Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH SOSIOLOGI

PERILAKU MENYIMPANG PELAJAR DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI


Oleh : Muhammad Yakub NIM. A101080018 Perilaku menyimpang pelajar adalah salah satu dari masalah sosial karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Ada hubungan sebab akibat antara diorganisasi sosial dalam keluarga dengan perilaku menyimpang pelajar. Artinya adanya disorganiasi sosial dalam keluarga memberi peluang pelajar untuk melakukan perilaku menyimpang. Sebaliknya bagi pelajar yang keluarganya harmonis dan utuh maka kemungkinan melakukan perilaku menyimpang sangat kecil.

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anonymous menulis Ada seorang Ibu yang tinggal di Jakarta bercerita bahwa sejak maraknya kasus tawuran pelajar di Jakarta, Beliau mengambil inisiatif untuk mengantar dan menjemput anaknya yang sudah SMU, sebuah kebiasaan yang belum pernah Beliau lakukan sebelumnya. Bagaimana tidak ngeri, kalau pelajar yang tidak ikut-ikutan pun ikut diserang, (ekaprana htt://www.jurnalbogor.com: 2008).

Mengapa para pelajar itu begitu sering tawuran, seakan-akan mereka sudah tidak memiliki akal sehat, dan tidak bisa berpikir mana yang berguna dan mana yang tidak ? Mengapa

pula para pelajar banyak yang terlibat narkoba dan seks bebas, dan hal lainnya yang menyimpang? Apa yang salah dari semua ini?

Adalah sulit untuk menentukan suatu penyimpangan karena tidak semua orang menganut norma yang sama sehingga ada perbedaan mengenai apa yang menyimpang dan tidak menyimpang. Orang yang dianggap menyimpang berarti melakukan perilaku menyimpang. Tetapi perilaku menyimpang bukanlah kondisi yang perlu untuk menjadi seorang penyimpang. Penyimpang adalah orang-orang yang mengadopsi peran penyimpang, atau yang disebut penyimpangan sekunder.

Istilah pelajar dalam makalah ini adalah mereka yang menurut Kartini Kartono, berusia antara 12 21 tahun. Pelajar akan mengalami periode perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut : masa pra-pubertas (12 13 tahun), masa pubertas (14 16 tahun), masa akhir pubertas. (17 18 tahun). (2007:27). Dan perilaku menyimpang pelajar adalah kenakalan pelajar yang biasanya dilakukan oleh pelajar-pelajar yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya.(Jokie M.S. Siahaan

http://www.blogspot.com/2008). Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Kenakalan pelajar dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang.

Dalam perspektif sosiologi perilaku menyimpang pelajar terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat

mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku pelajar yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang, atau telah terjadi kenakalan pelajar.

Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku mengapa seorang pelajar melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu apa yang dilakukan melanggar aturan. Becker (dalam Soerjono Soekanto,1988 : 26), mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk mengasumsikan hanya mereka yang menyimpang mempunyai dorongan untuk berbuat demikian. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap manusia pasti mengalami dorongan untuk melanggar pada situasi dan adanya kesempatan tertentu, tetapi terkadang pada kebanyakan orang tidak menjadi berwujud penyimpangan.

Dasar pengakategorian penyimpangan didasari oleh perbedaan perilaku, kondisi dan individu. Penyimpangan dapat didefinisikan secara statistik, absolut, reaktifis, dan normatif. Perbedaan yang menonjol dari keempat sudut pandang pendefinisian itu adalah pendefinisian oleh para reaktifis, dan normatif yang membedakannya dari kedua sudut pandang lainnya.( Jokie M.S. Siahaan: blogspot.com:2008).

Penyimpangan secara normatif didefinisikan sebagai penyimpangan terhadap norma, di mana penyimpangan itu adalah terlarang bila diketahui dan mendapat sanksi. Jumlah dan macam penyimpangan dalam masyarakat adalah relatif tergantung dari besarnya perbedaan Penyimpangan adalah relatif terhadap norma suatu kelompok atau masyarakat. Karena norma berubah maka penyimpangan berubah.

Penyimpangan biasanya dilihat dari perspektif orang yang bukan penyimpang. Pengertian yang penuh terhadap penyimpangan membutuhkan pengertian tentang penyimpangan bagi

penyimpang. Untuk menghargai penyimpangan adalah dengan cara memahami, bukan menyetujui apa yang dipahami oleh penyimpang. Cara-cara para penyimpang menghadapi penolakan atau stigma dari orang non penyimpang disebut dengan teknik pengaturan. Tidak satu teknik pun yang menjamin bahwa penyimpang dapat hidup di dunia yang menolaknya, Teknikteknik yang digunakan oleh penyimpang adalah kerahasiaan, manipulasi aspek lingkungan fisik, rasionalisasi, partisipasi dalam subkebudayaan menyimpang dan berubah menjadi tidak menyimpang.

Proses sosialisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi sosial dengan menggunakan media atau lingkungan sosial tertentu. Oleh sebab itu, kondisi kehidupan lingkungan tersebut akan sangat mewarnai dan mempengaruhi input dan pengetahuan yang diserap oleh setiap pelajar. Karena itulah dalam membahas perilaku penyimpangan pelajar, penulis menitikberatkan pada pendekatan sistem, yaitu perilaku individu sebagai masalah sosial yang bersumber dari sistem sosial terutama dalam pandangan disorganisasi sosial sebagai sumber masalah. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada umumnya para pelajar yang mengalami gejala disorganisasi sosial dalam keluarga misalnya, maka norma dan nilai sosial menjadi kehilangan kekuatan mengikat. Dengan demikian kontrol sosial menjadi lemah, sehingga memungkinkan terjadinya berbagai bentuk penyimpangan perilakunya.

2. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penulisan ini adalah:

1. Mengidentifikasi faktor-faktor pendorong timbulnya perilaku penyimpangan yang dilakukan para pelajar.

2. Untuk mengetahui hubungan antara perilaku menyimpang pelajar dengan disorganisasi sosial.

Selanjutnya dalam pembahasan ini, istilah perilaku menyimpang diidentikkan dengan kenakalan.

B. PERILAKU MENYIMPANG PELAJAR

1. Faktor-Faktor Pendorong

Pada dasarnya perilaku menyimpang atau kenakalan pelajar adalah hal-hal yang dilakukan oleh pelajar sebagai individu dan yang tidak sesuai dengan norma-norma hidup yang belaku di dalam masyarakatnya. Kartini Kartono (1988 : 93) mengatakan pelajar yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan dianggap terjadi hal yang menyimpang atau kenakalan.

Emile Durkheim (dalam Soerjono Soekanto, 1985 : 73). pernah membahas tentang normal tidaknya perilaku menyimpang atau perilaku kenakalan, dijelaskan bahwa dalam pemikiran perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal, dengan demikian perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang dianggap normal yaitu perilaku nakal atau jahat yaitu perilaku yang disengaja sehingga menimbulkan keresahan pada masyarakat.

