Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Laporan ini merupakan laporan awal konsultan dalam rangka Penyusunan Rencana Pengembangan Moda Transportasi Sungai di Kabupaten Kapuas Hulu dilaporkan kepada Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah sebagai kemajuan pekerjaan yang diperintahkan kepada konsultan sampai pada awal Agustus 2013. Laporan Pendahuluan ini dimaksudkan untuk menyampaikan gagasan konsultan mengenai pentingnya pengembangan moda transportasi sungai di Kabupaten Kapuas Hulu serta pemahaman konsultan terhadap seluruh substansi pekerjaan tersebut antara lain mengenai persiapan dan rencana kerja yang akan dilaksanakan, dilengkapi dengan pemahaman awal terhadap potensi dan permasalahan transportasi sungai secara umum. Secara sistematis, pada bagian awal dijelaskan mengenai latar belakang, tujuan dan sasaran, pengertian, manfaat dan ruang lingkup pekerjaan. Pada bab-bab selanjutnya dipaparkan gambaran umum Kabupaten Kapuas Hulu, Pendekatan dan Metodologi serta Rencana Operasional Kerja. Dengan laporan ini diharapkan terjadi persamaan persepsi antara konsultan dan seluruh stakeholder yang berkepentingan dalam pengembangan sistem transportasi sungai di Kabupaten Kapuas Hulu, tentang langkah-langkah yang akan dilakukan dalam proses pengembangan moda angkutan sungai ke depan. Terima kasih. Putussibau, Agustus 2013 konsultan

RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI KAB. KAPUAS HULU

LAPORAN PENDAHULUAN - i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................1 1. PENDAHULUAN ...........................................................................2 1.1 Latar Belakang ..................................................................2 1.2 Dasar Hukum ....................................................................3 1.3 Maksud dan Tujuan ..........................................................3 1.4 Ruang lingkup ...................................................................3 1.4.1 Lingkup Wilayah ...................................................3 1.4.2 Lingkup Substansial..............................................4 1.5 Hasil Akhir/Output............................................................4 1.6 Sistematika Laporan Pendahuluan ...................................5 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI .........................................9 2.1 Orientasi ...........................................................................9 2.2 Profil Fisik Dasar ...............................................................9 2.2.1 Fisiografi dan Topografi........................................9 2.2.2 Geologi dan Struktur Tanah ...............................10 2.2.3 Hidrologi ............................................................12 2.3 Penggunaan Lahan .........................................................12 2.4 Kependudukan..................................................................9 2.4.1 Distribusi dan Perkembangan Penduduk .............9 2.5 Prasarana Wilayah ..........................................................12 2.5.1 Sistem Transportasi............................................12 2.5.2 Sistem Pelayanan Energi Listrik..........................14 2.5.3 Sistem Pelayanan Pos dan Telekomunikasi ........14 2.5.4 Sistem Pelayanan Air Bersih...............................15 2.6 Perekonomian Wilayah ...................................................15 2.6.1 Pertumbuhan Perekonomian Wilayah ...............15 2.6.2 Struktur Perekonomian......................................16 3. PENDEKATAN DAN PROSES PERENCANAAN .............................18 3.1 Pendekatan Perencanaan ...............................................18 3.2 Tahapan Proses Perencanaan .........................................20 4. RENCANA OPERASIONAL ..........................................................22 4.1 Tahapan Kegiatan ...........................................................22 4.2 Jadwal Penyelesaian Pekerjaan dan Pelaporan ..............23 4.3 Teknik Penyajian .............................................................24 4.4 Organisasi Pelaksanaan Studi .........................................24

RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI KAB. KAPUAS HULU

LAPORAN PENDAHULUAN - 1

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aliran Sungai di Kabupaten Kapuas Hulu memiliki fungsi yang penting dalam mendukung perkembangan perekonomian. Sebagian besar daerah-daerah di Kabupaten Kapuas Hulu dihubungkan oleh sungai, sehingga dimanfaatkan untuk sarana transportasi dan distribusi barang. Selain penumpang, barang-barang yang didistribusikan terutama adalah barang kebutuhan pokok, komoditas hasil perkebunan, pertambangan dan kehutanan. Ditambah lagi dengan program pemerintah yang fokus pada mengurangi keterisolasian daerah-daerah terpencil. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan distribusi pendapatan masyarakat perkotaan dan pedesaan agar lebih merata. Karakteristik inflasi kabupaten ini yang cenderung dipengaruhi faktor distribusi menyebabkan peran transportasi sungai semakin diperlukan. Sementara itu, jalan raya yang seringkali rusak dan tidak dapat dilalui mendorong pencarian alternatif sarana transportasi lain. Sarana transportasi sungai menjadi alternatif sarana dikala sarana transportasi darat tidak dapat dimanfaatkan. Lebih lanjut, tingkat Investasi pada sektor perkebunan dan pertambangan yang semakin meningkat beberapa tahun terakhir masih membutuhkan peran sungai sebagai jalur transportasi terutama bagi daerah pedalaman yang tidak terjangkau jalan raya. Pemerintah daerah telah memanfaatkan momen ini untuk berinisiatif mengembangkan transportasi sungai khususnya dermaga-dermaga. Langkah ini menjadi stimulus peningkatan investasi dikemudian hari. Namun demikian, banyak permasalahan yang harus dihadapi dalam mengembangkan pemanfaatan alur sungai sebagai sarana transportasi, seperti ; pengembangan moda angkuntan sungai/danau yang mumpuni, adanya akselerasi tingkat pendangkalan sungai, kendala sumber pembiayaan/investasi transportasi sungai, dan tingginya biaya untuk menjalankan usaha transportasi sungai. Secara historis masyarakat Kapuas Hulu menggunakan sungai sebagai sarana transportasi efektif untuk mengangkut barang. Hal tersebut dikarenakan faktor kondisi alam yang menunjang, yaitu keberadaan sungaisungai yang cukup besar dan panjang serta dapat dilayari, sehingga banyak aktivitas angkutan barang masih menggunakan sungai sebagai moda transportasi. Sebagai contoh untuk mengangkut hasil hutan, bahan-bahan pokok kebutuhan masyarakat, dan lain-lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan suatu moda angkutan barang. Dalam menentukankan angkutan barang, pelaku akan mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan moda yang digunakannya. Dalam hal ini faktor pemilihan moda memegang peranan yang cukup penting yang terkait erat dengan kondisi, karakteristik dan keandalan dari moda yang bersangkutan. Maka diperlukan suatu model untuk memodelkan pergerakan yang peka terhadap atribut pergerakan yang mempengaruhi pemilihan moda tersebut. Untuk itulah, pemerintah daerah merasa perlu melakukan kajian dan studi perencanaan untuk mengembangkan moda angkutan sungai yang memadai dan sesuai dengan karakteristik wilayah dan masyarakat pengguna angkutan sungai di Kapuas Hulu.

RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI KAB. KAPUAS HULU

LAPORAN PENDAHULUAN - 2

PENDAHULUAN

1.2 Dasar Hukum


Penyusunan Rencana Pengembangan Energi Moda Transportasi Sungai di Kabupaten Kapuas Hulu ini didasarkan pada beberapa ketentuan dan perundangan yang berlaku terutama : 1. 2. Undang-Undang No. 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor Pm 52 Tahun tentang Alur Pelayaran Sungai dan Danau Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012 Tentang Kendaraan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Manajemen Dan Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan Di Perairan 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Angkutan Multimoda 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota 8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Komite Nasional Keselamatan Transportasi 9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor Pm 52 Tahun 2012 Tentang Alur Pelayaran Sungai Dan Danau 10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor Pm 26 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan 11. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor Km 73 Tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai Dan Danau

3. 4.

5.

1.3 Maksud dan Tujuan


Berdasarkan latar belakang di atas, maka studi perencanaan ini dimaksudkan untuk merevitalisasi peranan transportasi sungai dan danau di Kabupaten Kapuas Hulu untuk meningkatkan perekonomian wilayah Kabupaten Kapuas Hulu. Tujuan dari studi ini adalah : 1. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan pengembangan system transportasi sungai di Kabupaten Kapuas Hulu untuk masa 20 tahun mendatang. 2. Mengkaji potensi pengembangan moda angkutan sungai yang sesuai dengan karakteristik pelayaran sungai dan danau di Kabupaten Kapuas Hulu, dapat diterima masyarakat penggunanya dan layak secara ekonomis dan ekologis (tidak merusak lingkungan). 3. Merumuskan suatu rencana pengembangan moda angkutan sungai di Kabupaten Kapuas Hulu yang layak secara ekonomis, budaya dan ramah lingkungan.

1.4 Ruang lingkup


1.4.1 Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah studi ini adalah seluruh wilayah administratif Kabupaten Kapuas Hulu dengan luas 29.842 Km2 yang merupakan 20,33 % dari luas wilayah Provinsi Kalimantan
RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI KAB. KAPUAS HULU

Barat (146.807 Km2). Secara Administratif sesuai Surat Keputusan Bupati Kapuas Hulu Nomor 143 Tahun 2007, Kabupaten Kapuas Hulu di bagi menjadi 25 Kecamatan, 4 Kelurahan, 208 Desa dan 547 Dusun. Secara
LAPORAN PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

4 transportasi antar zona dalam skala kabupaten serta skala propinsi dan nasional terkait, analisis tingkat pelayanan/ kinerja operasional, analisis kinerja biaya, analisis keterpaduan antar dan intra moda serta pelayanan multimoda, serta analisis dampak pengoperasian sistem transportasi. f) Analisis permintaaan moda transportasi sungai, yang mencakup penetuan zona, bangkitan dan distribusi arus barang dan orang, analisis pola arus barang dan orang serta model pengembangan transportasi, pemilihan moda. g) Identifikasi defisiensi transportasi di waktu yang akan datang, mencakup identifikasi defisiensi transportasi di waktu yang akan datang berdasarkan tingkat kinerja sasaran saat ini, pengaruh peningkatan operasional terhadap kebutuhan transportasi sungai di waktu yang akan datang, pendefinisian dan kriteria koridor kritis h) Analisis dan evaluasi alternatif koridor kritis, mencakup analisis pilihan jenis moda angkutan pada koridor kritis, permintaan lalu lintas terhadap jenis moda angkutan pada koridor kritis, penyusunan, analisis dan evaluasi perencanaan pada koridor kritis, peringkat koridor kritis. i) Analisis dan evaluasi alternatif rencana dan program pengembangan moda transportasi sungai, mencakup : penyusunan alternatif, modal split dan arus lalu lintas di waktu yang akan datang, dampak jangka panjang terhadap alternatif rencana pola arus lalu lintas, analisis komprehensif masing-masing alternatif, serta evaluasi alternatif rencana.

astronomi terletak antara 0,50o Lintang Utara sampai 1,40o Lintang Selatan dan antara 111,400o Bujur Barat sampai 114,100o Bujur Timur.

