Anda di halaman 1dari 16

Kurangnya ATP dalam Mekanisme Kontraksi Otot Penyebab Terjadinya Kram Febby farihindarto

NIM: 10.2011.246 Email: febbyfarihindarto@yahoo.co.id Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jln, Arjuna Utara No. 6 jakarta 11510. Telepon : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731

Bab I Pendahuluan

Dalam melakukan seluruh aktivitas tersebut maka tubuh kita membutuhkan otot. Otot yang diperlukan khususnya otot skelet yang berfungsi sebagai alat gerak aktif.1 Seperti yang telah kita ketahui bahwa otot merupakan alat gerak aktif yang mempunyai kemampuan untuk berkontraksi, dimana akibat pemendekan otot atau kontraksi dapat menggerakan bagian tubuh yang tersusun oleh tulang tempat otot tersebut melekat.2 Berbagai macam gerakan yang terjadi pada anggota tubuh kita, dihasilkan oleh kontraksi dan juga relaksasi otot-otot yang bersangkutan. Sehingga apabila karena sesuatu sebab otot kehilangan kemampuan untuk berkontraksi maka gerakan-gerakan yang secara normal dilakukan dapat terganggu atau bahkan dapat menyebabkan gerakan tersebut tidak muncul sama sekali. Gangguan pada otot yang biasa terjadi adalah kelemahan otot, pengecilan otot, nyeri dan bengkak. Dalam kasus ini, gangguan yang terjadi pada otot adalah kram pada betis kanan pada seorang anak yang sedang berenang, kemudian telapak kaki anak tersebut ditekan dengan kuat ke arah dorsal. Kram dapat terjadi karena beberapa sebab, salah satunya adalah kontraksi otot yang terjadi terus menerus.3 Kontraksi seharusnya diikuti dengan relaksasi. jika relaksasi tidak dapat terjadi, berarti ada gangguan pada mekanisme kerja kontraksi otot terutama pada suplai ATP, yaitu suplai ATP tidak mencukupi untuk melepas ikatan aktinmiosin.4 Sedangkan penekanan yang dilakukan pada telapak kaki ke arah dorsal berguna untuk membuat otot yang tadinya sudah regang karena kram menjadi lebih regang lagi yang pada akhirnya akan menimbulkan refleksi pada otot tersebut.

Page 1

Skenario 8 Seorang anak laki-laki berusia 15 tahun tengah berlatih renang untuk perlombaab. Tiba tiba ia menjerit minta tolong. Seorang penjaga kolam renang datang dan segera menolong anank tersebut dan membawanya ketepi kolam. Ternyata ia mengalami kejang pada betis kanannya. Dengan sigap penjaga kolam memegang kali si anak dan mendorong telapak kaki kanannya ke arah dorsal selama 2 menit.

Identifikasi Istilah yang Tidak Diketahui Rumusan Masalah Seorang anak laki-laki berusia 15 tahun mengalami kram pada betis kanan sewaktu berenang. Hipotesis Saat berenang anak laki-laki mengalami kejang dan keram pada betis kanan

Bab II Pembahasan Kram Kram atau spasme sering terjadi pada otot rangka. Kram terjadi secara involunter pada kelompok otot yang spesifik yang menjadi keras dan sakit. Biasanya terdapat di betis, paha, bokong, atau kelompok otot lainnya. Tetapi, daerah yang sering terjadi adalah betis pada otot gastrocnemius dan otot soleus. Otot-otot disekitarnya juga dapat menjadi tegang dan menimbulkan kram, tetapi kedua otot tersebut yang paling sering menimbulkan kram. Kram kaki biasanya terjadi saat kita beristirahat, bahkan mungkin sedang tidur. Orang tua lebih sering terkena kram dari pada orang muda. Kram juga dapat disebabkan karena kurangnya air dan garam dalam tubuh terutama kalium dan natrium, terlalu lama dalam satu posisi (biasanya dijumpai oleh karyawan), kurangnya makanan sehat dan oksigen yang dibutuhkan otot, adanya sisa-sisa uric acid (asam hasil sisa metabolisme sel) di dalam otot, olahraga yang tidak biasa dilakukan atau tanpa pemanasan yang memadai, dan kaum perempuan akibat periode masa menstruasi atau sewaktu hamil.3,6 Dalam kondisi kelelahan, kram lebih mudah terjadi karena otot menjadi sensitif.

