Anda di halaman 1dari 13

Rohumaniora Bumantari B 1102011244

Sasaran Belajar L.I 1. Mengetahui dan Menjelaskan Demam L.O.1 definisi L.O.2 klasifikasi L.I.2. Mengetahui dan Menjelaskan Salmonella Enterica Thypi L.O.1 definisi L.O.2 jenis L.O.3 morfologi L.O.4 cara penyebaran L.I.3 Mengetahui dan Menjelaskan Demam Thyphoid L.O.1 definisi L.O.2 Etiologi L.O.3 Patofisiologi L.O.4 Epidemiologi L.O.5 Pathogenesis L.O.6 Pemeriksaan fisik dan penunjang L.O.7 Tatalaksana L.O.8 Komplikasi L.I.4 Mengetahui dan Menjelaskan Farmako L.O.1 Farmako kinetik L.O.2 Farmako dinamik L.O.3 Efek samping

L.I 1. Mengetahui dan Menjelaskan Demam L.O.1 definisi Demam (pireksi) merupakan keadaan dimana suhu tubuh meningkat diatas normal (diatas 38,30C) sebagai akibat peningkatan pusat pengaturan suhu di hipotalamus sebagai akibat dari ketidak seimbangnya produksi dan pelepasan suhu. Demam yang lebih berat (hiperpireksia) terjadi dimana suhu tubuh lebih dari pada o 41,1 C . Penyebab demam itu sendiri ialah respon dalam menghadapi benda asing dalam tubuh sebagai usaha pertahanan diri, dapat disebabkan oleh keadaan toksemia karena keganasan atau reaski terhadap pemakaian obat. L.O.2 Klasifikasi Terdapat 6 tipe demam berdasarkan pola demam yakni ; 1) Demam septik Suhu badan yang berangsur naik ke tingkat yang sangat tinggi pada malam hari dan turun kembali ke tingkat diatas normal pada pagi hari, disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Jika demam tinggi tersebut turun ke tingkat normal dinamakan demam hektik 2) Demam remiten Turunnya suhu badan setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu normal , ditemukan pada berbagai penyakit virus 3) Demam intermiten Suhu badan turun ke tingkat normal selama beberapa jam dalam satu hari. Jika terjadi tiap dua hari sekali ( demam terjadi pada hari ke-1 dan ke-3 : malaria oleh Plasmodium viviax) disebut tersiana. Dua hari bebas demam ( demam terjadi pada hari ke-1 dan 4 : malaria oleh Plasmodium malariae) disebut kuartana. 4) Demam intermiten hepatik/charcot Demam dengan pola sporadis, terdapat penurunan temperature yang jelas dan kekambuhan demam. 5) Demam kontinyu Suhu sepanjang hari tidak berbeda dari 10C. misal demam tifoid 6) Demam siklik/saddleback/pelana/bifasik Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari dan diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari, lalu diikuti dengan kenaikan suhu seperti semula. Didapatkan pada penyakit dengue, yellow fever, influenza. 7) Demam Pel-eibstein Periode demam setiap minggu atau lebih lama dan periode afebrile yang sama durasinya dengan berulangnya siklus. Terjadi pada penyakit Hodgkin.

Jenis Demam Demam septik Demam remitten

Ciri-ciri Malam hari suhu naik sekali, pagi hari turun hingga diatas normal, sering disertai menggigil dan berkeringat. Suhu badan dapat turun setiap hari tapi tidak pernah mencapai normal. Perbedaan suhu mungkin mencapai 2 derajat namun perbedaannya tidak sebesar demam septik. Suhu badan turun menjadi normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam terjadi dua hari sekali disebut tertiana dan apabila terjadi 2 hari bebas demam diantara 2 serangan demam disebut kuartana. Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia. kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang diikuti kenaikan suhu seperti semula