1.4.2 Lingkup Substansial


Secara rinci langkah-langkah teknis yang akan dilakukan dalam Rencana Pengembangan Moda Transportasi Sungai ini antara lain : a) Pengumpulan data, sekurang-kurangnya mencakup : data sektor transportasi, data sektor bidang lain, kebijakan dan perencanaan lingkup Kabupaten Kapuas Hulu serta kebijakan dan rencana nasional terkait, inventarisasi model analisis/prediksi berbasis telematika. b) Identifikasi dan analisis awal isu strategis dan permasalahan transportasi sungai, penggunaan dan penyempurnaan identifikasi dan analisis awal, pengelompokan permasalahan dan distribusi tugas. c) Perumusan kebijakan dan sasaran pembangunan, mencakup perumusan sasaran dan kebijakan, revisi sasaran dan kebijakan disesuaikan dengan hasil pembangunan berdasarkan standar dan kriteria yang berlaku. d) Analisis kelembagaan dan finansial, mencakup : peraturan perundangundangan dan kepemilikan, pengusahaan jasa transportasi sungai, koordinasi kelembagaan dan efisiensi, analisis pola pendanaan/pembiayaan e) Analisis penyediaan jaringan transportasi sungai yang mencakup : identifikasi jaringan prasarana dan pelayanan

1.5 Hasil Akhir/Output


Hasil akhir dari studi ini adalah sebuah Laporan Akhir yang pada dasarnya memuat beberapa hal utama berikut : o Profil Eksisting Moda Transportasi Sungai Kabupaten Kapuas Hulu o Isue Strategis, Potensi dan Permasalahan Pengembangan transportasi sungai di Kabupaten Kapuas Hulu, o Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Moda Transportasi Sungai di Kabupaten Kapuas Hulu Rekomendasi Pengembangan Jenis dan kapasitas moda angkutan sungai Kabupaten Kapuas Hulu yang sesuai dengan kondisi Fisik, Sosial dan Ekonomi Kabupaten Kapuas Hulu

RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI KAB. KAPUAS HULU

LAPORAN PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

5 Kabupaten Kapuas Hulu.

Rekomendasi Sistem Pembiayaan dan Lembaga Pengelola Moda Angkutan Sungai

1.6 Sistematika Laporan Pendahuluan


Laporan pendahuluan ini dibagi dalam 4 bab dengan dengan rincian sebagaii berikut: Bab 1 merupakan bahasan Pendahuluan yang intinya melaporkan latar belakang, tujuan dan sasaran, dasar hukum dan ruang lingkup perencanaan baik lingkup substansial maupun lingkup wilayah perencanaan. Bab 2 merupakan bahasan mengenai pemahaman awal tim penyusun tentang Gambaran Umum Kabupaten Kapuas Hulu yang disusun secara sistematis meliputi kondisi geografis dan administratif Kabupaten Kapuas Hulu, Kondisi Fisik dan Sumberdaya Alam, Kondisi Pola Penggunaan Lahan, Kondisi Demografis, Ketersediaan Sarana dan Prasarana Wilayah Kabupaten, terutama aspek transportasi sungai. Bab 3 adalah laporan tim penyusun mengenai metodologi yang akan digunakan dalam penyusunan Rencana Pengembangan Moda Transportasi Sungai Kabupaten Kapuas Hulu. Bab 4 merupakan laporan tim mengenai program kerja yang akan dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini, mulai dari tahapan-tahapan proses perencanaan, penjadwalan kegiatan rinci, dan mobilisasi demobilisasi personil yang terlibat.

RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI KAB. KAPUAS HULU

LAPORAN PENDAHULUAN

2. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI


2.1 Orientasi
Secara geografis Kabupaten Kapuas Hulu terletak di bagian Timur wilayah Propinsi Kalimantan Barat, dengan koordinat 0,5 derajat Lintang Utara sampai 1,4 derajat Lintang Selatan dan antara 111,40 derajat Bujur Barat sampai dengan 114,10 derajat Bujur Timur. terpanjang adalah 240 Km dan melebar dari Utara ke Selatan 126,70 Km. Kabupaten Kapuas Hulu terbagi menjadi 25 wilayah administratif kecamatan dengan luas total 29.841,99 Km2 atau sekitar 20,33 % dari luas Kalimantan Barat (146.807 Km2), sedangkan Kota Putussibau sebagai ibukota kabupatennya dengan luas 4,122 Km2 atau sekitar 0,013 % dari luasan total Kabupaten Kapuas Hulu. Kecamatan terluas di kabupaten ini adalah Kecamatan Hulu Kapuas dengan luas 5.279,85 km2, sedangkan kecamatan yang terkecil luasanya adalah Kecamatan Putussibau Selatan dengan luas 72,45 Km2 (lihat Tabel 1). Tabel 1 : Luas Kabupaten Kapuas Hulu Dirinci Perkecamatan

Sebelah Utara berbatasan dengan Serawak (Malaysia Timur), sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sintang, sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, sedangkan sebelah Selatan juga berbatasan dengan Kabupaten Sintang. Kabupaten Kapuas Hulu memanjang dari arah Barat ke Timur dengan jarak

RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI KAB. KAPUAS HULU

LAPORAN PENDAHULUAN - 9

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

2.2 Profil Fisik Dasar


2.2.1 Fisiografi dan Topografi
2.2.1.1 Fisiografi punggung-punggung yang memanjang, kuestakuesta dan bukit-bukit di kaki gunung yang membatasi daerah aliran pedalaman yang berbukit dan sumbat-sumbat vulkanik serta kerucut-kerucut yang terpencil. Wilayah ini didrainase oleh Sungai Kapuas sedangkan sebelah Selatan didrainase oleh Sungai Kapuas dan Sungai Melawi (Kabupaten Melawi). Kabupaten Kapuas Hulu memiliki beberapa gunung dengan ketinggian rata-rata di atas 1000 meter di atas permukaan laut (lihat Tabel 2). 2.1.1.4 Topografi Secara keseluruhan Kabupaten Kapuas Hulu merupakan daerah yang telah mengalami pengikisan dan sudah semakin tua, yang ditandai dengan gradient sungai yang kecil dan berbelok-belok. Bentuk permukaan bumi daerah Kabupaten Kapuas Hulu umumnya berbentuk wajan (kuali) yang terdiri dari dataran rendah/cekung yang terendam air memanjang dari hilir Nanga Manday terus ke arah Barat mengikuti aliran Sungai Kapuas sampai Nanga Suhaid Kecamatan Suhaid. Pada dataran tinggi/miring diselingi oleh rawarawa memanjang tetapi sempit atau diselingi oleh buit-bukit kecil. Dataran ini termasuk kategori yang biasanya digenangi air pada waktu-wkatu tertentu, yakni ketika terjadi curah hujan yang tinggi yang menyebabkan banjir dan tergenang air selama 2-5 jam saja. Dataran yang tinggi/miring ini terletak pada ketinggian sekitar 4.761 meter dari permukaan laut. Tabel 3 : Luas Kemiringan Lahan Di Kabupaten Kapuas Hulu

Kabupaten Kapuas Hulu secara fisiografis dibedakan menjadi tiga wilayah yaitu wilayah dataran DAS Kapuas, wilayah Pegunungan Kapuas Hulu dan wilayah Pegunungan Muller. Wilayah Daerah Aliran Sungai ini merupakan rangkaian dari danau-danau dan rawa-rawa yag dangkal dan teras-teras rendah yang sangat luas, tanah bergambut dan tidak subur, kemudian dikelilingi oleh pinggiran sempit yang meliputi dataran berombak dan bukitbukit yang terpencar sehingga kawasan tersebut minim sekali daerah datar. Dengan rangkaian pegunungan mencapai ketinggian 500 sampai 1800 meter di Gunung Lawit disebelah utara, mengelilingi daerah seluas 10.780 Km2 ini hampir disemua sisinya. Berdasarkan hasil investigasi, dataran-dataran di sekitar perbatasan Daerah Aliran Sungai ini dianggap mengandung sumber batubara dan minyak bumi. Kegiatan pertanian yang agak menetap dilakukan secara insentif di datarandataran sungai sempit, sedangkan kegiatan beladang dengan sistem berpindah-pindah banyak mempengaruhi kawasan pinggir Daerah Aliran Sungai ini. Tabel 2 : Nama Gunung Dengan Ketinggian di atas 1000 meter Menurut Lokasi Di Kabupaten Kapuas Hulu

Wilayah berikutnya adalah Pegunungan Muller dengan luas 18.370 Km2 (termasuk bagian Pegunungan Muller di Kabupaten Sintang) yang dicirikan oleh gunung-gunung batu sendimen yang agak tinggi dalam bentuk
RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI KAB. KAPUAS HULU LAPORAN PENDAHULUAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

10 yang secara cepat mengumpul di dasar sungai yang dangkal. Cekungan-cekungan liat di antara sungai-sungai besar hampir semuanya tertutup lapisan gambut oligotrop yang mengumpul secara cepat, yang terdiri dari sisasisa bahan organik yang sedikit banyak terawetkan dengan baik, yang umumnya berasal dari hutan rawa yang selalu tumbuh dalam keadaan anaerobik. Pada umumnya ketebalan gambut lebih dari 2 meter, dan di rawa yang tertua dan yang paling berkembang dapat mencapai kedalaman 10 meter. Di dataran DAS Kapuas Hulu tidak ditemukan endapan garis strada tersier muda dan tersier menengah. Endapan-endapan tebal yang merupakan endapan-endapn kuarter muda mengelilingi bagian-bagian dalam yang bersifat metamorf dan granit tersisa, yang membentuk sebagian besar teras-teras di daerah ini. Di bagian Barat endapanya berasal dari campuran bahan-bahan sungai estuari dengan tekstur yang bervariasi dari halus sampai kasar. Sedagkan endapan organik yang dominan di wilayah iniadalah gambut yang mengisi bagian permukaan, cekungan dan lebah-lembah sempit yang menembus pinggiran teras. Endapan aluvial juga terdapat di daerah pegunungan, walaupun tidak cukup luas, terutama di jalur-jalur sempit sepanjang sungai. Endapan-endapan yang agak baru dari zaman Kuarter dan Pleistosen ditemukan di daerah pegunungan di di hulu DAS Kapuas yang sedikit terangkat dan tertoreh dengan tekstur dominan pasir-pasir kuarsa yang tidak terkosolidasi. Endapan ini berasal dari rangkaian pegunungan yang bersebelahan yang mengandung batu pasir dengan proporsi tinggi dan didominasi oleh endapan yang berasal dari bahan silika,pasir dan lempung. Di sekeliling cekungan DAS Kapuas Hulu terdapat formasi endapan yang berasal dari zaman Kuarter awal sampai tersier pertengahan, yang terkonsolidasi lemah. Endapan-endapan ini berbentuk dari batu pasir masa karbon yang berbutir halus sampai sedang serta batu lempung mika dan batu lumpur merah.

Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu sebagian besar memiliki ketinggian antara 25 ampai 500 meter. Sebagian besar daerah dengan ketinggian di atas 500 meter terdapat di Pegunungan Kapuas Hulu di sebelah Utara dan bagian Timur Kabupaten Kapuas Hulu yang melingkar sampai ke Pegunungan Muller dekat perbatasan dengan Kalimantan Tengah. Daerah lembah dan lereng Pegunungan Kapuas Hulu dan Pegunungan Muller umumnya memiliki ketinggian antara 100-500 meter. Sebagian kecil daerah perbukitan di sebelah Utara dn Timur gugusan Danau Luar di Kecamatan Batang Lupar juga memiliki ketinggian antara 100-500 meter. Keadaan topografi Kapuas Hulu sangat bervariatif mulai dari dataran alluvial perbukitan sampai pegunungan. Bentuk permukaan lahan datar seluas 798.240 Ha dengan kemiringan 0-2 % umumnya berada di wilayah dataran rawa Daerah Aliran Sungai Kapuas sedangkan lahan yang tersebar di daerah-daerah kaki perbukitan di Kecamatan Selimbau, Badau, Kecamatan Batang Lupar, Embau Bagian Selatan dan Empanang Bagian Utara mempunyai kemiringan 2-15%.

2.2.2 Geologi dan Struktur Tanah


2.2.2.1 Formasi Pengendapan Di wilayah dataran rawa sungai-sungai utama yang bermeander dan beraliran lamban mengendapkan aluvium yang terkikis dari daerah-daerah pedalaman ke tanggul-tanggul dalam cekungan-cekungan di hilir selama banjir musiman berlangsung. Rawa gambut yang menembus masuk ke daerah lahan berawa utama telah menyebabkan aluvium sungai sangat tidak menentu, sehingga di banyak tempat hampir tidak terdapat tanggul sungai yang bermineral. Lebih ke hilir terdapat dataran-dataran aluvial dengan sedimen di atas permukaannya pada dasarnya merupakan endapan sungai, sedangkan lahan di permukaannya merupakan endapan muara sungai. Arus pasang surut yang naik turun berpengaruh kepada terjadinya endapan lumpur dan tanah liat. Endapan-endapan ini banyak terdapat di wilayah dataran berawa,
RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI KAB. KAPUAS HULU

LAPORAN PENDAHULUAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

11 sebagian besar dipengaruhi oleh pasang surut. Di beberapa tempat, bagian yang mendapat limpahan air pasang dengan ketebalan gambut kurang dari satu meter banyak dimanfaatkan penduduk sebagai lahan persawahan pasang surut. Jenis gambut yang berpotensi tingi untuk pertanian adalah gambut eutrop dimana air yang menggenanginya mengandung unsur hara dan mineral yang cukup tinggi. Namun demikian, keban-yakan tanah gambut di Kapuas Hulu yang merupakan gambut oligotrop umumnya sangat kurus serta terancam racun dari humus yang masam walaupun tanah gambut ini masih memberi kemungkinan untuk pengembangan tanaman tanah kering (upland crops). Kebanyak tanah gambut di temukan di dataran rendah aliran Sungai Kapuas Hulu. Tanah gambut di daerah ini tergolong sebagai tropohemist, troposaprist dan topofibrist dengan kedalaman 6 meter. Gambut-gambut tersebut sangat masam, mempunyai kemampuan pertukaran kation yang tinggi tetapi tidak jenuh dan umumnya sangat miskin hara utama maupun minor. Air banjir melalui endapan mineral dan bahan-bahan organik segera dapat menghasilkan nitrogen berkadar sedang atau bahkan tinggi, fosfor dan potasium di dlaam lapisan-lapisan permukaan. Luas daerah dengan jenis tanah ini mencakup areal seluas 552.000 ha atau sekitar 18,5% luas Kabupaten Kapuas Hulu. 2. Tanah Podsolik Merah Kuning Tanah jenis ini memiliki perkembangan profil sedng, erwarna merah sampai kuning, horison argilic, masam, kurus dengan kemampuan pertukaran kation dengan kejenuhan basah rendah. Di Kapuas hulu tanah ini mencapai areal seluas 396.000 ha atau 13,27% luas dae-rah Kabupaten Kapuas Hulu. Jenis tanah ini dibedakan menurut bahan induk yang membentuknya yaitu PMK dengan bahan induk batuan endapan dan PMK dengan bahan induk batuan beku. PMK dari batuan endapan umumnya
LAPORAN PENDAHULUAN

2.2.2.2 Batuan Dasar Beberapa batuan beku yang diantaranya berasal dari zaman Pra Tersier dari masa kapur dan juga mendasari Daerah Aliran Sungai Kapuas Hulu. Batuan yang meliputi granit biotit yang pucat dan berbutir sedang, basalt dan gabbro ini berperan sebagai pembentuk topografi di daerah Pegunungan Kapuas Hulu, batuan utama diduga berupa gneis, sekis, filit, kuarsit, andesit dan basalt. Batuan-batuan ii terdapat sebagai blok-blok terpatah-patah yang membentang seluas satu kilometer persegi, sampai pada potongan-potongan yang tersusun seperti genting yang berukuran hanya beberapa meter persegi saja. 2.2.2.3 Jenis Tanah Deskripsi dan analisis struktur dan jenis tanah pada laporan RTRWK Kapuas Hulu didasarkan pada tinjauan Peta Tanah Eksplorasi Propinsi Kalimantan Barat skala 1 : 1.000.000 oleh Lembaga Penelitian Tanah Bogor ditemukan beberapa jenis tanah sebagai berikut : 1. Tanah Organosol, Gley Humus Tanah organosol merupakan segolonhan tanah yang tersusun dri bahan organik atau campuran bahan mineral dan bahan organik setebal paling sedikit 50 cm mengandug paling sedikit 30 % bahan organik (bila liat), atau 20 % (bila berpasir). Kepadatan atau bulkdensity kurang dari 0,6 dan selalu jenuh air. Tanah ini mudah mengerut tak balik, dan bila kering peka erosi dan mudah terbakar. Jenis tanah gambut terbesar di Kabupaten Kapuas Hulu adalah jenis oligotrop dengan tebal rata-rata 3 meter. Tanah gambut ini sangat permeabel. Drainase dengan penggalian parit dengan cepat menurunkan permukaan tanah karena proses eksidasi, meneralisasi dan pengerutan yang dipercepat. Di dataran rendah seperti datara berawa sekitar Sungai Kapuas tanah gambut berasosiasi dengan tanah glei humus dan aluvial hidromorf. Tanah di dataran ini
RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI KAB. KAPUAS HULU

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

12 Muller. Hamparan tanah ini sebagian besar berbukit atau bergunung dan mencakup areal seluas 2.036.200 ha atau sekitar 68,27% luas Kabupaten Kapuas Hulu.

bertekstur halus sampai sedang, sedangkan PMK dari batuan beku umumnya memiliki tekstur halus. Penyebaran jenis tanah ini terdapat hampir di semua kecamatan terutama di daerah yang berombak sampai bergunung. Sebaiknya tanah ini diusahakan untuk pertanian tanah kering atau perkebunan disertai dengan usaha-usaha konservsi tanah karena jenis tanah ini sangat peka terhadap erosi ditambah lagi curah hujan di Kapuas Hulu yang relatif. 3. Kompleks PMK dan Litosol Tanah litosol merupakan tanah mineral dengan perkembangan profil yang sangat rendah di atas batuan kukuh dengan ketebalan profil kurang dari 50 cm. Di Kapuas Hulu, tanah ini berasosiasi dengan tanah podsolok merah kuning (PMK) di pegunungan patahan yang tersebar luas di Pegunungan Kapuas Hulu dan Pegunungan

2.2.3 Hidrologi
Aliran Sungai Kapuas Hulu mempunyai panjang kira-kira 300 kilometer di mulai dari Kecamatan Putussibau bagian Timur dan berakhir di Kecamatan Bunut Hilir. Sungai Embaloh sepanjang 168 km yang berhulu di Pegunungan Kapuas Hulu bagain Utara, Sungai Manday sepanjang 140 km berhulu di Pegunungan Muller merupakan beberapa anak Sungai Kapuas yang cukup penting peranannya di Kabupaten Kapuas Hulu terutama sebagai sistem transportasi pedalaman dan perikanan. Selain sungai terdapat juga danau yang berlokasi di Kecamatan Batang Lupar, Badau, Selimbau.

2.3 Penggunaan Lahan


Ada beberapa status peruntukan, penguasaan dan pengusahaan hutan yang telah di tetapkan di Kabupaten Kapuas Hulu untuk kegiatan berskala besar (HPH dan HTI), transmigrassi, perkebunan negara dan swasta, dan Kuasa Pertambangan. Sampai tahun 2010 kawasan hutan di Kabupaten Kapuas Hulu memiliki luas 3.098.632,87 hektar yang terdiri dari, hutan lindung seluas 815.236,00 ha, hutan produksi terbatas seluas 481.623,31 ha, hutan produksi biasa seluas 171.082,27 ha, hutan produksi yang dapat dikonversi seluas 107.470,29 ha. Luas masing-masing untuk jenis hutan mengalami kenaikan dari tahun 2000. Hutan lindung mengalami perluasan sebesar 186.263,00 ha, hutan produksi terbatas mengalami perluasan sebesar 240.507,31 ha, hutan produksi biasa mengalami pengurangan sebesar -30.633,73 ha dan terakhir hutan produksi yang dapat dikonversi mengalami perluasan sebesar 27.208,29 ha.