Singgih D. Gumarso (1988 : 19), mengatakan dari segi hukum kenakalan pelajar digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu : (1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum ; (2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.

Kenakalan pelajar dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor, seperti :

1. Kawan Sepermainan

Di kalangan pelajar, memiliki banyak kawan adalah merupakan satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya. Apalagi mereka dapat memiliki teman dari kalangan terbatas. Di jaman sekarang, pengaruh kawan bermain ini bukan hanya membanggakan si pelajar saja tetapi bahkan juga pada orangtuanya. Orangtua juga senang dan bangga kalau anaknya mempunyai teman bergaul dari kalangan tertentu . Namun jika si anak akan mengikuti tetapi tidak mempunyai modal ataupun orangtua tidak mampu memenuhinya maka anak akan menjadi frustrasi. Apabila timbul frustrasi, maka pelajar kemudian akan melarikan rasa kekecewaannya itu pada narkotik, obat terlarang, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, orangtua para pelajar hendaknya berhati-hati dan bijaksana dalam memberikan kesempatan anaknya bergaul. Jangan biarkan anak bergaul dengan kawan-kawan yang tidak benar. Memiliki teman bergaul yang tidak sesuai, anak di kemudian hari akan banyak menimbulkan masalah bagi orangtuanya.

2. Pendidikan

Memberikan pendidikan yang sesuai adalah merupakan salah satu tugas orangtua kepada anak. Ketika anak memasuki usia sekolah terutama perguruan tinggi, orangtua hendaknya membantu memberikan pengarahan agar masa depan si anak berbahagia. Masih sering terjadi dalam masyarakat, orangtua yang memaksakan kehendaknya agar di masa depan anaknya memilih profesi tertentu yang sesuai dengan keinginan orangtua. Pemaksaan ini tidak jarang justru akan berakhir dengan kekecewaan. Sebab, meski memang ada sebagian anak yang berhasil mengikuti kehendak orangtuanya tersebut, tetapi tidak sedikit pula yang kurang berhasil dan kemudian menjadi kecewa, frustrasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah sama sekali. Mereka malah pergi bersama dengan kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal waktu bahkan mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna obat-obat terlarang.

3. Penggunaan Waktu Luang

Kegiatan di masa pelajar sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, pada si pelajar akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si pelajar melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat terganggu.

Seringkali perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang dipergunakan para pelajar untuk menarik perhatian lingkungannya. Sebab dalam masyarakat, pada umunya apabila seseorang tidak mengikuti gaya

hidup anggota kelompoknya maka ia akan dijauhi oleh lingkungannya. Tindakan pengasingan ini jelas tidak mengenakkan hati si pelajar, akhirnya mereka terpaksa mengikuti tindakan kawankawannya. Akhirnya ia terjerumus.

Mengisi waktu luang selain diserahkan kepada kebijaksanaan pelajar, ada baiknya pula orangtua ikut memikirkannya pula. Oleh karena itu, waktu luang yang dimiliki pelajar dapat diisi dengan kegiatan keluarga sekaligus sebagai sarana rekreasi. Kegiatan keluarga dapat pula berupa tukar pikiran dan berbicara dari hati ke hati. 4. Uang Saku Orangtua hendaknya memberikan teladan untuk menanamkan pengertian bahwa uang hanya dapat diperoleh dengan kerja dan keringat. Pelajar atau anak hendaknya dididik agar dapat menghargai nilai uang. Pemberian uang saku kepada pelajar memang tidak dapat dihindarkan. Namun, sebaiknya uang saku diberikan dengan dasar kebijaksanaan. Jangan berlebihan. Uang saku yang diberikan dengan tidak bijaksana akan dapat menimbulkan masalah. Yaitu:

1. Anak menjadi boros

2. Anak tidak menghargai uang, dan

3. Anak malas belajar, sebab mereka pikir tanpa kepandaian pun

uang gampang didapat.

5. Perilaku Seksual

Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang menguatirkan. Para pelajar dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-

tempat umum, para pelajar saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa pelajar. Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan pelajar kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar.

Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak pelajar yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Apabila usia makin meningkat, orangtua dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada anak. Namun, tetap harus dijaga agar mereka tidak salah jalan. Menyesali kesalahan yang telah dilakukan sesungguhnya kurang bermanfaat. Orangtua hendaknya memberikan teladan dalam menekankan bimbingan serta pelaksanaan latihan kemoralan yang sesuai dengan agama dan aturan yang berlaku.

2. Hubungan Perilaku Menyimpang Pelajar dengan Disorganisasi Sosial.

Perilaku pelajar sebagai individu yang dianggap menyimpang dan merupakan sebagai masalah sosial, pada dasarnya bersumber dari sistem sosial terutama dalam pandangan disorganisasi sosial sebagai sumber masalah. Hal ini dapat dilihat bahwa pada umumnya para pelajar yang mengalami gejala disorganisasi sosial seperti masalah dalam keluarga, ,maka norma dan nilai sosial menjadi kehilangan kekuatan mengikat. Dengan demikian kontrol sosial menjadi lemah, sehingga memungkinkan terjadinya berbagai bentuk penyimpangan perilakunya.

Ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam menilai ada tidaknya hubungan antara perilaku menyimpang atau kenakalan pelajar dengan disorganisasi sosial, terutama masalah dalam keluarga, (Masngudin HMS : wordpress.com/2008), yaitu :

1. Hubungan dengan sikap orang tua dalam pendidikan

Salah satu sebab kenakalan yang disebutkan pada kerangka konsep di atas adalah sikap orang tua dalam mendidik anaknya. Mereka yang orang tuanya otoriter, dan tidak memperhatikan sama sekali pendidikan anaknya, sering melakukan kenakalan khusus, ternyata peranan keluarga dalam pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan anak.

2. Hubungan dengan pekerjaan orang tua

Untuk mengetahui apakah perilaku menyimpang atau kenakalan juga ada hubungannya dengan pekerjaan orangtuanya, artinya tingkat pemenuhan kebutuhan hidup. Karena pekerjaan orangtua dapat dijadikan ukuran kemampuan ekonomi, guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Hal ini perlu diketahui karena dalam keseharian orang tua terkadang tidak mampu dan melalaikan tugas sosial keluarga, karena kesibukannya dalam pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

3. Hubungan dengan keutuhan keluarga

Secara teoritis keutuhan keluarga dapat berpengaruh terhadap kenakalan pelajar. Artinya banyak terdapat anak-anak pelajar yang nakal datang dari keluarga yang tidak utuh, baik dilihat dari struktur keluarga maupun dalam interaksinya di keluarga, namun ketidakutuhan struktur keluarga bukan jaminan bagi anaknya untuk melakukan kenakalan.