Demam intermiten

Demam kontinyu Demam siklik

L.I.2. Mengetahui dan Menjelaskan Salmonella Enterica Thypi L.O.1 definisi Salmonella adalah suatu genus bakteri yang merupakan penyebab utama penyakit bawaan makanan di seluruh dunia. Bakteri umumnya ditularkan ke manusia melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi yang berasal dari hewan, terutama daging, unggas, telur dan susu. L.O.2 jenis Anggota genus salmonellae awalnya di klasifikasi berdasarkan epidemiologi, jangkauan penjamu, reaksi biokimia, dan struktur antigen O, H, dan Vi (bila ada). Terdapat 2500 serotipe salmonella, termasuk lebih dari 1400 dalam kelompok hibridiasi DNA grup 1 yakni ; Salmonella enterica subspecies enterica serotipe Typhimurium / Salmonella tyhpimurium Klasifikasi berdasarkan serotipe a. Serogrup A ( Salmonella Paratyphi A ) b. Serogrup B ( Salmonella Paratyphi B ) c. Serogruo C1 ( Salmonella Cholerasuis ) d. Serogrup D ( Salmonella typhi ) L.O.3 morfologi 1) Salmonella typhi berbentuk batang 2) Gram negative 3) Tidak berspora 4) Ukuran Salmonella bervariasi 13,5 m x 0,50,8 m.

5) Besar koloni rata-rata 24 mm. 6) Tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15 41C (suhu pertumbuhan optimal 37,5C) dan pH pertumbuhan 68. 7) Menghasikan H2S. 8) Motil 9) Berflagella 10) Hidup subur pada media yang mengandung empedu 11) Kuman mati pada pemanasan suhu 54,40C selama 1 jam dan 600C selama 15 menit 12) Tahan pembekuan dalam jangka lama 13) Karakteristik fermentasi terhadap glukosa dan manosa, namun tidak terhadap laktosa atau sukrosa. 14) Dapat bertahan hidup beberapa minggu dalam air, es, debu, sampah kering, pakaian, mampu berkembang biak dalam susu, daging, telur tanpa merubah warna dan bentuk. 15) Berasal dari feses manusia yang menderita demam tifoid 16) Antigen O: bagian terluar dari lipopolisakarida dinding sel dan terdiri dari unit polisakarida yang berulang. Beberapa polisakarida O-spesifik mengandung gula yang unik. Antigan O resisten terhadap panas dan alkohol dan biasanya terdeteksi oleh aglutinasi bakteri. Antibodi terhadap antigen O terutama adalah IgM. 17) Antigen Vi atau K: terletak di luar antigen O, merupakan polisakarida dan yang lainnya merupakan protein. Antigen K dapat mengganggu aglutinasi dengan antiserum O, dan dapat berhubungan dengan virulensi. Dapat diidentifikasi dengan uji pembengkakan kapsul dengan antiserum spesifik. 18) Antigen H: terdapat di flagel dan didenaturasi atau dirusak oleh panas dan alkohol. Antigen dipertahankan dengan memberikan formalin pada beberapa bakteri yang motil. Antigen H beraglutinasi dengan anti-H dan IgG. Penentu dalam antigen H adalah fungsi sekuens asam amino pada protein flagel (flagelin). Antigen H pada permukaan bakteri dapat mengganggu aglutinasi dengan antibodi antigen O. 19) Organisme dapat kehilangan antigen H dan menjadi tidak motil. 20) Kehilangan antigen O dapat menimbulkan perubahan bentuk koloni yang halus menjadi kasar. 21) Antigen Vi atau K dapat hilang sebagian atau seluruhnya dalam proses transduksi. L.O.4 cara penyebaran Cara penyebaran atau sumber transmisi ialah diantaranya makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh salmonella. sumber infeksi yang penting : 1) Air (kontaminasi dengan feses) 2) Susu dan produk susu ( kontaminasi dengan feses dan pasteurisasi yang tidak adekuat atau penanganan yang salah)

