Pemberdayaan Aparatur dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10,
PT. CAKRABUANA CONSULTANT |Halaman - 49
PP No. 41/2010
Aspek
Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan menyelenggarakan fungsi: a. analisis kebutuhan pelatihan perangkat desa; b. analisis kebutuhan pelatihan perangkat kelurahan; c. pengembangan kurikulum, modul, metode dan teknik pelatihan pemberdayaan aparatur; d. pelaksanaan pelatihan pemberdayaan aparatur; dan e. monitoring dan evaluasi serta penyusunan laporan pelatihan. Bagian Ketiga Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan Pasal 15 (FUNGSI) Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, mempunyai fungsi: a. analisis kebutuhan pelatihan pemberdayaan Iembaga kemasyarakatan; b. pengembangan kurikulum, modul, metode dan teknik pelatihan pemberdayaan Iembaga kemasyarakatan; c. pelaksanaan pelatihan pemberdayaan Iembaga kemasyarakatan di bidang kelembagaan dan sosial budaya; d. pelaksanaan pelatihan pemberdayaan Iembaga kemasyarakatan di bidang usaha ekonomi masyarakat; dan e. monitoring dan evaluasi serta penyusunan laporan pelatihan. Pasal 5. Ayat 2 Penyelenggaraan pelatihan sebagaimana dimaksud dilaksanakan sesuai dengan kewenangan dan susunan pemerintahan Pasal 30 Sertifikat pelatih/fasilitator yang dikeluarkan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan pemerintah atau swasta dilakukan penyetaraan oleh Komite Standar Pelatihan PMD Pasal 43 SKMP, SPBM, SPBK diterbitkan oleh Satuan Kerja peklatihan PMD Pasal 40. Ayat 3 Akreditasi dilakukan oleh KSP secara objektif, adil, transparan, dan komprehensif
PT. CAKRABUANA CONSULTANT |Halaman - 50
Aspek
Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan Pasal 44 Peserta yang telah lulus pelatihan PMD dapat mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat kompetensi Tenaga Kerja di bidangnya yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi profesi yang berlisensi Badan nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) Pasal 63 Pembinaan Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud meliputi: 1. Pemberian pedoman teknis pelaksanaan pelatihan PMD 2. Pemberian bantuan keuangan 3. Pelatihan PMD, pelatihan atau orientasi bagi aparatur pemerintah kabupaten/kota Pembina Pelatihan PMD 4. Pengendalian pelatihan PMD dalam rangka penjaminan mutu skala kabupaten/kota 5. Penghargaan atas prestasi yang telah dilakukan oleh Satuan Kerja penyelenggara pelatihan PMD, pelatih/fasilitator, dan alumni peserta pelatihan skala kabupaten/kota Pasal 670 huruf d Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 669, menyelenggarakan fungsi: pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemberdayaan masyarakat dan desa Pasal 692 huruf e Direktorat Pemerintahan Desa dan Kelurahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 691, menyelenggarakan fungsi: perumusan kebijakan fasilitasi pelaksanaan pengembangan kapasitas desa dan kelurahan Paragraf 3 Lembaga Teknis Daerah Pasal 30 Ayat (2) Badan terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) bidang, sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian, dan masing-masing bidang terdiri
PT. CAKRABUANA CONSULTANT |Halaman - 51
Kelembagaan
Aspek
Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan dari 2 (dua) subbidang atau kelompok jabatan fungsional. SUSUNAN ORGANISASI BAB II Pasal 4 (1) Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang terdiri dari: a. Bagian Tata Usaha; b. Bidang Pemberdayaan Aparatur; c. Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan; dan d. Kelompok Jabatan Fungsional. (2) Di Iingkungan Balai-Besar Pemberdayaan Masyarakat Desa di Malang terdapat unit Pasal 5 Bagan susunan organisasi Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini. Pasal 47 Ayat 1 KSP dibentuk dalam rangka pengembangan, pemantauan, dan pelaporan pencapaian standar pelatihan, akreditasi, sertifikasi, dan evaluasi Ayat 2 KSP terdiri atas 1. KSP Pusat 2. KSP Propinsi 3. KSP Kabupaten/Kota Pemberdayaan masyarakat dan desa, merupakan urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah Bab III Bagian Ke Satu, Pasal 7: Ayat (1): Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.
Aspek
Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan Ayat (2): Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: ..u. Pemberdayaan masyarakat dan desa . Pemerintah harus melakukan pendampingan kepada Pemerintah Daerah agar mampu melaksanakan pemberdayaan masyarakat dan desa Pasal 18, Ayat (1): Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan kepada pemerintahan daerah untuk mendukung kemampuan pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya. Penjelasan Pasal 18 Ayat (1): Pembinaan yang dilakukan Pemerintah dapat berbentuk Pemberian bimbingan, supervisi, konsultasi, monitoring dan evaluasi, pendidikan dan latihan dan kegiatan pemberdayaan lainnya yang diarahkan agar pemerintahan daerah mampu menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya. TUGAS BALAI BESAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA di MALANG PASAL 2: Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pelatihan bagi masyarakat yang meliputi kader pembangunan, perangkat pemerintahan, anggota badan perwakilan, pengurus Iembaga masyarakat dan para warga masyarakat desa dan kelurahan sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Bagian Tata Usaha PASAL 6: Bagian Tata Usaha mempunyai tugas menyusun program dan anggaran, pengelolaan urusan keuangan, kepegawaian, persuratan, perpustakaan, perlengkapan, dan rumah tangga.
Aspek
Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan Bagian Tata Usaha PASAL 8 dan PASAL 9: (SUBBAGIAN DAN TUGASNYA) (1) Subbagian Penyusunan Program mempunyai tugas menyiapkan bahan penyusunan program dan anggaran serta monitoring dan evaluasi. (2) Subbagian Umum dan Keuangan mempunyai tugas melakukan urusan keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan perpustakaan. (3) Subbagian Persuratan dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan surat menyurat, kearsipan, dan kepegawaian. Bagian Kedua Bidang Pemberdayaan Aparatur Pasal 10 Bidang Pemberdayaan Aparatur mempunyai tugas menyelenggarakan pelatihan di bidang pemberdayaan aparatur desa dan kelurahan, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan pelaksanaan pelatihan Bagian Kedua Bidang Pemberdayaan Aparatur Pasal 12 dan Pasal 13 (seksi dan tugas) (1) Seksi Perangkat Desa mempunyai tugas menyiapkan bahan analisis kebutuhan pelatihan, pengembangan kurikulum, modul, metode dan teknik pelatihan, serta penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan pelatihan perangkat desa. (2) Seksi Perangkat Kelurahan mempunyai tugas menyiapkan bahan analisis kebutuhan pelatihan, pengembangan kurikulum, modul, metode dan teknik pelatihan, serta penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan pelatihan perangkat kelurahan. Bagian Ketiga Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan Pasal 14 (TUGAS) Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan mempunyai tugas menyelenggarakan pelatihan di bidang pemberdayaan Iembaga kemasyarakatan desa dan kelurahan,
PT. CAKRABUANA CONSULTANT |Halaman - 54
Aspek
Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan monitoring dan evaluasi, serta pelaporan pelaksanaan pelatihan. Bagian Ketiga Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan PASAL 16 (SEKSI-SEKSI) dan Pasal 17 (TUGAS) (1) Seksi Kelembagaan dan Sosial Budaya mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan analisis kebutuhan pelatihan, pengembangan kurikulum, modul, metode dan teknik pelatihan, penyiapan bahan pelatihan pemberdayaan lembaga .kemasyarakatan dibidang kelembagaan dan sosial budaya serta monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan. (2) Seksi Pengembangan Ekonomi Masyarakat mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan analisis kebutuhan pelatihan, pengembangan kurikulum, modul, metode dan teknik pelatihan, penyiapan bahan pelatihan pemberdayaan lembaga kemasyarakatan dibidang pengembangan ekonomi masyarakat serta monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan. Bagian Keempat Kelompok Jabatan Fungsional Pasal 18 Kelompok Tenaga Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pasal 19 (1) Kelompok Tenaga Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 sesuai dengan bidang keahliannya. (2) Masing-masing kelompok tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional senior. (3) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. (4) Jenis dan jenjang tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan.