Namun jika dilihat dari keutuhan dalam interaksi, terlihat jelas bahwa yang melakukan kenakalan khusus berasal dari keluarga yang interaksinya kurang dan tidak serasi. Jadi ketidak berfungsian keluarga untuk menciptakan keserasian dalam interaksi mempunyai kecenderungan anak pelajarnya melakukan kenakalan. Artinya semakin tidak serasi hubungan atau interaksi dalam keluarga tersebut tingkat kenakalan yang dilakukan semakin berat, yaitu pada kenakalan khusus. seperti hubungan seks di luar nikah, menyalahgunakan narkotika, kasus pembunuhan, pemerkosaan, kumpul kebo, serta menggugurkan kandungan.

4. Hubungan antara interaksi keluarga dengan lingkungannya

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, oleh karena itu mau tidak mau harus berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Adapun yang diharapkan dari hubungan tersebut adalah serasi, karena keserasian akan menciptakan kenyamanan dan ketenteraman. Apabila hal itu dapat diciptakan, yaitu menerapkan proses sosialisasi yang baik bagi anak-anaknya, dengan tetangga atau lingkungan sosialnya, maka kecenderungan anaknya melakukan kenakalan pada tingkat yang lebih berat yaitu kenakalan khusus, akan terhindarkan.

5. Hubungan dengan kehidupan beragama keluarga

Kehidupan beragama keluarga juga merupakan salah satu ukuran untuk melihat hubungan perilaku penyimpangan pelajar dengan disorganisasi sosial dalam keluarga. Sebab keluarga yang menjalankan kewajiban agama secara baik, berarti mereka akan menanamkan nilai-nilai dan norma yang baik. Artinya secara teoritis bagi keluarga yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik, maka anak-anaknyapun akan melakukan hal-hal yang baik sesuai dengan norma agama.

Dengan demikian ketaatan dan tidaknya beragama bagi keluarga sangat berhubungan dengan kenakalan yang dilakukan oleh anak-anaknya. Hal ini berarti bahwa bagi keluarga yang taat menjalankan kewajiban agamanya kecil kemungkinan perilaku anaknya menyimpang, baik kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan maupun kenakalan khusus, demikian juga sebaliknya.

Menurut teori Durkheim kenakalan pelajar disebabkan ketidak berfungsian sebuah organisasi yang dalam hal ini adalah organisasi keluarga, untuk itu solusi yang diambil yaitu memfungsikan kembali organisasi itu atau keluarga untuk mencegah tingkat kenakalan pelajar tersebut. (Soerjono Soekanto, 2007:324). Dan pada dasarnya keluarga memang adalah organisasi pertama sebagai pembentuk watak dan kepribadian anak atau pelajar, jadi keberfungsian keluarga sangat menentukan masa depannya.

C. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis di atas, ditemukan bahwa perilaku menyimpang pelajar adalah kenakalan pelajar yang biasanya dilakukan oleh pelajar-pelajar yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanakkanaknya, Penyimpangan biasanya dilihat dari perspektif orang yang bukan penyimpang. Untuk menghargai penyimpangan adalah dengan cara memahami, bukan menyetujui apa yang dipahami oleh penyimpang.

Kenakalan pelajar dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara lain; adanya pengaruh kawan sepermainan, kegagalan dalam pendidikan, banyaknya waktu luang, pemberian uang saku yang berlebihan, dan pergaulan sex bebas. Pelajar yang demikian, besar kemungkinan untuk

melakukan kenakalan atau perilaku menyimpang. Demikian juga dari adanya disorganiasi sosial dalam keluarga yang dialami oleh pelajar, maka akan melakukan perilaku menyimpang atau kenakalan pada tingkat tertentu. Sebaliknya bagi keluarga yang harmonis dan utuh maka kemungkinan anak-anaknya melakukan perilaku menyimpang sangat kecil, apalagi kenakalan khusus. Berdasarkan kenyataan di atas, maka untuk memperkecil tingkat perilaku menyimpang pelajar, maka perlu kiranya orangtua menjaga dan mempertahankan keutuhan keluarga dengan mengoftimalkan fungsi sosial keluarga melalui program-program kesejahteraan sosial yang berorientasi pada keluarga dan lingkungannya, pengenalan agama lebih dini dan

mengamalkannya di kehidupan sehari-hari.

Daftar Pustaka
Achlis, 1992, Praktek Pekerjaan Sosial I, STKS , Bandung Gunarsa, Singgih D, 1988, Psikologi Pelajar, Jakarta, BPK Gunung Mulya. Kartini, Kartono,1986, Psikologi Sosial 2, Kenakalan Pelajar, Jakarta, Rajawali. _______________, 2007, Psikologi Anak, , Bandung. Mandar Maju. _______________, 1985 Perubahan Sosial, Jakarta, Rajawali. Soerjono Soekanto, 1988, Sosiologi Penyimpangan, Rajawali, Jakarta _________________, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Raja Grafindo Persada. http://h4b13.wordpress.com/2008/01/14/hal-hal-yang-mempengaruhi-timbulnya- kenakalanpelajar/ , diakses 29 Januari 2009.

http://em4lzy.multiply.com/journal/item/5/kenakalan_pelajar, diakses 1 Pebruari 2009.

http://innventarisasi-pengetahuan.blogspot.com/2008/04/kenakalan pelajar.html, diakses 10 Pebruari 2009.

Makalah perilaku Menyimpang BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH Perilaku individu atau sekelompok individu yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku secara umum dalam masyarakat sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Teori ini dikemukakan oleh Edwin M.Lemert, menurutnya seseorang berperilaku menyimpang karena proses labeling yang diberikan masyarakat kepadanya. Labeling adalah pemberian julukan, cap, etiket, ataupun kepada seseorang. Pada awalnya seseorang melakukan penyimpangan primer karena itu sang pelaku penyimpangan mendapatkan cap (labeling) dari masyarakat. Karena adanya label tersebut, maka sang pelaku mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangan itupun menjadi suatu kebiasaan atau gaya hidup bagi pelakunya B. RUMUSAN MASALAH Dari uraian di atas dapat kami rumuskan sebagai berikut : 1. Jelaskan pengertian perilaku menyimpang secara umum dan menurut para ahli ! 2. Jelaskan teori tentang perilaku menyimpang ! 3. Sebutkan faktor-faktor perilaku menyimpang! 4. Sebutkan jenis-jenis perilaku menyimpang ! 5. Sebutkan sifat-sifat perilaku menyimpang ! 6. Sebutkan bentuk-bentuk perilaku menyimpang sosial ! 7. Sebutkan dampak perilaku menyimpang !

