Anda di halaman 1dari 4

NYERI KEPALA TIPE HEADACHE A.

DEFINISI Nyeri Kepala Tipe Tegang adalah jenis sakit kepala yang paling umum sering terjadi. Terlepas dari semua itu, dari sudut pandang klinis, NKTT dianggap kurang penting daripada nyeri kepala lainnya, memberikan intensitas nyeri yang rendah dan di populasi besar penduduk dengan frekuensi yang rendah. Hingga tahun 1988 tidak ada lembaga internasional yang mengklasifikasikan nyeri kepala primer, termasuk nyeri kepala tipe tegang. Sebelumnya hanya digunakan istilah nyeri kepala psikogenik, nyeri kepala psikis, nyeri kepala psychomyogenic, nyeri kepala idiopatik, dan lainnya. Pada tahun 1988, International Headache Classification dikenalkan, yang juga mengelompokkan nyeri kepala tipe tegang menggunakan kriteria klinis. Sampai sekarang revisi dari kriteria ini telah diganti oleh International Classification of Headache Disorders (ICHD-II), 2004, yang telah membagi menjadi subgroup berdasarkan frekuensi serangan. Kriteria diagnostic untuk Nyeri kepala Tipe Tegang ini tidak banyak berubah, dan perubahan ini telah dilakukan studi penelitian dalam rangka mengevaluasi kriteria tersebut. Secara klinis, tampaknya sulit untuk membedakan nyeri kepala tipe tegang dari fase awal serangan migraine pada beberapa pasien. Ini adalah masalah yang sangat penting mengingat bahwa pengobatan serangan migraine jelas lebih efektif jika dimulai ketika rasa sakit masih ringan. Perbedaan antara tipe episodic dan tipe kronik telah dibuat pada edisi pertama klasifikasi IHS. Perbedaan ini penting karena subtype kronik membuat penurunan kualitas hidup yang cukup besar dan disertai dengan kecemasan, gangguan mood, dan syndrome nyeri lainnya. Dengan mengambil pertimbangan bahwa kebanyakan orang punya pengalaman dengan nyeri kepala tipe tegang dalam hidupnya, ICHD II membagi tipe episodic menjadi subdivisi tipe infrequent dan subfrequent. Subtipe jarang didefinisikan sebagai kurang dari satu episode sakit kepala per bulan rata-rata (yaitu, hari sakit kepala kurang dari 12 per tahun), dan dianggap bagian dari kehidupan normal daripada masalah medis. Subtipe sering dapat menyebabkan kecacatan tertentu, sehingga dalam kebutuhan untuk pengobatan.

Nyeri kepala tegang otot (tension-type) didefinisikan sebagai sebagai suatu nyeri kepala yang konstan dengan sensasi penekanan dan pengetatan ringan sampai sedang dan biasanya bilateral. NKTT pada awalnya mungkin episodik dan terkait stres, tetapi dapat berulang hampir setiap hari dalam bentuk yang kronis tanpa ada kaitan psikologik yang jelas lagi. Internasional Headache Society (IHS) mendefinisikan sebagai sesuatu nyeri kepala yang bilateral dan memiliki kualitas tekanan atau pengetatan dengan keparahan

ringan sampai sedang. Bagaimanapun, lebih penting daripada kualitas spesifik sakit kepala, adalah bahwa hal tersebut tidak disertai dengan gejala-gejala yang terkait. Tidak seperti migrain, nyeri kepala tegang otot tidak diperparah oleh aktivitas fisik, dan tidak pula terkait dengan muntah. Sensitivitas baik terhadap cahaya atau suara mungkin ada, tapi tidak kedua-duanya. B. EPIDEMIOLOGI Dibandingkan dengan migraine, studi tentang NKTT relative lebih sedikit dilakukan. Sebagian besar studi dilakukan di eropa, tetapi ada beberapa juga dan Eropa dan Asia Timur. Disana adalah variasi besar dalam studi, dari 11,5% prevalensi di Singapura hamper delapan kali lebih tinggi 86.5% di Denmark. Hal ini terlihat bahwa angka tertinggi ditemukan di studi dimana wawancara pribadi telah digunakan, dinegara berbeda seperti Brazil dan Denmark. Ini mungkin membuktikan bahwa sakit kepala ini. Tipe ini sangat sensitif terhadap metode pengumpulan data, mungkin karena penarikan kembali dari sakit kepala ringan masalah adalah jauh lebih mudah untuk mendapatkan oleh wawancara pribadi dibandingkan dengan kuesioner atau bahkan wawancara telepon. Variasi dalam prevalensi antara studi tentang. Bentuk yang paling parah, kronis TTH, agak kurang, tapi tetap cukup besar.

Sebuah penelitian di Korea menunjukkan dari 1.507 peserta sampel, 464 (30,8%) telah mengalami setidaknya 1 kali nyeri kepala tipe tegang ini dalam kurun waktu satu tahun. Prevalensi nyeri kepala tipe tegang tidak berbeda secara signifikan antara pria dan wanita (32,5% vs 29,1%). Meskipun prevalensi nyeri kepala tipe tegang adalah tertinggi pada kelompok usia 50-59 tahun, itu tidak begitu berbeda dengan jenis kelamin atau usia. Tingkat pendidikan, ukuran tempat tinggal, dan penghasilan bulanan tidak mempengaruhi prevalensi nyeri kepala tipe tegang. Di antara 464 peserta yang diklasifikasikan sebagai memiliki kepala tipe tegang, 366 (78,9%) peserta melaporkan bahwa nyeri kepala tipe tegang mereka berdampak yang sedikit atau tidak ada, 65 (14,0%) melaporkan hanya beberapa dampak, 18 (3,9%) melaporkan dampak besar, dan 15 (3.2%) melaporkan dampak yang parah. Penelitian yang sama juga dilakukan di Turki dengan mengambil 5323 peserta (2600 wanita dan 2723 pria). Dari populasi sampel penelitian, 82,8% adalah penduduk kota besar, 16,4% adalah penduduk kota kecil, dan 0.8% adalah penduduk desa. Usia sampel berkisar antara 18 dan 65 tahun dengan rata-rata 36,2 12 tahun untuk wanita dan 35,7 12 tahun untuk pria. Distribusi sampel ini sebanding dengan demografi Turki sebagaimana dilaporkan oleh Turkey Statistical Institute.