Page 2

Jika kram terjadi secara tiba-tiba, ada beberapa cara penanganan pertama saat kram pada bagian tertentu tubuh kita:7 Pertama, untuk kram pada kaki. Penderita dibantu berdiri dan berat badannya ditahan dengan kaki bagian depan. Setelah kejang pertama berlalu, pijat kakinya. Kedua, untuk kram pada betis. Lutut penderita diluruskan, kaki ditekan dengan kuat dan mantap ke atas mengarah ke tulang kering. Pijat ototnya dengan cara menekan untuk memberikan efek tenang pada otot. Ketiga, untuk kram pada paha bagian belakang dan bagian depan. Untuk kram paha bagian belakang, lutut penderita diluruskan lalu angkat kakinya. Untuk kram pada paha bagian depan, lutut ditekuk. Pada kedua paha, pijat ototnya kuat-kuat. Untuk kram pada betis, di mana otot mengalami peregangan, maka telapak kaki akan ditekan dengan kuat ke arah dorsal dengan tujuan otot yang tadinya sudah meregang akan menjadi lebih regang yang sebaliknya menyebabkan relaksasi pada otot tersebut. Untuk perempuan yang sedang mengalami menstruasi, minum teh hangat dapat dipercaya dapat meredakan nyeri otot, karena tubuh peminum teh mampu memproduksi glycine yang merupakan unsur asam amino yang dapat menghilangkan kejang otot.6 Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya kram kita harus melakukan pemanasan yang cukup sebelum berolahraga, dan juga sering melakukan variasi sikap tubuh saat bekerja. Asupan air dan garam dalam tubuh kita juga harus terus terpenuhi agar tidak mudah terjadi kram.

Otot Tungkai Bawah secara Makroskopis & Mikroskopis

Patela Patela atau tempurung lutut adalah tulang baji atau tulang sesamoid yang berkembang di dalam tendon otot kuadrisep ekstensor, Apeks patela meruncing ke bawah permukaan anterior tulang ialah kasar. Permukaan posteriornya halus dan bersendi dengan permukaan pateler ujung bawah femur letaknya di depan sendi lutut tetapi tidak ikut serta di dalamnya.

Page 3

Tibia Tibia atau tulang kering merupakan kerangka utama tungkai bawah dan terletak medial dari fibula atau tulang betis, tibia adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung. Fibula Fibula atau tulang betis adalah tulang sebelah lateral tungkai bawah, tungkai itu adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung.

Gambar 4a. Pandangan anterior dari tibia dan fibula kanan

Ujung atas berbentuk kepala dan bersendi dengan bagian belakang luar tibia, tetapi tidak masuk dalam formasi sendi lutut. Batangnya ramping dan terbenam dalam otot tungkai dan memberi banyak kaitan. Ujung bawah di sebelah bawah lebih memanjang menjadi maleolus lateralis atau maleolus fibulae. TULANG TULANG KAKI Tulang tarsal (tulang pangkal kaki) ada tujuh buah tulang yang secara kolektif dinamakan tarsus. Tulang-tulang itu adalah tuylang pendek terbuat dari jaringan tulang berbentuk jala dengan pembungkus jaringan kompak. Tulang-tulang ini mendukung berat badan kalau berdiri. Kalkaneus atau tulanhg tumit adalah tulang tebesar dari tapak kaki, tulang itu ada di sebelah belakang membentuk tumit dan mengalihkan berat badan di atas tanah ke belakang .

Page 4

memberi kaitan pada otot besar dari betis dengan perantaraan tendon Achilles atau tendon kalkaneus. Disebelah atas bersendi dengan talus dan di depan dengan kuboid.

Gambar 6a. Pandangan dorsal dari tulang tulang tapak kaki kanan

Ciri sendi yang bergerak bebas Ujung tulang-tulang yang masuk dalam formasi persendian ditutupi oleh tulang rawan hialin. Ligamen diperlukan untuk mengikat tulang-tulangnya bersama, sebuah rongga persendian rongganya terbungkus oleh sebuah kapsul daripada jaringan fibrus yang biasanya diperkuat oleh ligamen.