3) Kerang ( dari air yang terkontaminasi) 4) Telur beku atau dikeringkan ( dari unggas yang terinfeksi atau terkontaminasi saat pemrosesan) 5) Daging dan produk daging 6) Hewan piaraan ( kura-kura, anjing, kucing) 7) Berasal dari feses manusia yang sedang menderita demam typhoid atau karier salmonella typhi Salmonella typhi dilakukan melalui rute fecal-oral dari terinfeksi ke individu yang sehat. 2-5% dari sebelumnya menjadi terinfeksi individu carrier kronis yang tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit, Cara penyebarannya melalui muntahan, urin, dan kotoran dari penderita yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat (kaki-kaki lalat). Lalat itu mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, maupun buah-buahan segar. Saat kuman masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian kuman mati oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke usus halus. Dari usus halus itu lah kuman beraksi sehingga bisa menjebol usus halus. Setelah berhasil melampaui usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah bening, ke pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh (terutama pada organ hati, empedu,dan lain-lain). Jika demikian keadaannya, kotoran dan air seni penderita bisa mengandung kuman S typhi yang siap menginfeksi manusia lain melalui makanan atau pun minuman yang dicemari. Pada penderita yang tergolong carrier (pengidap kuman ini namun tidak menampakkan gejala sakit), kuman Salmonella bisa ada terus menerus di kotoran dan air seni sampai bertahun-tahun. S. thypi hanya berumah di dalam tubuh manusia. Oleh kerana itu, demam tifoid sering ditemui di tempattempat di mana penduduknya kurang mengamalkan membasuh tanganmanakala airnya mungkin tercemar dengan sisa kumbahan. Sekali bakteria S. thypi dimakan atau diminum, ia akan merebak ke dalam saluran darah dan badan akan bertindak balas dengan menunjukkan beberapa gejala seperti demam darah dan badan akan bertindak balas dengan menunjukkan beberapa gejala seperti demam. L.I.3 Mengetahui dan Menjelaskan Demam Thyphoid L.O.1 definisi Penyakit Demam Tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga disebut typhus atau types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi terutama menyerang bagian saluran pencernaan. Demam tifoid merupakan peningkatan suhu tubuh diatas normal (>37,2 0C) akibat respon tubuh terhadap infeksi salmonella. Produksi antibody dan sel limfoset T 20x lebih banyak akibat pelepasan pirogen dari dalam sel leukosit yang dirangsang oleh pirogen eksogen dari salmonella. L.O.2 Etiologi Bakteri Salmonella typhi.

Bakteri tifoid ditemukan di dalam tinja dan air kemih penderita. Penyebaran bakteri ke dalam makanan atau minuman bisa terjadi akibat pencucian tangan yang kurang bersih setelah buang air besar maupun setelah berkemih. Lalat bisa menyebarkan bakteri secara langsung dari tinja ke makanan. Bakteri masuk ke dalam saluran pencernaan dan bisa masuk ke dalam peredaran darah. Hal ini akan diikuti oleh terjadinya peradangan pada usus halus dan usus besar. Pada kasus yang berat , yang bisa berakibat fatal , jaringan yang terkena bisa mengalami perdarahan dan perforasi (perlubangan). Sekitar 3% penderita yang terinfeksi oleh Salmonella typhi dan belum mendapatkanpengobatan, di dalam tinjanya akan ditemukan bakteri ini selama lebih dari 1 tahun. L.O.3 Patofisiologi Salmonella yang masuk dalam tubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung , ( namun sellain itu tubuh juga mempunyai pertahanan yang lain yaitu pertahanan flora normal usus dan kekebalan usus setempat ) , sebagian lagi lolos masuk ke dalam usus dan berkembang biak. Dalam hati, kuman masuk ke dalam kantung empedu, berkembang iak dan bersama cairan empedu dieksresikan secara intermitten ke dalam lumen usus, sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk kembali ke sirkulasi darah dengan proses yang sama, makrofage telah teraktifasi dan hiperaktif maka pada saat fagositosis kuman salmonella terjadi pelepasan mediator inflamasi maka saat fagositosis kuman inflamasi sistemik seperti demam, malaise, malgia, sakit kepala, sakit perut, gangguan mental. L.O.4 Epidemiologi Demam tifoid merupakan endemic di Indonesia. Jarang ditemukan secara epidemic, lebih bersifat sporadic dan terpencar-pencar di suatu daerah dan jarang terjadi lebih dari satu kasus pada orang serumah.Di Indonesia demam tifoid dapat ditemukan sepanjang tahun. Insidens bervariasi tergantung pada sanitasi lingkungan. Perbedaan insidens juga tergantung pada penyediaan air bersih yang kurang memadai, sanitasi lingkungan dan sarana pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehata lingkungan.namun demam tifoid tidak termasuk kedalam penyakit dengan mortalitas tinggi berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga Departemen Kesehatan RI (SKRT Depkes RI) tahun 1995. L.O.5 Pathogenesis Masuknya kuman Salmonella thypy dan Salmonella parathypy ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman, dihancurkan di lambung,sebagian lolos ke dalam usus dan berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa(IgA) usus kurang baik maka kuman akan menembus sel epitel (sel-M) lalu ke lamina propia.Kuman berkembang biak dan berfagosit di makrofag. Lalu dibawa ke plak Peyeri ileum distaldan kemudian ke kelenjar getah bening mesentrika. Lalu selanjutnya duktus torasikus, kuman yang berada di dalam makrofag masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh organ retikulo endotelial tubuh terutama hati dan limpa, disini kuman meninggalkan sel fagosit lalu berkembang biak di luar sel. Di dalam hati, kuman masuk ke dalam kantung empedu, berkembang

