karenamerupakan alat dan sarana yang digunakan dalam badan usaha untuk mengurangi tiap masalah yang muncul dalam proses badan usaha untuk mencapai tujuan. Serta untuk memastikan agar aktivitas yang dilakukan oleh tenaga kerja telah sesuai dengan tujuan dan strategi badan usaha.Oleh karena itu, perancangan Management Control Systems harus dibuat sebaik mungkin agar problem dapat diminimalkan. Dalam merancang Management Control Systems yang baik maka ada banyak aspek yang harus dipertimbangkan, salah satunya adalah kebijakan dan prosedur (policies and procedures) yang merupakan bagian dari administrative control.Kebijakan dan prosedur ini berfungsi untuk menentukan aktivitas dan perilaku apa yang boleh dilakukan maupun apa yang tidak boleh dilakukan oleh karyawan sehingga aktivitas dan perilaku karyawan akan sejalan dengan tujuan perusahaan. Dengan kata lain kebijakan dan prosedur dapat menjadi alat pembatas untuk setiap karyawan atau tenaga kerja dalam melaksanakan tugasnya dalam perusahaan. Dengan adanya kebijakan dan prosedur, maka perusahaan dapat dengan mudah mengatur setiap tenaga kerjanya agar bertindak atau berperilaku sesuai dengan keinginan
B. Administrative control Sistem Administrative Control terbagi menjadi 3 kelompok : Organisation Structure Mengarahkan perilaku karyawan melalui pengorganisasian individu. Governance Structure Memantau perilaku dan membuat karyawan bertanggung jawab atas perilaku mereka. Policies and Procedures Proses menentukan bagaimana seharusnya suatu pekerjaan dan perilaku dilaksanakan dan memisahkan mana yang tidak boleh / harus dilaksanakan.
C. Pengertian Prosedur dan Kebijakan Pengertian prosedur menurut Masya (1994 : 74) mengatakan bahwa Prosedur adalah suatu rangkaian tugas-tugas yang saling berhubungan yang merupakan urutan-urutan menurut waktu dan tata cara tertentu untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang dilaksanakan berulang-ulang. Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prosedur adalah suatu tata cara kerja atau kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan urutan waktu dan memiliki pola kerja yang tetap yang telah ditentukan. Sedangkan kebijakan adalah
konsekuensi kebijakan sebelum suatu kebijakan diterapkan.Model ini dapat disebut sebagai model prediktif. 2. Analisis kebijakan retrospektif Analisis kebijakan yang dilakukan terhadap akibat-akibat kebijakan setelah suatu kebijakan diimplementasikan.Model ini biasanya disebut sebagai model evaluatif. 3. Analisis kebijakan integrative Analisis kebijakan yangberbentuk perpaduan antara analisis kebijakan prospektif dan analisis kebijakan retrospektif. Bentuk analisis kebijakan prospektif memiliki kelemahan karena hanya berkutat pada analisis kebijakan yang mengarahkan perhatian pada konsekuensi kebijakan sebelum kebijakan diterapkan. Pun dengan bentuk analisis kebijakan retrospektif yang hanya memfokuskan kajiannya pada konsekuensi kebijakan setelah kebijakan diterapkan. Maka analisis kebijakan seharusnya menggunakan bentuk kebijakan integratif, yaitu dengan memadukan antara analisis kebijakan prospektif dan analisis kebijakan retrospektif.
D. Lever of Control Seorang manajer diekspektasikan mengetahui bagaimana kesehatan bisnisnya, mengetahui susunan pengukuran kinerja dan alat pengendalian yang tersedia untuk mencapai tujuan, serta memiliki kemampuan untuk memberi solusi dalam keadaan yang cenderung berubah-ubah. Model untuk mengatur bagaimana penilaian kinerja dan alat sistem pengendalian dalam suatu perusahaan dengan tujuan untuk menjaga atau menjamin perilaku anggota organisasi disebut Levers of control. Pengendalian dalam strategi bisnis dicapai apabila mengintegrasikan empat levers of controls, yaitu beliefs system,boundary sytem,diagnostic control system,dan interactive control system. Kekuatan dari LOC dalam mengimplementasikan strategi tidak terletak pada pengunaan tiap levers, namun bagaimana keempat lever tersebut digunakan bersamasama. Penggunaan lever of control sebagai pedoman untuk menentukan strategi. Jenis-jenis strategi: 1. Intended strategies Merupakan suatu strategi dimana seorang manajer memasarkan suatu produk dengan menganalisis persaingan yang terjadi dan kemampuan yang dimiliki saat ini.Intended strategi merupakan strategi yang ingin dicapai oleh manajer. 2. Emergent strategies Merupakan suatu strategi yang timbul secara spontan sebagai respon karyawan karena munculnya ancaman yang tak terduga dan keuntungan dari eksperimen dan trial and error.Emergent strategy merupakan strategi yang tidak direncanakan sebelumnya oleh manajer. 3. Realized strategies Merupakan gabungan dari intended strategies dan emergent strategies (apa yang sebenarnya terjadi). Karena adanya perbedaaan antara apa yang telah direncanakan oleh manajer dengan apa yang terjadi pada kenyataannya, oleh karena itu levers of control penting untuk megendalikan strategi bisnis.
