Anda di halaman 1dari 7

1.

Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk republik, di mana kedaulatan berada di tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Para Bapak Bangsa yang meletakkan dasar pembentukan negara Indonesia, setelah tercapainya kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Mereka sepakat menyatukan rakyat yang berasal dari beragam suku bangsa, agama, dan budaya yang tersebar di ribuan pulau besar dan kecil, di bawah payung Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kelemahan rumusan di atas terkait dengan pengertian 'bentuk negara' yang tidak dibedakan dari pengertian 'bentuk pemerintahan'. Padahal, kedua konsep ini sangat berbeda satu sama lain. Hal ini juga tercermin dalam perumusan Pasal ayat ( ) Un- dang-Undang Dasar 945 yang menyebutkan: "Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk republik"199. Istilah ini pun harus dibedakan pula dari istilah 'sistem pemerintahan' yang menyangkut pilihan antara sistem presidential, sistem parlementer, atau sistem campuran. Perbedaannya dari pengertian bentuk pemerin- tahan, pertama adalah bahwa istilah pemerintahan dalam konsepsi 'bentuk pemerintahan' bersifat statis, yaitu berkenaan dengan ben- tuknya (vormen), sedangkan dalam 'sistem pemerintahan', aspek pemerintahan yang dibahas bersifat dinamis. Kedua, dalam konsepsi bentuk pemerintahan, kata pemerintahan lebih luas pengertiannya karena mencakup keseluruhan cabang kekuasaan. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik yaitu demokrasi(kerakyatan) yang berarti : pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, pemerintahan yang dijalankan oleh dan untuk kepentingan orang banyak, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Presiden yang dipilih langsung. Tahun 1998 Sekarang (Reformasi) Pelaksanaan demokrasi pancasila pada era reformasi telah banyak memberikan ruang gerak pada parpol maupun DPR untuk mengawasi pemerintah secara kritis dan dibenarkan untuk unjuk rasaIbukota negara ialah Jakarta. Indonesia berbatasan dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India. Sistem Pemerintahan Indonesia yaitu system pemerintahan Presidensial merupakan system pemerintahan di mana kepala pemerintahan dipegang oleh presiden dan pemerintah tidak bertanggung jawab kepada parlemen (legislative). Menteri bertanggung jawab kepada presiden karena presiden berkedudukan sebagai kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan. Ciriciri system pemerintahan Presidensial: - Pemerintahan Presidensial didasarkan pada prinsip pemisahan kekuasaan. - Eksekutif tidak mempunyai kekuasaan untuk menyatu dengan Legislatif. - Kabinet bertanggung jawab kepada presiden. - eksekutif dipilih melalui pemilu. 2. Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan politik yang kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara langsung (demokrasi langsung) atau melalui perwakilan (demokrasi perwakilan). Konsep demokrasi sangat mendewakan kebebasan sehingga pada akhirnya nanti tidak mustahil dapat menimbulkan anarki. Dalam penerapannya, konsep demokrasi di NKRI dapat dipandang sebagai sebuah mekanisme dan cita-cita untuk mewujudkan suatu kehidupan berkelompok yang sesuai dengan kehendak orang-orang yang hidup dalam kelompok tersebut yang sangat ditentukan oleh pandangan hidupnya, falsafah hidupnya, dan ideologi bangsa yang bersangkutan. Dengan demikian dapat disipulkan bahwa konsep demokrasi atau pemerintahan rakyat yang diterapkan di indonesia itu didasarkan pada: -nilai-nilai falsafah pancasila atau pemerintahan dari,oleh dan untuk rakyat berdasarkan sila-sila pancasila, -transformasi nilai-nilai pancasila pada bentuk dan sistem pemerintahan, - merupakan konsekuensi dan komitmen terhadap nilai-nilai pancasila dan UUD 1945.sistem demokrasi di Idonesia adalah Demokrasi perwakilan dimana Dalam demokrasi perwakilan, seluruh rakyat memilih perwakilan melalui pemilihan umum untuk menyampaikan pendapat dan mengambil keputusan bagi mereka. Ciri-ciri suatu pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut : - Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, -Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat (warga negara), - Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang, - Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat penegakan hukum, - Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara, -Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah, - Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat, - Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih) pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat, - Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan sebagainya). Diatas segala-galanya yang juga di butuhkan oleh demokrasi yang baru tumbuh seperti di negri kita adalah pengelolaan yang efektip di bidang ekonomi, selain bidang pemerintah. Dengan demikian penerapan demokrasi tidak saja dalam area politik, melainkan dalam bidang eonomi,sosial, dan budaya. Jika demokrasi yang baru tumbuh dapat mengelola pembangunan ekonomi efektif maka mereka juga dapat menata rumah tangga politik mereka dengan baik, tetapi ketegangan-ketegangan yang segera timbulakibat pertumbuhan ekonomi bisa jaadi juga menggerogoti stablitas demokrasi dalam jangka panjang. Indikasi kearah terwujudnya kehidupan demokrattis dalam area transisimenuju demokrasi di indonesia antara lain adanya reposisi dan redifinasi TNI dalam kaitannya dengan keberadaannya pada sebuah negara demokrasi di amandemennya pasal- pasal dalam konstitusi negara RI (amandemen 1-IV) adanya kebebasan pers di jalankan kebebasan otonomi daerah dan sebagainya. Akan tetapi sampai saat ini pun masih di jumpai indikasi- indikasi kembalainya kekuasaan status Quo yang ingin memutarbalikkan arah demokrasi indonesia kembali ke periode sebelum orde reformasi. Oleh karenaitu, kondisi transisi dmokrasi di indonesia masih berada di persampingan jalan yang belum jelas kemana arah perubahannya. 3. Sumber Hukum dalam arti material, yaitu: suatu keyakinan/ perasaan hukum individu dan pendapat umum yang menentukan isi hukum. Dengan demikian keyakinan/ perasaan hukum individu (selaku anggota masyarakat) dan juga pendapat umum yang merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan hukum. Arti lain yaitu negara hukum dalam arti luas/modern, pemerintah diberi tugas membangun kesejahteraan diberbagai lapangan kehidupan. Pemerintah diberi kemerdekaan untuk turut serta dalam kehidupan ekonomi sosial dan keleluasaan untuk tidak terikat pada produk legislasi parlemen. Memiliki keleluasaan untuk turut campur dalam urusan warga negara dengan dasar bahwa pemerintah ikut bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyat dimana negara bersifat aktif dan mandiri dalam upaya membangun kesejahteraan rakyat.