PT. CAKRABUANA CONSULTANT |Halaman - 55
Aspek
Pokok-Pokok Pengaturan Pasal 5. Ayat 1 Pelaksana pelatihan PMD: 1. Departemen Dalam Negeri 2. Pemerintah Propinsi 3. Pemerintah Kabupaten/Kota 4. Kelompok layanan pelatihan PMD non pemerintah yang terakreditasi Pasal 6 Pengendalian mutu pelatihan PMD melalui: 1. Standarisasi pelatihan 2. Akreditasi 3. Sertifikasi 4. Evaluasi pelatihan Pasal 14 Pengkajian kurikulum oleh Komite Standar Pelatihan Pusat, Propinsi, kabupaten/Kota Bagian Keenam Standar Sarana dan Prasarana Pasal 33 Ayat 1 Penyelenggara pelatihan PMD pemerintah dan non pemerintah wajib memiliki sarana dan prasarana pelatihan Ayat 2 Sarana pelatihan meliputi: alat dan bahan pelatihan, median, buku, dan sumber belajar/modul Ayat 3 Prasarana meliputi: kantor, ruang pelatih/fasilitator, ruang teori dan ruang praktek, tempat beribadah, ruang toilet, dan tempat olah raga Pasal 35 Ayat 2 Standar Pemgelolaan dimaksud terdiri atas rencana kerja dan pedoman pelatihan PMD Pasal 41 Akreditasi Satuan Kerja pelatihan PMD Pusat, Propinsi, dan Kabupaten dilakukan oleh Divisi Akreditasi KSP Pusat, Propinsi, dan Kabupaten Pasal 45 Ayat 3 Sertifikasi pelatih/fasilitator diselenggarakan oleh
PT. CAKRABUANA CONSULTANT |Halaman - 56
Aspek
Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan Divisi Sertifikasi Pelatih/Fasilitator pada KSP PMD Pasal 50 KSP mempunyai tugas dan wewenang: 1. Mengembangkan standar pelatihan 2. Menyelenggarakan akreditasi Satuan Kerja pelatihan PMD 3. Menyelenggarakan sertifikasi pelatihan melalui penilaian lulusan pelatihan 4. Menyelenggarakan sertifikasi kompetensi melalui uji kompentensi oleh lembaga sertifikasi profesi (LSP) berlisensi BNSP 5. Merumuskan kriteria lulusan dari Satuan Kerja pengelola pelatihan PMD 6. Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan pelatihan PMD 7. Memberikan rekomendasi penjamin dan pengendalian mutu pelatihan PMD Pasal 57. Ayat 2 Evaluasi dilakukan oleh KSP Pasal 13. Ayat 4 Kurikulum dari setiap jenis pelatihan ditetapkan dengan Keputusan Menteri dalam Negeri, Gubernur, Bupati/Walikota Bagian Kesatu Pasal 7 Standar pelatihan PMD meliputi: 1. Standar isi 2. Standar proses 3. Standar kelulusan peserta pelatihan 4. Standar pelatih/fasilitator dan tenaga pelatihan 5. Standar sarana prasarana 6. Standar pengelolaan 7. Standar pembiayaan, dan 8. Standar penilaian pelatihan
Permendagri No. 41/2007 PP No. 38 PP No. 41/2010 Permendagri No. 21/2006 Permendagri No. 19/2007
Aspek
Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan Pasal 9 ayat 2 Lingkup materi berbasis kompetensi dan/atau komunitas Pasal 11 Bidang pelatihan sesuai rumpun pelatihan Bagian Ketiga Standar Proses Pelatihan PMD Pasal 19 Ayat 2 Standar proses meliputi: 1. Perencanaan proses pelatihan 2. Pelaksanaan proses pelatihan 3. Penilaian hasil pelatihan 4. Pelaporan proses hasil pelatihan 5. Pengawasan hasil pelatihan Bagian Kelima Standar Pelatih/Faslitator dan tenaga pelatihan Paragraf 1 Standar Pelatih/Fasilitator Pasal 27 Ayat 1 Unsur pelatih/fasilitator: 1. Pemerintah 2. Non Pemerintah Ayat 2 Persyaratan sebagai pelatih: 1. PNS, Kualifikasi akademik, memiliki sertifikaat pelatihan pelatih (Unsur Pemerintah) 2. Kualifikasi akademik, memiliki sertifikat pelatihan pelatih (Unsur Non Pemerintah) Pasal 35 Ayat 1 Satuan Kerja Pelatihan PMD wajib memiliki Strandar Pengelolaan pelatihan PMD Pasal 40 Ayat 1 Satuan Kerja pelatihan PMD diakreditasi berdasarkan instrument dan kriteria pelatihan PMD
Aspek
Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan Pasal 42 Ayat 1 Sertifikat diberikan kepada peserta pelatihan yang telah memenuhi kualifikasi minimum yang dipersyaratkan Pasal 45 Ayat 1 Pelatih/Fasilitator pelatihan PMD wajib memiliki sertifikat sebagai pelatih/Fasilitator pelatihan PMD Pasal 57 Ayat 1 Evaluasi kinerja pelatihan PMD Pusat dilakukant terhadap materi, antara lain: 1. Tingkat relevansi pelatihan PMD terhadap visi, misi, tujuan, dan paradigm pemberdayaan masyarakat dan desa 2. Tingkat relevansi jenis pelatihan PMD terhadap kebutuhan masyarakat akan sumberdaya manusia yang bermutu dan kompetitif 3. Tingkat pencapaian standar nasional pelatihan PMD oleh Satuan Kerja pelatihan PMD dan jenis pelatihan PMD 4. Tingkat efisiensi dan produktivitas Satuan Keja pelatihan PMD dan jenis pelatihan PMD 5. Tinfkat daya saing Satuan Kerja PMD dan jenis pelatihan PMD antar kabupaten/kota, antar propinsi, dan nasional Pasal 65 Ayat 1-3 Pendanaan pelaksanaan dan standar pelatihan PMD dibebankan pada: 1. APBN, 2. APBD Propinsi, dan APBD Kabupatrn/kota serta 3. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat. -
4.2. Analisis
Analisis dilakukan terhadap pokok-pokok pengaturan sesuai aspek yang telah dipetakan, yaitu: 1) Kewenangan dan Fungsi; 2) Kelembagaan; 3) Tanggungjawab dan Tugas; dan 4) Sistem dan Daya dukung. Berdasar pada hasil penelaahan regulasi terpilih, disajikan analisis sebagai berikut: Regulasi PP. No. 38 Isu-Isu Pokok kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pemberdayaan masyarakat dan desa, termasuk urusan pengembangan kapasitas Pembiayaan pelatihan/pengembangan kapasitas oleh Pemerintah (Pusat) Pembinaan Pemerintah Analisis Pemerintah dan Pemerintah daerah mempunyai kewenangan dan kewajiban yang sama untuk melaksanakan pemberdayaan masyarakat dan desa, termasuk urusan pengembangan kapasitas Pemerintah telah menyediakan pembiayaan pelatihan/pengembangan kapasitas Pembinaan yang dilakukan Pemerintah kepada Pemerintah daerah dapat berbentuk Pemberian bimbingan, supervisi, konsultasi, monitoring dan evaluasi, pendidikan dan latihan dan kegiatan pemberdayaan lainnya Pembentukan Badan pemberdayaan masyarakat dan pemerintah desa di daerah menjadi hal penting agar penanganan bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintah desa lebih terfokus. Personalia badan pemberdayaan masyarakat dan pemerintah desa harus terpenuhi sesuai amanat Permendagri yaitu: paling banyak mencakup 4 (empat) bidang, sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian, dan masingmasing bidang terdiri dari 2 (dua) subbidang atau kelompok jabatan fungsional. Pemerintah Daerah Malang melalui Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa memiliki perhatian dalam pemberdayaan masyarakat dan pemerintah desa/kelurahan. Pelaksanaa
PT. CAKRABUANA CONSULTANT |Halaman - 60
PP No. 41
Pembentukan Badan yang menangani Bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintah desa Personalia pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa
Permendagri No. Kegiatan pelatihan bagi 21 Tahun 2006 masyarakat dan Pemerintah Desa/Kelurahan di malang
Regulasi
Isu-Isu Pokok SOTK Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang
Analisis Sudah ada pengaturan untuk pelaksanaan Tugas dan Fungsi Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang. Pemberdayaan Desa/Kelurahan dilakukan melalui: analisis kebutuhan pelatihan perangkat desa; analisis kebutuhan pelatihan perangkat kelurahan; pengembangan kurikulum, modul, metode dan teknik pelatihan pemberdayaan aparatur; pelaksanaan pelatihan pemberdayaan aparatur; dan monitoring dan evaluasi serta penyusunan laporan pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dilakukan melalui: analisis kebutuhan pelatihan pemberdayaan Iembaga kemasyarakatan; pengembangan kurikulum, modul, metode dan teknik pelatihan pemberdayaan Iembaga kemasyarakatan; pelaksanaan pelatihan pemberdayaan Iembaga kemasyarakatan di bidang kelembagaan dan sosial budaya; pelaksanaan pelatihan pemberdayaan Iembaga kemasyarakatan di bidang usaha ekonomi masyarakat; dan monitoring dan evaluasi serta penyusunan laporan pelatihan. Akreditasi dapat dipersyaratkan bagi lembaga yang akan melaksanakan pelatihan PMD yang didanai dari APBN dan APBD. Akreditasi sebagai kebijakan untuk memastikan kemampuan, kompetensi, dan daya dukung yang dimiliki lembaga penyelenggara atau pemberi layanan pelatihan PMD. Kebijakan ini dapat diterima, dan lembaga penyelenggara yang akan melaksanakan pelatihan PMD yang didanai dari
PT. CAKRABUANA CONSULTANT |Halaman - 61
Regulasi
Isu-Isu Pokok
Analisis APBN atau APBD memang selayaknya diakreditasi. Pemberian sertifikat kepada peserta sesuai jenis pelatihan dapat dipandang sebagai bukti atas kemampuan dan capaian seorang peserta sekaligus sebagai bentuk apresiasi dan pengakuan. Merupakan lembaga yang sangat otoritatif dalam tata kelola pelatihan PMD KSP berwenang dan mengemban tugas atas semua aspek penyelenggaraan pelatihan PMD. Semua intrumen dan kebiajakan untuk menjamin dan meningkatkan mutu pelatihan menjadi bidang garap utama KSP. Standarisasi pelatihan, akreditasi lembaga layanan, sertifikasi pelatih dan tenaga pelatihan, dan evaluasi proses, capaian belajar, penyelenggaraan, dan dampak pelatihan PMD merupakan aspek-aspek pokok yang menentukan kinerja pelatihan PMD Standar isi menjadi item yang krusial, khususnya menyangkut isu dan perspektif tentang pemberdayaan (masyarakat dan desa) dan pembangunan. Standar proses ini juga untuk memastikan proses pelatihan berjalan efektif sesuai kaidah pembelajaran partisiaptif. Standar kemampuan (penguasaan materi dan metodologi) para pelatih diperlukan, agar tidak terjadi bias dalam penyampaian materi maupun kesenjangan kemampuan antar pelatih. Belum mencakup pelatihan berbasis jaringan internet: e-Learning Web Based Training Penetapan rumpun dan bidang pelatihan memberikan arah dan acuan yang jelas bagi pelatihan PMD. Jenis-jenis pelatihan sesuai bidang dan rumpun pelatihan PMD dapat disusun dan dikembangkan oleh semua pihak
PT. CAKRABUANA CONSULTANT |Halaman - 62
Sertifikasi peserta
Standarisasi pelatihan
Model pelatihan
Penataan pelatihan
Regulasi
Isu-Isu Pokok
Analisis
yang berkompeten. Pemilahan yang jelas antara pelatihan berbasis kompetensi dan berbasis komunitas akan kondusif mengarahkan rancangan, tujuan, dan proses pelatihan PMD Pelatihan PMD juga memberikan ruang terbuka bagi pengembangan pelatihan yang berorientasi meningkatkan kinerja pelayanan Penjenjangan pelatih merupakan konsekuensi Penataan pelatih dari penjenjangan pelatihan maupun tingkat kemampuan dan kualifikasi pelatih Kondisi/kelayakan sarana prasarana pelatihan Sarana prasarana pelatihan memang menjadi faktor penting yang memengaruhi mutu pelatihan. Pokok persoalannya adalah ketersediaan sarana prasarana dimaksud, bukan kepemilikan atas sarana prasarana. Bimbingan teknis dan evaluasi Ditjen PMD perlu merancang rencana pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemberdayaan masyarakat dan desa Penting untuk penyusunan, sosialisasi dan Rumusan Kebijakan fasilitasi evaluasi implementasi atas rumusan kebijakan pelaksanaan pengembangan kapasitas desa/kelurahan dan fasilitasi pelaksanaan pengembangan kapasitas desa/kelurahan dan pelatihan pelatihan masyarakat masyarakat Penting untuk penyusunan, sosialisasi dan Rumusan Kebijakan dan evaluasi implementasi atas rumusan kebijakan fasilitasi pelaksanaan dan fasilitasi pelaksanaan penyusunan dan penyusunan dan pengembangan kurikulum pelatihan pengembangan kurikulum masyarakat pelatihan masyarakat Penting untuk penyusunan, sosialisasi dan Rumusan Kebijakan dan evaluasi implementasi atas rumusan kebijakan fasilitasi pelaksanaan penyelenggaraan dan evaluasi dan fasilitasi pelaksanaan penyelenggaraan dan evaluasi pelatihan masyarakat pelatihan masyarakat
V.