Definite TTH Rare episodic Frequent episodic Chronic Probable TTH Rare episodic Frequent episodic Chronic Total TTH (definite+probable)

Woman n = 2600 Man n = 2723 (%) (%) 116 (4.5) 154 (5.7) 81 (3.1) 94 (3.4) 34 (1.3) 50 (1.8) 1 (0.04) 10 (0.4) 228 (8.8) 276 (10.1) 157 (6.0) 213 (7.8) 66 (2.5) 52 (1.9) 5 (0.2) 11 (0.4) 344 (13.2) 430 (15.8)

Total n = 5323 (%) 270 (5.1) 175 (3.3) 84 (1.6) 11 (0.2) 504 (9.5) 370 (6.9) 118 (2.2) 16 (0.3) 774 (14.5)

Prevalensi TTH dengan menggunakan diagnostic ICHD-2 tahun 2004 masih sangat rendah dalam penelitian ini jika dibandingkan dengan migrain (5.15 untuk definite TTH dan 9.5% untuk probably TTH). Sebuah temuan yang dapat mencerminkan beberapa genetic yang tidak diketahui, budaya, factor lingkungan, atau perbedaan metodologi dalam studi design. C. ETIOLOGI DAN FAKTOR PENCETUS Identifikasi trigger factor sering direkomendasikan sebagai dasar dalam pengobatan NKTT. Trigger factor yang telah diperiksa paling sering ditemukan pada migraine dan jarang pada NKTT. Banyak factor ini berhubungan dengan migraine dan NKTT tetapi hanya prevalensinya yang berbeda. Menstruasi, factor lingkungan, factor psikologi, gangguan tidur, kelelahan, alcohol, dan nutrisi adalah factor yang paling sering. Menstruasi Masih sedikit penelitian yang tersedia mengenai hubungan antara menstruasi dan NKTT. Dalam dua studi besar epidemiologi melaporkan sakit kepala yang berhubungan dengan menstruasi tidak berbeda antara pasien dengan migraine dan mereka denga NKTT. Hal yang paling mungkin adalah menurunnya konsentrasi estrogen dean reaksi abnormal neurotransmitter seperti serotonin atau beta-endorphin. 2. Factor lingkungan Cuaca Dalam sebuah studi tentang sensitivitas cuaca, sakit kepala adalah gejala yang paling umum dilaporkan oleh lebih dari 60% sampel, sakit kepala pasien terkait dengan perubahan cuaca.
1.

Stimulus sensorik Fotofobia, phonophobia, dan osmophobia sering terkait dengan serangan migraine. Beberapa studi pada pasien dengan migraine dan TTH telah diperiksa kepekaannya terhadap rangsangan sensorik dan berpotensi sebagai pencetus sakit kepala.

Factor psikis Banyak pasien dengan migraine dan NKTT menghubungkan dengan sakit kepala mereka dengan stress. Pada studi cross sectional, stress memberikan 30-90% pengaruh pada pasien. Di studi yang lebih kecil, factor psikis juga disertakan. Kecemasan dilaporkan oleh 50% pasien, khawatir oleh 44% pasien, dan perasaan depresi oleh 27% pasien. 4. Gangguan Tidur Pasien melaporkan kebiasaan tidur dan masalah tidur sebagai trigger factor dari migraine atau NKTT. Sakit kepala dipicu oleh tidur terlalu lama, atau bangun terlambat, dilaporkan oleh 24% dari penderita dan kurang tidur dengan 31-74% pasien dengan migrain dan hingga 71% dari mereka dengan TTH. Pada suatu penelitian, kelelahan dan gangguan tidur diidentifikasikan sebagai trigger factor. Rata-rata durasi tidur adalah lebih pendek di malam sebelum timbulnya serangan migraine karena timbulnya sakit kepala. Selain itu, kualitas tidur berkurang secara signifikan dan tidur gelisah serta sering terganggu. Pasien dengan berbagai sakit kepala kronis melaporkan penurunan kualitas tidur, banyak masalah pada ketiduran, dan terbangun pada malam hari lebih sering. 5. Alkhohol Dalam berbagai makalah, minuman beralkohol pada umumnya dan anggur merah secara khusus dianggap sebagai pemicu kemungkinan faktor sakit kepala. Persentase pasien memberikan alkohol sebagai sakit kepala memicu berkisar antara <10% dan> 50% dan tampaknya tergantung pada jenis sakit kepala serta pada jenis minuman.
3.

6.

Nutrisi Menghindari makanan yang tidak teratur dan waktu yang lebih lama dari kelaparan adalah unsur utama modifikasi gaya hidup pada migrain. Presentasi pasien yang menunjukkan kelaparan sebagai trigger factor berkisar antara 30% dan 75%. Kedua pasien baik dengan migraine ataupun dengan NKTT telah melaporkan hal tersebut. Jalur biologis masih belum jelas, namun hipoglikemia tampaknya tidak menjelaskan terjadinya sakit kepala setelah meninggalkan waktu makan.

Anda mungkin juga menyukai