Sedangkan sumber hukum dalam arti Formal, yaitu: bentuk atau kenyataan dimana kita dapat menemukan hukum yang berlaku. Jadi karena bentuknya itulah yang menyebabkan hukum berlaku umum, diketahui, dan ditaati. Arti lain yaitu negara yang membatasi ruang geraknya dan bersifat pasif terhadap kepentingan rakyat negara. Negara tidak campur tangan secara benya terhadap urusan dan kepentingan warga negara. Urusan ekonomi diserahkan kepada warga yang dibiarkan mengurus kepentingan ekonomnya sendiri maka dengan sendirinya perekonomian negara akan sehat. Adapun yang termasuk sumber hukum dalam arti formal adalah :- Undang-undang, - Kebiasaan atau hukum tak tertulis, Yurisprudensi(adalah: keputusan hakim terdahulu yang kemudian diikuti dan dijadikan pedoman oleh hakim-hakim lain dalam memutuskan suatu perkara yang sama), - Traktat(Adalah: perjanjian yang dilakukan oleh kedua negara atau lebih.), Doktrin(Adalah: pendapat para ahli atau sarjana hukum ternama/ terkemuka) Sumber hukum tata negara di Indonesia sebenarnya terdiri atas dua, yaitu: a. Sumber hukum materiil, yaitu Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan falsafah negara b. Sumber hukum formil, yaitu Undang-undang Dasar 1945, yang kemudian diikuti peraturan pelaksana di bawahnya, yaitu sebagai berikut: - Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; - Undang-undang/Perpu; - Peraturan Pemerintah; - Keputusan Presiden; - Peraturan pelaksana lainnya, misalnya Peraturan Pemerintah dan Peraturan Daerah. 4. Kehadiran agama dalam dinamika kehidupan nasional dibanyak negara hingga kini masih menjadi polemik yang seperti tidak berkesudahan. Apakah wilayah agama menjadi wilayah masyarakat atau negara. Bagaimana mengurai hubungan agama dan negara juga menjadi persoalan yang belum kunjung memperleh jawaban yang dapat dijadikan pedoman bersama. Sebagian persoalan itu disebabkan tidak adanya konsep baku bernegara dalam agama-agama. Persoalan lain adalah wajah pergumulan agama yang belum bisa kalis dari kekerasan dan juga pengalaman agama yang sering kali hanya menjadi alat legitimasi kekuasaan negara. Berlangsungnya kekerasan yang dilokasikan di aras agama memberikan petunjuk bahwa agama merupakan entitas yang rawan untuk dimanfaatkan berbagai kepentingan, baik yang berkepentingan terhadap agama tersebut bisa saja dari pemeluk agama itu sendiri maupun diluarnya. Kepentingan ini terdiri atas kepentingan ekonomi, politik, keagamaan atau gabungan dari beberapa kepentingan. Pergulatan identitas keagamaan menjadi persoalan serius dewasa ini. Penghadapan agama dengan demokratisasi, hak asasi manusia, hubungan internasional, dan perkembangan riil lainnya akhir-akhir ini tidak lain merupakan ledakan identitas penganut agama-agama. Ledakan identitas mengambil spectrum yang luas, tidak saja pada soal penampilan , melainkan juga persoalan ideologis dan bahkan sampai ke persoalan kedaulatan negara. Masalah hubungan Islam dan negara di Indonesia merupakan persoalan yang menarik untuk dibahas, karena bukan saja Indonesia merupakan negara yang mayoritas warga negaranya bergama Islam, tetapi karena kompleksnya permasalahan yang muncul. Hubungan antara agama dan Negara di Indonesia memang mengalami pasang naik dan pasang surut sejak kemerdekaan hingga saat ini. Maka dari itu saya menyusun makalah ini yang akan mengupas tentang hubungan agama dan Negara yang akan ditinjau dari tiga ideologi, yaitu Sosialisme, Kapitalisme, dan Islam mengingat ideologi yang ada di dunia ini. Hubungan Negara dengan Agama Menurut Pancasila. Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu persekutuan hidup bersama sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Berdasarkan kodrat manusia tersebut maka terdapat berbagai macam konsep tentang hubungan negara dengan agama, dan hal ini sangat ditentukan oleh dasar ontologis manusia masing-masing. Menurut Pancasila negara adalah berdasar atas ketuhanan Yang maha Esa atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini termuat dalam Penjelasan Pembukaan UUD 1945 yaitu Pokok Pikiran keempat. Pancasila adalah bukan negara sekuler yang memisahkan negara dengan agama, karena hal ini tercantum dalam pasal 29 ayat 1, bahwa negara adalah berdasar ketuhanan Yang Maha Esa. Masing-masing negara kebangsaan yang Berketuhanan yang Maha Esa adalah negara yang merupakan penjelmaan dari hakikat kodrat manusia sebagai individu makhluk sosial dan manusia adalah sebagai pribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Bilamana dirinci maka hubungan negara dengan agama menurut negara Pancasila adalah sebagai berikut : 1. Negara adalah berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Bangsa Indonesia adalah sebagai bangsa Indonesia yang berketuhanan Yang Maha Esa. Konsekuensinya setiap warga memiliki hak asasi untuk memeluk dan menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing 3. Tidak ada tempat bagi atheisme dan sekulerisme karena hakikatnya manusia berkedudukan kodrat sebagai mahkluk Tuhan 4. Tidak ada tempat bagi pertentangan agama, golongan agama, antar dan inter pemeluk agama serta antar pemeluk agama 5. Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketaqwaan itu bukan hasil paksaan bagi siapapun juga 6. Oleh karena itu harus memberikan toleransi terhadap orang lain dalam menjalankan agama dalam negara 7. segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus sesuai dengan nilainilai Ketuhanan Yang Maha Esa terutama norma-norma hukum positif maupun norma moral baik moral agama negara maupun moral para penyelenggara negara 8. Negara pada hakikatnya adalah merupakan .........berkat rakhamat Allah yang maha Esa. (bandingkan dengan Notonagoro, 1975) Dan juga, sebagai anak bangsa yang terlahir di republik ini, harus menyadari bahwa untuk mencapai Indonesia Baru, tidak harus merubah semua tatanan hidup dan kehidupan serta keanekaragamanan agama mejadi satu agama melalui Agama Negara maupun Negara Agama, karena agama telah ada sebelum terbentuk-nya Negara kesatuan RI. Agama-agama di Indonesia merupakan kekayaan dan kekuatan untuk mencapai kebersamaan sebagai bangsa ke arah kemajuan dalam semua aspek.