Terdapat 4 tipe Levers of Control (LOC) yang merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan yaitu 1. Belief systems Belief systems adalah serangkaian visi manajemen yang
dikomunikasikan secara formal melalui serangkaian misi yang memberi nilai dasar, tujuan, dan arahan bagi karyawan.Belief system merupakan sistem formal yang digunakan nilai-nilai oleh inti manajer perusahaan untuk dalam mendefinisikan, rangka untuk
mengkomunikasikan
menginspirasi dan memotivasi karyawan untuk mencari, mengeksplorasi, membuat, serta mengeluarkan upaya dalam tindakan yang tepat (Simon, 1994).Belief system menjelaskan tentang nilai-nilai inti organisasi, definisi organisasi, tujuan dan arah organisasi (Simon, 1995, 34).Hal tersebut berupa visi dan misi organisasi (Simon, 1995). Dalam Simon (1994) contoh dari belief system yaitu: Pernyataan tentang Visi organisasi, Pernyataan tentang Misi organisasi, Pernyataan tentang Tujuan organisasi. 2. Boundary systems Boundary systems bertujuan untuk memberikan batasan bagi karyawan. Sistem ini memastikan bahwa aktivitas yang dilakukan karyawan berada dalam batas-batas yang diizinkan oleh perusahaan dengan
menyediakan peraturan yang diungkapkan secara formal dan memberitahukan apa yang mereka tidak dapat lakukan. Tujuannya adalah untuk memungkinkan karyawan memiliki kebebasan untuk berinovasi, menggali, menciptakan, dan mencapai standar tertentu. Salah satu contoh dari boundary systems dalam (Simon, 1994) yaitu merupakan sistem yang berisi tentang aturan, batasan, dan larangan dalam : Kode etik organisasi, Sistem perencanaan strategis, Sistem penganggaran 3. Diagnostic controls systems Diagnostic controls systems bertujuan untuk mengkoordinasikan dan mengawasi pengimplementasian strategi yang sudah direncanakan. Diagnostic control systems memberi kesempatan pada manajer untuk mengukur dan membandingkan hasil (outcome) dengan rencana, tujuan, maupun standar
Tujuan dari diagnostic control system adalah memotivasi karyawan untuk melakukan, menyelaraskan perilaku karyawan dengan tujuan organisasi, dan untuk menyediakan mekanisme pemantauan, selain itu dengan dengan adanya diagnostic control system, karyawan memiliki kebebasan dalam berinovasi, membuat serta mencapai target tertentu dalam sebuah organisasi (Widener, 2007). Dalam Simon (1994) contoh dari diagnostic control system yaitu:Rencana laba dan penganggaran, Sistem tujuan organisasi, Sistem pemantauan kegiatan, Sistem pemantauan pendapatan. 4. Interactive controls systems Interactive control systems adalah sistem kontrol yang digunakan manajer secara rutin dan personal untuk melibatkan diri dalam aktivitas pengambilan keputusan para bawahan.Interactive control system merupakan proses komunikasi dua arah yaitu antara manajer dengan karyawan bawahan pada berbagai tingkat organisasi (Abernethy & Lillis, 1995; Spekl, 2001). Dalam Simon (1994) manajer dapat menggunakan interactive control system dari: Sistem mengenai agenda penting organisasi dan mendiskusikannya dengan bawahan, Fokusnya perhatian rutin manajemen di seluruh operasi organisasi, Partisipasi dalam diskusi yang berhadapan langsung dengan bawahan, Melakukan debat secara berkelanjutan mengenai data, asumsi dan tindakan perencanaan, Evaluasi rencana aktivitas bawahan, face-to-face meeting dengan karyawan. Belief system dan interactive control systems merupakan sistem yang positif karena memotivasi organisasi untuk lebih kreatif dan memperluas ruang kesempatan.Sistem ini mendorong karyawan untuk berbagi informasi dan belajar. Sedangkan boundary system dan diagnostic control system merupakan sistem yang negatif karena digunakan untuk membatasi perilaku.Sistem ini bergantung pada motivasi dari pihak luar dengan menyediakan tujuan eksplisit, pemberian penghargaan, dan batas yang jelas dalam mencari kesempatan.