CATATAN KRITIS
Berdasar pada hasil-hasil penelaahan terhadap regulasi dimaksud, terdapat hal-hal yang perlu disampaikan sebagai catatan kritis, yaitu: No 1 Isu Catatan Kritis
Pembentukan Badan Pemberdayaan Pembentukan Badan pemberdayaan masyarakat dan Masyarakat dan Desa/Kelurahan pemerintah desa di daerah menjadi hal penting agar penanganan bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintah desa lebih terfokus. SOTK Badan Pemberdayaan Masyarakat Dalam melaksanakan Tugas dan Fungsi Badan pemberdayaan dan Desa/Kelurahan masyarakat dan pemerintah desa harus didukung dengan personalia yang memadai dan evaluasi atas kinerja pelaksanaan Tugas dan Fungsi Penyediaan Anggaran Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus menganggarkan untuk kegiatan: a. pengembangan kapasitas desa/kelurahan dan pelatihan masyarakat b. penyusunan dan pengembangan kurikulum pelatihan masyarakat c. penyelenggaraan dan evaluasi pelatihan masyarakat Pelaksanaan dan Penerapan Model a. Perlu dorongan dan fasilitasi untuk mengondisikan Pelatihan penerapan pola pelatihan non In Class b. Pelatihan PMD yang dilakukan selama ini cenderung menerapkan pola pelatihan di dalam kelas. Akreditasi Lembaga layanan pelatihan Akreditasi dimaksud hendaknya tidak menjadi instrumen untuk mendominasi penyelenggaraan pelatihan Standar pelatihan Standar pelatihan ini hendaknya diberlakukan bagi pelatihan PMD yang didanai dari APBN atau APBD yang dilaksanakan oleh pemerintah dan/atau lembaga layanan pelatihan yang telah terakreditasi Pengendalian mutu Pelaksanaan standar pelatihan secara konsisten pleh berbagai pihak terkait. Lembaga penyelenggara pelatihan PMD yang telah terakreditasi menjadi salah satu faktor penentu penjaminan dan peningkatan mutu pelatihan PMD Standar kemampuan pelatih Sebagai syarat dan kondisi untuk menjamin dan meningkatkan
PT. CAKRABUANA CONSULTANT |Halaman - 64
5 6
No 9 10
Catatan Kritis mutu pelatihan PMD Standar ini cukup berat, khususnya bagi penyelenggara pelatihan non pemerintah. Standar ini hendaknya diterapkan untuk penyelenggara non pemerintah yang telah terakreditasi Sertifikat menjadi salah satu alat bukti yang dapat menunjukkan mutu pelatihan PMD serta harus meyakinkan sebagai bukti kemampuan seseorang ketika yang bersangkutan akan mengikuti sertifikasi profesi. Kinerja dan mutu pelatihan PMD menjadi fokus kewenangan, tugas, dan tanggungjawab KSP KSP berwenang dan mengemban tugas atas semua aspek penyelenggaraan pelatihan PMD. Semua intrumen dan kebiajakan untuk menjamin dan meningkatkan mutu pelatihan menjadi bidang garap utama KSP. Sejauh ini evaluasi terhadap efektifitas pengelolaan dan dampak pelatihan PMD dirasa masih lemah/kurang Evaluasi merupakan aktifitas yang akan menunjukkan seberapa tinggi-rendah mutu pelatihan PMD.
11
12
Evaluasi
VI.
REKOMENDASI
Guna mendorong revitalisasi peningkatan mutu pelatihan PMD, dengan mengacu hasil telaah regulasi di atas, direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Menggalang dan meningkatkan komitmen para pihak terkait untuk melaksanakan regulasi secara konsisten. Pemerintah dan Pemerintah daerah (Propinsi dan Kabupaten) dapat didorong untuk membentuk dan mengoptimalkan fungsi Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan. Mengembangkan pelatihan berbasis jaringan internet (e-Learning dan Web Based Training) sebagai bagian dari pendekatan dan model pelatihan PMD. Akreditasi dapat dipersyaratkan bagi lembaga yang akan melaksanakan pelatihan PMD yang didanai dari APBN dan APBD. Sosialisasi dan penerapan syarat akreditasi bagi lembaga/pihak ketiga yang melaksanakan pelatihan PMD yang didanai dari APBN dan APBD perlu ditingkatkan. Menghindari terjadinya duplikasi dan tumpang tindih kegiatan pelatihan yang diselenggarakan Pusat, propinsi, dan kabupaten/Kota
PT. CAKRABUANA CONSULTANT |Halaman - 65
7.
Perlu dorongan kuat untuk menerapkan kebijakan Standarisasi pelatihan, akreditasi lembaga layanan, sertifikasi pelatih dan tenaga pelatihan, dan evaluasi proses, capaian belajar, penyelenggaraan, dan dampak pelatihan PMD Koordinasi dan kerjasama antar unit dan/atau program di bawah Ditjen PMD untuk menerapkan kebijakan Standarisasi pelatihan, akreditasi lembaga layanan, sertifikasi pelatih dan tenaga pelatihan, dan evaluasi perlu diefektifkan Berbagai pihak yang berkompeten hendaknya mendapat kebebasan untuk mengembangkan jenis-jenis pelatihan PMD sesuai rumpun dan bidang pelatihan.
8.
9.
10. Sosialisasi dan efektifitas pelaksanaan wewenang dan tugas Komite Standar Pelatihan (KSP) perlu ditingkatkan. 11. Pemerintah dan Pemerintah daerah (Propinsi dan Kabupaten) dapat didorong untuk menyediakan sarana prasarana dimaksud. Pemerintah hendaknya juga memanfaatkan dan/atau bekerjasama dengan lembaga lokal yang memiliki sarana prasarana dimaksud.
12.
Perlu disusun pembagian kewenangan yang jelas antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk pengelolaan pelaksanaan pelatihan pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa 13. Perlunya penegasan kembali bahwa beban pembiayaan untuk penyelenggaraan pelatihan atau pengembangan kapasitas pemberdayaan masyarakat dan pemerintah desa sudah dibebankan kepada Pemerintah (PP No. 38/2007), sebagai konsekuensi logis kwajiban pelimpahan kewenangan yang sudah diatur.
LAMPIRAN
Lampiran 1 :
HASIL PENGKAJIAN REGULASI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
Lampiran 2 :
HASIL PENGKAJIAN REGULASI PERATURAN PEMERINTAH NO. 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH
Lampiran 3 :
HASIL PENGKAJIAN REGULASI PERMENDAGRI NO. 19 TAHUN 2007 TENTANG PELATIHAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA/KELURAHAN
Lampiran 4 :
HASIL PENGKAJIAN REGULASI PERMENDAGRI NO. 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Lampiran 5 :
HASIL PENGKAJIANREGULASI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANGPEMBAGIAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA DI MALANG
Melalui Pasal ini ditegaskan bahwa urusan pemberdayaan masyarakat dan desa, termasuk pelatihanpelatihan yang dibutuhkan, sudahj disertai dengan dana yang berasal dari Pusat.
Pemberdayaan masyarakat dan desa, merupakan urusan wajib yg harus dilaksanakan oleh Pemerintah dan Pemerintah daerah
Bab III Bagian Ke Satu, Pasal 7: Ayat (1): Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.
Jenis Regulasi
Rumusan Ayat Ayat (2): Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: ..u. Pemberdayaan masyarakat dan desa . Pasal 18, Ayat (1): Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan kepada pemerintahan daerah untuk mendukung kemampuan pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya. Penjelasan Pasal 18 Ayat (1): Pembinaan yang dilakukan Pemerintah dapat berbentuk pemberian bimbingan, supervisi, konsultasi, monitoring dan evaluasi, pendidikan dan latihan dan kegiatan pemberdayaan lainnya yang diarahkan agar pemerintahan daerah mampu menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya.
Analisis
Pemerintah harus melakukan pendampingan kepada Pemerintah daerah agar mampu melaksanakan pemberdayaan masyarakat dan desa
Peran Pemerintah harus melakukan pendampingan terhadap Pemerintah daerah sampai mampu melaksanakan Pemberdayaan masyarakat dan desa sesuai dengan norma, standard, dan kondisi setempat. Pada bagian Penjelasan Pasal 18 Ayat (1), ditegaskan bahwa pendampingan atau pembinaan dari Pemerintah tersebut termasuk juga dalam bentuk pelatihan.
Revitalisasi pelatihan yang dilakukan di Pusat, dalam hal ini melalui PMD, harus dikembangkan di daerah-daerah (pemerintah daerah) sampai mereka mampu melaksanakan sesuai standard, norma, nilai, dan ketentuan yang sudah ditetapkan.