BAB II PEMBAHASAN MATERI A. PENGERTIAN PERILAKU MENYIMPANG 1. Secara Umum Perilaku individu atau sekelompok individu yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku secara umum dalam masyarakat sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. 2. Menurut Pendapat Ahli. Berikut menurut pendapat para ahli mengenai perilaku menyimpang : a. Paul B.Horton Ia mendevinisikan bahwa perilaku menyimpang adalah perilaku yang dinyatakan sabagai pelanggaran-pelanggaran terhadap norma-norma kelompok ataupun masyarakat. b. Bruce J.Cohen Ia berpendapat bahwa perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atu kelompok tertentu dalam masyarakat. c. Robert M.Z Lawang Ia menyatakan bahwa perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang

menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem tersebut untuk memperbaiki perilaku tersebut. d. James Vander Sander Ia berpendapat bahwa yang dimaksud perilaku menyimpang adalah perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah atau sebagian besar orang atau masyarakat. B. TEORI TENTANG PERILAKU MENYIMPANG a. Berdasarkan Sudut Pandang Sosiologi 1. Teori Labeling Teori ini dikemukakan oleh Edwin M.Lemert, menurutnya seseorang berperilaku menyimpang karena proses labeling yang diberikan masyarakat kepadanya. Labeling adalah pemberian julukan, cap, etiket, ataupun kepada seseorang. Pada awalnya seseorang melakukan penyimpangan primer karena itu sang pelaku penyimpangan mendapatkan cap (labeling) dari masyarakat. Karena adanya label tersebut, maka sang pelaku mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangan itupun menjadi suatu kebiasaan atau gaya hidup bagi pelakunya. 2. Teori Sosialisasi Teori Sosialisasi menyatakan bahwa seseorang biasanya menghayati nilai-nilai dan norma-norma dari bebrapa orang yang dekat dan cocok dengan dirinya. Jadi, bagaimanakah seseorang menghayati nilai-nilai dan norma-norma sosial sehingga dirinya dapat melahirkan perilaku menyimpang...????? Ada dua penjelasan yang dapat di kemukakan. Pertama, Kebudayaan khusus yang menyimpang, yaitu apabila sebagian besar teman seseorang melakukan perilaku menyimpang maka orang itu mungkin akan berperilaku menyimpang juga. Sebagai contoh, beberapa studydi Amerika, menunjukkan bahwa di kampung-kampung yang berantakan dan tidak terorganisir secara baik, perilaku jahat merupakan pola perilaku yang normal (wajar). 3. Teori Pergaulan Berbeda ( Differential Association ) Teori ini diciptakan oleh Edwin H. Sutherland dan menurut teori ini penyimpangan bersumber dari pergaulan dengan sekelompok orang yang telah menyimpang. Penyimpangan didapatkan dari proses alih budaya (cultural transmission) dan dari proses tersebut seseorang mempelajari subkebudayaan menyimpangang (deviant subculture). Contoh teori pergaulan berbeda : perilaku tunasusila, peran sebagai tunasusila dipelajari oleh seseorang dengan belajar yaitu melakukan pergaulan yang intim dengan para penyimpang (tunasusila senior) dan kemudian ia melakukan percobaan dengan melakukan peran menyimpang tersebut. 4. Teori Anomie Konsep anomie di kembangkangkan oleh seorang sosiologi dari Perancis, Emile Durkheim. Istilah Anomie dapat diartikan sebagai ketiadaan norma. Konsep tersebut dipakai untuk menggambarkan suatu masyarakat yang memiliki banyak norma dan nilai yang satu sama lain saling bertentangan. Suatu mayarakat yang anomis (tanpa norma) tidak mempunyai pedoman mantap yang dapat dipelajari dan di pegang oleh para anggota masyarakatnya. Selain Emile Durkheim ada tokoh lain yang mengemukakan tentang teori anomie yaitu Robert K. Merton, ia mengemukakan bahwa penyimpangan terjadi melalui struktur sosial. Menurut Merton struktur sosial dapat menghasilkan perilaku yang konformis (sesuai dengan norma) dan sekaligus perilaku yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan. Merton berpendapat bahwa struktur sosial mengahasilkan tekanan kearah anomie dan perilaku menyimpang karena adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan caracara yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Merton ada lima tipe cara adaptasi individu untuk mencapai tujuan budaya dari yang wajar sampai menyimpang, yaitu sebagai berikut :

a. Konformitas (Conformity) Konformitas merupakan sikap menerima tujuan budaya dengan cara mengikuti tujuan dan cara yang ditentukan oleh masyarakat. Contoh : seseorang yang ingin menjadi orang kaya berusaha untuk mewujudkannya dengan menempuh pendidikan tinggi dan bekerja keras. b. Inovasi (Innovation) Inovasi merupakan sikap menerima secara kritis cara-cara pencapaian tujuan yang sesuai dengan nilai budaya sambil menempuh cara-cara batu yang belum biasa atau tidak umum dilakukan. Contoh : seseorang yang ingin menjadi orang kaya, tetpai kedudukannya di tempat tidak memungkinkan memperoleh gaji besar, sehingga ia melakukan jalan pintas memperoleh rasa aman saja. c. Ritualisme (Ritualism) Ritualisme merupakan sikap menerima cara-cara yang diperkenalkan secara cultural, namun menolak tujuan-tujuan kebudayaan, sehingga perbuatan ritualisme berpegang teguh pada kaida-kaidah yang berlaku namun mengorbankan nilai sosial budaya yang ada. Contoh : seorang karyawan bekerja tidak untuk memperoleh kekayaan, tetapi hanya sekedar memperoleh rasa aman saja. d. Pengasingan Diri (Retreatism) Pengasingan diri merupakan sikap menolak tujuan-tujuan ataupun caracara untuk mencapai tujuan yang telah menjadi bagian kehidupan masyarakat ataupun lingkungan sosialnya. Contoh : para pemabuk dan pemakai narkoba yang seakan-akan berusaha melarikan diri dari masyarakat dan lingkungan. e. Pemberontakan (Rebeliion) Pemberontakan merupakan sikap menolak sarana dan tujuan-tujuan yang disahkan oleh budaya masyarakat dan menggantikan dengan cara yang baru. Contoh : kaum pemberontak yang memperjuangkan ideologinya melalui perlawanan bersenjata. Dari kelima tipe diatas, tipe cara adaptasi konformitaslah yang merupakan bentuk perilaku yang tidak menyimpang, sedangkan ke-empat tipe adaptasi lainnya termasuk dalam bentuk perilaku yang menyimpang. Untuk memperjelas pemahaman anda mengenai tipe cara adaptasi individu menurut Merton, perhatikan table di bawah ini : Tipe Cara Adaptasi Tujuan Budaya Cara-Cara yang Melembaga Konformitas Inovasi Ritualisme Pengasingan diri Pembenrontakan + + - - + - + - Keterangan : +: sikap menerima - : penolakan : penolakan terhadap nilai-nilai yang berlaku dan upaya menggantinya dengan nilai-nilai baru. b. Berdasarkan Sudut Pandang Psikologi Seorang tokoh psikolog asal Australia yang terkenal dengan teori psikoanalisasinyabernama Sigmund Freud (1856-1939) menyatakan bahwa dalam diri manusia terdapat tiga bagian penting, yaitu berupa hal-hal sebagai berikut: 1. Id, adalah bagian dari yang bersifat tidak sadar, nalurilah, dan mudah terpengaruh oleh gerak hati. 2. Ego, adalah bagian diri yang bersifat sadar dan rasional yang berfungsi menjaga pintu kepribadian. 3. Supergo, adalah bagian dari diri yang telah mengabsorbsi (menyerap) nilai-nilai cultural yang berfungsi sebagai suara hati. Menurut Fried perilaku menyimpang dapat terjadi pada diri seseorang apabila id terlalu berlebihan sehingga tidak terkontrol dan muncul bersamaan dengan superegoyang tidak aktif, sementara dalam waktu yang bersamaan ego tidak berhasil memberikan perimbangan. c. Berdasarkan Sudut Pandang Biologi Sheldon mengidentifikasikan tipe tubuh menjadi tiga tipe dasar,yaitu sebagai berikut : 1. Endomorph (bundar, halus, dan gemuk)