Bagi rakyat dan bangsa Indonesia agaknya yang terbaik adalah memahami pandangan agamanya mengenai negara, serta melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik sesuai pemahaman imannya. Dan dengan demikan umat beragama harus terus menerus berupaya untuk mengembangkan esksistensi Agama-agama dalam Negara, sambil berusaha meniadakan idea-idea serta konsep-konsep Negara Agama dan Agama Negara, [lihat juga Bagian Ketiga: Gereja-gereja di Indonesia] Hubungan agama dan negara bukan sekedar antar institusi, melainkan telah menjadi sangat kompleks karena menyangkut relasi antara manusia yang menjadi pemimpin atau tokoh. Hubungan antara pemimpin atau tokoh Agama serta Negara dan masyarakat [formal dan informal], bisa merupakan cerminanoposisi terhadap pemimpin Negara, maka akan diikuti juga dengan umatnya. Sebaliknya, pemimpin Negara mengkesampingkan tokoh-tokoh Agama, maka akan diikuti dengan kebijakan Negara yang merugikan umat beragama. Oleh sebab itu, umat beragama perlu memahami dengan baik konsep hubungan Agama dan Negara atau Negara dan Agama. Hal ini harus terjadi karena, pada diri seseorang [rakyat atau anggota masyarakat], melekat atau terikat dua hal yang tak bisa dipisahkan yaitu, sebagai warga negara dan umat beragama; ia [mereka] tidak bisa melepaskan diri dari salah satu ikatan tersebut. Dalam konsep ini, Institusi Agama dan Negara yang berada dalam satu lokasi atau konteks kehidupan namun keduanya tidak saling mencampuri. Agama diciptakan untuk menghantar manusia mencapai hidup dan kehidupan masa depan eskhatologis, hidup setelah kehidupan sekarang, yang tidak lagi di batasi dimensi. Sedangkan negara diciptakan agar ada kesejahteraan, keteraturan dalam hidup bermasyarakat, sosialisasi, mengembangkan serta membangun sarana-sarana penunjang hidup dan kehidupan sesuai dengan kemampuan. Akan tetapi, negara memberi kesempatan yang sama kepada agama-agama untuk pelayanan dan kesaksian kepada umatnya serta masyarakat dan bangsa secara luas. Negara dan Agama saling membantu, menolong, dan kerjasama untuk mensejahterakan masyarakat. Negara menjadi fasilitator dalam kebebasan beragama dan toleransi antar umat beragama. Bahkan ada kesempatan bagi tokoh-tokoh agama untuk menegur pemimpin negara jika mereka melakukan penyimpangan, ketidakjujuran, ketidakadilan, korupsi, kolusi, nepotisme, dan hal-hal lain yang menyakiti rakyat.