Gambar 7a. Irisan atas sendi sinovial yang khas

Page 5

Berbagai jenis sendi sinovial terdapat enam jenis. sendi datar atau sendi geser, dua permukaan datar dari tulang saling meluncur satu atas yang lainnya misalnya sendi karpus dan tarsus. Sendi putar, dimana sebuah ujung bulat tepat masuk didalam sebuah cawan tulang lain yang mengizinkan gerakan kesegala jurusan. Seperti bola didalam lubang berbentuk cawan misalnya sendi panggul dan sendi bahu. Sendi engsel, didalam jenis ini satu permukaan bundar diterima oleh yang lain sedemikian rupa sehingga hanya mungkin gerakan dalam satu bidang seperti gerakan engsel, contoh yang baik adalah sendi siku. Sendi kondiloid mirip sendi engsel tetapi dapat bergerak dalam dua bidang lateral kebelakang dan kedepan sehingga flexi dan extensi, abduksi dan adduksi

(kesamping dan ketengah) dan sedikit sirkumduksi seperti pada pergelangan tangan tetapi bukan rotasi (perputaran). Sendi berporos atau sendi putar ialah yang hanya mungkin perputaran seperti pada gerakan kepala dimana atlas yang berbentuk cincin berputar sekitar prosesus yang bberbentuk paku dari axis (servikal kedua atau epistrofeus) contoh lain ialah gerakan radius sekitar ulan waktu pronasi (putar kedepan) dan supinasi (putar kebelakang) dari lengan bawah. Sendi pelana atau sendfi yang timbal-balik menerima, misalnya sendfi antara trapezium (multangulum mayus) dan tulang metakarpal pertama dari ibu jari, memberi banyak kebebasan bergerak, memungkinkan ibu jari berhadapan dengan jari-jari lainnya.

1.

Makroskopis

Otot lurik sering disebut dengan otot rangka, atau otot serang lintang. Kerja otot rangka adalah spesialisasi kontraksi pada bagian tubuh yang letaknya melekat pada tulang.

Kontraksi otot rangka menyebabkan tulang tempat otot tersebut melekat bergerak, yang memungkinkan tubuh melaksanakan barbagai aktivitas motorik. Otot rangka yang menunjang homeostatis mencakup antara lain otot-otot yang penting dalam akusisi, mengunyah, menelan makanan dan otot-otot yang penting untuk bernapas.1 Otot-otot tungkai bawah dibagi atas:8

Page 6

a. Mm. Flexor Mm. Flexor terdiri atas 2 lapisan yaitu lapisan dangkal dan lapisan dalam. Pada lapisan dangkal terdiri dari (Gambar 1.1): M. Gastrocnemius, yang berfungsi untuk plantar fleksi kaki pada sendi pergelangan kaki dan fleksi articulatio genus. M. Gastrocnemius terdiri dari 2 caput yaitu caput lateral dan medial. M. Plantaris, yang berfungsi untuk membantu plantar fleksi kaki pada sendi pergelangan kaki dan fleksi sendi lutut. M. Soleus. Secara bersama-sama, M. Gastrocnemius, M. Plantaris, dan M. Soleus berfungsi sebagai plantar fleksor yang kuat sendi pergelangan kaki. Otot-otot ini akan memberi tenaga untuk gerakan maju padawaktu berjalan dan berlari dengan menggunakan kaki sebagai pengungkit untuk mengangkat tumit dari tanah.

Pada lapisan dalam, Mm. Flexor terdiri dari (Gambar 1.2):


M. Popliteus. M. Flexor digitorum longus. Berfungsi untuk fleksi phalanges distal keempat jari kaki lateral (II-V) dan membantu plantar fleksi kaki pada sendi pergelangan kaki. Otot ini berperan penting dalam mempertahankan arcus longitudinalis medialis dan lateralis kaki.

M. Flexor hallucis longus. Berfungsi untuk fleksi phalanges distal ibu jari kaki dan membantu plantar fleksi kaki pada sendi pergelangan kaki. Otot ini berperan penting mempertahankan arcus longitudinalis medialis kaki.

M. Tibialis posterior. Berfungsi sebagai plantar fleksi kaki pada articulatio talocruralis dan inversio kaki pada articulatio subtalaris dan articulatio tarso transversus. Otot ini berperan penting mempertahankan arcus longitudinalis medialis kaki.