Lampiran 2 HASIL PENGKAJIAN REGULASI PERATURAN PEMERINTAH NO. 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH
Jenis Regulasi Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah; Pokok-Pokok Pengaturan Bagian Ketiga Perumpunan Urusan Pemerintahan Pasal 22 Ayat (5) huruf h Rumusan Ayat Perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk badan, kantor, inspektorat, dan rumah sakit, terdiri dari: h. Bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintah desa Badan terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) bidang, sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian, dan masingmasing bidang terdiri dari 2 (dua) subbidang atau kelompok jabatan fungsional. Analisis Diperlukan pembentukan Badan yang menangani Bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintah desa Relevansi dengan Revitalisasi Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa sebagai kelembagaan yang akan melaksanakan Tupoksi dalam bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintah desa
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa yang dibentuk minimal harus memenuhi ketentuan pada Pasal 30 Ayat (2), mengingat Badan ini akan menangani Bidang strategis dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan pemerintah desa
Personalia pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa akan memberikan fokus perhatian dalam merancang program/kegiatan sesuai kebutuhan dan penganggaran yang akan mendorong peningkatan pemberdayaan masyarakat dan pemerintah desa
Lampiran 3
HASIL PENGKAJIAN REGULASI PERMENDAGRI NO. 19 TAHUN 2007 TENTANG PELATIHAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA/KELURAHAN
Relevansi terhadap Revitalisasi Mutu Pelatihan 1. Penerapan berbagai pola pelatihan dimaksud akan mendorong peningkatan mutu proses dan capaian pelatihan PMD 2. Perlu dorongan dan fasilitasi untuk mengondisikan penerapan pola non In Class
Cakupan dan Uraian Pasal 4 Bentuk pelatihan: 1. Pelatihan di dalam kelas 2. Pelatihan di luar kelas di tempat kerja 3. Studi banding 4. Pemagangan 5. Pengembangan laboratorium lapang 6. Pelatihan PMD keliling, dan 7. Pelatihan jarak jauh Pasal 5 Ayat 1 Pelaksana pelatihan PMD: 1. Departemen Dalam Negeri 2. Pemerintah Propinsi 3. Pemerintah Kabupaten/Kota 4. Kelompok layanan pelatihan PMD non pemerintah yang terakreditasi Ayat 2 Penyelenggaraan pelatihan sebagaimana dimaksud dilaksanakan sesuai dengan kewenangan dan susunan pemerintahan
Analisis dan Permasalahan 1. Belum mencakup pelatihan berbasis jaringan internet: e-Learning Web Based Training 2. Pelatihan PMD yang dilakukan selama ini cenderung menerapkan pola pelatihan di dalam kelas. Akreditasi dimaksud hendaknya tidak menjadi instrumen untuk mendominasi penyelenggaraan pelatihan PMD. Akreditasi dapat dipersyaratkan bagi lembaga yang akan melaksanakan pelatihan PMD yang didanai dari APBN dan APBD.
1. Akreditasi lembaga layanan pelatihan PMD menjadi salah satu aspek untuk menjamin mutu proses dan capaian/hasil pelatihan PMD. 2. Sosialisasi dan penerapan syarat akreditasi bagi lembaga/pihak ketiga yang menlaksanakan pelatihan PMD yang didanai dari APBN dan APBD perlu ditingkatkan. Menghindari terjadinya duplikasi dan tumpang tindih kegiatan pelatihan yang diselenggarakan Pusat, Propinsi, dan kabupaten/Kota
Pokok-Pokok Pengaturan
Cakupan dan Uraian Pasal 6 Pengendalian mutu pelatihan PMD melalui: 1. Standarisasi pelatihan 2. Akreditasi 3. Sertifikasi 4. Evaluasi pelatihan
Bagian Kesatu Pasal 7 Standar pelatihan PMD meliputi: 1. Standar isi 2. Standar proses 3. Standar kelulusan peserta pelatihan 4. Standar pelatih/fasilitator dan tenaga pelatihan 5. Standar sarana prasarana 6. Standar pengelolaan 7. Standar pembiayaan, dan 8. Standar penilaian pelatihan Bagian Kedua Paragraf 1 Pasal 9 Ayat 1 Standar isi memuat lingkup materi yang terdiri dari: 1. Rumpun pelatihan 2. Kerangka dasar dan struktur kurikulum 3. Beban belajar 4. Kurikulum tingkat satuan kerja pelatihan PMD 5. Kalender pelatihan PMD Pasal 9 ayat 2 Lingkup materi berbasis kompetensi dan/atau komunitas Pasal 9 ayat 3 Lingkup materi terkait dengan tingkat kompetensi dan/atau komunitas menurut jenjang, non jenjang, dan jenis pelatihan
Relevansi terhadap Revitalisasi Mutu Pelatihan Standarisasi pelatihan, akreditasi 1. Empat aspek dimaksud menentukan lembaga layanan, sertifikasi pelatih dan secara langsung mutu pelatihan PMD. tenaga pelatihan, dan evaluasi proses, 2. Perlu dorongan kuat untuk menerapkan capaian belajar, penyelenggaraan, dan kebijakan dimaksud. dampak pelatihan PMD merupakan aspek- 3. Koordinasi dan kerjasama antar unit aspek pokok yang menentukan kinerja dan/atau program di bawah Ditjen PMD pelatihan PMD untuk menerapkan kebijakan dimaksud perlu segera dilakukan. 1. Standar isi menjadi item yang krusial, Standarisasi aspek-aspek pokok proses dan khususnya menyangkut isu dan pengelolaan pelatihan secara langsung akan perspektif tentang pemberdayaan menentukan mutu pelatihan PMD (masyarakat dan desa) dan pembangunan. 2. Standar pelatihan ini hendaknya diberlakukan bagi pelatihan PMD yang didanai dari APBN atau APBD yang dilaksanakan oleh pemerintah dan/atau lembaga layanan pelatihan yang telah terakreditasi 1. Penetapan rumpun dan bidang Pengendalian mutu pelatihan PMD dapat pelatihan memberikan arah dan lebih terarah. acuan yang jelas bagi pelatihan PMD. 2. Jenis-jenis pelatihan sesuai bidang dan rumpun pelatihan PMD dimaksud hendaknya dapat disusun dan dikembangkan oleh semua pihak yang berkompeten. Pemilahan yang jelas antara pelatihan berbasis kompetensi dan berbasis komunitas Pemilahan pelatihan berdasarkan jenjang dan non jenjang, serta jenis pelatihan PMD Analisis dan Permasalahan
Pokok-Pokok Pengaturan
Cakupan dan Uraian PMD Paragraf 2 Pasal 10 Rumpun Pelatihan: 1. Pemerintahan desa dan kelurahan 2. Kelembagaan dan pengembangan partisipasi masyarakat 3. Pengembangan adat dan kehidupan sosial budaya masyarakat 4. Usaha ekonomi masyarakat 5. Pengelolaan sumberdaya alam, prasaranan dan sarana perdesaan, dan teknologi tepat guna 6. Pelayanan dasar dan 7. Pelayanan unggulan Pasal 11 Bidang pelatihan sesuai rumpun pelatihan 1.
Analisis dan Permasalahan Tujuh rumpun yang menaungi bidang dan jenis pelatihan PMD. 2. Lima rumpun pertama merefleksikan keberadaan dan Tupoksi lima direktorat di dalam Ditjen PMD. 3. Pelatihan PMD juga memberikan ruang terbuka bagi pengembangan pelatihan yang berorientasi meningkatkan kinerja pelayanan
Relevansi terhadap Revitalisasi Mutu Pelatihan Pengendalian mutu pelatihan PMD dapat lebih terarah.
Pokok-Pokok Pengaturan
Cakupan dan Uraian Paragraf 3 Kerangka Dasar dan struktur Kurikulum Pasal 13 Ayat 1 Basis: 1. Kompetensi 2. Komunitas Ayat 2 Basis kompetensi meliputi: 1. Kelompok standar kompetensi umum 2. Kelompok standar kompetensi inti 3. Kelompok standar kompotensi khusus Ayat 3 Basis komunitas meliputi: 1. Mata latihan dasar 2. Mata latihan inti 3. Mate latihan penunjang Ayat 4 Kurikulum dari setiap jenis pelatihan ditetapkan dengan Keputusan Menteri dalam Negeri, Gubernur, Bupati/Walikota Pasal 14 Pengkajian kurikulum oleh Komite Standar Pelatihan Pusat, Propinsi, kabupaten/Kota
Analisis dan Permasalahan 1. Pelatihan PMD dipilah berdasarkan basis kompetensi dan komunitas 2. Pelatihan dilaksanakan secara bertahap-berjenjang
Relevansi terhadap Revitalisasi Mutu Pelatihan Pengendalian dan peningkatan mutu pelatihan PMD dapat lebih terarah.
Pokok-Pokok Pengaturan
Cakupan dan Uraian Bagian Ketiga Standar Proses Pelatihan PMD Pasal 19 Ayat 2 Standar proses meliputi: 1. Perencanaan proses pelatihan 2. Pelaksanaan proses pelatihan 3. Penilaian hasil pelatihan 4. Pelaporan proses hasil pelatihan 5. Pengawasan hasil pelatihan Ayat 3 Proses pelatihan PMD dilakukan secara: 1. Interaktif 2. Inspiratif 3. Menarik 4. Menantang 5. Memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, kemandirian, sesuai bakat, minat, perkembangan fisik dan psikologis peserta Pasal 21 Pelaksanaan proses pelatihan meliputi: 1. Kapasitas peserta pelatihan per kelas 2. Rasio pelatih/fasilitator dengan jumlah peserta 3. Beban melatih per fasilitator/pelatih 1.
Analisis dan Permasalahan Aspek-aspek pokok untuk memastikan pengelolaan pelatihan secara terencana dan sistematis. Standar proses ini juga untuk memastikan proses pelatihan berjalan efektif sesuai kaidah pembelajaran partisiaptif.
Relevansi terhadap Revitalisasi Mutu Pelatihan Sebagai acuan dan patokan untuk menjamin dan meningkatkan mutu pelatihan PMD
2.
Sebagai syarat dan kondisi untuk menjamin dan meningkatkan mutu pelatihan PMD
Pokok-Pokok Pengaturan
Cakupan dan Uraian Bagian Kelima Standar Pelatih/Faslitator dan tenaga pelatihan Paragraf 1 Standar Pelatih/Fasilitator Pasal 27 Ayat 1 Unsur pelatih/fasilitator: 1. Pemerintah 2. Non Pemerintah Ayat 2 Persyaratan sebagai pelatih: 1. PNS, Kualifikasi akademik, memiliki sertifikaat pelatihan pelatih (Unsur Pemerintah) 2. Kualifikasi akademik, memiliki sertifikat pelatihan pelatih (Unsur Non Pemerintah) 1.