5. ASAS - ASAS KEWARGANEGARAAN INDONESIA Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 12 tahun 2006 menyebutkan, Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara. Dan Undang-Undang Kewarganegaraan yang baru ini tengah memuat asas-asas kewarganegaraan umum ataupun universal. adapun asas-asas yang dianut dalam undang-undang ini antara lain : 1. Asas Ius Sanguinis (law of blood) merupakan asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara tempat kelahiran. 2. Asas Ius Soli (law of the soil) secara terbatas merupakan asas yang menetukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini. 3. Asas Kewarganegaraan Tunggal merupakan asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang. 4. Asas Kewarganegaraan Ganda terbatas merupakan asas yang menetukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini. Undang-undang kewarganegaraan pada dasarnya tidak mengenal kewarganegaraan ganda (bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride). Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam undang-undang ini merupakan suatu pengecualian. Mengenai hilangnya kewarganegaraan seorang anak hanya apabila anak tersebut tidak memiliki hubungan hukum dengan ayahnya, dan hilangnya kewarganegaraan ayah atatu ibu tidak secara otomatis menyebabkan kewarganegaraan seorang anak menjadi hilang. Undang-Undang Kewarganegaraan di Indonesia Beberapa peraturan perundang-undangan tentang kewarganegaraan RI setelah Indonesia merdeka antara lain sebagai berikut:UUD 1945 pasal 26, - Undang-Undang No.3 Tahun 1946, - Hasil persetujuan Konfrensi Meja Bundar, - Undang-Undang No.62 Tahun 1958, - Undang-Undang No.3 Tahun 1976, - Undang-Undang RI No.12 Tahun 2006 SISTEM KEWARGANEGARAAN INDONESIA Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa proses kewarganegaraan itu dapat diperoleh melalui tiga cara, yaitu: (i) kewarganegaraan karena kelahiran atau citizenship by birth, (ii)kewarganegaraan melalui pewarganegaraan atau citizenship by naturalization, dan (iii) kewarganegaraan melalui registrasi biasa atau citizenship by registration. Ketiga cara ini seyogyanya dapat sama-sama dipertimbangkan dalam rangka pengaturan mengenai kewarganegaraan ini dalam sistem hukum Indonesia, sehingga kita tidak membatasi pengertian mengenai cara memperoleh status kewarganegaraan itu hanya dengan cara pertama dan kedua saja sebagaimana lazim dipahami selama ini.Lagi pula sebab-sebab hilangnya status kewarganegaraan itu bisa saja terjadi karena kelalaian, karena alasan politik, karena alasan teknis yang tidak prinsipil, ataupun karena alasan bahwa yang bersangkutan memang secara sadar ingin melepaskan status kewarganegaraannya sebagai warganegara Indonesia. Sebab atau alasan hilangnya kewarganegaraan itu hendaknya dijadikan pertimbangan yang penting, apabila yang bersangkutan ingin kembali mendapatkan status kewarganegaraan Indonesia. Proses yang harus dilakukan untuk masing-masing alasan tersebut sudah semestinya berbeda-beda satu sama lain. Yang pokok adalah bahwa setiap orang haruslah terjamin haknya untuk mendapatkan status kewarganegaraan, sehingga terhindar dari kemungkinan menjadi stateless atau tidak berkewarganegaraan. Tetapi pada saat yang bersamaan, setiap negara tidak boleh membiarkan seseorang memilki dua status kewarganegaraan sekaligus. Itulah sebabnya diperlukan perjanjian kewarganegaraan antaranegara-negara modern untuk menghindari status dwi-kewarganegaraan tersebut.Indonesia sebagai negara yang pada dasarnya menganut prinsip ius