Page 7

Gambar 1.1 Mm. Flexor lapisan superficial/lapisan dangkal (sumber: Atlas anatomi manusia Sobotta jilid 2)

Page 8

Gambar 1.2 Mm. Flexor lapisan profunda/ lapisan dalam (sumber: Atlas anatomi manusia Sobotta jilid 2)

b.Mm. Extensor Mm. Extensor terdiri dari (Gambar 1.3): i. M. Tibialis anterior. Berfungsi untuk ekstensi (dorsofleksi) kaki pada sendi pergelangan kaki dan inversio kaki pada articulatio subtalaris dan articulatio tarso transversus. Otot ini mempertahankan arcus longitudinalis medialis pedis. ii. M. Extensor digitorum longus. Berfungsi untuk ekstensi jari-jari kaki dan ekstensi kaki pada sendi pergelangan kaki. iii. M. Fibularis (peroneus) tertius. Berfungsi untuk ekstensi kaki pada sendi pergelangan kaki dan eversio kaki pada articulatio subtalaris dan articulatio tarso transversus. iv. M. Extensor hallucis longus. Berfungsi untuk ekstensi ibu jari kaki dan ekstensi kaki pada sendi pergelangan kaki. Otot ini juga membantu inversio kaki pada articulatio subtalatis dan articulatio tarso transversus.

Page 9

Gambar 1.3 Mm. Extensor (sumber: Atlas anatomi manusia Sobotta jilid 2)

c. Mm. Peronaei Mm. Peronaei terdiri dari (Gambar 1.4): i. M. Fibularis (peroneus) longus. Berfungsi untuk plantar fleksi kaki pada articulatio talocruralis dan eversi kaki pada articulatio subtalaris dan articulatio tarso transversus. Otot ini penting dalam mempertahankan arcus longitudinalis lateralis kaki dan berfungsi sebagai pengikat arcus transversalis pedis. ii. M. Fibularis (peroneus) brevis. Memiliki fungsi yang sama dengan M. Fibularis (peroneus) longus, yaitu untuk plantar fleksi kaki pada articulatio talocruralis dan eversi kaki pada articulatio subtalaris dan articulatio tarso transversus. Otot ini penting dalam mempertahankan arcus longitudinalis lateralis kaki.

Page 10

Gambar 1.4 Mm. Peronaei (sumber: Atlas anatomi manusia Sobotta jilid 2

2. Mikroskopis Otot lurik sering disebut dengan otot rangka, atau otot seran lintang. Bentuk serat otot skelet adalah silindris panjang dan memiliki ujung yang tumpul. Otot skelet memiliki diameter 10-100 m serta panjang rata-rata 3cm dan ada juga yang lebih panjang hingga mencapai 15-30cm. Jika dilihat dibawah mikroskop, inti dari otot skelet berbentuk gepeng dan banyak serta terletak di pinggir. Membran sel dari serat otot ini disebut sarkoplasma. Pada ujung serat otot, lapisan permukaan sarkolema ini bersatu dengan serat tendon Serat-serat tendon ini kemudian berkumpul menjadi berkas untuk membentuk tendon otot dan kemudian menyisip kedalam tulang. Tendon yang melekat pada tulang yang tidak bergerak disebut dengan origo, sedangkan tendon yang melekat pada tulang yang bergerak disebut dengan insersio.2

Setiap serat otot mengandung beberapa ratus-ribu miofibril terdiri dari filamen aktin dan filamen miosin yang merupakan molekul protein polimer besar yang bertanggung jawab untuk kontraksi otot. Filamen miosin dan aktin sebagian saling bertautan sehingga menyebabkan miofibril memiliki pita terang dan gelap yang berselang seling. Pita-pita terang hanya mengandung filamen aktin dan disebut pita I, karena mereka bersifat isotropik terhadap cahaya yang dipolarisasikan. Pita-pita gelap mengandung filamen miosin, disebut pita A karena mereka bersifat anisotrop terhadap cahaya yang dipolarisasikan. Ujung filamen aktin melekat pada lempeng z, dari lempeng ini filamen filamen tersebut memanjang dalam dua arah untuk saling bertautan dengan filamen myosin. Bagian miofibril yang terletak antara dua lempeng z yang berurutan disebut sarkomer. Jadi, sarkomer terdiri dari pita I + pita A + pita I (Gambar 2).