2. Mesomorph (berotot dan atletis) 3. Ectomorph (tipis dan kurus) Stiap tipe tubuh mempunyai kecenderungan sifat-sifat kepribadian. Contohnya, penjahat pada umumnya bertipe mesomorph. Sedangkan Cesare Lombroso, seorang kriminologi dari Italia berpendapat bahwa orang jahat memiliki ciri-ciri ukuran rahang dan tulang pipi panjang, memiliki kelainan pada mata yang khas, tangan dan jari-jari relative besar, dan susunan gigi abnormal. Adapun tipe pelaku kriminal menurut Casare Lomboso adal sebagai berikut : Teori biologis mendapat banyak kritikan dan diragukam kebenarannya, sehingga para ilmuwan sosial beranggapan bahwa factor biologis merupakan factor yang secara relative tidak penting pengaruhnya terhadap penyimpangan perilaku. d. Berdasarkan Sudut Pandang Kriminologi 1. Teori Konflik Berdasarkan teori ini terdapat dua macam konflik, yaitu sebagai berikut : a. Konflik Budaya Dalam suatu masyarakat dapat terjadi konflik budaya etika dalam masyarakat tersebut terdapat sejumlah kebudayaan khusus dimana setiap kebudayaan khusus tersebut cenderung tertutup sehingga mengurangi kemungkinan adanya kesepakatan nilai. Sejumlah norma yang bersumber dari kebudayaan khusus yang berbeda saling bertentangan antara satu dengan yang lainnya dan dapat menimbulkan kondisi anomie. b. Konflik Kelas Sosial Konflik kelas sosial dapat terjadi di masyarakat ketika suatu kelompok membuat peraturan sendiri untuk melindungi kepentingan, sehingga terjadilah eksploitasi kelas atas terhadap kelas bawah. Orang-orang yang menentang hak-hak istimewa kelas atas dianggap berperilaku menyimpang dan di cap sebagai penjahat. 2. Teori Pengendalian Teori pengendalian beranggapan bahwa masyarakat sebenarnya mmiliki kesepakatan tentang nilai-nilai tertentu yang menjadi dasar suatu perilaku dapat dikatakan menyimpang atau tidak. Pengendalian itu mencangkup dua bentuk, yaitu pengendalian dari dalam dan pengendalian dari luar. Pengendalian dari dalam berupa norma yang dihayati dan nilai yang dipelajari oleh seseorang melalui proses sosialisasi. Contohnya, nilai-nilai dan norma sosial yang diperoleh dari lembaga keluarga, lembaga sekolah dan masyarakat yang mengharuskannya untuk menghormati sesame manusia. Pengendalian dari luar adalah imbalan sosial terhadap kepatuhan dan sanksi yang diberikan kepada setiap tindak penyimpangan atau pelanggaran nilai dan norma dominan. Misalnya, jika seseorang melanggar norma pergaulan sosial maka ia akan dijatuhi sanksi oleh masyarakatnya. C. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MENYIMPANG Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seseorang tidak terjadi begitu saja tanpa ada sebab-sebab yang menyertainya, karena perilaku menyimpang berkembang melalui suatu periode waktu-waktu tertentu sebagai hasil dari serangkaian tahapan interaksisosial dan adanya kesempatan untuk berperilaku menyimpang. Adapun sebab atau faktor-faktor terjadinya perilaku menyimpang antara lain yaitu : a. Hasil Sosialisasi yang Tidak Sempurna ( Ketidaksanggupan Menyerap Norma-Norma Kebudayaan) Apabila proses sosialisasi tidak sempurna, maka dapat melahirkan suatu perilaku menyimpang. Proses sosialisasi tidak sempurna terjadi karena nilai-nilai atau norma-norma yang dipelajari kurang dapat dipahami dalam proses sosialisasi yang dijalankan, sehingga seseorang tidak memprhitungkan resiko

yang terjadi apabila ia melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku. Contoh perilaku menyimpang akibat ketidaksempurnaan proses sosialisasi dalam keluarga, bahwa anakanak yang melakukan kejahatan cenderung berasal dari keluarga yang retak/rusak, artinya ia mengalami ketiksempurnaan dalam proses sosialisasi dalm keluarganya. b. Proses Belajar yang Menyimpang Proses belajar ini terjadi karena melalui interaksi sosial dengan orang lain terutama dengan orang-orang yang memiliki perilaku menyimpang dan sudah berpengalaman dalam hal menyimpang. c. Ketegangan antara Kebudayaan dan Struktur Sosial Apabila peluang untuk mencari cara-cara dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak diberikan, maka muncul kemungkinan akan terjadinya perilaku menyimpang. Contoh pada masyarakat feodal tuan tanah memiliki kekuasaan istimewa atas warga yang berstatus buruh tani atau penyewa sehingga tuan tanah dapat melakukan tindakan sewenang-wenang pada para buruh atau penyewa tanah yaitu dengan menurunkan upah ataupun kenaikan harga sewa. Apabila kesewenang-wenangan itu terjadi secara terus-menerus, maka dapat memicu terjadinya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh buruh dan penyewa tanah yaitu dengan melakukan kekerasan, perlawanan, penipuan, atau bahkan pembunuhan. d. Ikatan Sosial yang Berlainan e. Hasil Sosialisasi dari Nilai-Nilai Subkebudayaan yang Menyimpang D. MACAM-MACAM atau JENIS-JENIS PERILAKU MENYIMPANG a. Berdasarkan Kekerapannya : 1. Penyimpangan Primer Penyimpangan primer adalah suatu pelanggaran atau penyimpangan yang bersifat sementara (temporer), sehingga individu yang melakukan penyimpangan tersebut masih dapat diterima oleh kelompok sosialnya, sebab pelanggaran terhadap norma-norma umum tidak berlangsung secara terus-menerus. Contoh penyimpangan primer adalah : terlambat membayar pajak listrik, mencontek saat ulangan, melanggar rambu-rambu lalu lintas. 2. Penyimpangan Sekunder Penyimpangan sekunder adalah penyimpangan sosial yang nyata dan sering dilakukan sehingga menimbulkan akibat yang cukup parah dan mengganggu orang lain. Contoh penyimpangan sekunder adalah : berjudi, mencuri, seseorang yang sering mabuk-mabukan, bahkan pembunhan. b. Berdasarkan Jumlah Pelakunya 1. Penyimpangan Individual (individual deviation) Penyimpangan individual merupakan pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang atau individu tertentu terhadap norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakatnya. Macam-macam penyimpangan individu adalah sebagai berikut : Penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang Penyimpangan karena berlaku didalam masyarakat disebut pelanggar. tidak patuh terhadap nasehat orang tua untuk mengubah pendirian atau kebiasaan buruk menjadi baik yang disebut dengan pembandel. Penyimpangan karena tidak menepati janji atau berbohong dan sering berkhianat yang disebut dengan munafik. Penyimpangan karena tidak taat terhadap peringantan orang lain, yang disebut pembangkang. Penyimpangan karena melanggar