Analisis dan Permasalahan Standar kemampuan (penguasaan materi dan metodologi) para pelatih diperlukan, agar tidak terjadi bias dalam penyampaian materi maupun kesenjangan kemampuan antar pelatih. Penjenjangan pelatih merupakan konsekuensi dari penjenjangan pelatihan maupun tingkat kemampuan dan kualifikasi pelatih
Relevansi terhadap Revitalisasi Mutu Pelatihan Sebagai syarat dan kondisi untuk menjamin dan meningkatkan mutu pelatihan PMD
2.
Pasal 28 Penjenjangan pelatih dari unsur pemerintah: 1. Pelatih Muda 2. Pelatih Madya 3. Pelatih Utama
Pokok-Pokok Pengaturan
Cakupan dan Uraian Pasal 29 Persyaratan pelatih/Fasilitator dari unsur non pemerintah: 1. Kualifikasi akademik paling rendah SLTA atau sederajat 2. Sertifikasi kompetensi teknis tertentu dan/atau kompetensi 3. metodologi pelatihan yang relevan dengan pelatihan PMD tertentu 4. Memiliki sertifikat pelatih/fasilitator dibidangnya
Pasal 30 Sertifikat pelatih/fasilitator yang dikeluarkan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan pemerintah atau swasta dilakukan penyetaraan oleh Komite Standar Pelatihan PMD
Sosialisasi dan efektifitas pelaksanaan wewenang dan tugas KSP dalam hal sertifikasi dimaksud perlu ditingkatkan.
Pokok-Pokok Pengaturan
Cakupan dan Uraian Bagian Keenam Standar Sarana dan Prasarana Pasal 33 Ayat 1 Penyelenggara pelatihan PMD pemerintah dan non pemerintah wajib memiliki sarana dan prasarana pelatihan Ayat 2 Sarana pelatihan meliputi: alat dan bahan pelatihan, median, buku, dan sumber belajar/modul Ayat 3 Prasarana meliputi: kantor, ruang pelatih/fasilitator, ruang teori dan ruang praktek, tempat beribadah, ruang toilet, dan tempat olah raga
Analisis dan Permasalahan Standar ini cukup berat, khususnya bagi penyelenggara pelatihan non pemerintah. Standar ini hendaknya diterapkan untuk penyelenggara non pemerintah yang telah terakreditasi Kondisi/kelayakan sarana prasarana pelatihan memang menjadi faktor penting yang memengaruhi mutu pelatihan. Pokok persoalannya adalah ketersediaan sarana prasarana dimaksud, bukan kepemilikan atas sarana prasarana.
Relevansi terhadap Revitalisasi Mutu Pelatihan Pemerintah dan Pemerintah daerah (Propinsi dan Kabupaten) dapat didorong untuk menyediakan sarana prasarana dimaksud. Dapat pula memanfaatkan dan/atau bekerjasama dengan lembaga lokal yang memiliki sarana prasarana dimaksud.
Pasal 34 Ayat 2 Satuan kerja pelatihan PMD dapat menggunakan mobil/perahu pelatihan PMD keliling (Mobile Training PMD Unit) untuk memfasilitasi keterjangkauan peserta pada daerah tertentu
Pokok-Pokok Pengaturan
Cakupan dan Uraian Pasal 35 Ayat 1 Satuan Kerja Pelatihan PMD wajib memiliki Strandar Pengelolaan pelatihan PMD Ayat 2 Standar Pemgelolaan dimaksud terdiri atas rencana kerja dan pedoman pelatihan PMD
Relevansi terhadap Revitalisasi Mutu Pelatihan Sebagai salah satu aacuan untuk menjamin dan meningkatkan mutu pelatihan PMD
BAB IV AKREDITASI
Pasal 40 Ayat 1 Satuan Kerja pelatihan PMD diakreditasi berdasarkan instrument dan kriteria pelatihan PMD Ayat 2 Akreditasi dimaksud untuk menentukan kelayakan dan akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan pelatihan PMD Ayat 3 Akreditasi dilakukan oleh KSP secara objektif, adil, transparan, dan komprehensif
Akreditasi sebagai kebijakan untuk memastikan kemampuan, kompetensi, dan daya dukung yang dimiliki lembaga penyelenggara atau pemberi layanan pelatihan PMD. Kebijakan ini dapat diterima, dan lembaga penyelenggara yang akan melaksanakan pelatihan PMD yang didanai dari APBN atau APBD memang selayaknya diakreditasi.
Lembaga penyelenggara pelatihan PMD yang telah terakreditasi menjadi salah satu faktor penentu penjaminan dan peningkatan mutu pelatihan PMD
Pasal 41 Akreditasi Satuan Kerja pelatihan PMD Pusat, Propinsi, dan Kabupaten dilakukan oleh Divisi Akreditasi KSP Pusat, Propinsi, dan Kabupaten
BAB V
Sertifikat menjadi salah satu alat bukti yang dapat menunjukkan mutu pelatihan
Cakupan dan Uraian Pasal 42 Ayat 1 Sertifikat diberikan kepada peserta pelatihan yang telah memenuhi kualifikasi minimum yang dipersyaratkan Ayat 2 Sertfikat dimaksud terdiri atas: 1. Sertifikat peserta pelatihan berbasis komunitas 2. Sertifikat peserta pelatihan berbasis kompetensi Ayat 3 Sertifikat peserta pelatihan berbasis komunitas berbentuk: 1. Surat Keterangan Mengikuti Pelatihan (SKMP) dan/atau 2. Sertifikat Pelatihan Berbasis masyarakat (SPBM) Ayat 4 Sertifikat peserta pelatihan berbasis kompetensi berbentuk Sertifikat Pelatihan Berbasis Kompetensi (SPBK) Pasal 43 SKMP, SPBM, SPBK diterbitkan oleh Satuan Kerja peklatihan PMD Pasal 44 Peserta yang telah lulus pelatihan PMD dapat mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat kompetensi Tenaga Kerja di bidangnya yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi profesi yang berlisensi Badan nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) Bagian Kedua Pelatih/Fasilitator
Analisis dan Permasalahan sebagai bukti atas kemampuan dan capaian seorang peserta sekaligus sebagai bentuk apresiasi dan pengakuan.
Sertifikasi pelatih merupakan kebijakan dan instrument untuk menjamin kemampuan, kompetensi seorang pelatih,
Menjadi faktor penting untuk menjamin dan meningkatkan mutu pelatihan PMD
Pokok-Pokok Pengaturan
Cakupan dan Uraian Pasal 45 Ayat 1 Pelatih/Fasilitator pelatihan PMD wajib memiliki sertifikat sebagai pelatih/Fasilitator pelatihan PMD Ayat 3 Sertifikasi pelatih/fasilitator diselenggarakan oleh Divisi Sertifikasi Pelatih/Fasilitator pada KSP PMD
Pasal 47 Ayat 1 KSP dibentuk dalam rangka pengembangan, pemantauan, dan pelaporan pencapaian standar pelatihan, akreditasi, sertifikasi, dan evaluasi Ayat 2 KSP terdiri atas 1. KSP Pusat 2. KSP Propinsi 3. KSP Kabupaten/Kota Pasal 48 Ayat 1 KSP Pusat terdiri atas: 1. Divisi Pelatihan 2. Divisi akreditasi 3. Divisi Sertifikasi 4. Divisi Evaluasi Ayat 2 KSP Propinsi terdiri atas: 1. Divisi Pelatihan dan akreditasi 2. Divisi Sertifikasi
Merupakan lembaga yang sangat otoritatif dalam tata kelola pelatihan PMD KSP berwenang dan mengemban tugas atas semua aspek penyelenggaraan pelatihan PMD. Semua intrumen dan kebiajakan untuk menjamin dan meningkatkan mutu pelatihan menjadi bidang garap utama KSP.
Kinerja dan mutu pelatihan PMD menjadi fokus kewenangan, tugas, dan tanggungjawab KSP
Ayat 3 KSP Kabupaten/Kota terdiri atas: Divisi Pelatihan dan akreditasi Divisi sertifikasi dan Evaluasi Pasal 50 KSP mempunyai tugas dan wewenang: 1. Mengembangkan standar pelatihan 2. Menyelenggarakan akreditasi Satuan Kerja pelatihan PMD 3. Menyelenggarakan sertifikasi pelatihan melalui penilaian lulusan pelatihan 4. Menyelenggarakan sertifikasi kompetensi melalui uji kompentensi oleh lembaga sertifikasi profesi (LSP) berlisensi BNSP 5. Merumuskan kriteria lulusan dari Satuan Kerja pengelola pelatihan PMD 6. Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan pelatihan PMD 7. Memberikan rekomendasi penjamin dan pengendalian mutu pelatihan PMD Pasal 51 Ayat 1 KSP Pusat bearanggotakan berjumlah gasal, paling sedikit 11 orang dan paling banyak 15 orang Ayat 2 Aggota KSP Pusat terdiri atas 1. Pakar dan praktisi dari unsur pemerintah 55% 2. Pakar dan praktisi dari unsur non pemerintah 45% Pasal 52
Pokok-Pokok Pengaturan
Cakupan dan Uraian Ayat 1 KSP Propinsi berjumlah gasal, paling sedikit 7 orang dan paling banyak 11 orang Ayat 2 Anggota KSP Propinsi terdiri atas 1. Pakar danpraktisi dari unsur pemerintah 55% 2. Pakar dan praktisi dari unsur non pemerintah 45% Pasal 53 Ayat 1 KSP Kabupaten/Kota berjumlah gasal, paling sedikit 5 orang dan paling banyak 9 orang Ayat 2 Anggota KSP Kabupaten/Kota terdiri atas 1. Pakar danpraktisi dari unsur pemerintah 55% 2. Pakar dan praktisi dari unsur non pemerintah 45% Pasal 54 Masa bakti keanggotaan KSP 5 tahun dan dapat diperpanjang untuk satu kali masa bakti berikutnya setelah dilakukan evaluasi
Cakupan dan Uraian Pasal 57 Ayat 1 Evaluasi kinerja pelatihan PMD Pusat dilakukant terhadap materi, antara lain: 1. Tingkat relevansi pelatihan PMD terhadap visi, misi, tujuan, dan paradigm pemberdayaan masyarakat dan desa 2. Tingkat relevansi jenis pelatihan PMD terhadap kebutuhan masyarakat akan sumberdaya manusia yang bermutu dan kompetitif 3. Tingkat pencapaian standar nasional pelatihan PMD oleh Satuan Kerja pelatihan PMD dan jenis pelatihan PMD 4. Tingkat efisiensi dan produktivitas Satuan Keja pelatihan PMD dan jenis pelatihan PMD 5. Tinfkat daya saing Satuan Kerja PMD dan jenis pelatihan PMD antar kabupaten/kota, antar propinsi, dan nasional Ayat 2 Evaluasi dilakukan oleh KSP Ayat 3 Evaluasi dilakukan paling sedikit setahun sekali dan/atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan
Analisis dan Permasalahan Evaluasi terhadap pengelolaan, proses, capaian, dan dampak pelatihan PMD menjadi menjadi isu krusial. Sejauh ini evaluasi terhadap efektifitas pengelolaan dan dampak pelatihan PMD dirasa masih lemah/kurang
Relevansi terhadap Revitalisasi Mutu Pelatihan Evaluasi merupakan aktifitas yang akan menunjukkan seberapa tinggi-rendah mutu pelatihan PMD.
Cakupan dan Uraian Pasal 63 Pembinaan Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud meliputi: 1. Pemberian pedoman teknis pelaksanaan pelatihan PMD 2. Pemberian bantuan keuangan 3. Pelatihan PMD, pelatihan atau orientasi bagi aparatur pemerintah kabupaten/kota Pembina Pelatihan PMD 4. Pengendalian pelatihan PMD dalam rangka penjaminan mutu skala kabupaten/kota 5. Penghargaan atas prestasi yang telah dilakukan oleh Satuan Kerja penyelenggara pelatihan PMD, pelatih/fasilitator, dan alumni peserta pelatihan skala kabupaten/kota
BAB IX PENDANAAN
Pasal 65 Ayat 1-3 Pendanaan pelaksanaan dan standar pelatihan PMD dibebankan pada: 1. APBN, 2. APBD Propinsi, dan APBD Kabupatrn/kota serta 3. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
Lampiran 4 HASIL PENGKAJIAN REGULASI PERMENDAGRI NO. 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Jenis Regulasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri; Pokok-Pokok Pengaturan Pasal 670 huruf d Rumusan Ayat Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 669, menyelenggarakan fungsi: d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemberdayaan masyarakat dan desa Direktorat Pemerintahan Desa dan Kelurahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 691, menyelenggarakan fungsi: e. perumusan kebijakan fasilitasi pelaksanaan pengembangan kapasitas desa dan kelurahan Direktorat Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 671 huruf c, mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di bidang pengembangan kelembagaan dan pelatihan masyarakat Direktorat Kelembagaan dan Pelatihan Analisis Ditjen PMD perlu merancang rencana pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemberdayaan masyarakat dan desa Relevansi dengan Revitalisasi Bahwa kualitas pelatihan masyarakat dan pemerintah desa/kelurahan harus secara kontinue diberikan bimbingan teknis, selanjutnya evaluasi atas pemberdayaan masyarakat dan desa menjadi hal yang harus dilakukan untuk mendapatkan feed
back
Pasal ini merupakan turunan dari fungsi Ditjen PMD yang akan dilaksanakan oleh Direktorat Pemerintahan Desa dan Kelurahan melalui perumusan kebijakan fasilitasi pelaksanaan pengembangan kapasitas desa dan kelurahan Pasal ini merupakan turunan dari fungsi Ditjen PMD yang akan dilaksanakan oleh Direktorat Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat dalam pengembangan kelembagaan dan pelatihan masyarakat
Bagian Kelima Direktorat Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat Pasal 715 Pasal 716 huruf e
Kebijakan fasilitasi pelaksanaan pengembangan kapasitas desa dan kelurahan akan menjadi dasar bagi Pemda provinsi dan kabupaten/ kota dalam perencanaan dan penganggaran terkait pengembangan kapasitas desa dan kelurahan Bahwa kualitas pelatihan masyarakat dan pemerintah desa/ kelurahan harus terus dilakukan upaya pengembangan pada aspek kelembagaan dan aspek pelatihan masyarakat
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat Masyarakat dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 715, menyelenggarakan fungsi: e. penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan pelatihan masyarakat Subdirektorat Pelatihan Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 717 huruf e, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan pelatihan masyarakat. Subdirektorat Pelatihan Masyarakat dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 734, menyelenggarakan fungsi: (1). penyiapan bahan perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan penyusunan dan pengembangan kurikulum pelatihan masyarakat; dan (2).penyiapan bahan perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan penyelenggaraan dan evaluasi pelatihan masyarakat. (1). Seksi Pengembangan Kurikulum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 736 huruf a, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan penyusunan dan pengembangan kurikulum pelatihan masyarakat. (2).Seksi Penyelenggaraan dan Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 736
Analisis Ditjen PMD yang akan dilaksanakan oleh Direktorat Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat melalui perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan pelatihan masyarakat
Relevansi dengan Revitalisasi pelatihan masyarakat akan menjadi dasar bagi Pemda provinsi dan kabupaten/ kota dalam perencanaan dan penganggaran terkait pelatihan masyarakat
Pasal 734
Pasal 735
Pasal ini merupakan turunan dari fungsi Direktorat Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat yang akan dilaksanakan oleh Subdirektorat Pelatihan Masyarakat dalam penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan pelatihan masyarakat. Pasal ini merupakan turunan dari fungsi Direktorat Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat yang akan dilaksanakan oleh Subdirektorat Pelatihan Masyarakat melalui perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan penyusunan dan pengembangan kurikulum pelatihan masyarakat, penyelenggaraan dan evaluasi pelatihan masyarakat Pasal ini merupakan turunan dari fungsi Subdirektorat Pelatihan Masyarakat yang akan dilaksanakan oleh: (1) Seksi Pengembangan Kurikulum dalam perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan penyusunan dan pengembangan kurikulum pelatihan masyarakat. (2) Seksi Penyelenggaraan dan
Kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan pelatihan masyarakat akan menjadi dasar kebijakan teknis bagi Pemda provinsi dan kabupaten/ kota dalam perencanaan dan penganggaran terkait fasilitasi pelaksanaan pelatihan masyarakat. kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan penyusunan dan pengembangan kurikulum pelatihan masyarakat, penyelenggaraan dan evaluasi pelatihan masyarakat akan menjadi dasar bagi Pemda provinsi dan kabupaten/ kota dalam perencanaan dan penganggaran
Pasal 737
Kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan penyusunan dan pengembangan kurikulum pelatihan masyarakat dan penyelenggaraan dan evaluasi pelatihan masyarakat. Sehingga akan menjadi dasar kebijakan teknis bagi Pemda provinsi dan kabupaten/ kota dalam perencanaan dan penganggaran.
Jenis Regulasi
Pokok-Pokok Pengaturan
Rumusan Ayat huruf b, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan penyelenggaraan dan evaluasi pelatihan masyarakat.
Analisis Evaluasi dalam penyiapan bahan perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan penyelenggaraan dan evaluasi pelatihan masyarakat.
Lampiran 5
HASIL PENGKAJIANREGULASI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANGPEMBAGIAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA DI MALANG
Pokok-Pokok Pengaturan tentang Pelatihan Permendagri No. 21 TUGA BALAI BESAR tahun 2006 PEMBERDAYAAN tentang pembagian MASYARAKAT DAN DESA di organisasi dan tata MALANG kerja balai besar pemberdayaan masyarakat dan desa di Malang Jenis Regulasi
Rumusan Ayat PASAL 2: Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pelatihan bagi masyarakat yang meliputi kader pembangunan, perangkat pemerintahan, anggota badan perwakilan, pengurus Iembaga masyarakat dan para warga masyarakat desa dan kelurahan sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.
Analisis Pemberdayaam masyarakat dan desa merupakan urusan yang kewenangannya telah didesentralisasi. Kewajiban pokok pemerintah adalah menyelenggarakan peningkatan kapasitas dan sistem dukungan terhadap daerah/pemerintah daerah untuk menyelenggarakan kewenangannya. Pasal ini yang berintikan mandat (penugasan) pemerintah cq kementerian dalam negeri kepada Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa mengindikasikan masih kuatnya paradigma sentralisasi pembangunan, yakni kecenderungan masih dominannya otoritas pusat terhadap urusan yang telah didesentralisasikan. Hal demikian dapat berimplikasi pada generalisasi atau malah penyeragaman muatan dan usaha pemberdayaan masyarakat yang lebih lanjut akan berakibat pada pengingkaran nilai dan realitas keberagaman masyarakat dan desa.
Relevansi dengan Revitalisasi Dalam kerangka revitalisasi, sangat penting dilakukan: Mengubah paradigma sentralisme menjadi paradigma desentralisasi pemerintahan dan otonomisasi daerah. Kepentingannya adalah mendekatkan muatan, metode, pendekatan, teknik dan strategi pelatihan pada kebutuhan nyata usaha perkuatan keberdayaan masyarakat dan desa. Memilah secara tegas perkuatan kapasitas bagi masyarakat, kader masyarakat, kelembagaan masyarakat dan tenaga pemberdaya masyarakat pada satu ranah pemberdayaan masyarakat desa/kelurahan serta aparatur pemerintahan desa dan badan permusyawaratan desa (bpd) pada ranah pemerintahan desa dan aparatur kelurahan pada ranah penyelenggaraan layanan pemerintah di kalurahan. Menegaskan TUGAS Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa adalah menyelenggarakan sistem dukungan bagi usaha pemberdayaan masyarakat desa/kelurahan, penguatan kapasitas pemerintahan desa dan peningkatan kapasitas aparat layanan pemerintah di kelurahan.
Pokok-Pokok Pengaturan tentang Pelatihan Permendagri No. 21 FUNGSI BALAI BESAR tahun 2006 PEMBERDAYAAN tentang pembagian MASYARAKAT DAN DESA di organisasi dan tata MALANG kerja balai besar pemberdayaan masyarakat dan desa di Malang Jenis Regulasi
Rumusan Ayat PASAL 3: Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan pelatihan di bidang pemberdayaan aparatur desa/kelurahan; b. pelaksanaan pelatihan di bidang pemberdayaan lembaga masyarakat desa/kelurahan; dan c. pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, administrasi umum, perpustakaan, perlengkapan dan rumah tangga.
Analisis Mengacu pada catatan analitik dan relevansinya dengan revitalisasi atas pasal 2, terhadap kontekstualitas pada usaha penguatan/peningkatan kapasitas (pemberdayaan) aparatur desa/ kelurahan diperlukan penegasan posisi yang berbeda antara aparatur desa dengan aparatur kelurahan. Pemberdayaan aparatur desa harus berpijak pada posisi desa yang melekat didalamnya hak otonomi desa, sedang aparatur kelurahan berpijak pada posisi kelurahan yang melekat didalamnya kewenangan wilayah administratif yang bersumber dari kewenangan pemerintah daerah atau kabupaten/ kota. Dalam hak otonomi desa menjadi bagian tak terpisahkan dalam pemerintahan desa adalah keberadaan badan permusyawaratan desa (BPD). Agar tidak mereduksi usaha pemberdayaan masyarakat, pelatihan dibidang pemberdayaan lembaga masyarakat desa/kelurahan dibawa kembali pada esensi perkuatan keberdayaan masyarakat desa/ kelurahan. Lembaga masyarakat desa/kelurahan yang secara stereo-type menunjuk pada LPMD/LPMK, Kader Pembangunan, KPMD/KPMK dan BPD) diposisikan kembali sebagai bagian dari keseluruhan dan tidak terpisahkan dari usaha pemberdayaan. Pelatihan pemberdayaan masyarakat dengan demikian menunjuk pada perkuatan dan perbanyakan tenaga pemberdayaan masyarakat (yakni tenaga fasilitator dari unsur kedinasan
Relevansi dengan Revitalisasi Fungsi Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat Desa diarahkan pada fungsi penyelenggaraan fungsi: a. pelaksanaan sistem dukungan pemberdayaan masyarakat dan kelembagaan masyarakat desa/ kelurahan; b. pelaksanaan sistem dukungan pemberdayaan kelembagaan pemerintahan desa, perangkat desa dan aparatur kelurahan; c. pendidikan dan pelatihan master trainer pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan kelembagaan masyarakat desa/kelurahan, pemberdayaan kelembagaan pemerintahan desa, pemberdayaan perangkat desa dan pemberdayaan aparatur kelurahan; d. kaji-tindak pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan kelembagaan masyarakat desa/kelurahan dan pemberdayaan kelembagaan pemerintahan desa melalui pengembangan sistem model (modeling system) bertumpu pada keberagaman dan otonomi masyarakat dan desa di Indonesia; e. pelaksanaan urusan ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, administrasi, perpustakaan, perlengkapan dan kerumahtanggaan. f. Fungsi pada huruf (c.) dan (d.) secara operasional dapat diintegrasikan keduaduanya dalam masing-masing di penyelenggaraan operasional fungsi pada huruf (a.) dan (b.). Sebaliknya, jika dipandang perlu dan ditimbang dapat bisa lebih efektif
Jenis Regulasi
Rumusan Ayat
Analisis dari elemen tenaga fungsional maupun nonkedinasan dari elemen tenaga profesional) dan selanjutnya kepelatihan lembaga masyarakat desa/kelurahan. Lebih lanjut, Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat Desa sepantasnya tidak menjalankan fungsi teknis pelaksanaan pelatihan, tetapi lebih menjalankan fungsi penyelenggaraan sistem dukungan. Jika pun menyelenggarakan teknis pelatihan, maka ini adalah pelatihan untuk tenaga-tenaga khusus bagi perkuatan teknis dan operasional sistem dukungan pelaksanaan pelatihan atau semacam pelatihan untuk pelatih. Penyelenggaraan teknis pelatihan dan/atau pelaksanaan teknis pemberdaaan menjadi bagian kewenangan yang didesentralisasikan di daerah. Lihat catatan huruf (f.) pada relevansi dengan revitalisasi untuk fungsi-fungsi Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat Desa (Pasal 3 Permendagri 21/2006) di atas.
Relevansi dengan Revitalisasi kinerjanya dapat diwadahi dalam satuan substruktur tersendiri dalam Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat Desa. Desentralisasi kewenangan penyelenggaraan teknis pelatihan dan/atau pelaksanaan teknis pemberdayaan, berarti mendekatkan muatan pelatihan dan pemberdayaan pada kebutuhan-kebutuhan nyata perkuatan di masyarakat/desa dalam berbagai keragaman sebagaimana keragaman masyarakat dan desa di seluruh wilayah Indonesia.
g.
SUSUNAN ORGANISASI
BAB II Pasal 4 (1) Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang terdiri dari: a. Bagian Tata Usaha; b. Bidang Pemberdayaan Aparatur; c. Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan; dan d. Kelompok Jabatan Fungsional. (2) Di Iingkungan Balai-Besar Pemberdayaan Masyarakat Desa di Malang terdapat unit Pasal 5
Lihat catatan huruf (f.) pada relevansi dengan revitalisasi untuk fungsi-fungsi Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat Desa (Pasal 3 Permendagri 21/2006) di atas.
Jenis Regulasi
Rumusan Ayat Bagan susunan organisasi Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini. PASAL 6: (TUGAS) Bagian Tata Usaha mempunyai tugas menyusun program dan anggaran, pengelolaan urusan keuangan, kepegawaian, persuratan, perpustakaan, perlengkapan, dan rumah tangga. PASAL 7: (FUNGSI) a. penyusunan program dan anggaran serta pelaksanaan monitoring dan evaluasi; b. pengelolaan urusan keuangan, urusan perlengkapan, rumah tangga dan perpustakaan; dan c. pengelolaan surat menyurat dan urusan kepegawaian. PASAL 8 dan PASAL 9: (SUBBAGIAN DAN TUGASNYA) (1) Subbagian Penyusunan Program mempunyai tugas menyiapkan bahan penyusunan program dan anggaran serta monitoring dan evaluasi. (2) Subbagian Umum dan Keuangan mempunyai tugas melakukan urusan
Analisis
Jenis Regulasi
Rumusan Ayat keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan perpustakaan. (3) Subbagian Persuratan dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan surat menyurat, kearsipan, dan kepegawaian. Pasal 10 Bidang Pemberdayaan Aparatur mempunyai tugas menyelenggarakan pelatihan di bidang pemberdayaan aparatur desa dan kelurahan, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan pelaksanaan pelatihan
Analisis
Bidang pemberdayaan aparatur dengan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal yang telah ada mengindikasikan, sebagaimana catatan analitik atas pasal 2, kecenderungan paradigma sentralisme dan tidak memilah-bedakan posisi aparatur desa dan aparatur kelurahan secara lebih jelas dan tegas. Sebagaimana diatur dalam peraturan terkait Desa dan Kelurahan, Desa memiliki kewenangan otonom dan kelurahan kewenangan administratif. Bidang ini, dengan memahami keragaman masyarakat yang berarti juga keberagaman kebutuhan sesuai dengan didamika yang berkembang di daerah serta sesuai dengan pelimpahan kewenangan pemberdayaan masyarakat dan desa dalam kerangka desentralisasi, penyelenggaraan pelatihan di bidang pemberdayaan aparatur desa dan kelurahan, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan seharusnya diubah dengan penugasan penyelenggaraan sistem dukungan dengan rangkaian penugasan terkait. Dengan tugas sebagaimana masukan dalam catatan analitik dan relevansi di atas, penyelenggaraan fungsinya pun terkait dengan
Bidang Pemberdayaan Aparatur (atau nama dan sebutan yang disesuaikan kemudian) mempunyai tugas menyelenggarakan sistem dukungan di bidang pemberdayaan lembaga pemerintahan desa, pemberdayaan perangkat desa dan pemberdayaan aparatur kelurahan; konsultansi dan supervisi pelaksanaan teknis pemberdayaan, monitoring dan evaluasi, kajian untuk pengembangan muatan kurikulum, modul, strategi, pendekatan, metode dan teknik pemberdayaan dan/atau penguatan/peningkatan kapasitas.
Penyelenggaraan fungsi terkait, adalah: a. Kaji kebutuhan pemberdayaan kelembagaan pemerintahan desa;
Jenis Regulasi
Rumusan Ayat dimaksud dalam Pasal 10, menyelenggarakan fungsi: a. analisis kebutuhan pelatihan perangkat desa; b. analisis kebutuhan pelatihan perangkat kelurahan; c. pengembangan kurikulum, modul, metode dan teknik pelatihan pemberdayaan aparatur; d. pelaksanaan pelatihan pemberdayaan aparatur; dan e. monitoring dan evaluasi serta penyusunan laporan pelatihan.
Relevansi dengan Revitalisasi b. Kaji kebutuhan pemberdayaan perangkat desa; c. Kaji kebutuhan pelatihan aparat kelurahan; d. Pengembangan konsep, strategi, model, pendekatan, metode, dan teknik pemberdayaan kelembagaan desa; e. Pengembangan konsep, strategi, model, pendekatan, metode, dan teknik pemberdayaan perangkat desa; f. Pengembangan konsep, strategi, model, pendekatan, metode, dan teknik pelatihan aparat kelurahan; g. Penyediaan Master Trainer dan Pelatihan Tenaga Pelatih/Pemberdayaan kelembagaan desa, perangkat desa dan aparat kelurahan. h. Pemberian konsultansi dan supervisi i. Monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan. Seksi-seksi disarankan untuk dilakukan penyesuaian, sebagai berikut: (1) Seksi Pemberdayaan Kelembagaan Pemerintahan Desa dengan tugas menyiapkan bahan kajian kebutuhan pemberdayaan dan pengembangan kelembagaan pemerintahan desa, yang menjakup pemerintah desa (cq. Kepala Desa dan perangkatnya) dan Badan Permusyawaratan Desa (atau lembaga permusyawaratan desa yang sepadan dengannya); pengembangan konsep, strategi, model, pendekatan, metode dan teknik pemberdayaan pemerintahan desa; penyiapan pedoman umum dan panduan teknis sebagai acuan pemberian konsultansi dan supervisi bagi tenaga pendamping teknis (yakni
Pasal 12 dan Pasal 13 (seksi dan tugas) (1) Seksi Perangkat Desa mempunyai tugas menyiapkan bahan analisis kebutuhan pelatihan, pengembangan kurikulum, modul, metode dan teknik pelatihan, serta penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan pelatihan perangkat desa. (2) Seksi Perangkat Kelurahan mempunyai tugas menyiapkan bahan analisis kebutuhan pelatihan, pengembangan kurikulum, modul, metode dan teknik pelatihan, serta penyiapan bahan monitoring, evaluasi
Berkaitan dengan tugas dan fungsi subbidang sebagaimana diuraikan dalam catatan analitik dan relevansi revitalisasi, seksi-seksi dan penugasannya perlu dilakukan penyesuaian. Penyesuaian diantaranya dapat dilakukan dengan penambahan seksi maupun penugasan seksi secara relevan.