Page 11

(sumber: http://wordbiology.files.wordpress.com/2009/01/image286.gif?w=600

Klasifikasi Otot Secara umum otot dibagi menjadi 3 jenis yaitu: 1. otot polos yang bekerja secara involunter dan dipengaruhi system saraf otonom 2. otot jantung yang bekerja secara involunter dan dipengaruhi system saraf otonom 3. otot rangka/skelet yang bekerja secara volunteer dan dipengaruhi system saraf pusat Fungsi Otot Rangka 1. Menghasilkan gerakan rangka tubuh. 2. Mempertahankan sikap & posisi tubuh. 3. Menyokong jaringan lunak. 4. Menunjukkan pintu masuk & keluar saluran dalam sistem tubuh. 5. Mempertahankan suhu tubuh dengan pembentukan kalor saat kontraksi.

Mekanisme Kerja Otot A. Kontraksi Mekanisme kerja otot pada dasarnya melibatkan suatu perubahan dalam keadaan yang relatif dari filamen-filamen aktin dan myosin. Selama kontraksi otot, filamen-filamen tipis aktin terikat pada dua garis yang bergerak ke Pita A, meskipun filamen tersebut tidak bertambah banyak. Namun, gerakan pergeseran itu mengakibatkan perubahan dalam penampilan sarkomer, yaitu penghapusan sebagian atau seluruhnya garis H dan filamen myosin letaknya menjadi sangat dekat dengan garis-garis Z dan pita-pita A serta lebar sarkomer menjadi berkurang sehingga kontraksi terjadi (Gambar 3).

Page 12

Gambar 3 Kontraksi otot pada filamen aktin-miosin (sumber: www.biologimediacentre.com)

Awal terjadinya kontraksi bermula dari dilepasnya ion kalsium (Ca2+) yang berada di antara sel otot oleh asetikolin. Asetilkolin merupakan golongan ester asetil dari kolin yang diproduksi oleh bagian ujung serabut saraf. Asetilkolin bekerja pada suatu daerah di membran otot untuk membuka saluran bergerbang-asetilkolin yang jika terbuka akan membebaskan ion positif penting seperti natrium (Na+), kalium (K+), serta menyebabkan retikulum sarkoplasma membebaskan ion kalsium (Ca2+) yang telah tersimpan di retikulum.9 Setelah ion kalsium dilepaskan, ion kalsium akan masuk ke dalam otot dan mengangkut troponin serta tropomiosin menuju ke aktin. Dari tiga macam troponin yang ada, yaitu troponin I, C, dan T, yang berfungsi untuk mengikat kalsium adalah troponin C dengan menggunakan sisi aktifnya. Terikatnya ion kalsium dengan troponin C akan mengubah konformasi troponin sehingga troponin menekan tropomiosin yang menyebabkan sisi aktif aktin untuk kepala miosin menjadi terbuka.4 Aktin akan tertarik mendekati kepala miosin yang mengandung ATP dan akan saling bertempel membentuk aktomiosin. Hal tersebut mengakibatkan pemendekan otot yang menyebabkan terjadinya kontraksi otot. Ikatan aktin-miosin hanya berlangsung dalam waktu yang singkat karena jika kepala miosin sudah mengikat ATP kembali, ikatan tersebut akan segera terlepas. Jika tidak tersedia cukup ATP, ikatan aktin-miosin dapat menjadi stabil yang dapat menyebabkan kram otot jika ikatan aktin-miosin yang stabil ini terjadi secara