biak, dan bersama cairan empedu dieksresikan secara intermiten ke dalam lumen usus. Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi kedalam sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, berhubung makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif maka saat fagositosis kuman Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskular, gangguan mental, dan koagulasi L.O.6 Pemeriksaan fisik dan penunjang 1) Pemeriksaan fisik Kesadaran menurun, sebagian besdar anak mempunyai lidah tifoid yaitu di bagian tengah kotor dan bagian pinggir. Nadi bradikardial (nadi kurang dari 60x/menit) 2) Pemeriksaan rutin Pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering ditemukan leukopenia, dapat pula terjadi kadar leukosit normal dan leukositosis walaupun tanpa infeksi sekunder (peningkatan kadar leukosit sementara wkatu). Selain itu dapat ditemukan anemia ringan dan trombositopenia. Laju endap darah pada demam tifoid dapat meningkat. SGOT dan SPGT seringkali meningkat dan akan menjadi normal setelah sembuh. 3) Pemeriksaan serologi ; Uji Widal Digunakan untuk memeriksa aglutinasi terhadap antigen somatic (O) , flagella (H) untuk mendiagnosa demam tifoid. Dasar pemeriksaan ialah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita dicampur dengan suspense antigen salmonella. Untuk mebuat diganosa tersebut diperlukan titer zat anti terhadapt antigen O. Semakin tinggi titer maka semakin besar terinfeksi kuman ini. Umumnya peningkatan titer anti O terjadi pada minggu pertama yaitu pada hari ke-6 dan ke-8. Titer anti O meningkat tajam dan mencapai puncak anatar minggu ke-3 dan minggu ke-6. Kemudian menurun perlahan-lahan dan menghilang dalam waktu 6-12 bulan. Peningkatan titer anti H terjadi lebih lambat yaitu pada hari ke 10-12 dan menetap selama beberapa tahun , misalnya pada individu yang pernah terinfeksi salmonella typhi atau individu yang telah mendapat imunisasi. Anti O dan H negative tidak menyingkirkan adanya infeksi. Hasil negative palsu dapat disebabkan karena antibody belum terbentuk karena specimen diambil terlalu dini atau antibody tidak terbentuk misal pada penderita gizi buruk. Aglutinin H : dikaitkan dengan pasca imunisasi (infeksi masa lampau) Agglutinin Vi : deteksi pembawa kuman Salmonella typhi (karier) atau hanya menunjukkan virulensi dari salmonella tsb L.O.7 Tatalaksana Penatalaksanaan demam tifoid : 1) Istirahat dan perawatan