sanguinis, mengatur kemungkinan warganya untuk mendapatkan status kewarganegaraan melalui prinsip kelahiran. Sebagai contoh banyak warga keturunan Cina yang masih berkewarganegaraan Cina ataupun yang memiliki dwi-kewarganegaraan antara Indonesia dan Cina, tetapi bermukim di Indonesia dan memiliki keturunan di Indonesia. Terhadap anak-anak mereka ini sepanjang yang bersangkutan tidak berusaha untuk mendapatkan status kewarganegaraan dari negara asal orangtuanya, dapat saja diterima sebagai warganegara Indonesia karena kelahiran. Kalaupun hal ini dianggap tidak sesuai dengan prinsip dasar yang dianut, sekurang-kurangnya terhadap mereka itu dapat dikenakan ketentuan mengenai kewarganegaraan melalui proses registrasi biasa, bukan melalui proses naturalisasi yang mempersamakan kedudukan mereka sebagai orang asing sama sekali. 6. prinsip-prinsip good governance atau tata kepemerintahan yang baik meliputi: - Partisipasi. Artinya bahwa setiap warga negara baik langsung maupun melalui perwakilan, memiliki suara dalam pembuatan keputusan dalam pemerintahan. - Hukum (rule of law). Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu, terutama terkait dengan hak-hak asasi manusia. - Transparansi yang dibangun atas dasar kebebasan informasi. - Ketanggapan (responsiviness), yang berarti bahwa berbagai upaya lembaga dan prosedur-prosedur harus ditujukan untuk melayani stakeholder secara baik dan aspiratif. - Berorientasi pada konsensus. Good governance menjadi perantara kepentingan-kepentingan yang berbeda untuk kemudian diambil pilihan terbaik untuk kepentingan yang lebih luas dan mencakup semua. - Kesetaraan (equity). Semua warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk meningkatkan dan mempertahankan kesejahteraan, hak dan kewajiban, serta persamaan di depan hukum. Efektifitas dan efisiensi, yaitu terkait dengan penggunaan sumber-sumber daya secara tepat guna dan berdaya guna. Perbedaan antara konsep goverment dan governance terletak pada bagaimana cara penyelenggaraan otoritas poltik, ekonomi dan administrasi dalam pengelolaan urusan suatu bangsa. Goverment mengandung pengertian seolah hanya politisi dan pemerintahlah yang mengatur, melakukan sesuatu, memberikan pelayanan. Pengertian lain yaitu peranan pemerintah yang lebih dominan dalam penyelnggaraan berbagai otoritas. Governance merupakan seluruh rangkaian proses pembuatan keputusan/kebijakan dan seluruh rangkaian proses dimana keputusan itu diimplementasikan atau tidak diimplementasikan yang berfokus pada struktur dan sistem baik formal maupun informal yang terlibat dalam proses pembuatan dan pengimplementasian sebuah keputusan. Pengertian lain yaitu bagaimana cara suatu bangsa mendistribusikan kekuasaan dan mengelola sumberdaya dan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat 7. Sebenarnya bisa saja otonomi daerah mewujudkan good governance, asal saja pemerintah daerah beserta jajarannya adalah orang yang benar-benar ahli dibidangnya dan merupakan orang yang bersih hati dan pikirannya. Dengan menempatkan orangorang yang tepat dalam pemerintahan daerah, makan good governance akan terwujud. Buktinya ada beberapa daerah yang telah berhasil mengembangkan daerahnya berkat otonomi daerah. Menurut saya otonomi daerah itu memiliki sisi baik dan buruknya. Jika pemerintahan terus terpusat, maka daerah-daerah lain yang jauh dari jangkauan pusat akan sulit dan lama berkembang , tapi pemerintah daerah juga jangan hanya diam,harus bergerak mengembangkan daerahnya. Mungkin bangas Indonesia terlalu meniru model pemerintahan AS, padahal hal ini kurang efektif karena letak geografisnya sudah berbeda, kita adalah negara kepulauan sedangkan AS berada dalam satu benua sehingga mudah dalam pendistribusian barang ataupun jasa. Otonomi daerah itu memang perlu namun tetap diawasi oleh pemerintah pusat . karena dalam kenyataannya walaupun otonomi daerah sudah diatur dalam undang-undang, tetap saja terjadi penyimpangan-penyimpangan saat ini, ini dikarenakan banyak kepentinagn opolitik yang sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan yang saat ini sangat tergantung pada pemegang kekuasaan. oleh karena itu sebaiknya diperlukan sebuah intervensui dari masyarakat atau rakyat melalui lembaga-lembaga yang memang telah dapat dipercaya. OTONOMI DAERAH : adalah Hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Prinsip-prinsip Good Governance : 1. Partisipasi Masyarakat, Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengembalian keputusan, baik secara langsung, maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut di bangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif. 2. Tegaknya Supremasi Hukum, Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk didalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia. 3. Transparansi, Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan, lembagalembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau. 4. Peduli pada Stakeholder, Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan. 5. Berorientasi pada Konsensus, Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan prosedurprosedur. 6. Kesetaraan, Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan mereka. 7. Efektifitas dan Efisiensi, Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin. 8. Akuntabilitas, Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggung jawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan. 9. Visi Strategis, Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan social yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut

8. Menurut Komite Cadbury, GCG adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholder khususnya, dan stakeholder pada umumnya. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) : - Transparansi Transparency (keterbukaan informasi), adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materil dan relevan mengenai perusahaan. Kemandirian Indepandency (kemandirian), adalah pengelolaan perusahaan secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Akuntabilitas Accountability (akuntabilitas), adalah kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi yang memungkinkan pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Pertanggungjawaban Responsibility (pertanggung jawaban), adalah kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Kewajaran Fairness(kesetaraan dan kewajaran), adalah perlakuan yang asli dan sama dalam memenuhi hak-hak stakeholders berdasarkan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

9. Perbedaan otonomi daerah dan otonomi khusus Semua Daerah memiliki Hak Otonominya masing-masing. Sedang yang dimaksud Daerah Khusus adalah daerah yang diberikan otonomi khusus. 1) otonomi daerah biasa diatur di dalam UU no 32 / 2004, di mana diatur apa saja kewenangan, hak dan kewajiban daerah 2) otonomi khusus daerah yang diberikan otonomi khsusu, memiliki kewenangan, hak dan kewajiban di luar yang diatur UU no. 32 / 2004. hanya ada 5 provinsi yang memiliki otonomi khusus : - NAD --> memiliki kewenangan memberlakukan hukum syariah bagi pemeluk agama islam - DKI Jakarta --> memiliki kewenangan di mana walikota diangkat langsung oleh gubernur, bukan dipilih melalui mekanisme pilkada. - DIY --> Hamengkubuwono & pakualam otomatis sebagai gubernur dan wakil gubernur - Papua Barat --> lupa apaan..kalo gak salah menggunakan sistem distrik sebagai pengganti kecamatan - Papua --> sama seperti papua barat NO 1. DARI SEGI Berlakunya otonomi OTONOMI DAERAH kewenangan yang berlaku untuk semua daerah di suatu negara. OTONOMI KHUSUS kewenangan yang tidak semua daerah memperolehnya, melainkan karena adanya faktor-faktor tertentu yang menyebabkan daerah tertentu memperolehnya. UU otonomi khusus yang sesuai dengan daerah tertentu.

2.

Dasar hukum

UU otonomi Daerah : UU no 32 / 2004, di mana diatur apa saja kewenangan, hak dan kewajiban daerah

1. Papua Otonomi Khusus Provinsi Papua diatur berdasarkanUndang-undang Nomor 21 Tahun 2001 terdiri dari 79 pasal yang telah diubah dengan Perpu No. 1 Tahun 2008. Keputusan penyatuan Papua menjadi bagian dari NKRI merupakan salah satu tujuan NKRI. Namun kenyataannya berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan masih menimbulkan masalah di Papua seperti kesejahteraan rakyat yang timpang antara kaum pendatang dan pribumi, kesenjangan ekonomi pusat dan daerah, eksploitasi sumber daya alam perusahaan asing yang minimdirasakan manfaatnya oleh rakyat Papua, kesenjangan tingkat pendidikan dan sumber daya manusia antara pendatang dan pribumi dan minimnya infrastruktur dan konektivitas serta sering terjadiya konflik berdarah akibat kisruh Papua. Setiap negara tentunya ingin menyelesaikan berbagai masalah agar pemerintahan negaranya tetap maju.Karena itu lah, MPR RI pada tahun 1999 dan 2000 menetapkan perlunya pemberian status Otonomi Khusus kepada Provinsi Irian Jaya. Hal ini merupakan suatu langkah awal yang positif dalam rangka membangun kepercayaan rakyat kepada Pemerintah untuk melaksanakan upaya penyelesaian masalah-masalah di provinsi papua. Terlihat pada rancangan awal bahwa apabila diberikan otonomi khusus, Papua harus membagi pendapatannya dengan pemerintah pusat 20% dan untuk Papua sendiri 80%. Namun masih terdapat kesenjangan pendapat tentang hal tersebut. Tetapi hal ini dilakukan agar budget NKRI menjadi seimbang. Ini merupakan salah satu ketentuan dalam penyelenggaraan otsus di Papua. Tapi disayangkan sifat otonomi khusus untuk Papua lebih merupakan tindakan sepihak dari pemerintah pusat. 2. Aceh Setelah otonomi khusus diberikan kepada Aceh, nama daerahnya berubah menjadi NAD (Nanggroe Aceh Darussalam). Otonomi khusus memberikan kebebasan Aceh dalam mengurus sistem pengadilan dan pendidikannya sendiri. Tetapi pada hakekatnya masyarakat Aceh menginginkan terdapatnya kebijakan tentang penghentian kekerasan di Aceh, karena otonomi