Tabel 4 : Luas Hutan Di Kabupaten Kapuas Hulu Dirinci Menurut Fungsinya

Sumber : Disbunhut Kab. Kapuas Hulu, 2010

RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI KAB. KAPUAS HULU

LAPORAN PENDAHULUAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

9 terdapat wilayah yang saat ini ijin pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPPHK) yang ada telah diusulkan untuk dicabut dan masih menunggu proses persetujuan oleh menteri kehutanan. Proses pengusulan pencabutan ijin ini dilakukan karena setelah sekian lama diberikan hak kelola, pemegang ijin tidak pernah aktif untuk melakukan pengelolaan sehingga kawasan yang telah diberikan ijin tidak memberikan manfaat yang nyata kepada pemerintah daerah maupun masyarakat secara ekonomi dan juga secara sosial wilayah pengelolaan yang diberikan masih diakui masyarakat sebagai wilayah kelola adat mereka.

Jumlah ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam (IUPHHK-HA) di Kabupaten Kapuas Hulu yang masih berlaku ijin konsesinya sebanyak 5 (lima) unit, 1 (satu) unit di antaranya merupakan unit manajemen baru, sedangkan perijinan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman (IUPHHK-HT) yang aktif tidak ada. Daftar IUPHHK-HA di Kabupaten Kapuas Hulu dapat dilihat pada tabel 5. Untuk ijin pemanfaatan kawasan hutan yang masih dalam proses permohonan pada saat ini belum ada. Namun peluang untuk mengajukan permohonan atau ijin baru pada kawasan ini masih sangat memungkinkan mengingat

Tabel 5 : Daftar IUPHHK-HA yang masih aktif di Kabupaten Kapuas Hulu

2.4 Kependudukan
Aspek sosial yang merupakan faktor penting dalam perencanaan wila-yah/kota adalah kependudukan. Kajian diarahkan ke identifiksi potensi dan permasalahan sumberdaya manusia di Kabupaten Kapuas Hulu dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Pada kajian ini akan dijelaskan jumlah dan penyebaran penduduk di berbagai wilayah kabupaten dan kondisi sosial ekonominya yang meliputi tingkat pendidikan atau tingkat keahlian, tingkat kemampuan ekonomi, kesehatan dan kemampuan atau kemudahan penduduk
RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI KAB. KAPUAS HULU

menikmati berbagai macam fasilitas pelayanan sosial.

2.4.1 Distribusi dan Perkembangan Penduduk


Jumlah penduduk Kabupaten Kapuas Hulu sampai pada tahun 2010 (hasil sensus penduduk 2010) mencapai 221.952 orang, terdiri dari 113.036 laki-laki (50,83%) dan 108.016 perempuan (49,17%). Angka ini meningkat sebesar 0,99 persen dibanding
LAPORAN PENDAHULUAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

10 di atas rata-rata yaitu Putussibau Selatan dengan kepadatan 178 orang per km2, Kecamatan Hulu Gurung 29 orang per km2, Jongkong 23 orang per km2 dan Selimbau 20 orang per km2. Beberapa kecamatan juga ada yang memiliki kepdatan penduduk sangat rendah yaiu Kecamatan Hulu Kapuas dan Kecamatan Embaloh Hulu masing-masing 1 orang per km2. Kepadatan penduduk tinggi umumnya tersebar di pusat-pusat kecamatan di sepanjang jalur Jalan Sintang-Putussibau. Sedangkan kepadatan rendah terdapat di wilaya-wilayah pedalaman Sungai Kapuas.

tahun sebelumnya. Dengan angka Sex Rasio untuk tahun 2010 adalah 104. hal ini berarti setiap 100 perempuan terdapat 104 laki-laki. Jumlah penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Putussibau Utara 221.952 orang dengan persentase 10,47 % dari jumlah penduduk kabupaten. Jumlah penduduk terendah terdapat di Kecamatan Puring Kencana 2.215 orang dengan persentase 1,0%. Beberapa kecamatan yang memiliki penduduk relatif besar adalah Silat Hilir, Bunut Hulu, Hulu Gurung, dan Putussibau Selatan (lihat Tabel 6 ). Bila dilihat dari kepadatan penduduknya, ratarata Kabupaten Kapuas Hulu memiliki kepadatan penduduk 7 orang per km2. Namun beberapa kecamatan memiliki kepadatan jauh

Tabel 6 : Jumlah Penduduk Kabupaten Kapuas Hulu Di Rinci Perkecamatan Tahun 2011
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 KECAMATAN
LAKI-LAKI

JUMLAH PENDUDUK
PEREMPUAN JUMLAH

PERSENTASE (%) 17.159 10.752 12.448 13.002 8.862 4.224 11.813 12.893 5.852 5.371 8.555 10.142 7.967 9.863 10.125 3.868 8.140 10.308 8.077 2.882 2.215 5.040 4.561 4.592 23.241 221.952 7,73 4,84 5,61 5,86 3,99 1,90 5,32 5,81 2,64 2,42 3,85 4,57 3,59 4,44 4,56 1,74 3,67 4,64 3,64 1,30 1,00 2,27 2,05 2,07 10,47 100,00

Si l at Hi l i r Si l at Hul u Hul u Gurung Bunut Hul u Mentebah Bi ka Kal i s Putus s i bau Sel atan Hul u Kapuas Embal oh Hi l i r Bunut Hi l i r Boyan Tanj ung Pengkadan Jongkong Sel i mbau Danau Sentarum Suhai d Seberuang Semi tau Empanang Purung Kencana Badau Batang Lupar Embal oh Hul u Putus s i bau Utara JUMLAH

8.970 5.546 6.207 6.675 4.553 2.175 5.998 6.539 3.012 2.761 4.339 5.244 3.976 4.929 5.049 1.992 4.162 5.333 4.008 1.448 1.157 2.556 2.225 2.292 11.890 113.036

8.189 5.206 6.241 6.327 4.309 2.049 5.815 6.354 2.840 2.610 4.216 4.898 3.991 4.934 5.076 1.876 3.978 4.975 4.069 1.434 1.058 2.484 2.336 2.300 11.351 108.916

Sumber: Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010, BPS Kapuas Hulu, 2012

Perkembangan penduduk perkecamatan seperti yang tersajikan pada Tabel 7, memperlihatkan bahwa Kecamatan Putussibau masih merupakan kecamatan yang paling

diminati penduduk dalam periode tahun 19912001 pertambahan penduduk kecamatan ini mencapai 6.122 jiwa dengan tingkat pertumbuhan 5,60% pertahun.

RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI KAB. KAPUAS HULU

LAPORAN PENDAHULUAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

11

Tabel 7 : Kepadatan Penduduk Dalam Kabupaten Kapuas Hulu Dirinci Per Kecamatan Tahun 2001
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 KECAMATAN Silat Hilir Silat Hulu Bunut Hulu Mentebah Bika Kalis Putussibau Utara Putussibau Selatan Hulu Kapuas Embaloh Hilir Bunut Hilir Boyan Tanjung Jongkong Pangkadan Hulu Gurung Selimbau Danau Sentarum Seberuang Semitau Suhaid Empanang Puring Kencana Badau Batang Lupar Embaloh Hulu LUAS (KM2) 1.177,10 1.061,80 1.118,14 781,26 395,16 1.857,84 5.204,80 72,45 5.279,85 786,30 844,10 824,00 422,50 531,20 432,90 510,53 643,35 573,80 562,70 465,91 547,14 258,66 700,00 1.332,90 3.457,60 29.841,99 JUMLAH PENDUDUK 17.159 10.752 13.002 8.862 4.224 11.813 23.241 12.893 5.852 5.371 8.555 10.142 9.863 7.967 12.448 10.125 3.868 10.308 8.077 8.140 2.882 2.215 5.040 4.561 4.592 221.952 KEPADATAN
(ORANG/KM2)

15 10 12 11 11 6 4 178 1 7 10 12 23 15 29 20 6 18 14 17 5 9 7 3 1 446

KABUPATEN KAPUAS HULU


Sumber: Kapupaten Kapuas Hulu Dalam Angka 2012

Tabel 8 : Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2000-2010

RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI KAB. KAPUAS HULU

LAPORAN PENDAHULUAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

12 sampai tahun 2034 (tahun perencanaan) penduduk Kabupaten Kapuas Hulu diperkirakan bertambah sebesar 219.138 jiwa dengan asumsi tingkat pertumbuhan sebesar 1,33% pertahun tetap berlaku hingga akhir tahun perencanaan.

Sedangkan kecamatan lain yang memiliki pertambahan penduduk relatif tinggi adalah Kecamatan Selimbau dengan pertambahan 8.438 jiwa (12,14%) Kecamatan Kedamin dengan pertambahan 4.406 jiwa (4,26%), dan Kecamatan Seberuang 3.944 jiwa (6,12%). Dari angka pertumbuhan ini dapat dihitung bahwa

2.5 Prasarana Wilayah


Dalam konteks pengembangan wilayah tidak dapat dilepaskan dari daya dukung dan potensi pengembangan dan sistem prasarana wilayahnya. Daya dukung tersebut meliputi sitem transportasi, sistem pos dan telekomunikasi dan sitem pelayanan energi listrik. Sampai saat ini transportasi sungai masih merupakan sarana pergerakan barang dan penumpang walaupun hanya sebatas pada pergerakan dari dan ke pusat-pusat permukiman yang tidak terjangkau oleh lalu lintas darat. Hampir semua kota-kota di Kabupaten Kapuas Hulu yang berada pada jalur Sungai Kapuas memanfaatkan sungai sebagai sarana transportasi selain transportasi darat, dan mempunyai akses yang cukup baik ke Putussibau dan Sintang. Jalur pelayaran orde kedua terjadi pada kota-kota pada jalur utama (Sungai Kapuas) dengan kota-kota di pedalaman. Dari Putussibau kota-kota di jalur utama dapat ditempuh antara 2 sampai 32 jam dengan motor tambang berkapasitas di atas 10 ton. Sedangkan jalur pelayaran orde kedua dapat ditempuh antara 5 sampai 10 jam dengan menggunakan motor air di bawah 10 ton. Sepuluh ibukota kecamatan berada pada jalur utama yang dapat dilalui motor tambang berkapasitas di atas 10 ton sedangkan tiga belas ibukota kecamatan lainnya hanya dapat dilayani oleh pelayaran motor air berkapasitas dibawah 10 ton, bahkan ibukota kecamatan Badau hanya dapat dijangkau dengan longboat dengan kapasitas maksimal 2,5 ton. 2.5.1.2 Sistem Transportasi Jalan Raya Ada dua jalur regional yang merupakan pengembangan sistem perangkutan jalan darat di Kabupaten Kapuas Hulu yaitu dengan mengembangkan jalan Lintas Selatan SintangPutussibau sebagai per-panjangan jalur arteri primer Pontianak-Sintang serta pengembangan