Harus dirawat di RS untuk isolasi, observasi dan pengobatan. Melakukan tirah baring minimal 7hari. Maksud tirah baring ini ialah untuk mecegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus 2) Diet Bertujuan mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara optimal. Pemberian bubur saring ditujukan untuk mencegah komplikasi perdarahan saluran cerna dan periforasi usus, peniliti membuktikan bahwa makanan padat dini (lauk pauk rendah selulosa dan nasi) memberikan rasa aman pada pasien. 3) Medikamentosa Pemberian anti mikroba yang sering digunakan ialah seperti : a. Kloramfenikol (paling sering e. Sefalosporin digunakan) f. Golongan fluorokuinolon b. Tiamfenikol g. Kombinasi anti mikroba c. Kotrimoksazol (kortikosteroid) d. Ampisilin dan amoksilin Yang masing-masingnya akan dibahas di L.O berikutnya. L.O.8 Komplikasi Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada demam tifoid yaitu: - Komplikasi intestinal. Pendarahan usus, perforasi usus, ileus paralitik, pangkreatitis - Komplikasi ekstraintestinal. - Komplikasi kardiovaskular: gagal sirkulasi perifer, miokarditis, tromboflebitis - Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia, KID, trombosis. - Komplikasi paru: pneumonia, empiema, pleuritis. - Komplikasi hepatobilier: hepatitis, kolesistitis - Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, perinefritis. - Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis, artritis. - Komplikasi neuropsikiatrik/tifoid toksik. Pada anak-anak dengan demam paratiroid, komplikasi lebih jarang terjadi. Komplikasi sering terjadi pada keadaan toksemia berat dan kelemahan umum, terutama bila perawatan pasien kurang sempurna. L.I.4 Mengetahui dan Menjelaskan Farmako 1) Kotrimoksazol Farmakodinamik Efek terhadap mikroba

Mikroba yang peka terhadap kotrimoksazol Salmonella pneumoniae, Corynebacterium diphteriae, Streptococcus pyogenes , Streptococcus viridans ,Serratia ,E.coli dan Shigella Mekanisme kerja Berdasarkan kerjanya pada dua tahap yang berurutan dalam reaksi enzimatik untuk membentuk asam tetrahidrofolat. Sulfonamid menghambat masuknya molekul PABA kedalam molekul asam folat. Trimetoprim menghambat terjadinya reaksi reduksi dari hidrofolat menjadi tetrahidrofolat Resistensi bakteri Frekuensi terjadinya resistensi terhadap kotrimoksazol lebih rendah dari pada terhadapmasing-masing obat karena mikroba yang resisten terhadap salah satu komponen masih peka terhadap komponen yang lainnya Farmakokinetik Untuk mendapatkan efek sinergi diperlukan perbandingan kadar optimal dari kedua obat. Untuk kebanyakan kuman, rasio kadar sulfametosazol : trimetoprim yang optimal adalah 20:1. Trimetoprim mempunyai volume distribusi yang 9x lebih besar dari pada sulfametoksazol karena sifatnya yang lipofilik. Trimetoprim cepat terdistribusi kedalam jaringan dan kira-kira 40% terikat pada protein plasma dengan adanya sulfametoksazol. Kira-kira 65% sulfametoksazol terikat pada protein plasma. Obat dapat masuk kesaliva dan CSS lebih mudah. Sampai 60% trimetoprim dan sulfametoksazol dieksresi melalui urin dalam 24 jam setelah pemberian. Efektifitas nya kurang lebih sama dengan kloramfenikol. Dosis untuk orang dewasa 2x2 tablet sehari, digunakan sampai 7hari bebas demam ( 1 tabletnya mengandung 80 mg trimwtoprim & 400 mg sulfametoksazol). Dengan obat ini demam pada demam tifoid akan turun setelah rata-rata 5-6hari Efek samping - Menimbulkan megaloblastik, leukopenia, trombositopenia - 75% efek samping terjadi pada kulit - Gejala-gejala saluran cerna : mual, muntah, diare jarang terjadi - Glositis dan stomatitis relatif sering - Reaksi susunan saraf pusat berupa sakit kepala, depresi, dan halusinasi disebabkan oleh sulfonamid Kontraindikasi Tidak dianjurkan untuk mengobati : - Faringitis oleh S.pyogenes - Infeksi genital 2) Kloramfenikol Farmakodinamik Efek anti mikroba Bekerja dengan menghambat sisntesis protein kuman. Obat ini terikat pada ribosom subunit 50s dan menghambat enzim peptidil transferase sehingga ikatan peptida tidak terbentuk pada proses sintesis protein kuman. Umumnya bersifat bakteriostatik. Pada konsentrasi yang tinggi kloramfenikol

kadang bersifat bersifat bakterisid terhadap kuman-kuman tertentu. Spektrum antibakteri kloramfernikol: Brucella ,Bartonella ,C.diphteriae ,Listeria ,Treponema, etc Resistensi - Terjadi melalui inaktivasi obat oleh asetil transferase yang diperantai oleh faktor R. - Resistensi terhadap P.aeruginosa ,Proteus dan Klebsiella terjadi karena perubahan permeabilitas membran yang mengurangi masuknya obat kedalam sel bakteri - Beberapa strain D.pneumoniae, H.influenza dan N.meningtidis dan P.mirabilis, S.aureus umumnya sensitif, sedang Enterobactericeae banyak yang telah resisten Farmakokinetik Untuk pemberian secara oral, Kloramfenikol diserap dengan cepat. Kadar puncak dalam darah tercapai dalam 2 jam. Untuk anak biasanya diberikan bentuk ester kloramfenikol palmitat atau stearate yang rasanya tidak pahit. Bentuk ester ini akan mengalami hidrolisis dalam usus dan membebaskan kloramfenikol. Untuk pemberian secara parenteral, Digunakan kloramfenikol suksinat yang akan di hidrolisis dalam jaringan dan membebaskan kloramfenikol. Masa paruh eliminasinya pada orang dewasa kuranglebih 3 jam,pada bayi berumur kurang dari 2 minggu sekitar 24 jam.Kira-kira 50% kloramfenikol dalam terikat dengan albumin. Didistribusikan ke jaringan otak, cairan serebrospinal dan mata. Pada gagal ginjal tidak perlu dikurangi dosisnya tapi jika terdapat gangguan fungsi hepar maka harus dikurangi dosisnya. Belum ada obat antimkiroba lain yang dapat menurunkan demam tifoid lebih cepat dibandingkan kloramfenikol. Dosis untuk orang dewasa 4x500 mg sehari diberikan dalam bentuk oral atau intravena, sampai 7hari bebas demam. Setelah penggunaan, demam pada demam tifoid rata2 turun setelah 5 hari Kontra indikasi Kloramfenikol di kontraindikasikan untuk neonatus, pasien dengan gangguan faal hati dan pasien yang hipersensitif terhadapnya. Efek samping 1) Reaksi hematologik . Ada 2 bentuk,yang pertama ialah reaksi toksik dengan manifestasi depresi sumsum tulang. Bentuk yang kedua adalah anemia aplastik dengan pansitopenia yang irreversibel dan memiliki prognosis sangat buruk. 2) Reaksi saluran cerna. Bermanifestasi dalam bentuk mual,muntah,glositis,diare,dan enterokolitis 3) Sindrom Gray Pada neonatus,terutama bayi prematur yang mendapat dosis tinggi(200mg/kgBB)dapat timbul sindrom gray. 3) Kuinolon Golongan kuinolon dibagi menjadi 2 kelompok ;