khusus ini seharusnya diberikan karena militer terus melakukan aksi-aksi penyiksaan, teror dan penghilangan paksa. Jadi, apabila dalam peraturan otonomi khusus untuk Aceh tidak terdapat kebijakan tersebut, maka akan sulit terlihat perbedaan/perubahan yang berarti di daerah Aceh. Walaupun kebijakan pemberian otonomi khusus mendapatkan dukungan dari berbagai negara seperti Australia, namun pelaksanaanya juga akan terlihat tidak sempurna apabila otonomi khusus ini hanya digunakan sebagai media pengalihan dari tuntutan mendesak untuk mengadakan gencatan senjata antara gerakan kemerdekaan bersenjata, GAM, dan militer Indonesia, atau untuk menghentikan kekerasan militer terhadap penduduk sipil serta negosiasi penyelesaian damai yang melibatkan setiap pihak. Hal lain yang menjadi masalah, GAM tidak menerima UU otsus Aceh karena mereka memandang bahwa dalam UU tersebut hanya mementingkan sisi elit Indonesia saja. Tetapi, GAM mengharapkan Indonesia jujur dan membuktikan peraturan-pareturan damai yang telah disetujui di Aceh. Diharapkan dari otonomi khusus ini Aceh akan mendapatkan pendapatan yang meningkat dari sumberdaya minyak dan gas. UU otonomi khusus Aceh diatur oleh Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh. Sifat otonomi khusus Aceh adalah buah kesepakatan dari Nota Kesepahaman antara Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang ditanda tangani pada 15 Agustus 2005 di Helsinki, Finlandia. 3. Yogyakarta Otonomi khusus yang diterima oleh Yogyakarta bukan seutuhnya berupa otsus seperti Aceh dan Papua hanya saja Dalam Konteks Yogyakarta, adalah sebuah keistimewaan karena Yogyakarta secara sepihak menyatakan kemerdekaan serta kedaulatannya dari Pemerintah Kolonial Hindia Belanda sekaligus juga mengakhiri serta mengintegrasikan kemerdekaan dan kedaulatannya kepada Pemerintah Republik Indonesia melalui Dekrit kerajaan yang dikenal dengan Amanat 5 September 1945 yang dikeluarkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Paku Alam VIII. Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta secara legal formal dibentuk dengan UU Nomor 3 Tahun 1950 yang kemudian diubah menjadi UU No 19 Tahun 1950. Pemerintah DI Yogyakarta berdasarkan UU tersebut menikmati beberapa kewenangan yaitu pertanian, agraria, perburuhan, pemerintahan umum, urusan umum, kehewanan, sosial, dll. Tidak tampak begitu jelas kekhususan pada wewenang yang diberikan itu. Tetapi sudah tampak berbagai kewenangan eksklusif dari Pemerintah DI Yogyakarta Keistimewaan Yogyakarta hanya tampak pada pengisian posisi kepala dan wakil kepala eksekutif di Yogyakarta yang hanya bisa ditempati oleh Sultan/Pakualam dan atau kerabat kerajaan dan juga kewenangan di bidang pertanahan dan budaya. Kedudukan ini tidak diatur di dalam ke 2 UU, dan secara politis pemerintah telah mengakui bahwa ke dua posisi ini yang menguasai daerah DIY. Otonomi khusus adalah kewenangan khusus yang diberikan kepada daerah tertentu untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri tetapi sesuai dengan hak dan aspirasi masyarakat di daerah tersebut. Kewenangan ini diberikan agar daerah tertentu dapat menata daerah dan bagian dari daerah tersebut agar lebih baik lagi di bidang tertentu sesuai dengan aspirasi daerahnya. Otonomi khusus adalah kewenangan khusus yang diberikan kepada daerah tertentu untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri tetapi sesuai dengan hak dan aspirasi masyarakat di daerah tersebut. Kewenangan ini diberikan agar daerah tertentu dapat menata daerah dan bagian dari daerah tersebut agar lebih baik lagi di bidang tertentu sesuai dengan aspirasi daerahnya. 10. Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak dalam bentuk tertulis (written constitution and unwritten constitution). suatu konstitusi disebut tertulis bila berupa (Doumentary Constitution), sedangkan konstitusi tidak tertulis tidak berupa satu naskah (Non- Doumentary Constitution) dan banyak di pengaruhi oleh tradisi konvensi. Contoh konstitusi Inggris yang hanya berupa kumpulan dokument. Contoh konstitusi Inggris yang hanya berupa kumpulan dokument. Konstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu negara. Konstitusi dapat berupa hukum dasar yang tertulis yang lazim disebut Undang-Undang Dasar dan dapat pula tidak tertulis. Dalam penyusunan suatu konstitusi tertulis, nilai-nilai dan norma dasar yang hidup dalam masyarakat dan dalam praktek penyelenggaraan negara turut mempengaruhi perumusan suatu norma ke dalam naskah Undang-Undang Dasar. Karena itu, suasana kebatinan yang menjadi latar belakang filosofis, sosiologis, politis, dan historis perumusan juridis suatu ketentuan Undang-Undang Dasar perlu dipahami dengan saksama, untuk dapat mengerti dengan sebaik-baiknya ketentuan yang terdapat dalam pasal-pasal UndangUndang Dasar. Membedakan secara prinsipil antara konstitusi ter-tulis (written constitution) dan tidak tertulis (unwrittenconstitution atau onschreven constitutie) adalah tidaktepat. Sebutan Konstitusi tidak tertulis hanya dipakaiuntuk dilawankan dengan Konstitusi modern yang lazim-nya ditulis dalam suatu naskah atau beberapa naskah.Timbulnya Konstitusi tertulis disebabkan karena penga-ruh alirankodifikasi. Salah satu negara di dunia yang mempunyai Konstitusi tidak tertulis adalah negara Ing-gris, namun prinsip-prinsip yang dicantumkan dalam Konstitusi di Inggris dicantumkan dalam Undang-Un-dang biasa, seperti Bill of Rights.Dengan demikian suatu Konstitusi disebut tertulis apabila ia ditulis dalam suatu naskah atau beberapa naskah, sedangkan suatu Konstitusi disebut tidak tertulis dikarenakan ketentuan-ketentuan yang mengatur suatu pemerintahan tidak tertulis dalam suatu naskah tertentu, melainkan dalam banyak hal diatur dalam konvensi-kon-vensi atau undang-undang biasa.