norma-norma umum yang mengakibatkan kerugian harta benda/jiwa dilingkungannya yang disebut penjahat atau perusuh. 2. Penyimpangan Kelompok (group deviation) Perilaku penyimpangan dapat disebut dengan penyimpangan kelompok apabila penyimpangan tersebut dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok orang yang bergabung dalam suatu kelompok tertentu. Setiap individu yang bergabung didalam kelompok tersebut berperilaku sesuai dengan norma yang ditentukan dalam kelompok tersebut walaupun perilaku tersebut jelas-jelas bertentangan dengan norma-norma sosial umum yang terdapat/berlaku dalam masyarakat sekitar dimana ia tinggal. Penyimpangan kelompok lebih rumit dan berbahaya dibandingkan dengan penyimpangan individual, karena mereka memiliki fanatisme terhadap nilai, norma, sikap, dan tradisi yang berlaku dalam kelompoknya sehingga mereka beranggapan bahwa mereka tidak melakukan suatu penyimpangan. Adapun yang termasuk dalam penyimpangan kelompok antara lain yaitu : Kelompok pengacau keamananan dengan tujuan-tujuan tertentu yang disebut Persekongkolan dalam dunia usaha dan lembaga dengan teroris. Kelompok atau (geng) pemerintah untuk mencari keuntungan sendiri. kejahatan terorganisir yang melakukan perampokan dan penyelundupan. Kelompok yang ingin meisahkan diri dari suatu Negara, yang disebut separatis. E. SIFAT-SIFAT PERILAKU MENYIMPANG a. Penyimpangan yang bersifat positif Penyimpangan yang bersifat positif adalah sauatu perbuatan yang tidak sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku umum yang mempunyai dampak positif terhadap sistem sosial dimana ia tinggal. Seseorang dikatakan menyimpang secara positif ketika ia merealisasikan cita-citanya akan tetapi masyarakat belum bisa menerima cara yang ia pergunakan ataupun cita-cita yang ia inginkan. Contoh penyimpangan yang bersifat positif adalah : seorang wanita yang bercita-cita sekolah setinggitingginya dan menjadi dokter spesialis atau wanita karier. Bagi sebagian masyarakat perbuatan sang wanita adalah suatu penyimpangan, namun dari penyimpangan tersebut ada dampak positif yang muncul dari dalam dirinya yaitu emansipasi wanita. Karena ia telah bersifat mulia yaitu mau menjadi seorang dokter atau bersosial kepada orang lain atau masyarakat dengan menjadi seorang dokter. b. Penyimpangan yang bersifat negatif Penyimpangan yang bersifat ngatif adalah suatu perbuatan atau kecenderungan bertindak kearah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk sehingga mengganggu sistem sosial yang ada. Penyimpangan terhadap kaidah hukum positif maka aka nada hukum dan sanksi yang jelas dari Negara. Contoh penyimpangan yang bersifat negatif adalah : pencurian, pembunuhan, pelacuran, pemerkosaan,pemabuk, penjudi, dan lain-lain. F. BENTUK-BENTUK PERILAKU PENYIMPANGAN SOSIAL Menyimpang atau tidaknya perilaku seseorang ditentukan oleh norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat dimana ia tinggal. Setiap tindakan atau perilaku yang bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku akan dianggap sebagai penyimpangan. Ada beberapa bentuk perilaku menyimpang yang bersifat negatif, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Tindakan Kriminal atau Kejahatan. Tindakan kriminal atau kejahatan merupakan tindakan yang bertentangan dengan norma hukum, norma sosial dan norma agama. Adapun tindakan kriminal meliputi pencurian, perampokan, pemerkosaan, penganiayan, pembunuhan. Selain itu berbagai bentuk kegiatan yang mengganggu keamanan Negara seperti korupsi, maker, dan terorisme, juga termasuk tindakan kriminal. Berbagai tindakan tersebut