pengendalian dan efisiensi, tetapi mengatur tujuan, pengukuran hasil, dan pemberian penghargaan dengan menggunakan unsur inovasi dan pembelajaran. Interactive control system juga merupakan sistem pengendalian dan pembelajaran, akan tetapi pembelajaran dan inovasi didominasi oleh senior manager yang digunakan untuk proses interactive control sebagai sebuah alat untuk memaksa sebuah organisasi untuk memonitor perubahan pasar yang dinamis dan perdebatan motivasi mengenai data, asumsi dan action plan.
E. Lever of Control dan Perilaku Manusia Halangan di dalam organisasi yang dapat menghambat pengeluaran potensi kerja dari semua karyawan: 1. Ragu dengan tujuan dari organisasi dan bagaimana dapat berkontribusi 2. Terpengaruh pada tekanan dan godaan. 3. Kurang fokus dan / atau kurang sumber daya. 4. Kurang memiliki kesempatan untuk berinovasi. 5. Takut untuk mengambil resiko. Levers of control dapat diterapkan dan mampu mengatasi masalah-masalah tersebut asalkan manajer memahami dengan baik masalah perilaku karyawan dalam organisasi
Keinginan Karyawan
Solusi Manajerial Mengkomunikasikan nilai utama dan misi perusahaan Menetapkan dan
Lever
Berkontribusi
Bertindak Benar
menjalankan organisasi
Memenuhi Target
dan target
Diagnostic System
Control
Membuat
memicu pembelajaran
F. Penerapan Levers Of Control Pengukuran kinerja dan sistem pengendalian tidak tercipta secara bersamaan. Pengaplikasiannya bergantung dari siklus hidup dari suatu perusahaan serta alat dan teknik control yang tepat agar dapat menyeimbangkan keuntungan, pertumbuhan, dan pengendalian secara efektif. Kemampuan untuk menerapkan levers of control pada tahap pertumbuhan bisnis adalah hal yang penting untuk membangun waralaba yang berkelanjutan. Berikut ini adalah bagan pengenalan sistem pengendalian atas siklus hidup bisnis.
Life Cycle
Small up
start Growing
Mature
Organization Structure
Informal
Functional specialization
Market
Product/regional/customer
namunmanajertetapharus asset
systemuntukmenjaminkeamanan
plansuntukmendorongkebutuhanmanajemendalamhalmembuatkeputusandankontrol. Selainitu, diagnostic control system yang dihubungkan dengan critical performancevariables jugaharus dibuat,
business conduct boundaries yang jelasuntukmenghalangikelakuan yang berisiko bagi perusahaan. 2. Tahap2 : Rapid Growth (Pertumbuhan yang cepat) Pada tahap rapid growth biasanyaditandaidenganpenambahankantoryangdihasilkanperusahaan.Untukmengurangi
kantordanproduk-
produkbaru
redundancy danmeningkatkan efficiency perusahaan,makamanajermembagi unit kerjafungsionaldengan spesialisasi adalah sepertimanufaktur, R&D, pemasaran, keuangandan lainnya.Top manager mengeset performance goal, budgetdaninsentif bagi functional manager danmerekadiwajibkanmemberikanlaporan pada top
manager.Namundenganpeningkatanspesialisasi yangsempitinimembuatkaryawansulituntukmenciptakankreativitasdaninisiatifdalamm eresponkondisipasar.Manajerkemudianmembuatsktrukturakuntabilitas desentralisasi yaitu market-based yang based baik profit yang centers
untukmengembalikanresponperusahaan market
centersiniparamanajermemilikikewenanganuntukmembuatstrategi,
10
customers.Denganadanyatambahanindependensi
diberikankepada
manajermakadiperlukan pula adanyatambahankontrol, diantaranya: a. Top manajerharusmenciptakandan mengkomunikasikan corevalues dengan menggunakan formal beliefs systems. b. Manajerharusmengklasifikasidan boundaries. c. Pengukuranakuntansitidakhanya fokus padaprofitabilitasnamunjugapada asset yangdigunakanuntuk menciptakan profit tersebut. 3. Tahap3 : Maturity (Kematangan) Perusahaan yang beradapadatahap maturity biasanyatelahmemilikiukuran yang besar,matangdankompleks, memilikibeberapadivisiatau unit bisnisdanbersaing dalam multiple product market.Menghadapiketidakpastian pasar, peluangperusahaanharus mengkomunikasikan strategic