Page 13

berkepanjangan yang membuat otot terus berkontraksi.4 oleh karena itu kram otot dapat terjadi karena otot kekurangan ATP. Untuk berkontraksi, otot memerlukan energi yang diperoleh dari penguraian ATP menjadi ADP + P + energi. ATP sendiri dapat diperoleh dari proses glikolisis, fosforilasi oksidatif, kreatin-P, 2 mol ADP yang membentuk AMP + ATP, serta oksidasi benda keton. Untuk proses glikolisis akan dihasilkan 38 ATP, fosforilasi oksidatif akan membentuk ATP di membran bagian dalam mitokondria, dan kreatin akan melalui beberapa tahapan untuk menghasilkan ATP. Pembentukan kreatin berawal di ginjal dan diselesaikan di hati. Glisin akan bergabung dengan arginin untuk membentuk guanidinoasetat yang kemudian mengalami metilasi di hati oleh Sadenosilmetionin (SAM) untuk membentuk Kreatin.10 Kreatin mengalir melalui darah ke jaringan lain terutama otot dan otak untuk bereaksi dengan ATP dan membentuk kreatin fosfat yang dikatalisis oleh kreatin fosfokinase. Kreatin fosfat berfungsi sebagai simpanan fosfat berenergi tinggi yang cepat menghasilkan ATP dari ADP yang berperan penting dalam otot yang berkontraksi.10 Selain energi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kontraksi kerja otot, yaitu:11 Pertama treppe atau staircase effect, yaitu meningkatnya kekuatan kontraksi berulang kali pada suatu serabut otot karena stimulasi berurutan berseling beberapa detik. Pengaruh ini disebabkan karena konsentrasi ion Ca2+ di dalam serabut otot yang meningkatkan aktivitas miofibril. Kedua summasi. Berbeda dengan treppe, pada summasi tiap otot berkontraksi dengan kekuatan berbeda yang merupakan hasil penjumlahan kontraksi dua jalan (summasi unit motor berganda dan summasi bergelombang). Ketiga fatique. Fatique adalah menurunnya kapasitas bekerja karena pekerjaan itu sendiri. Keempat tetani. Tetani adalah peningkatan frekuensi stimulasi dengan cepat sehingga tidak ada peningkatan tegangan kontraksi. Kelima rigor. Rigor terjadi bila sebagian terbesar ATP dalam otot telah dihabiskan, sehingga kalsium tidak lagi dapat dikembalikan ke retikulum sarkoplasma melalui mekanisme pemompaan.

B. Relaksasi Dalam keadaan normal, setelah otot berkontraksi pasti akan diikuti dengan proses relaksasi, yaitu otot dalam keadaan istirahat. Relaksasi otot terjadi apabila pemberian
Page 14

rangsang ke sel otot dihentikan. Ion kalsium akan kembali ke plasma sel yang menyebabkan troponin C tidak lagi berikatan lagi dengan ion kalsium. Dengan demikian, konformasi dan posisi troponin serta posisi aktin dan miosin akan kembali seperti semula di mana aktin dan miosin akan berpisah.7 Keadaan aktin berpisah dari miosin inilah yang disebut dengan otot relaksasi.

Cara Penanganan Cara penanganan kram atau spasm pada betis antara lain: Dengan cara mendorong kaki ke arah dorsal. Tindakan ini bertujuan untuk memberikan tegangan yang berlebih pada otot betis yang mengalami kontraksi berlebihan dan nyeri yang tak tertahankan, sehingga setelah dilakukan dorongan, otot menjadi relaksasi dan tidak tegang kembali

Kesimpulan Seorang anak laki-laki berusia 15 tahun sewaktu berenang mengalami kram pada betis kanan yang disebabkan kepala miosin tidak mengikat kembali ATP untuk lepas dengan aktin yang disebabkan tidak tercukupinya ATP, sehingga ikatan aktin-miosin yang stabil terjadi secara berkepanjangan yang membuat otot terus menerus berkontraksi.

Page 15

Daftar Pustaka

1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: ECG; 2004: 120. 2. Watson R. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Edisi ke-10. Jakarta: ECG; 2002: 194. 3. Penyebab dan penanganan kram kaki. Edisi 20 Januari 2010. Diunduh dari: www.majalahkesehatan.com, 20 Maret 2013. 4. Isnaeni W. Fisiologi hewan. Yogyakarta: Kanisius; 2006: 102-4. 5. Kamus Bahasa Indonesia Online. Diunduh dari: www.KamusBahasaIndonesia.org, 20 Maret 2013. 6. Kurnia H. Kiat jitu tangkal penyakit orang kantoran. Yogyakarta: Best Publisher; 2009: 35-6. 7. Cara terbaik mengatasi dan mencegah kram. Edisi 13 Juni 2011. Diunduh dari: www.kiperfutsalpost.net, 20 Maret 2013. 8. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2006: 605-612. 9. Guyton AC, Hall JE. Buku saku fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC; 2010: 46. 10. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar: sebuah pendekatan klinis. Jakarta:EGC; 2000: 610. 11. Mekanisme kontraksi otot. Edisi 27 Mei 2011. Diunduh dari: www.docstoc.com, 20 Maret 2013.