11. UUD Memuat peraturan tertulis saja. Bersifat dasar dan belum memiliki sanksi pemaksa atau sanksi pidana bagi penyelenggaraanya. Konstitusi Memuat peraturan tertulis dan lisan. Bersifat dasar, belum memiliki sanksi pemaksa atau sanksi pidana bagi penyelenggaraanya, timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis. Memuat ketentuan-ketentuan sebagai berikut: Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antar badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif

Mengandung pokok-pokok sebagai berikut: Adanya jaminan terhadap HAM dan warganya

Ditetapkan susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental HAM Adanya pembagian dan pembatasan tugas Prosedur mengubah UUD ketatanegaraan yang juga bersifat fundamental Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD Contoh : UUD NKRI 1945 Contoh : Konstitusi RIS 1949 PERBEDAANNYA UUD adalah peraturan yang menjadi dasar seluruh peraturan ,konstitusi, atau Perundang-undangan disebuah negara, Tidak sah sebuah konstitusi tanpa mengacu pada UUD.sedangkan KONSTITUSI adalah Semua ketentuan,peraturan, atau perundang-undangan, termasuk didalamnya UUD itu sendiri. 12. pengertian masyarakat madani adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapatdan mewujudkan kepentingan-kepentingannya; dimana pemerintahannya memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk mewujudkan program- program pembangunan di wilayahnya. Pengertian masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilaikemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Menghargai dan mengakui adanya kebersamaan dama semua aspek kehidupann. Adanya jaminan hak dan kebebasan asasi manusia, demokratis dalam pemerintahan dan perpolitikan, memberi peluang yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berperan dalam berbagai urusan kehidupan menentukan nasibnya tanpa harus ada berada pada jalur-jalur formal. Sehingga ada yang menganggap filsafat tentang masyarakat madani pada dasarnya adalah falsafat tentang LSM (Lembaga swadaya masyarakat) dan menguatnya peran kelas menengah dalam kehidupan ekonomi. Makna Civil Society "Masyarakat sipil" adalah terjemahan dari civil society. Konsep civil society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan masyarakat. Ciceroadalah orang Barat yang pertama kali menggunakan kata "societies civilis dalam filsafat politiknya. Konsep civil society pertama kali dipahami sebagai negara (state). Secarahistoris, istilah civil society berakar dari pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John Locke,dan Hubbes. Ketiga orang ini mulai menata suatu bangunan masyarakat sipil yangmampu mencairkan otoritarian kekuasaan monarchi-absolut dan ortodoksi gereja.. Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk menerjemahkan konsepdi luar menjadi "Islami". Menilik dari subtansi civil society lalu membandingkannyadengan tatanan masyarakat Madinah yang dijadikan pembenaran atas pembentukan civilsociety di masyarakat Muslim modern akan ditemukan persamaan sekaligus perbedaan diantara keduanya. Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil society merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari gerakan Renaisans; gerakan masyaraka tsekuler yang meminggirkan Tuhan. Sehingga civil society mempunyaimoral-transendental yang rapuh karena meninggalkan Tuhan. Sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buaian dan asuhan petunjuk Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai