Anda di halaman 1dari 26

M.

Riyan Saputra 07310146

Gangguan yang ditandai dengan terjadinya serangan panik yang spontan dan tidak dapat diperkirakan. Serangan panik sendiri merupakan periode kecemasan atau ketakutan yang kuat dan relatif singkat (biasanya kurang dari satu tahun), yang disertai oleh gejala somatik tertentu seperti palpitasi dan takipnea ( National Institut of Mental Health, 2009)

Episode mungkin menyerupai serangan jantung. Gangguan ini dapat menyerang kapan saja dan terjadi tanpa alasan yang diketahui, tetapi lebih sering dipicu oleh peristiwa tertentu atau pikiran Serangan panik tidak dapat diprediksi, karena itu seorang individu mungkin menjadi stres, cemas atau khawatir dan bertanya-tanya saat serangan panik akan terjadi

Di antara beberapa gangguan cemas yang dikenal, gangguan panik merupakan gangguan yang lebih sering dijumpai. Studi epidemiologis melaporkan perempuan lebih mudah terkena dua hingga tiga kali dari pada laki-laki. Salah satu faktor sosial yang diidentifikasi turut berperan dalam timbulnya gangguan panik adalah riwayat perceraian atau perpisahan baru terjadi.

Gangguan panik paling lazim timbul pada dewasa muda (usia rata-rata timbulnya gangguan sekitar 25 tahun) tetapi gangguan panik dan agoraphobia dapat timbul pada usia berapapun.

1.

Faktor Biologis , Beberapa peneliti menemukan bahwa gangguan panik

berhubungan dengan abnormalitas struktur dan fungsi otak. Dari penelitian juga diperoleh data bahwa pada otak pasien dengan

gangguan panik beberapa neurotransmitter mengalami gangguan


fungsi, yaitu serotonin, GABA (Gamma Amino Butyric Acid) dan norepinefrin. Hal ini didukung oleh fakta bahwa Serotonin

Reuptake Inhibitors (SSRIs) efektif pada terapi pasien-pasien


dengan gangguan cemas, termasuk gangguan panik

2.

Zat yang mencetuskan Panik Zat penginduksi panik neurokimia, yang bekerja melalui sistem neurotransmiter spesifik, antara lain

Yohimbine (Yocon), fenfluramin (Pondomin),

3.

Faktor Genetik Sejumlah data menunjukkan bahwa gangguan panik dengan agora fobia adalah bentuk parah gangguan panik sehingga lebih mungkin diturunkan. Berbagai studi menemukan

peningkatan resiko empat hingga delapan kali untuk


gangguan panik diantara kerabat derajat pertama pasien dengan gangguan panik dibandingkan kerabat derajat

pertama pasien psikiatri lain.

4.

Faktor Psikososial Teori Perilaku Kognitif. Teori perilaku menyatakan bahwa ansietas adalah respons yang di pelajari baik dari menirukan perilaku orang tua maupun melalui proses pembelajaran klasik. Didalam metode pembelajaran klasik pada gangguan panik dan agorafobia, stimulus berbahaya (seperti gangguan panik) yang timbul bersama stimulus netral (seperti naik bus) dapat mengakibatkan penghindaran stimulus netral.

Teori psikoanalatik, mengkonseptualisasi serangan panik sebagai serangan yang timbul dari pertahanan yang tidak berhasil terhadap impuls yang mencetuskan ansietas. Hal yang sebelumnya merupakan sinyal ansietas ringan akan terjadi perasaan antisipasi cemas yang berlebihan, lengkap dengan gejala somatik

Kriteria DSM-IV-TR untuk Serangan Panik Palpitasi, jantung berdebar kuat, atau kecepatan jantung bertambah cepat. Berkeringat. Gemetar atau berguncang Rasa nafas sesak atau tertahan Perasaan tercekik Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman Mual atau gangguan perut Perasaan pusing, bergoyang, melayang, atau pingsang. Derealisasi (perasaan tidak realitas) atau depersonalisasi (bukan merasa diri sendiri) Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila Rasa takut mati. Parestesia (mati rasa atau sensasi geli) Menggigil atau perasaan panas

Suatu periode tertentu adanya rasa takut yang hebat atau perasaan tidak nyaman, dimana empat atau lebih gejala diatas terjadi secara tiba-tiba dan mencapai puncaknya dalam 10 menit

Ada dua kriteria Gangguan panik : 1. Gangguan panik tanpa agorafobia 2. Gangguan panik dengan agorofobia Kedua gangguan panik ini harus ada serangan panik.

KRITERIA DIAGNOSTIK GANGGUAN PANIK TANPA AGORAFOBIA DSM IVTR Keduanya (1) dan (2), yaitu : 1. Serangan panik yang tidak terduga yang sering kambuh.

2.
a. b.

Se-kurang-2nya salah satu serangan panik diikuti 1 bulan(atau lebih) dari 1( atau lebih) berikut ini :
Kekuatiran menetap adanya serangan susulan. Kekuatiran terhadap bentuk atau dampak serangan-nya ( e.g.Kehilangan kontrol , mengalami serangan jantung , jadi gila ).

c.

Suatu perubahan perilaku yang signifikan berkaitan denganserangannya

Tidak ada agoraphobia Serangan panik tidak disebabkan efek fisiologis langsung dari suatu Zat (contoh, penyalahgunaan obat, pengobatan) atau keadaan medis umum (contoh hipertiroidisme) Serangan panik tidak disebabkan oleh gangguan mental lainnya,misalnya a. Fobia sosial ( e.g. terjadi saat terpapar situasi sosial yang menakutkan ),

b.
c. d.

Fobia spesifik / khas ( e.g saat terpapar situasi fobik yang spesifik ),
Gangguan Obsesi Kompulsif ( e.g. saat terpapar kotoran jadi obsessiterkontaminasi) Gangguan Sress Pascatrauma (e.g. sebagai respon terhadap stimulusyang berkaitan dengan suatu stressor berat )

e.

Gangguan cemas perpisahan ( e.g. sebagai respon terhadap perpisahandari keluarga dekatnya atau pergi keluar rumah )

KRITERIA DIAGNOSTIK GANGGUAN PANIK dengan AGORAFOBIA DSM IVTR


Keduanya (1) dan (2), yaitu : 1. 2. a. b. Serangan panik yang tidak terduga yang sering kambuh. Se-kurang-2nya salah satu serangan panik diikuti 1 bulan(atau lebih) dari 1( atau lebih) berikut ini : Kekuatiran menetap adanya serangan susulan. Kekuatiran terhadap bentuk atau dampak serangan-nya ( e.g.Kehilangan kontrol , mengalami serangan jantung , jadi gila ). c. Suatu perubahan perilaku yang signifikan berkaitan denganserangannya

Ada agoraphobia Serangan panik tidak disebabkan efek fisiologis langsung dari suatu Zat (contoh, penyalahgunaan obat, pengobatan) atau keadaan medis umum (contoh hipertiroidisme) Serangan panik tidak disebabkan oleh gangguan mental lainnya,misalnya a. b. c. d. Fobia sosial ( e.g. terjadi saat terpapar situasi sosial yang menakutkan ), Fobia spesifik / khas ( e.g saat terpapar situasi fobik yang spesifik ), Gangguan Obsesi Kompulsif ( e.g. saat terpapar kotoran jadi obsessiterkontaminasi) Gangguan Sress Pascatrauma (e.g. sebagai respon terhadap stimulusyang berkaitan dengan suatu stressor berat ) e. Gangguan cemas perpisahan ( e.g. sebagai respon terhadap perpisahandari keluarga dekatnya atau pergi keluar rumah )

Serangan

panik

pertama

seringkali

spontan, Serangan panik kadang-kadang terjadi setelah luapan kegembiraan, kelelahan fisik, aktivitas seksual atau trauma emosional. DSM-IV-TR menekankan bahwa setidaknya serangan pertama harus tidak diduga(tanpa isyarat) untuk memenuhi kriteria diagnostik gangguan panik.

Pasien

dengan agorafobia menghindari situasi di saat sulit mendapat bantuan. Lebih suka ditemani kawan atau anggota keluarga di tempat tertentu, seperti jalan yang ramai, toko yang padat, ruang tertutup (seperti terowongan, jembatan, lift), kendaraan tertutup (seperti kereta bawah tanah, bus, dan pesawat terbang). Pada keadaan parah mereka menolak keluar rumah dan mungkin ketakutan akan menjadi gila

Kriteria untuk Agorafobia Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi dari mana kemungkinan sulit meloloskan diri (atau merasa malu) atau di mana mungkin tidak terdapat pertolongan jika mendapatkan serangan panik atau gejala mirip panik yang tidak diharapkan atau disebabkan oleh situasi. Rasa takut agorafobik biasanya mengenai kumpulan situasi karakteristik seperti di luar rumah sendirian; berada di tempat ramai atau berdiri di sebuah barisan; berada di atas jembatan; atau bepergian dengan bis, kereta, atau mobil. Situasi dihindari (misalnya, jarang bepergian) atau jika dilakukan adalah dilakukan dengan penderitaan yang jelas atau dengan kecemasan akan mendapatkan serangan panik atau gejala mirip panik, atau perlu didampingi teman Kecemasan atau penghindaran fobik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain, seperti fobia sosial (misalnya, penghindaran terbatas pada situasi sosial karena rasa takut terhadap situasi tertentu seperti di elevator), gangguan obsesif-kompulsif (misalnya, menghindari kotoran pada seseorang dengan obsesi tentang kontaminasi), gangguan stres pascatraumatik (misalnya,

menghindari stimuli yang berhubungan dengan stressor yang berat), atau gangguan cemas
perpisahan (misalnya, menghindari meninggalkan rumah atau sanak saudara).

Salah satu upaya untuk mengatasi gangguan panik adalah dengan cara menjauhkan pasien dari segala pemicu gangguan panik. Adapun beberapa pemicu gangguan panik antara lain: Cedera (oleh sebab kecelakaan atau operasi) Penyakit somatik Adanya konflik dengan orang lain Penggunaan ganja

Penyalahgunaan stimulan seperti caffeine, decongestant, cocaine dan obat-obatan simpatomimetik (seperti amfetamin, MDMA) Berada pada tempat-tempat tertutup atau tempat umum (terutama pada gangguan panik yang disertai agoraphobia) Penggunaan sertraline, yang dapat menginduksi pasien gangguan panik yang awalnya asimptomatik Sindrom putus obat golongan SSRI, yang dapat mendinduksi gejala-gejala yang menyerupai gangguan panik.

Gangguan Medis Penyakit kardiovaskuler : anemia, hipertensi, infark iniokardium, dsb. Penyakit pulmonum : asma, hiperventilasi, emboli paru-paru. Penyakit neurologis : penyakit serebrovaskular, epilepsi, migrain, tumor, dsb. Penyakit endokrin : diabetes, hipertroidisme, hipoglikemi, sindroma pramestruasi, dsb. lntoksikasi obat, putus obat. Kondisi lain : anafilaksis, gangguan elektrolit, keracunan logam berat, uremia dsb

Gangguan mental
Gangguan

buatan dan pura-pura Hipokondriasis Gangguan depersonalisasi Fobia sosial dan spesifik Gangguan stress pasca traumatic Gangguan depresif

Depresi dapat mempersulit gambaran gejala pada kira-kira 40-80% dari semua pasien. Gangguan panik merupakan penyakit kronis. Namun penderita dengan fungsi premorbid yang baik serta durasi serangan yang singkat bertendensi untuk prognosis yang lebih baik.

Penatalaksanaan Ketika Serangan Panik Terjadi Terapi oksigen Membaringkan pasien dalam posisi fowler Memonitor tanda-tanda vital, saturasi oksigen, dan EKG Memeriksa ada tidaknya kelainan lain yang dialami pasien seperti kelainan kardiopulmoner dan memastikan kalau pasien sedang mengalami serangan panik. Memberikan penjelasan dan motivasi pada pasien kalau semua keluhan yang dialaminya dapat berkurang jika dia menenangkan diri. Memberikan injeksi lorazepam 0,5mg IV.

Penatalaksanaan ketika tidak ada serangan

Cognitive-Behavioral theraphy (CBT) CBT dengan atau tanpa farmakoterapi, merupakan terapi pilihan untuk gangguan panik, dan terapi ini harus diberikan pada semua pasien. CBT memiliki efikasi yang lebihtinggi dalam mengatasi gangguan panik dan biayanya lebih murah. Selain itu tingkat drop out dan relaps juga lebih rendah jika dibandingkan dengan terapi farmakologi. Meskipun begitu,hasil yang lebih superior dapat dihasilkan dari kombinasi CBT dan famakoterapi.

Terapi Medikasi Terdapat 3 golongan besar obat yang dianjurkan untuk mengatasi gangguan panik,yakni 1. golongan SSRI, 2. trisiklik, dan 3. MAOI (Monoamine oxidase inhibitor)

Anda mungkin juga menyukai