Page 16

Anda mungkin juga menyukai

  • Fraktur Femur Dextra
    Fraktur Femur Dextra
    Dokumen11 halaman
    Fraktur Femur Dextra
    Febby Farihindarto
    Belum ada peringkat
  • Blok 14 Chandfa
    Blok 14 Chandfa
    Dokumen13 halaman
    Blok 14 Chandfa
    Febby Farihindarto
    Belum ada peringkat
  • PBL Blok 10
    PBL Blok 10
    Dokumen26 halaman
    PBL Blok 10
    Melda Erivhani
    Belum ada peringkat
  • Frak Tur
    Frak Tur
    Dokumen8 halaman
    Frak Tur
    Andre A. Pause
    Belum ada peringkat
  • Blok 14 Chandfa
    Blok 14 Chandfa
    Dokumen7 halaman
    Blok 14 Chandfa
    Girt Lamberth Robert Uniplaita
    Belum ada peringkat
  • PBL 13 Febby
    PBL 13 Febby
    Dokumen9 halaman
    PBL 13 Febby
    Febby Farihindarto
    Belum ada peringkat
  • PBL 12 Febby
    PBL 12 Febby
    Dokumen13 halaman
    PBL 12 Febby
    Febby Farihindarto
    Belum ada peringkat
  • Makalah Blok 6 SP
    Makalah Blok 6 SP
    Dokumen12 halaman
    Makalah Blok 6 SP
    Febby Farihindarto
    Belum ada peringkat
  • PBL 11
    PBL 11
    Dokumen27 halaman
    PBL 11
    Febby Farihindarto
    Belum ada peringkat
  • PBL 11
    PBL 11
    Dokumen26 halaman
    PBL 11
    Febby Farihindarto
    Belum ada peringkat
  • Febby PBL 8 Darah
    Febby PBL 8 Darah
    Dokumen17 halaman
    Febby PBL 8 Darah
    Febby Farihindarto
    Belum ada peringkat
  • Makalah Pleno f-9 Skenario 8
    Makalah Pleno f-9 Skenario 8
    Dokumen17 halaman
    Makalah Pleno f-9 Skenario 8
    Febby Farihindarto
    Belum ada peringkat
  • Faal
    Faal
    Dokumen6 halaman
    Faal
    Febby Farihindarto
    Belum ada peringkat
  • PBL 4
    PBL 4
    Dokumen10 halaman
    PBL 4
    Febby Farihindarto
    Belum ada peringkat
  • Otot Makalah
    Otot Makalah
    Dokumen6 halaman
    Otot Makalah
    Febby Farihindarto
    Belum ada peringkat
  • Sonny Blok 4 Albino 2014
    Sonny Blok 4 Albino 2014
    Dokumen21 halaman
    Sonny Blok 4 Albino 2014
    Febby Farihindarto
    Belum ada peringkat
  • Yogi Eeee
    Yogi Eeee
    Dokumen15 halaman
    Yogi Eeee
    Febby Farihindarto
    Belum ada peringkat
  • Yogi Eeee
    Yogi Eeee
    Dokumen15 halaman
    Yogi Eeee
    Febby Farihindarto
    Belum ada peringkat
  • PBL Blok 3 Mikroskopik
    PBL Blok 3 Mikroskopik
    Dokumen15 halaman
    PBL Blok 3 Mikroskopik
    Febby Farihindarto
    Belum ada peringkat
  • PBL 12
    PBL 12
    Dokumen2 halaman
    PBL 12
    Febby Farihindarto
    Belum ada peringkat
  • Otot Makalah
    Otot Makalah
    Dokumen6 halaman
    Otot Makalah
    Febby Farihindarto
    Belum ada peringkat
  • PBL SP Blok Xiii
    PBL SP Blok Xiii
    Dokumen18 halaman
    PBL SP Blok Xiii
    Kiky Hetharie
    Belum ada peringkat