2.5.1 Sistem Transportasi


Sistem transportasi Kapuas Hulu merupakan perpaduan antara subsistem transportasi jalan raya, subsistem transportasi sungai, dan subsistem transportasi udara. Pada bagian ini akan dibahas masing-masing subsistem transportasi tersebut yang mencakup beberapa aspek yaitu: aspek suplai yang meliputi kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana transportasi, aspek potensi permintaan akan jasa transportasi, serta pengelolaan sistem transportasi yang ada. Selain aspek diatas, akan dikaji pula tigkat pelayanan seluruh sistem transportasi yang ada dalam menunjang usaha pengembangan wilayah. 2.5.1.1 Sistem Transportasi Sungai

Secara geomorfologis Kabupaten Kapuas Hulu memiliki potensi yang tinggi bagi pengembangan transportasi sungai mengingat banyaknya sungai yang dapat dilayari. Besarnya peranan transportasi sungai ini membawa akibat bagi terbentuknya pusat-pusat pemukiman, pengumpulan dan distribusi barang yang juga merupakan pusat-pusat perdagangan penduduk. Secara umum, pusat-pusat pemukiman tersebut menyebar pada posisi-posisi yang menguntungkan ditepi sungai yang dapat dilayari.

RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI KAB. KAPUAS HULU

LAPORAN PENDAHULUAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

13 regional yang baru. Bagaimana juga transportasi darat memiliki keunggulan dan lebih diminati oleh masyarakat dan orientasi pertumbuhan perekonomian wilayah akan berubah sesuai pola jaringan jalan yang berkembang. Keadaan prasarana jalan dapat dlihat dari panjang jalan kabupaten tahun 2011 sepanjang 884,08 Km. Dengan rincian jenis perkerasan masing-masing yang diaspal 226,58 Km, kerikil 251,96 Km, tanah 379,48 Km, dan tidak terinci sepanjang 26,06 Km. (lihat Tabel 9)

jalan Lintas Utara dari Putussibau-BadauKabupaten Sintang. Konsekuensi logis dari pesatnya perkembangan sistem perangkutan darat ini adalah perubahan terhadap struktur tata ruang Kabupaten Kapuas Hulu secara keseluruhan dimana perlahan namun pasti pada pada simpulsimpul strategis di sepanjang jalan Lintas Selatan maupun Lintas Utara mulai tumbuh embrio pusat-pusat permukiman yang hampir dapat dipastikan akan tumbuh menjadi pusatpusat pelayanan bahkan pusat pertumbuhan

Tabel 9 : Panjang Jalan Kabupaten Kapuas Hulu Pada Tahun 2011 (Kilometer)

2.5.1.3 Sistem Perangkutan Udara Sistem transportasi eksternal di Kabupaten Kapuas Hulu dilengkapi dengan adanya dua jalur penerbangan yaitu Putussibau-Pontianak dan Putussibau-Sintang. Kedua jalur penerbangan tersebut dilayani oleh sebuah perusahaan penerbangan yaitu PT. Kalstar Aviation dengan jenis pesawat ATR 72 melayani rute penerbangan Pontianak-Putussibau dengan frekuensi penerbangan sekali sehari. Satu-satunya bandara yang melayani jalur penerbangan komersial di Kabupaten Kapuas
RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI KAB. KAPUAS HULU

Hulu adalah Bandara Pangsuma merupakan pelabuhan udara perintis. 2.5.1.4 Jangkauan Pelayanan Sistem Perangkutan Wilayah

yang

Berdasarkan hasil identifikasi sistem perangkutan yang ada saat ini maka dapat disimpulkan bahwa belum seluruh wilayah Kabupaten Kapuas Hulu mendapat layanan jaringan transportasi yang baik. Jalur pelayaran Sungai yang saat ini dianggap sebagai jalur yang memilii akses yang cukup tinggi dari dan ke bagian lain wilayah kabupaten merupakan
LAPORAN PENDAHULUAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

14 perbatasan Kabupaten Sintang juga digolongkan sebagai wilayah dengan aksesbilitas rendah yang umumnya sangat sulit dicapai baik melalui sungai maupun darat.

wilayah yang digolongkan sebagai wilayah yang paling mu-dah dicpai. Apalagi bila jalur jalan darat Lintas Selatan dapat berfungsi dengan baik, maka wilayah jalur Sungai Kapuas ini akan menjadi semakin penting dan melebar kearah selatan. Tetapi untuk kondisi saat ini wilayah sekitar ruas jalan Lintas Selatan baru dapat digolongkan sebagai wilayah yang memiliki akses sedang karena ketergantungan wilayah ini terhadap wilayah jalur pelayaran Sungai Kapuas masih tinggi. Wilayah-wilayah lain seperti sekitar jalur pelayaran Sungai Embaloh dan jalur jalan darat Putussibau-Tanjungkerja-Benua MartinusLanjak-Badau-Nanga Kantuk sampai ke

2.5.2 Sistem Pelayanan Energi Listrik


Meningkatnya pembangunan terutama industri, menyebabkan permintaan tenaga listrik juga menjadi meningkat oleh sebab itu upaya memenuhi kebutuhan listrik perlu mendapat perhatian dengan memanfaatkan bahan mineral dan bio massa sebagai sumber alternatif yang dapat menghasilkan energi listrik.

Tabel 10 : Banyaknya Pelanggan Listrik Menurut Jenisnya Di Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2011

2.5.3 Sistem Pelayanan Pos dan Telekomunikasi


Lalu lintas berita, uang dan barang merupakan jaringan yang penting di setiap negara, dimana dibidang ini mempunyai jangkauan terhadap perkembangan kehidupan manusia dan menjadi faktor yang mempengaruhi proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI KAB. KAPUAS HULU

Peningkatan penyelenggaraan serta pembangunan pos dan telekomunikasi ini telah meningkatkan penyebaran informasi dalam segala aspek kehidupan seperti dibidang politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan dan mempunyai fungsi sosial, menghilangkan isolasi daerah terpencil. Penyelenggaraan telekomunikasi di kabupaten Kapuas Hulu didukung oleh telepon umum,
LAPORAN PENDAHULUAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

15

telex, dan telegram yang dikelola oleh PT.Telkom. Untuk tahun 2011 banyaknya kapasitas sentral meningkat 17,88% dari tahun 2010, demikian juga untuk sentral yang terisi mengalami peningkatan sebesar 13,57%. Sedangkan jumlah pelanggan terbesar tahun 2011 didominasi oleh pelanggan rumah tangga sebesar 686 pelanggan, disusul pelanggan kategori bisnis/usaha sebanyak 389 pelanggan, dilanjutkan oleh wartel, kios phone, kantor telekomunikasi, dan sosial dengan jumlah pelanggan masing-masing dibawah 32 buah.

2.5.4 Sistem Pelayanan Air Bersih


Sampai tahun 2011 tercatat jumlah rumah tangga yang terlayani jaringan air bersih PDAM sekitar 16,67 % dari seluruh rumah tangga di Kabupaten Kapuas Hulu. Masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu sebagian besar (56,4 %) masih mengandalhkan air sungai langsung sebagai sumber air bersihnya, sebagian lagi sekitar 9,4 % murni menggunakan air hujan. Hanya 1,9 % saja masyarakat menggunakan air dari sumur bor/sumur pompa, 3,3 % menggunakan air sumur biasa dan 8,9 % memanfaatkan air dari mata air langsung di wilayah-wilayah pegunungan.

2.6 Perekonomian Wilayah


Profil perekonomian wilayah Kabupaten Kapuas Hulu dikaji dari tingkat pertumbuhan dan struktur ekonominya. Indikator yang dipakai untuk mengetahui profil tersebut adalah perkembangan nilai PDRB dan Sumbangan setiap sektor terhadap nilai PDRB tersebut. Laju pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dari penyajian PDRB atas dasar harga konstan, karena pengaruh inflasi telah ditiadakan. Mengamati perjalanan pelasa-naan pembangunan sampai pada saar ini, telah terjadi perubahan-perubahan sosial ekonomi di Kabupaten Kapuas Hulu. Dari segi ekonomi, secara makro dicerminkan oleh peningkatan pendapatan perkapita yang diikuti oleh laju pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya atau dengan kata lain terjadi perkembangan PDRB yang cukup tinggi. tingkat pertumbuhan Propinsi Kalimantan Barat 6,2% pada tahun 2011. Jika dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan penduduknya yang mencapai 1,36 % berarti secara riil perekonomian Kabupaten Kapuas Hulu mengalami peningkatan. Untuk lebih meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang sekaligus mewujudkan pemerataan pendapatan perlu adanya eksploitasi dan optimalisasi potensi sumber daya alam, peningkatan sumber daya manusia yang diikuti peningkatan infrastruktur. Pertumbuhan ekonomi regional sangat ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi sektoralnya, sehingga penyajian pendapatan regional secara sektoral merupakan alat bantu untuk melihat perubahan dan perkem-bangan masing-masing sektor. Sedangkan peranan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah pada periode tertentu akan menunjukkan struktur perekonomian suatu daerah. Jika peranan sektoral tersebut disajikan dalam beberapa tahun angka menggambarkan pergeseran struktur ekonomi sebagai indikator adanya proses pembangunan. Pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2011 sebesar 4,55 % terutama didukung oleh pertumbuhan Sektor Angkutan/Komunikasi dan sektor Listrik dan
LAPORAN PENDAHULUAN

2.6.1 Pertumbuhan Perekonomian Wilayah


PDRB Kabupaten Kapuas Hulu atas dasar harga yang berlaku tahun 2010 sebesar Rp. 1.182.106,00 juta dan mengalami kenaikan sebesar 4,55 % atau meningkat menjadi Rp. 1.235.923,00 juta pada tahun 2011. Dengan demikian laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kapuas Hulu lima tahun terakhir adalah rata-rata 4,06 % pertahun (lihat Tabel 11). Angka ini lebih rendah dibandingkan
RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI KAB. KAPUAS HULU

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

16 sektor Perdagangan Besar dan Eceran sebesar 5,26 %.

Air Bersih masing-masing sebesar 7,48 % dan 6,20 %; disusul sektor Bank/Keuangan/Perum sebesar 5,78 %, sektor Bangunan 5,69 %; dan

Tabel 11 : Nilai PDRB Dan Jumlah Penduduk Serta Pertumbuhannya Atas Dasar Harga Konstan

Tabel 12 : Pertumbuhan Ekonomi per Sektor

Bila dilihat secara sektoral, pada periode tahun 2007-2011 sektor angkutan/ komunikasi tumbuh dengan laju pertumbuhan paling tinggi yaitu sebesar 7,48 % pertahun. Sedangkan laju pertumbuhan terendah terjadi pada sektor industri pengolahan yang hanya tumbuh 1,76 % pertahun. Selain sektor angkutan/komunikasi, ada lima sektor lainnya tumbuh dengan laju di atas laju pertumbuhan rata-rata yaitu sektor Listrik dan Air Bersih, sektor Bank/Keuangan /Perum, sektor Bangunan dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran sebesar. (lihat Tabel 12).

2.6.2 Struktur Perekonomian


Untuk mengkaji struktur perekonomian Kabupaten Kapuas Hulu dapat di lihat
RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI KAB. KAPUAS HULU

berdasarkan kegiatan ekonomi yang digolongkan atas tiga sektor yaitu sektor primer, sekunder dan tersier. Struktur perekonomian Kabupaten Kapuas Hulu sampai tahun 2011 masih bersifat agraris (sektor primer). Hal ini dapat dilihat peranan dari sektor pertanian yang masih sangat dominan. Namun demikian peranan sektor ini cenderung mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2010 kontribusi sektor ini sebesar 47,35% menurun menjadi 46,56% tahun 1999. Dominannya sektor pertanian pada perekonomian Kabupaten Kapuas Hulu, terutama didukung oleh sub sektor kehutanan dengan andil terhadap sektor pertanian sebeasr 55,95%, sub sektor tanaman bahan makanan (19,12%) dan sub sektor perikanan (15,66%).
LAPORAN PENDAHULUAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

17 sektor Listrik, dan Air Bersih serta Bangunan. Sektor Tersier terdiri dari Perdagangan, Hotel, dan Restoran, Angktutan dan Komunikasi, sektor Keuangan dan Perum serta sektor Jasa. sektor sektor sektor Bank,

Dari sembilan sektor ekonomi dapat dikelompokkan menjadi tiga sektor besar yaitu: Sektor Primer yang terdiri dari sektor Pertanian dan sektor Pertambangan, Sektor Sekunder yang terdiri dari sektor Industri Pengolahan,

Tabel 13 : Peranan Sektoral Atas Dasar Harga Konstan Kab. Kapuas Hulu Tahun 2007-2011

Pertumbuhan tersier yang tinggi dan juga di atas pertumbuhan Kabupaten Kapuas Hulu berakibat pada peningkatan peranannya. Sedangkan untuk sektor primer dan sekunder masih berada dibawah pertumbuhan PDRB kabupaten dan peranannya juga menurun. Dengan demikian struktur ekonomi Kabupaten Kapuas Hulu selama lima tahun terakhir mengalami pergeseran dari sektor primer ke sektor tersier (lihat Tabel 13).

RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI KAB. KAPUAS HULU

LAPORAN PENDAHULUAN

3. PENDEKATAN DAN PROSES PERENCANAAN


3.1 Pendekatan Perencanaan
Rencana Pengembangan Moda Transportasi Sungai adalah suatu konsep pengembangan moda angkutan sungai yang terintegrasi dan komprehensip yang bukan saja mengembangkan aspek moda transportasi saja tetapi juga mencakup pengembangan sistem transportasi secara keseluruhan dan terintegrasi sehingga secara berangsur-angsur akan meningkatkan tingkat pelayanan sistem transportasi wilayah secara keseluruhan. Rencana yang dihasilkan diharapkan dapat membantu dan menjadi pedoman pemerintah dan masyarakat dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program pengembangan transportasi sungai dengan menentukan tindakan-tindakan yang dapat dilaksanakan dan merumuskan kriteria-kriteria untuk pengambilan keputusan. Sebuah rencana pengembangan transportasi secara tipikal mencakup : moda 2. 6. Aturan-aturan yang perlu dikembangkan untuk mendukung keberhasilan implementasi rencana. Perencanaan adalah langkah awal dalam perencanaan pengembangan moda transportasi sungai. Rencana ini akan membantu pemerintah kabupaten memobilisasi, mempertimbangkan dan mengelola faktor-faktor kelembagaan, sosial, finansial, faktor ekonomi, teknis dan faktor lingkungan hidup untuk mengembangkan moda transportasi sungai. Rencana yang dihasilkan juga merupakan dokumen praktis yang dapat membantu usaha-usaha pengembangan moda angkutan sungai yang dilakukan oleh masyarakat, dalam : 1. Menentukan dan mengerti kondisi eksisting sistem transportasi sungai, Mengidentifikasi masalah dan kelemahankelemahan dari sistem pengelolaan yang ada Mengidentifikasi peluang-peluang untuk meningkatkan kualitas dan pelayanan moda transportasi sungai saat ini Merumuskan tindakan-tindakat prioritas untuk memecahkan masalah dan sekaligus memberi efek peningkatan sistem transportasi sungai. Mengukur seberapa jauh kemajuankemajuan yang dicapai dalam implementasi rencana Mengidentifikasi kebutuhan sumberdaya sesuai anggaran biaya dan skejul. Meninjau ulang dan menyesuaikan prioritas-prioritas yang telah dikembangkan sesuai rencana.

1. Profil Pergerakan Masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu 2. Tujuan dan Sasaran perencanaan 3. Evaluasi dan peninjauan kembali programprogram sektor transportasi yang ada saat ini 4. Alternatif-alternatif pengembangan moda angkutan sungai dilengkapi dengan kajiankajian mengenai issue-issue dan permasalahan berkaitan dengan masingmasing alternatif 5. Rencana pengembangan terpilih (dari beberapa alternatif di atas), target-target terukur yang ingin dicapai, rencana garis besar tentang kelembagaan, dan rencana pengembangan sumber-sumber pembiayaan.

3.

4.

5.

6. 7.

RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI KAB. KAPUAS HULU

LAPORAN PENDAHULUAN - 18

PENDEKATAN DAN PROSES PERENCANAAN

19

Gambar 1 : Proses Perencanaan Pengembangan Moda Transportasi Sungai Kab. Kapuas Hulu

Identifikasi Kebutuhan
Traffic Generation Kuantitas dan Kualitas

Evaluasi Sistem Transportasi Sungai


Penyesuaian sistem, peningkatan/penyempurnaan sistem

Kaji Ulang Sistem Eksisting


Jalur pelayaran, jenis moda, frekuensi, tingkat pelayanan, kecepatan, ketepatan, kenyamanan dan kemanan

Implementasi Rencana
Memulai pelaksanaa seluruh aspek/tindakan-tindakan yang telah direncanakan

Kaji Ulang Regulasi Yang Ada


EDUKASI/SOSIALISAI PARTISIPASI PUBLIK Peraturan perundangan yang berkaitan dengan Transportasi Sungai

Perumusan Rencana Pengembangan Moda Transportasi Sungai Secara Terpadu


Aspek Jenis, Rancang Bangun, pembiayaan, teknis operasional dan aspek kelembagaan &sumberdaya manusianya

TARGET

Kajian mengenai Pengambilan Keputusan


Siapa yang berhak mengambil keputusan?

Kajian Beberapa Alternatif


Memilih alternatif sistem yang paling efektif dan efisien serta berkelanjutan

Perumusan Tujuan dan Sasaran


Tujuan Jangka Panjang dan Jangka Pendek

Identifikasi Komponen-Komponen Potensial


Langkah-langkah untuk mencapai tujuan dan sasaran

Rencana Pengembangan Moda Transportasi Sungai juga dapat menjadi dokumen dukungan bagi usaha-usaha untuk memperoleh dukungan/bantuan dana (grant) untuk membiayai pengembangan moda transportasi sungai. Lembaga-lembaga pembiayaan pembangunan wilayah akan sangat terbantu dalam mengambil keputusan untuk membiayai suatu proyek pengembangan moda transportasi sungai bila suatu daerah sudah dilengkapi dengan Rencana Pengembangan Moda Transportasi Sungai. Rencana Pengembangan Moda Transportasi Sungai juga memberikan gambaran yang jelas bagi lembaga pembiayaan untuk menentukan proyek-proyek parsial yang dapat dibiayai dengan tetap pada kerangka pengelolaan yang komprehensif. Ada beberapa faktor yang ikut andil dalam menentukan lingkup substansial Rencana Pengembangan Moda Transportasi Sungai , termasuk ketersediaan biaya dan ketersediaan keahlian teknis. Kita mungkin memiliki
RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI KAB. KAPUAS HULU

sumberdaya terbatas untuk mengembangkan keseluruhan rencana, tetapi memulai sebuah rencana tetap sangat berguna. Rencana Pengembangan Moda Transportasi Sungai adalah sebuah dokumen yang dinamis yang dapat ditinjau ulang dan direvisi. Sebuah rencana awal dapat mencakup praktek-praktek pengembangan moda eksisting, merumuskan limitasi dan peluangpeluang penyempurnaannya, dan merumuskan langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi limitasi serta menyempurnakan sistem yang ada. Bila semua itu bisa tergambarkan dengan baik, terutama mengenai program-program prioritas, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dan rencana pengembangan yang jelas, maka rencana awal ini akan cukup untuk mendukung proposal pendanaan implementasinya. Gambar 1 mengilustrasikan seluruh tahapan dalam proses perencanaan pengembangan moda transportasi sungai yang komprehensif,
LAPORAN PENDAHULUAN

PENDEKATAN DAN PROSES PERENCANAAN

20 untuk menentukan apa yang telah, sedang dan akan kita lakukan.

mulai dari penyusunan rencana hingga implementasinya. Diagram ini membantu kita

3.2 Tahapan Proses Perencanaan


Secara umum tahapan-tahapan yang dilakukan dalam keseluruhan proses perencanaan adalah : 1. Identifikasi Profil Wilayah Perencanaan 2. Identifikasi Karakteristik Transportasi di Wilayah Perencanaan 3. Kajian mengenai Transportasi Sungai eksisting 4. Kajian Karakteristik Moda Transportasi Sungai eksisting 5. Estimasi/ Proyeksi Kebutuhan Moda Transportasi Sungai 20 Tahun Ke Depan 6. Merumuskan Alternatif Pengembangan Moda Transportasi Sungai 7. Analisis Program-program dan Infrastruktur Regional yang dapat digunakan untuk mendukung pengembangan moda transportasi sungai di Kabupaten Kapuas Hulu 8. Kajian Aspek Pembiayaan berbagai Alternatif Pengembangan Moda 9. Penentuan alternatif terpilih dari berbagai alternatif pengembangan moda sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan 3.2.1.1 Tahap 1 : Identifikasi Profil Kabupaten (Wilayah Perencanaan) 3.2.1.2 Tahap 2 : Identifikasi Karakteristik Sistem Transportasi Mengkaji dan menghitung timbulan lalu lintas (traffic generation) baik secara umum untuk semua jenis moda maupun secara khusus untuk jenis moda tranportasi sungai. Tahap ini juga menentukan jalur-jalur transportasi sungai potensial yang dapat dikembangkan. 3.2.1.3 Tahap 3 : Kajian Mengenai Sistem Transportasi Sungai Eksisting Penggunaan sistem transportasi sungai yang berlangsung saat ini perlu dipahami betul kemudian dikaji untuk merumuskan berbagai permasalahan yang dihadapi, hambatan dan keterbatasan sistem serta peluang-peluang yang dapat dikembangkan untuk mengembangkan sistem ke arah yang lebih baik. Kajian dilakukan terhadap berbagai aspek mulai aspek budaya masyarakat dalam pemanfaatan transportasi sungai, karakteristik pergerakan masyarakat melalui jalur pelayaran sungai, karakteristik moda tranportasi yang dibutuhkan, dan lain-lain Kajian juga dilakukan terhadap aspek kelembagaan dan aspek pembiayaan yang ada saat ini. 3.2.1.4 Tahap 4 : Kajian Karakteristik Moda Transportasi Sungai Moda transportasi dalam sistem yang ada, perlu dicermati dan dikaji karakteristiknya. Kajian ini menjadi sangat penting dalam keseluruhan proses perencanaan, karena dengan mengetahui karakteristik moda inilah akan bisa diambil langkah-langkah tepat untuk pengembangannya di masa yang akan datang. Secara umum karakteristik moda transportasi sungai yang perlu dikaji adalah : a) Karakteristik fisik moda meliputi berat (tonase) daya angkut, dimensi, dan lainlain untuk masing-masing kategori jalur pelayaran yang direncanakan
LAPORAN PENDAHULUAN

Profil Kabupaten setidaknya merumuskan aspek demografi meliputi jumlah penduduk, jumlah keluarga, dan estimasi pertumbuhan penduduk, informasi mengenai perekonomian wilayah, informasi dan data fisik dasar meliputi, iklim mikro, struktur geologi, dan sumberdaya alam; identifikasi sistem transportasi wilayah; aksesibilitas ke pusatpusat pemasaran melalui transporatsi sungai, lokasi potensial dermaga/pelabuhan/penyeberangan, dan lainlain.

RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI KAB. KAPUAS HULU

PENDEKATAN DAN PROSES PERENCANAAN

21 3.2.1.8 Tahap 8 : Kajian Aspek Pembiayaan dan Kelembagaan Setelah jumlah dan kualitas moda transportasi sungai serta komposisi moda untuk masingmasing jalur pelayaran dikidentifikasi, tim perencana sudah bisa membuat perkiraan besaran biaya untuk implementasinya. Estimasi biaya harus mencakup biaya kapital (capital cost)serta biaya operasional dan pemeliharaan (O&M cost) untuk setiap opsi sistem yang ditawarkan. 3.2.1.9 Tahap 9 : Penentuan alternatif terpilih Dengan berpedoman kepada tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, serta hasil pengumpulan masukan dan pendapat publik terhadap beberapa alternatif pengembangan moda yang ditawarkan, maka harus dirumuskan satu sistem terpilih yang akan diterapkan dalam jangka waktu rencana yang telah ditetapkan. Pilihan bisa jatuh pada satu sistem secara keseluruhan yang paling efektif dan efisien, atau merupakan kombinasi dari dua atau lebih alternatif. Beberapa kriteria yang umum digunakan dalam melakukan pilihan alternatif sistem adalah : a) b) c) d) Pertimbangan dampak lingkungan Biaya relatif masing-masing alternatif Potensi serapan tenaga kerja Kemudahan aspek operasional dan pemeliharaan e) Kebutuhan-kebutuhan regulasi/pengaturan f) Penghematan bahan bakar, kenyamanan dan kemanan moda

b) Rancang bangun moda berkaitan dengan aspek kenyamanan, keamanan, kecepatan dan keindahan (estetika). 3.2.1.5 Tahap 5 : Estimasi/ Proyeksi Kebutuhan Moda Estimasi atau proyeksi jumlah dan kualitas moda yang dibutuhkan dalam kurun waktu 20 tahun kedepan dilakukan sesuai dengan angka pertumbuhan yang diperoleh melalui tahap 1. Angka-angka proyeksi ini yang akan menjadi dasar penentuan rencana pengembangan moda dan fasilitas pendukungnya. 3.2.1.6 Tahap 6 : Merumuskan Alternatif Pengembangan Moda Pengembangan beberapa alternatif pengembangan moda perlu dilakukan untuk mencari jenis moda yang tepat yang akan diimplementasikan. Masing-masing alternatif tentu memiliki keunggulan dan kekurangankekurangan masing-masing. Atau satu alternatif baik diterapkan pada masa-masa awal perencanaan sedangkan alternatif lain lebih efektif kalau diterapkan pada akhir tahun perencanaan. Semua alternatif dikaji berdasarkan keunggulan dan kekurangannya. 3.2.1.7 Tahap 7 : Analisis Regional Analisis ini mencakup wilayah yang lebih luas dari wilayah kabupaten, yaitu wilayah kabupaten yang berbatasan bahkan wilayah seluruh propinsi. Kajian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada program-program regional yang berimplikasi langsung maupun tak langsung terhadap pengembangan moda transportasi sungai di Kabupaten Kapuas Hulu. Atau infrastruktur regional apa yang dapat digunakan bersama untuk mendukung sistem transportasi sungai di Kabupaten Kapuas Hulu. Salah satu contoh adalah kemungkinan dikembangkannya jalur dan moda transportasi Sungai Kapuas yang melintasi hampir semua kabupaten di Propinsi Kalimantan Barat.

RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI KAB. KAPUAS HULU

LAPORAN PENDAHULUAN

4. RENCANA OPERASIONAL
4.1 Tahapan Kegiatan
Tahapan kegiatan terbagi dalam enam bagian, yaitu persiapan, pengumpulan data, analisis dan permumusan masalah, penyusunan draft laporan akhir, dan penyempurnaan laporan akhir. Penjabaran dari setiap tahap kegiatan adalah sebagai berikut ini. 1) Tahap Persiapan / Pendahuluan Tahapan ini memiliki bobot 6 % dari keseluruhan pekerjaan, dan dapat diselesaikan dalam waktu 4 minggu. Tercakup dalam tahapan ini antara lain: pemahaman secara seksama petunjuk pelaksanaan penyusunan Rencana Pengembangan Moda Transportasi Sungai, penjadwalan pekerjaan, penyusunan rencana kerja dan survey pendahuluan (reconaissance survey). 2) Tahap Survey dan Pengolahan Data Setelah rancangan pekerjaan ditetapkan, pada tahap kedua ini dilakukan pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan tahapan proses perencanaan dan teknik analisis yang dipergunakan. Tahap ini memiliki bobot 24% dari keseluruhan proses perencanaan dan diselesaikan dalam jangka waktu delapan minggu. Beberapa kegiatan yang tercakup dalam tahapan ini adalah: penyusunan daftar tilikan (checklist) data yang dibutuhkan, seleksi data awal yang tersedia (data sekunder), pengumpulan data-data yang belum didapatkan, survai lapangan untuk pengenalan wilayah perencanaan, dan kompilasi data 3) Tahap Analisis dan Perumusan Masalah Tahapan analisis ini memiliki bobot 30% dari keseluruhan pekerjaan, dan pada dasarnya terdiri dari kajian umum wilayah perencanaan, kajian sistem transportasi sungai eksisting, kajian penggunaan dan karakteristik moda transportasi sungai
RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI KAB. KAPUAS HULU

eksisting, proyeksi timbulan lalu lintas sungai, perumusan alternatif pengembangan moda, analisis regional dan analisis pembiayaan pengembangan moda. Diperkirakan tahapan ini diselesaikan dalam waktu enam minggu 4) Tahap Penyusunan Rencana Tahapan ini merupakan tahapan akhir proses perencanaan sebelum dilakukan seminar. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini antara lain : penetapan arah, tujuan, sasaran strategi, dan kebijakan pengembangan moda transportasi sungai, rencana pengembangan moda, rencana penanganan moda, rencana pembiayaan dan lembaga pengelola, serta indikasi program jangka menengah pengembangan moda. Mengingat pentingnya penyusunan rancangan rencana ini, maka tahapan ini memiliki bobot 34 % dari keseluruhan proses perencanaan dan diselesaikan dalam waktu empat minggu 5) Pembahasan Akhir Pembahasan Akhir merupakan pembahasan terhadap hasil sementara rumusan hasil studi dihadapan instansi / lembaga pemerintahan yang berwewenang di kabupaten. Di dalam pembahasan ini, diharapakan didapat masukan-masukan baru demi penyempurnaan hasil studi. Pembahasan Akhir direncanakan diselenggarakan pada minggu ke-16. 6) Penyempurnaan Laporan Akhir Setelah dilakukan pembahasan akhir, kemudian draft laporan akhir disempurnakan sesuai dengan perbaikan dan masukan yang diperoleh dari pembahasan tersebut. Tahapan ini
LAPORAN PENDAHULUAN - 22

RENCANA OPERASIONAL

23 dari keseluruhan pekerjaan.

diperkirakan akan memakan waktu satu minggu, dan memiliki bobot sebesar 5 %

4.2 Jadwal Penyelesaian Pekerjaan dan Pelaporan


Seperti telah dikemukakan sebelumnya, pelaksanaan penyusunan rencana pengembangan moda transportasi sungai ini adalah 17 minggu (120 hari). Dalam jangka waktu tersebut, pelaksana pekerjaan menyampaikan laporan kemajuan kerja sebanyak empat kali. Jenis laporan dan jangka waktu penyelesaiannya dijelaskan berikut ini.

Tabel 14 : Jadwal Pelaksanaan Penyusunan Rencana Pengembangan Moda Transportasi Sungai di Kabupaten Kapuas Hulu
NO I. 1 2 3 4 II. 4 5 6 7 8 III. 9 10 11 12 13 14 15 16 17 IV. 18 19 20 21 22 23 V. VI. PERSIAPAN Pendalaman materi pek erjaan Penyusunan rencana k erja Survei pendahuluan Penyusunan Laporan Pendahuluan SURVEY Penyiapan perangk at survei Survei sek under Survey primer Pemilahan dan Kompilasi Data Sistematisasi data ANALISIS Identifik asi Profil Wilayah Perencanaan Identifik asi Sistem Transportasi di Wilayah Perencanaan Kajian Sistem Transportasi Sungai Ek sisting Kajian Karak teristik Moda Transportasi Sungai Ek sisting Estimasi/ Proyek si Timbulan Lalu Lintas dan Kebutuhan Moda Merumusk an Alternatif Pengembangan Moda Analisis Regional Kajian Aspek Pembiayaan Alternatif Pengembangan Moda Penyusunan Laporan Antara PENYUSUNAN RENCANA Perumusan Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijak an Perumusan Rencana Pengembangan Transportasi Sungai Perumusan Rencana Pengembangan Moda Transportasi Sungai Perumusan Rencana Pengelolaan (Kelembagaan) Perumusan Rencana Pembiayaan Pengembangan Moda Penyusunan Draft Laporan Ak hir SEMINAR DAN KONSULTASI PUBLIK PENYUSUNAN LAPORAN AKHIR JUMLAH BOBOT AKUMULASI (%) PENYERAHAN LAPORAN 1. Laporan I: Laporan Pendahuluan 2 Laporan II: Laporan Antara 3. Laporan III : Draft Laporan Ak hir 4. Laporan IV : Laporan Ak hir DISKUSI DAN PEMBAHASAN 1. Pembahasan laporan 2. Sosialisasi dan Seminar Ak hir TAHAPAN KEGIATAN BOBOT % 6,0 1,0 1,0 2,0 2,0 24,0 1,0 3,0 8,0 8,0 4,0 30,0 5,0 2,0 5,0 5,0 2,0 4,0 2,0 3,0 2,0 34,0 4,0 4,0 8,0 6,0 6,0 6,0 2,0 4,0 100,0
1,0 1,0 4,0 5,0 8,0 13,0 7,0 20,0 8,0 28,0 12,0 40,0 13,0 53,0 7,0 60,0 2,0 62,0 7,0 69,0 5,0 74,0 3,0 77,0 7,0 84,0 5,0 89,0 7,0 96,0

MINGGU KE 1 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

1,0

1,0 1,0

1,0 2,0 2,0 1,0

1,0 2,0 2,0 1,0

2,0 2,0 1,0 1,0 1,0 1,0

2,0 2,0 1,0 2,0 1,0 2,0 2,0 2,0 1,0 2,0 2,0 2,0 2,0 1,0 1,0

2,0 2,0 2,0 1,0 2,0 2,0 2,0 2,0

2,0 2,0

2,0

1,0

1,0

1,0

2,0 2,0 2,0 1,0

2,0 2,0 1,0

2,0 2,0 1,0 2,0 2,0


2,0

2,0
2,0

98,0 100,0

Minggu ke- 1

10

11

12

13

14

15

16

17

Minggu ke- 1

10

11

12

13

14

15

16

17

Laporan pertama berisikan tanggapan terhadap materi pekerjaan serta rencana operasional penanganan pekerjaan. Laporan pertama ini disebut dengan Laporan Pendahuluan. Laporan pertama ini diserahkan pada minggu keempat, pada saat akumulasi pekerjaan mencapai 20 persen. Laporan kedua berupa Laporan Antara yang memuat data dan informasi hasil survey serta kajian-kajian terhadap data

tersebut. Laporan Antara ini diserahkan pada akhir minggu ke 9. Laporan ketiga merupakan Draft Laporan Akhir sesuai dengan hasil kajian/analisis data yang dilakukan sebelumnya. Laporan ini merupakan bahan utama untuk pembahasan teknis di daerah untuk mendapat masukan dan penyempurnaan lebih lanjut. Laporan akhir sementara ini diserahkan pada minggu ke 15 saat akumulasi pekerjaan mencapai 96 %
LAPORAN PENDAHULUAN

RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI DI KABUPATEN KAPUAS HULU

RENCANA OPERASIONAL

24 dengan Laporan Digital (CD). Dengan dimasukkannya laporan ini pada minggu ke-17, maka seluruh pekerjaan dinyatakan selesai. Gambaran selengkapnya penjadwalan, jangka waktu pengerjaan, dan sistem pelaporan dapat dilihat pada Tabel 14.

Laporan terakhir, yang merupakan penyempurnaan draft Laporan Akhir menjadi Laporan Akhir, berdasarkan masukan, penyempurnaan dan koreksi yang diperoleh dalam seminar. Laporan Akhir ini berupa Buku Rencana Pengembangan Moda Transportasi Sungai di Kabupaten Kapuas Hulu, dilengkapi

4.3 Teknik Penyajian


Seperti yang telah dikemukakan di atas, pekerjaan penyusunan rencana pengembangan moda transportasi sungai ini akan menghasilkan empat laporan yaitu Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, Laporan Akhir Sementara dan Laporan Akhir (dilengkapi dengan Laporan Digital). Penyajian buku-buku laporan dan hasil pekerjaan akan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: Pengetikan dilakukan satu spasi dengan teknik cetak menggunakan inkjet printer berwarna di atas kertas HVS 80 gram Kulit Buku berwarna putih dengan tulisan dan ilustrasi sampul cetakan warna Ukuran kertas yang dipakai pada tiap-tiap laporan adalah sebagai berikut : Laporan Pendahuluan ukuraan A4 sebanyak 5 buku (satu asli dan empat salinan) Laporan Antara ukuran A4 sebanyak 5 buku (satu asli dan empat salinan) Draft Laporan Akhir ukuran A4 sebanyak 10 buku (satu asli dan sembilan salinan) Laporan Akhir ukuran A4 sebanyak 10 buku (satu asli dan sembilan salinan) Laporan Digital (CD) ukuran CD 8 sebanyak 15 keping

Skala peta-peta yang disajikan di dalam buku laporan skalanya disesuaikan dengan ukuran kertas laporan.

4.4 Organisasi Pelaksanaan Studi


Penyusunan Rencana Pengembangan Moda Transpotasi Sungai di Kabupaten Kapuas Hulu ini akan dikerjakan oleh sebuah tim studi. Tim ini dipimpin oleh seorang ketua tim yang dibantu oleh beberapa ahli dari berbagai disiplin ilmu dalam hal teknis dan seorang administrator proyek dalam hal administrasi proyek. Seluruh pekerjaan ditunjang oleh staf penunjang yang terdiri dari juru ketik, juru gambar, surveyor dan operator komputer. Tugas masing-masing anggota tim adalah sebagai berikut : A. Ketua Tim Tugas utama ketua tim adalah mengkoordinasikan seluruh proses pelaksanaan pekerjaan baik teknis maupun administratif. Ketua tim harus dapat mengarahkan jalannya proses perancangan sesuai dengan jadwal dan network yang telah ditetapkan. Ketua tim, yang dalam proyek ini dirangkap oleh Ahli Planologi, bertanggung jawab langsung kepada Direktur Perusahaan. B. Ahli Perencanaan Kota Ahli ini merangkap sebagai ketua tim bertugas pula menyusun rencana kerja, meyusun kerangka pendekatan dan rincian proses perencanaan dari awal sampai akhir, mempersiapkan materi persiapan survey, menyusun outline setiap laporan serta melakukan kajian dan analisis perkembangan wilayah dikaitkan dengan perkembangan sistem transportasi sungai. C. Ahli Teknik Lingkungan
LAPORAN PENDAHULUAN

RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI DI KABUPATEN KAPUAS HULU

RENCANA OPERASIONAL

25 G. Tenaga Sub Profesional Tenaga Sub Profesional terdiri dari seorang Asisten Ahli Planologi yang bertugas membantu Ahli Planologi menjalankan tugas-tugasnya, dan seorang koordinator surveyor yang beretugas untuk mengkoordinir kegiatan survey di lapangan. H. Tenaga Pendukung

Ahli ini secara teknis melakukan kajiankajian aspek sanitasi lingkungan berkaitan dengan pengembangan moda transportasi sungai. D. Ahli Teknik Sipil Ahli ini secara teknis melakukan kajiankajian dan perencanaan sistem transportasi sungai serta perancangan moda transportasi sungai. E. Ahli Kebijakan Publik Tugas Ahli ini adalah mengkaji aspek kebijakan dikaitkan dengan pengembangan sistem transportasi wilayah khususnya transportasi sungai.. F. Ahli Ekonomi Tugas utama ahli ini adalah membuat analisis pembiayaan pengembangan moda transportasi sungai dan membuat skema pembiayaan pengembangan program pengembangan sistem transportasi sungai. Tabel 15 : Mobilisasi dan Demobilisasi Personil
NO I. 1 2 3 4 5 II. 1 II. 1 2 3 4 PERSONIL JUMLAH O-B

Staf pendukung terdiri dari seorang administrator proyek, dan seorang operator komputer (word processor & spreadsheet), serta seorang office boy, bertugas mendukung keseluruhan proses penyelesaian pekerjaan dari tahap persiapan sampai tahap penyelesaian laporan akhir baik teknis maupun admisitratif. Di samping itu, untuk kegiatan pengukuran/survey lapangan dikerahkan beberapa orang surveyor.

MINGGU KE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Tenaga Ahli / Profesional Staff Tenaga Ahli TPlanologi (Team Leader) Tenaga Ahli Tek nik Lingk ungan Tenaga Ahli Sipil Tenaga Ahli Ekonomi Tenaga Ahli Kebijak an Publik Tenaga Sub Profesional Asisten Ahli Lingk ungan Tenaga Teknis ( Supporting Staff) Surveyor Documentator/Administrator Operator Komputer Office Boy 3,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0

RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI DI KABUPATEN KAPUAS HULU

LAPORAN PENDAHULUAN

RENCANA OPERASIONAL

26

RENCANA PENGEMBANGAN MODA TRANSPORTASI SUNGAI DI KABUPATEN KAPUAS HULU

LAPORAN PENDAHULUAN

Anda mungkin juga menyukai