perusahaanperlumencari peluanguntukmelakukaninovasidanstrategibaru.Padatahapini,
G. Action controls Action controls adalah kegiatan untuk memastikan bahwa karyawan melakukan tindakan tertentu yang diketahui akan menguntungkan bagi organisasi. Jadi dalam action controls, pengendalian lebih difokuskan pada tindakan atau aktivitas karyawan dimana pengendalian ini bersifat direct (langsung). Terdapat empat bentuk dasar dari action controls yaitu : 1. Behavioral constraints
11
12
13
membantu
Telkomsel
mendistribusikan
produknya).Ketika seseorang yang memiliki dana berlebih dan ingin menjadi Autorized Dealer (AD) Telkomsel, maka AD tadi bisa berdagang di salah satu area tersebut. Seorang calon AD paling tidak memiliki fresh money antara Rp 10 Milyar sampai dengan Rp 50 Milyar, tergantung dari besar kecil area dan besar kecil pangsa pasar area tersebut, untuk dealer pemula bisa menggunakan plafond dealer Rp 10 Milyar, tapi untuk amannya paling tidak ada dana 30% dari plafond dealer tadi untuk operasional Autorized Dealer, Perhitungan 10 sampai dengan 50 Milyar adalah perhitungan tahun 2009, sedangkan Autorized Dealer tahun 2000 membutuhkan dana sekitar Rp 1 Milyar. Selanjutnya pihak Telkomsel akan "memberikan" Autorized Dealer hak untuk beroperasi ataun berdagang di-area yang sudah disepakati. Telkomsel akan memberikan Starter Pack, Voucher isi ulang dan isi ulang elektronik (M-Kios) untuk didistribusikan oleh Dealer. Sebagai gantinya Dealer akan membuat Gerai Halo, melakukan branding merk di sana-sini di area yang digarapnya. Dalam sistem Telkomsel yang lama, dalam sebuah area, biasanya jumlah dealer antara 5 sampai dengan 15.Dengan maksud terjadi "persaingan sehat" antar dealer.Persaingan sehat yang dimaksud yaitu persaingan pada pelayanan.Harga pembelian dan penjualan Starter Pack, Voucher isi ulang dan Isi Ulang elektronik diatur sedemikian rupa sehingga
14
Sebuah dealer yang dapat label Black, maka dia akan "dipecat" dari Telkomsel dan plafond dealer hanya dikembalikan 40% saja. Dengan adanya kebijakan diatas seringkali AD ( Authorized Dealer) berupaya kreatif untuk mencapai target yang diinginkan untuk tidak terdepak dari persaingan antar kios ini dengan cara membangun aliansi dengan Sub Dealer bayangan (SD). SD Bayangan ini bisa berupa rekan kerja yang bekerjasama membuat CV, atau "penguasa lokal" yang menguasai market setempat dan memiliki dana berlebih.Modus yang digunakan Autorized Dealer untuk membuat SD Bayangan ini bermacam-macam, diantaranya : Bekerjasama dengan "pemodal lokal" dengan memberi intensif berupa "harga miring" dari produk telkomsel, kemudian "pemodal lokal" tadi bekerja dengan brand Autorized Dealer tersebut. Memberikan potongan harga dari produk Telkomsel kepada siapa saja Re Seller yang belanja dalam jumlah besar. Misalnya belanja M-Kios dengan jumlah diatas 2000pcs per minggu. Dari dua hal diatas (berdasar supply and demand) "pemain kecil" juga melakukan hal yang sama, karena tidak bisa membagi M-Kios, maka dibuatlah sistem penjualan pulsa berbasis SMS. Istilah sehari-hari Server pulsa. Aliansi dengan SD yang awalnya dikira menguntungkan AD akhirnya malah menjadi senjata makan tuan. Dengan diketahuinya SD pun melakukan hal yang sama yaitu membuat suatu aliansi dengan pedagang pulsa kecil yang akhirnya membentuk suatu jaringan pemasaran yang sangat luas, dengan kelebihan antara lain : 1. 2. Modal lebih kecil Harga lebih murah
15
Telkomsel.Akhirnya Telkomsel mulai melakukan area pembatasan pengisian.Dari yang sebelumnya bebas pengisian, akhirnya efektif mulai 2007.Area penjualan dibagi dalam 9 Area.