a. Kuinolon : kelompok ini daya anti bakterinya agak lemah dan resistensi juga cepat timbul b. Fluorokuinolon : adanya atom fluor pada posisi 6 dalam struktur molekulnya. Daya antibakteri fluorokuinolon jauh lebih kuat dibandingkan kelompok kuinolon lama., tersedia dalam bentuk parenteral sehingga dapat digunakan untuk infeksi berat, khususnya yang disebabkan oleh kuman gram negatif Farmakodinamik Mekanisme Kerja golongan Kuinolon menghambatkerja enzim DNA girase pada kuman dan bersifat bakterisidal,sehingga kuman mati. *DNA girase (Topoisomerase II) berfungsi menimbulkan relaksasi pada DNA yang mengalami positive supercoiling pada waktu transkripsi dalam proses replikasi DNA* Spektrum antibakteri Kuinolon lama aktif pada kuman gram negatif, seperti : E.coli, Proteus, Klebsiella,Enterobacter. Fluorokuinolon baru (moksifloksasin, gatifloksasin), aktif pada kuman grampositif dan negatif, serta kuman-kuman atipik (mycoplasma, chlamydia). Farmakokinetik Asam naliksidat diserap baik oleh saluran cerna, tapi diekskresi cepat oleh ginjal. Obat ini tidak bermanfaat untuk infeksi sistemik. Fluorokuinolon diserap lebih baik melalui saluran cerna dibanding asam nalidiksat. Ofloksasin, Levofloksasin, Gatifloksasin, dan Moksifloksasin adalah fluorokuinolon yang diserap baik sekali pada pemberian oral. Pefloksasin adalah fluorokuinolon yang absorpsinya paling baik dan masa paruh eliminasinya paling panjang. Bioavailabilitasnya pada pemberian oral dan parenteral sama. Penyerapan siprofloksasin dan fluorokuinolon terhambat bila diberikan bersama antasida. Fluorokuinolon dapat mencapai kadar tertinggi dalam jaringan prostat. Siprofloksasin dan Ofloksasinmencapai kadar tinggi dalam cairan serebrospinal bila ada meningitis. Fluorokuinolon masaparuh eliminasinya panjang, sehingga obat cukup diberikan 2x1 hari. Efek Samping dan Interaksi Obat Golongan antibiotika Kuinolon umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Efek sampingnya yang terpenting ialah pada saluran cerna dan susunan saraf pusat. 1) Saluran cerna Bermanifestasi dalam bentuk mual, muntah, dan rasa tidak enak diperut 2) Susunan saraf pusat Manifestasi yang sering dijumpai sakit kepala dan pusing. Yang jarang timbul iala halusinasi, kejang, dan delirium. 3) Hepatotoksisitas Efek samping jarang dijumpai, namun kematian yang berat pernah dijumpai akibat penggunaan trofafloksasin Golongan kuinolon samapi sekarang tidak diindikasikan untuk anak sampai umur 18 tahun dan wanita hamil karena akan menimbulkan kerusakan sendi

a)

b)

c)

d)

e)

f) g) h) i)

j)

Sediaan di Pasaran Spirofloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Spirofloksasin 250 mg, 500 mg, 750 mg bahkan ada yang 1.000 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Spirofloksasin 200 mg/100 ml. Ofloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Ofloksasin 200 mg dan 500 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Ofloksasin 200 mg/100 ml. Moksifloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan Moksifloksasin kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Moksifloksasin 400 mg/250 ml. Levofloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Levofloksasin 250 mg dan 500 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Levofloksasin 500 mg/100 ml. Pefloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Pefloksasin 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Pefloksasin 400 mg/125ml dan ampul dengan kandungan Pefloksasin 400 mg/5 ml. Norfloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. Sparfloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 200 mg Lornefloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. Flerofloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan 400 mg/100 ml. Gatifloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk vial untuk ijeksi dengan kandungan 400 mg/40 ml

4) Ampisilin dan Amoksisilin Efektifitasnya lebih kecil dibandingkan kloramfenikol. Indikasi mutlak penggunaannya adalah pasien demam typhoid dengan leukopenia. Dosis yang dianjurkan berkisar antara 75-150 mg/kgBB sehari , digunakan sampai 7hari bebas demam. Demam pada demam tifoid turun rata-rata setelah 7-9 hari 5) Sefalosporin

Farmakodinamik Mekanisme kerja dengan menghambat sintesis dinding mikroba. Yang dihambat adalah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam reaksi pembentukan dinding sel Efek samping reaksi alergik (paling sering terjadi), gejala mirip dengan reaksi alergi yang ditimbulkan penisilin. Depresi sumsum tulang terutama granulositopenia dapat timbul meskipun jarang., diare dapat timbul pada pemberian sefoperazon. 6) Tiamfenikol Tiamfenikol digunakan untuk indikasi sama dengan kloramfenikol . Obat ini sebagian besar di eksresikan utuh dalam urin, oleh karena itu harus dikurangi dosis bagi pasien payah ginjal. Obat ini diserap baik pada pemerian peroral. Efek samping depresi sumsum tulang yang reversible dan berhubungan dengan besarnya dosis yang diberikan. Efek samping yang jarang dijumpai adalah eritropoesis. Efek hematologic lainnya ialah leukopenia, trombositopenia. Dosis yang diberikan 4x500 mg perhari dalam bentuk oral atau intravena sampai 7hari bebas demam. Dengan obat ini, demam pada demam tifoid rata2 turun setelah 5-6 hari

Anda mungkin juga menyukai