Jenis Regulasi
Analisis
Relevansi dengan Revitalisasi petugas fungsional pendampingan teknis) pemberdayaan pemerintahan desa; penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan perkembangan kegiatan pemberdayaan pemerintahan desa. (2) Seksi (pemberdayaan atau peningkatan kapasitas) Perangkat Desa dengan tugas menyiapkan bahan kajian kebutuhan pemberdayaan perangkat desa; pengembangan konsep, strategi, model, pendekatan, metode, dan teknik pemberdayaan perangkat desa; penyiapan pedoman umumdan panduan teknis sebagai acuan, pemberian konsultansi dan supervisi kegiatan pelatihan atau peningkatan kapasitas atau pemberdayaan perangkat desa; penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan pelatihan atau peningkatan kapasitas atau pemberdayaan perangkat desa. (3) Seksi (pemberdayaan atau peningkatan kapasitas) Aparatur Kelurahan dengan tugas menyiapkan bahan kajian kebutuhan pemberdayaan aparatur kelurahan; pengembangan konsep, strategi, model, pendekatan, metode, dan teknik pemberdayaan aparatur kelurahan; penyiapan pedoman umumdan panduan teknis sebagai acuan, pemberian konsultansi dan supervisi kegiatan pelatihan atau peningkatan kapasitas atau pemberdayaan aparatur kelurahan; penyiapan bahan monitoring,
Jenis Regulasi
Rumusan Ayat
Analisis
Relevansi dengan Revitalisasi evaluasi dan pelaporan kegiatan pelatihan atau peningkatan kapasitas atau pemberdayaan aparatur kelurahan. Bidang Pemberdayaan Masyarakat mengemban tugas menyelenggarakan sistem dukungan bagi peningkatan kapasitas dan pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi, politik, budaya, lingkungan, permukiman, kesehatan dan kemasyarakatan; konsultansi dan supervisi pelaksanaan teknis pemberdayaan, monitoring dan evaluasi; kajian untuk pengembangan muatan, modul, strategi, pendekatan, metode dan teknik pemberdayaan dan/atau penguatan/peningkatan kapasitas.
Pasal 14 (TUGAS) Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan mempunyai tugas menyelenggarakan pelatihan di bidang pemberdayaan Iembaga emasyarakatan desa dan kelurahan, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan pelaksanaan pelatihan.
Pasal 15 (FUNGSI) Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, mempunyai fungsi: a. analisis kebutuhan pelatihan pemberdayaan Iembaga kemasyarakatan; b. pengembangan kurikulum, modul, metode dan teknik pelatihan pemberdayaan Iembaga kemasyarakatan; c. pelaksanaan pelatihan pemberdayaan Iembaga kemasyarakatan di bidang
Sebagaimana telah disebut dalam catatan analitik dan relevansi revitalisasi diatas, pembidangan ini sepantasnya diperluas cakupannya sebagai Bidang Pemberdayaan Masyarakat yang mencakupi masyarakat desa dan kelurahan. Pemberdayaan lembaga kemasyarakatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses kerja pemberdayaan masyarakat. Dalam kerangka ini pemberdayaan masyarakat dibawa dan diarahkan yang secara teknis dan substantif dapat lebih terukur, yaknin pemberdayaan: sosial-ekonomi, sosial-budaya, sosial-politik, serta lingkungan permukiman dan kesehatan. Dengan tugas sebagaimana masukan dalam Penyelenggaraan fungsi terkait, adalah: catatan analitik dan relevansi di atas, a. Kaji kebutuhan pemberdayaan masyarakat. penyelenggaraan fungsinya pun terkait dengan b. Kaji kebutuhan pemberdayaan kelembagaan pokok-pokok yang relevan. masyarakat; c. Pengembangan konsep, strategi, model, pendekatan, metode, dan teknik pemberdayaan masyarakat. d. Pengembangan konsep, strategi, model, pendekatan, metode, dan teknik pemberdayaan kelembagaan masyarakat; e. Pengembangan konsep, strategi, model, pendekatan, metode, dan teknik pelatihan
Jenis Regulasi
Rumusan Ayat kelembagaan dan sosial budaya; d. pelaksanaan pelatihan pemberdayaan Iembaga kemasyarakatan di bidang usaha ekonomi masyarakat; dan e. monitoring dan evaluasi serta penyusunan laporan pelatihan.
Analisis
Relevansi dengan Revitalisasi Tenaga Pendamping Masyarakat dan Kader Masyarakat; f. Penyediaan Master Trainer dan Pelatihan Tenaga Pendamping Masyarakat.
PASAL 16 (SEKSI-SEKSI) DAN Pasal 17 (TUGAS) (1) Seksi Kelembagaan dan Sosial Budaya mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan analisis kebutuhan pelatihan, pengembangan kurikulum, modul, metode dan teknik pelatihan, penyiapan bahan pelatihan pemberdayaan lembaga emasyarakatan di bidang kelembagaan dan sosial budaya serta monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan. (2) Seksi Pengembangan Ekonomi Masyarakat mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan analisis kebutuhan pelatihan, pengembangan kurikulum, modul, metode dan teknik pelatihan, penyiapan bahan pelatihan pemberdayaan lembaga kemasyarakatan di bidang pengembangan ekonomi masyarakat serta monitoring, evaluasi dan
Berkaitan dengan tugas dan fungsi subbidang sebagaimana diuraikan dalam catatan analitik dan relevansi revitalisasi, seksi-seksi dan penugasannya perlu dilakukan penyesuaian. Penyesuaian diantaranya dapat dilakukan dengan penambahan seksi maupun penugasan seksi secara relevan.
Seksi-seksi disarankan untuk dilakukan penyesuaian, sebagai berikut: 1) Seksi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dengan tugas menyiapkan bahan kajian kebutuhan pemberdayaan dan pengembangan ekonomi masyarakat, yang mencakup bidang manajemen dan pengembangan usaha, peningkatan kualitas dan kapasitas produksi, jejaring dan kerjasama usaha, promosi dan akses pemasaran; pengembangan konsep, strategi, model, pendekatan, metode dan teknik pemberdayaan ekonomi masyarakat; penyiapan pedoman umum dan panduan teknis sebagai acuan pemberian konsultansi dan supervisi kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat; penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan perkembangan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat. 2) Seksi Pemberdayaan Sosial-Budaya dan Lingkungan dengan tugas menyiapkan bahan kajian kebutuhan pemberdayaan masyarakat dibidang sosial-budaya dan lingkungan yang mencakup pengembangan kearifan
Jenis Regulasi
Analisis
Relevansi dengan Revitalisasi masyarakat setempat, pendidikan anak dan keluarga, pelestarian alam dan lingkungan, dan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan; pengembangan konsep, strategi, model, pendekatan, metode, dan teknik pemberdayaan perangkat masyarakat dibidang sosial-budaya dan lingkungan; penyiapan pedoman umum dan panduan teknis sebagai acuan, pemberian konsultansi dan supervisi kegiatan pemberdayaan sosialekonomi dan lingkungan; penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan pemberdayaan sosial-ekonomi dan lingkungan. 3) Seksi Pemberdayaan Politik dan Kelembagaan Masyarakat dengan tugas menyiapkan bahan kajian kebutuhan pemberdayaan politik (didalamnya mencakupi kesadaran akan kewargaan, pemahaman dan kemampuan untuk menyampaikan pandangan, gagasan dan usulan secara konstruktutif, partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, pemantauan dan pengawasan pembangunan) dan kelembagaan masyarakat (tata-kelola kehidupan bersama masyarakat); pengembangan konsep, strategi, model, pendekatan, metode, dan teknik pemberdayaan politik dan kelembagaan masyarakat; penyiapan pedoman umum dan panduan teknis sebagai acuan, pemberian konsultansi dan supervisi kegiatan pemberdayaan politik dan kelembagaan masyarakat; penyiapan bahan monitoring,
Jenis Regulasi
Rumusan Ayat
Analisis
Relevansi dengan Revitalisasi evaluasi dan pelaporan kegiatan terkait. 4) Seksi Pemberdayaan Permukiman dan Kesehatan Masyarakat dengan tugas menyiapkan bahan kajian kebutuhan pemberdayaan dalam pengelolaan permukiman dan kesehatan masyaraka; pengembangan konsep, strategi, model, pendekatan, metode, dan teknik pemberdayaan pengelolaan permukiman dan kesehatan masyarakat; penyiapan pedoman umum dan panduan teknis sebagai acuan, pemberian konsultansi dan supervisi kegiatan pemberdayaan pengelolaan permukiman dan kesehatan masyarakat; penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan terkait. (1) Kelompok Tenaga Fungsional bidang pemberdayaan kelembagaan pemerintahan Desa, pemberdayaan perangkat Desa dan peningkatan kapasitas aparatur kelurahan; (2) Kelompok Tenaga Fungsional bidang pemberdayaan masyarakat di subbidang pemberdayaan ekonomi masyarakat, pemberdayaan sosial-budaya dan lingkungan, pemberdayaan politik dan kelembagaan masyarakat serta subbidang permukiman dan kesehatan masyarakat. (3) Kelompok Tenaga Fungsional Kepelatihan dan Master Trainer. (4) Kelompok Tenaga Fungsional Riset, Monitoring dan Evaluasi. (5) Prinsip-prinsip partisipatoris dan
Pasal 18 Kelompok Tenaga Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pasal 19 (1) Kelompok Tenaga Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 sesuai .dengan bidang keahliannya. (2) Masing-masing kelompok tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional senior. (3) Jumlah tenaga fungsional
Tenaga fungsional disesuaikan dengan kebutuhan operasional penyelenggaraan sistem dukungan terhadap pemberdayaan masyarakat dan desa yang substansi teknis penyelenggaraannya didesentralisasikan.
Jenis Regulasi
Rumusan Ayat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. (4) Jenis dan jenjang tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Analisis
Relevansi dengan Revitalisasi keberagaman (multikulturalisme) masyarakat dan desa menjadi pegangan utama.