Dengan pembagian area tersebut, seorang reseller dari area "X" hanya bisa mengisi nomor di area "X" ditambah 10% nomor luar area. Istilahnya pengisian inner dan outer. Seorang reseller yang transaksinya melebihi 10% pengisian outer, maka secara otomatis dealer akan melakukan blokir M-Kios. Walapun area-nya pengisian Telkomsel sudah dibagi dalam 9 area.Seorang pengusaha server malah semakin berfikir kreatif, ini terbukti kemudian menghasilkan sistem kerja server berbasis Yahoo Messenger dan Google Talk. YE-EM (panggilan akrab Yahoo Messenger) yang sebenarnya adalah sarana untuk ber-chatingria, Oleh pengusaha Pengisian pulsa berbasis server, YM malah dijadikan sarana transaksi. Prinsip kerja host to host sebagai berikut :
16
Bagi server kecil, cukup memiliki rekan kerja di 8 area lainnya , maka stok Telkomsel sudah aman. Sedangkan bagi server yang bermodal besar, dia akan melakukan ekspansi ke beberapa wilayah dengan tujuan : 1. 2. Memperluas jaringan pemasaran Penempatan komputer host to host. Dari sinilah sebenarnya, pola pengaturan pengisian area Telkomsel sangat tidak efektif untuk mendongkrak profit dari para dealernya.Malah didalam banyak hal, hal ini hanya menjadi blunder saja.Terbukti ada pengsekongkolan antar server dalam pembentukan jaringan Host to Host. Akhirnya setelah nego antar dealer dan Telkomsel per Januari 2011, dibuatlah kebijakan yang disebut "hard cluster area". Kebijakan Hard Cluster Area antara lain : 1. Dealer diberi kewenangan penuh untuk mengelola suatu wilayah secara monopoli, tanpa diganggu dealer lain. 2. 3. Area dalam HCA lebih kecil (biasanya 1 kabupaten) Maksimal jumlah de-nominasi M-Kios dalam Hard Cluster Area hanya 80 pcs per M-Kios per minggu. 4. Tidak boleh melakukan outer diluar Hard Cluster Area.
17
Contoh Cluster Area Telkomsel Tujuan Hard Cluster Telkomsel GM Corporate Communications Telkomsel, Ricardo Indra menjelaskan sistem distribusi berbasis cluster pada dasarnya dibuat untuk pengelolaan yang lebih baik atas sistem penjualan pulsa. Sistem distribusi berbasis "hard cluster" disusun dengan niat baik untuk mengelola ketersediaan produk dan voucher pulsa bagi para pedagang secara merata di seluruh Indonesia. Selain itu, sistem tersebut juga akan menjamin ketersediaan pulsa bagi pelanggan di suatu wilayah. Pelanggan pun juga akan mendapat harga pulsa yang sama dan tidak akan terlampau berbeda jauh dengan wilayah lain. Bagi pedagang akan mendapat kepastian ketersediaan produk di wilayah masingmasing. Sehingga bila pedagang di daerah sedang mengalami kehabisan stok pulsa, maka pedagang tersebut bisa langsung menghubungi distributor di wilayah tersebut. Sebelum resmi diberlakukan, sistem tersebut telah melalui serangkaian kajian dan proses evaluasi internal yang memadai, termasuk mendengarkan masukan dari para mitra dealer, outlet, dan reseller. Kebijakan sistem clustering yang diterapkan Telkomsel ini, secara keseluruhan bertujuan sebagai solusi utama dalam melindungi AD dan untuk meningkatkan kesehatan bisnis mitra-mitra agar dapat terus berkembang untuk jangka panjang, bukan jangka pendek yang bisa berdampak persaingan bebas yang tidak sehat.Melalui sistem clustering, mitra AD
18
19
20
penyelesaiaannya.Perbedaan ini semakin besar dirasakan karena Telkomsel merupakan salah satu provider yang cukup besar di Indonesia atau dapat dikatakan pada masa hidup maturity yang bersifat memiliki jaringan yang luas dan kompleks, sehingga masyarakat juga menjadi salah satu penerima dampak dalam penggunaan kebijakan baru ini. Namun seharusnya Telkomsel tidak perlu menghadapi masalah yang timbul ini apabila menerapkan Lever of Control yang baik.Pada pencapaian tujuan dari kebijakan ini Telkomsel lebih cenderung menggunakan pendekatan sistem yang negatif yaitu Boundary System dari pada menggunakan menggunakan sistem yang positif seperti Intercative Control System dan Belief Control.Telkomsel cenderung memberikan larangan-larangan secara implisit melalui adanya rapot Key Performance Indicator dalam mensosialisasikan kebijakan yang baru ini.Seharusnya dalam membuat suatu kebijakan baru, pihak manajemen harus memperhatikan efek yang mungkin timbul mengingat jumlah pihak yang dapat merasakan dampak dari perubahan sistem yang ada. Pendekatan positif, menurut kelompok kami lebih tepat penggunaannya pada pencapaian tujuan dari kebijakan ini, karena pihak Manajemen dapat memberikan edukasi yang berguna kepada para pedagang mengenai manfaat dari kebijakan baru ini.Selain itu pihak manajemen dapat menggunakan Belief System yang memberikan gambaran mengenai visi misi perusahaan yang ada sehingga semua pihak terkait dapat mencapai visi misi yang ada dan dapat menjadi keuntungan bersama.Selainitu pihak manajemen juga mengadakan interaksi secara langsung dengan para pedagang pulsa sehingga dapat mengetahui kelemahan dari kebijakan yang baru dan dapat merugikan pihak tertentu yang dalam kasus ini merupakan para pedangang pulsa kecil. Dengan adanya interaksi ini, diharapkan para pedagang dan pihak Manajemen menemukan titik terang dan tidak saling merugikan satu sama lain karena sistem ini bertujuan untuk mengedukasi seluruhpihak terkait. dengan seluruh pelaku usaha distribusi dan penjualan pulsa sehingga manfaat dari pemberlakuan kebijakan clustering dapat dirasakan oleh semua pihak. Seluruh penerapan ini tentunya terkait dari masa hidup Telkomsel yang sudah ada pada masa maturity.Selain itu, pemilihan action control yang tepat juga menjadi salah satu penentu keberhasilan kebijakan yang
21
22
perusahaan.Selain itu salah satu faktor penting yang harus diperhatikan juga action control yang diterapkan oleh pihak manajemen haruslah tepat dengan keadaan yang ada. Jadi dapat disimpulkan suatu perusahaan dapat diatur melalui prosedur maupun kebijakan yang dibuat oleh Top Management dengan catatan Top management menerapkan Lever of controlserta action controlyang tepat dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan yang dapat digolongkan dari masa dari hidup.
23
Nurudin,
Ikhwan.
2012.
Solusi
Hard
Cluster.
(http://www.softwareisipulsa.co.id/
index.php/solusi-hard-cluster, diakses pada tanggal 26 Maret 2013) Prihadi, Susetyo Dwi. 2012. Pedagang Pulsa Keluhkan Kebijakan Hard Cluster Telkomsel. (online). (http://techno.okezone.com/read/2012/02/02/54/568241/pedagang-pulsakeluhkan-kebijakan-hard-cluster-telkomselpedagang-pulsa-keluhkan-kebijakanhard-cluster-telkomsel, diakses pada tanggal 3 april 2013). Pulsa, Pojok. 2012. Hard Cluster Telkomsel Adalah Pasar Monopoli. (online). (http://www.pojokpulsa.org/hard-cluster-telkomsel-adalah-pasar-monopoli/, diakses pada tanggal 26 Maret 2013)
24
Telkomsel. 2012. Sistem Clustering Dalam Pendistribusian Produk Telkomsel. (online). (http://telkomselborneo.com/index.php/arsip-berita/tahun-2011/maret/235-sistemclustering-dalam-pendistribusian-produk-telkomsel, diakses pada tanggal 3 April 2013) Ugo. 2011. Pengusaha Server Pulsa Terancam Kebijakan Baru Telkomsel. (online). (http://dedetronik.blogspot.com/2011/01/pengusaha-server-pulsa-terancam.html, diakses pada tanggal 26 Maret 2013) Voucha. 2012. Hardcluster Telkomsel Januari 2012. (online). diakses
25