biasanya menjatuhkan korban di mana si korban akan kehilangan harta benda, cacat tubuh, bahkan tidak jarang pula kehilangan nyawa. b. Penyalahgunaan Narkotika. Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai bahaya penyalahgunaan narkotika, ada baiknya kita membahasnya dari tinjauan medis terlebih dahulu. Secara medis, narkotika berfungsi di rumah sakit bagi orang yang menderita sakit berat dengan rekomendasi dokter. Misalnya untuk penderita kanker atau orang yang akan menjalani operasi sebagai obat bius. Efek dari narkotika selain sebagai obat adalah timbulnya efek halusinasi (khayalan), impian yang indah-indah, atau rasa nyaman. Karena fungsi sampingan inilah ada sebagian masyarakat, terutama dikalangan remaja, ingin menggunakan narkotika walaupun tidak sedang menderita suatu penyakit. Hal itulah yang dinamakan penyalahgunaan narkotika. Penyalahgunaan narkotika dan obat-obat perangsang yang sejenis terutama dikalangan remaja berkaitan erat dengan beberapa hal yang menyangkut sebab, motivasi, dan akibat yang ingin dicapai. Secara sosiologis, penyalahgunaan narkotika oleh kaum remaja merupakan perbuatan yang disadari berdasarkan pengetahuan/pengalaman sebagai pengaruh langsung ataupun tidak langsung dan pembentukan jati diri. Secara subjectif, penyalahguanaan narkotika oleh kaum remaja merupakan salah satu upaya individual agar dapat mengungkap dan menangkap kepuasan yang belum pernah dirasakan oleh setiap individu, terutama bagi setiap remaja yang sedang tumbuh dan berkembang dalam proses pencarian identitas dan pembentukan jati diri. Sedangkan secara objectif, penyalahgunaan narkotika adalah merupakan visualisasi dari proses isolasi yang pasti membebani fisik dan mental sehingga dapat menghambat pertumbuhan yang sehat. Secara universal, pnyalahgunaan narkotia dan zat lain sejenisnya merupakan perbuatan destruktif dengan efek-efek negatifnya atau bahkan dapat menimbulkan kematian bagi penggunanya. Sedangkan menurut Graham Baliene, seorang remaja yang melakukan penyalahgunaan narkotika disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut : 1. Membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya seperti berkelahi, ngebut dijalan atau balap sepeda, bergaul dengan lawan jenis, dan lain-lain. 2. Menunjukkan tindakan menentang otoritas terhadap orang tua, guru, orang lain, atau bahkan kepada norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. 3. Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman-pengalaman emosional. 4. Mencari dan menemukan arti hidup. 5. Menghilangkan kegelisahan, frustasi, dan kepenatan hati. 6. Mempermudah penyaluran dan perbuatan seksual. 7. Hanya iseng-iseng atau didorong oleh rasa ingin tahu. 8. Mengisi kekosongan dan kesepian/kebosanan. 9. Mengikuti kemauan teman atau sepergaulan dalam rangka pembinaan solidaritas. Penyalahgunan narkotika dapat mengakibatkan ketergantungan obat (ketagiahan) atau biasa disebut adikasi. Adikasi adalah ketergantungan obat atau keracunan obat yang bersifat kronik atau periodic sehinggan penderita menjadi kehilangan control terhadapdirinya dan menimbulkan kerugian, baik bagi dirinya sendiri maupun masyarakat. Mungkin pada awalnya seorang pemakai (sebutan bagi pengguna narkotika) hanya coba-coba dalam dosis ringan atau kecil, akan tetapi lama-kelamaan hal tersebut menjadi kebiasaan (habituasi). Apabila sudah sampai kondisi itu, maka ia akan menambah dosis untuk dapat menikmati efek yang diinginkan dan seperti itu terus-menerus (terus menambah dosis) hingga ia mengalami fase dipendensi (ketergantungan) dan merasa ia tidak dapat hidup tanpa narkotika. Kondisi

demikian sudah dipastikan sangat membahayakan karena mengonsumsi narkotika secara berlebihan dapat merusak saraf, kelumpuhan, atau bahkan menimbulkan kematian yang biasa disebut dengan istilah OD (over dosis). Adapun bberapa gejala yang tampak pada sesorang yang menunjukkan ketergantungan terhadap obat-obat narkotika, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Muncul perilaku yang tidak dapat diterima oleh masyarakat sekelilingnya, seperti bertindak semaunya sendiri, sering berdusta, menjadi tidak disiplin, ingin selalu keluar rumah, dan susah untuk bangun pagi. b. Pada proses lanjut, kenakalan meningkat sampai pada tindakan mengambil barang berharga milik orang lain (mencuri) guna memenuhi kebutuhannya untuk mengonsumsi narkotika. c. Pada dosis tinggi pemakai akan merasa dirinya paling tinggi, paling hebat, dan paling sanggup melakukan apa saja (kepercayaan dirinya melampaui batas). d. Pada saat efek mulai menurun, penderita merasa sangat gelisah, muncul perasaan seperti diancam, dikejar-kejar, dan ingin menyakiti dirinya sendiri sampai bunuh diri atau membunuh orang lain yang disebut dengan sakau. Berikut ini adalah bebrapa jenis bahan narkotika dan obat bius antara lain adalah sebagai berikut : 1. Tembakau Didalam tembakau terdapat racun nikotin keras yang dan dapat merangsang susunan saraf sehingga menimbulkan ketagihan. Selain nikotin, dalam tembakau juga terdapat tar yaitu zat yang dapat mengakibatkan penyakit kanker paru-paru. 2. Kafein Kafein terdapat didalam kopi yang dapat mempengaruhi susunan saraf dan jantung. Kopi dapat menyebabkan orang sulit tidur dan dapat menyebabkan ketagihan sehingga orang yang telah ketagihan akan merasa cemas dan kepala pusing apabila tidak meminumnya. 3. Candu atau Opium Candu dan Opium berasal dari tumbuhan Paper somniferum. Tumbuhanini banyak dijumpai di Rusia, Meksiko, Iran, Turki, Cina, India,, dan Afrika Selatan. Candu dan Opium termasuk tanaman semak dengan ketinggian 70-110 cm. Memiliki bunga dengan warna ungu, merah, dan putih. Buahnya berbentuk seperti pemukul gong dan bergetah. Getah itulah yang dihisap dan dijadikan sebagai candu. 4. Morfin Morfin adalah zat yang didapat dari candu. Morfin ditemukan oleh Setumur berkewarganegaraan Jerman pada tahun 1805. Pada umumnya morfin berwarna putih dan berwujud bubukan (serbuk) dengan rasa yang pahit. Melalui proses kimia morfin dijadikan sebagai zat yang berfungsi menenangkan sistem urut saraf. 5. LSD (Lusergic Acid Diethylamide) LSD ditemukan oleh dokter yang berkewarganegaraan Jerma yang bernama Dr. Albert Hoffman. LSD dapat menimbulkan halusinasi atau bayangan dengan berbagai macam khayalan. 6. Alkohol Alkohol apabila diminum pada awalnya menimbulkan perasaan riang gembira dan banyak berbicara, namun lama-kelamaan tingkat kesadaran menjadi menurun dan keseimbangan badan terganggu hingga mabuk. Pemakaian alcohol secara berlebihan dapat menyebabkan kelumpuhan karena radang saraf yang diakibatkan oleh pemakaian alcohol bersifat menimbulkan gangguan susunan saraf (kelumpuhan). 7. Ganja atau Mariyuana Ganja berasal dari tanaman bernama Canabis sativa. Tumbuhan tersebut banyak tumbuh di daerah tropic dan subtropik dan tergolong tumbuhan semak. Pemakaian ganja dilakukan dengan mengambil daun yang diiris-iris dan dikeringkan seperti tenbakau. 8. Kokain Kokain berasal dari tumbuhan Erythroxylon coca. Dan termasuk golongan semak dengan ketinggian 2 meter. Serbuk kokain berwarna putih dengan rasa yang pahit dan diperoleh dari daun

tanaman Erythroxy yang berfungsi sebagai obat pembius sehingga sering digunakan pada proses pembedahan (operasi). c. Perkelahian Antarpelajar Perkelahian antarpelajar atau yang lebih disebut tawuran antar pelajar pada awalnya hanya terjadi di kota-kota besar karena kompleksnya kehidupan dan persoalan di kota. Akan tetapi, pada saat ini fenomena tawuran antar pelajar sudah menjamur di kalangan pelajar yang jauh dari kawasan perkotaan. Perkelahian antarpelajar merupakan termasuk salah satu bentuk kenakalan remaja dan termasuk perilaku menyimpang karena bertentangan dengan nilai-nilai ataupun norma-norma sosial yang berlaku di dalam masyarakat tersebut. Perkelahian antarpelajar merupakan masalah sosial yang berkaitan dengan krisis moral. Tingkat emosi yang belum stabil serta kerterbatasan pengetahuan akan kaidah-kaidah masyarakat dan agama mengakibatkan remaja cenderung bertindak tanpa memikirkan resiko karena mereka hanya mementingkan ego semata. Perkelahian antarpelajar bisa disebabkan oleh anggapan dari sebagian pelajar bahwa dengan perkelahian bisa menunjukkan kejantanan dan sportivitas. Perkelahian tersebut umumnya diawali dari hal-hal yang sepele atau kecil, bahkan hanya menyangkut dua orang saja dari sekolah yang berbeda. Tetapi karena alasan solidaritas kelompok, maka konflik bisa meluas dan menjadi konflik antarsekolah. d. Hubungan Seksual di Luar Nikah Hubungan seks diluar nikah termasuk perilaku menyimpang yang sangat ditentang oleh masyarakat. Macam seks di luar nikah antara lain adalah pelacuran, kumpul kebo, dan pemerkosaan. Selain mendapatkan hubungan bagi para pelakunya, hubungan seksual di luar nikah juga dianggap dapat mendatangkan bencana bagi daerah tempat tinggal mereka sehingga masyarakat mengutuk perbuatan tersebut. Hubungan seksual diluar nikah juga dapat menyebabkan penyakit yang berbahaya dan bahkan mematikan seperti AIDS dan PSM (penyakit seks menular). e. Penyimpangan Seksual Penyimpangan seksual adalah perilaku seksual yang tidak semestinya, misalnya perzinahan, lesbianism, homoseksual, kumpul kebo, dan sodomi. Tindakan-tindakan tersebut merupakan perbuatn yang bertentangan dengan norma-norma sosial dan agama sehingga dianggap sebagai salah satu bentuk perilaku menyimpang.

G. AKIBAT PERILAKU MENYIMPANG Seorang perilaku penyimpangan senantiasa berusaha mencari kawan yang sama untuk bergaul bersama, dengan tujuan supaya mendapatkan teman. Lama-kelamaan berkumpullah berbagai individu pelaku penyimpangan menjadi penyimpangan kelompok, akhirnya bermuara pada penentangan terhadap norma masyarakat. Dampak yang ditimbulkan selain terhadap individu juga terhadap kelompok atau masyarakat. Dampak apa saja yang ditimbulkan adanya tindak penyimpangan terhadap kelompok masyarakat??? Marilah kita bahas satu persatu : a. Kriminalitas tindak kejahatan Tindak kekerasan seorang kadangkala hasil penularan seorang individu lain, sehingga tindak kejahatan akan muncul berkelompok dalam masyarakat. Contoh : seorang residivis dalam penjara akan mendapatkan kawan sesama penjahat, sehingga sekeluarnya dari penjara akan membentuk kelompok penjahat , sehingga dalam masyarakat muncullah kriminalitas-kriminalitas baru. b. Terganggunya keseimbangan sosial Robert K. Merton mengemukakan teori yang menjelaskan bahwa perilaku menyimpang itu merupakan penyimpangan melaliu struktur sosial. Karena masyarakat

merupakan struktur sosial, maka tindak penyimpangan pasti akan berdampak terhadap masyarakat yang akan mengganggu keseimbangan sosialnya. Contoh : pemberontakan, pecandu obat bius, gelandangan, pemabuk, dsb. c. Pudarnya nilai dan norma Karena pelaku penyimpangan tidak mendapatkan sanksi yang tegas dan jelas, maka muncullah sikap apatis pada pelaksanaan nilai-nilai dan norma masyarakat. Sehingga nilai dan norma menjadi pudar kewibawaannya untuk mengatur tata tertib dalam masyarakat. Juga karena pengaruh globalisasi di bidang informasi dan hiburan memudahkan masuknya pengaruh asing yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia mampu memudarkan nilai dan norma, karena tindak penyimpangan sebagai eksesnya. Contoh : karena pengaruh film-film luar yang mempertontonkan tindak penyimpangan yang dianggap hal-hal yang wajar disana, akan mampu menimbulkan orang yang tidak percaya lagi pada nilai dan norma di Indonesia.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Dari uraian diatas maka dapat kami simpulkan sebagai berikut : Perilaku individu atau sekelompok individu yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku secara umum dalam masyarakat sering terjadi dalam kehidupan kita . Teori ini dikemukakan oleh Edwin M.Lemert, menurutnya seseorang berperilaku menyimpang karena proses labeling yang diberikan masyarakat kepadanya. Labeling adalah pemberian julukan, cap, etiket, ataupun kepada seseorang. Pada awalnya seseorang melakukan penyimpangan primer karena itu sang pelaku penyimpangan mendapatkan cap (labeling) dari masyarakat. Karena adanya label tersebut, maka sang pelaku mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangan itupun menjadi suatu kebiasaan atau gaya hidup bagi pelakunyaari-hari. B. SARAN Kami sadari bahwa dalam penulisan makalah ini penulis masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam hal pengetahuan tentang Mata pelajaran sosiologi.Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik saran dari pembaca tentunya yang bersifat membangun

DAFTAR ISI : BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH.. B. RUMUSAN MASALAH... BAB II PEMBAHASAN MATERI A. PENGERTIAN PERILAKU MENYIMPANG. B. TEORI TENTANG PERILAKU MENYIMPANG. C. FAKTO-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MENYIMPANG. D. MACAM-MACAM JENIS PERILAKU MENYIMPANG E. SIFAT-SIFAT PERILAKU MENYIMPANG F. BENTUK PERILAKU MENYIMPANG SOSIAL.. G. AKIBAT PERILAKU MENYIMPANG.. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN

KLIPING PERILAKU MENYIMPANG DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

DISUSUN OLEH : - DITA YUNITA SARI

- NURLELA - SRI RAHAYU - ST. IDA JUBAEDAH - ARIF RAHMAN HAKIM - ACENG BUSYAERI - YAYAN SOFYAN SMAN 1 LEUWIMUNDING KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penyusun Kliping Perilaku Menyimpang untuk memenuhi mata pelajaran sosiologi. Kliping Perilaku Menyimpang ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam memahami konsep-konsep dan permasalahan yang dihadapi dalm latihan sehingga siswa dapat mencapai prestasi yang memuaskan. Disamping itu Kliping Perilaku Menyimpang ini dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar di sekolah. Ucapan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan buku ini.

Anda mungkin juga menyukai