Anda di halaman 1dari 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STROKE HEMORAGIK A. Definisi Menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip dalam Junaidi (2011) , stroke is a rapidly developing clinical sign of focal or global disturbance of cerebral function with symptoms lasting 24 hours or longer, or leadding to death with no apparent cause other than vascular signs. Stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam, akibat gangguan aliran darah otak. Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian.1,2 Stroke hemoragik merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak yang disebabkan oleh perdarahan suatu arteri serebralis. Darah yang keluar dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam jaringan otak, sehingga terjadi hematom.1 B. Anatomi Pembuluh Darah Otak Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara berbagi neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar 2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam darah arterial (Gambar 1).3

Gambar 1. Sel Glia Pada Otak Menurut American Heart Association (AHA) dalam Family Guide to Stroke, otak adalah organ manusia yang kompleks. Setiap area dari otak mempunyai fungsi khusus. Otak merupakan organ tubuh yang ikut berpartisipasi pada semua kegiatan tubuh, yang dapat berupa bergerak, merasa, berfikir, berbicara, emosi, mengenang, berkhayal, membaca, menulis, berhitung, melihat, mendengar, dan lain-lain. Bila bagian-bagian dari otak ini terganggu, misalnya suplai darah berkurang, maka tugasnya pun dapat terganggu.Otak membutuhkan banyak oksigen. Berat otak hanya 2,5% dari berat badan seluruhnya, namun oksigen yang dibutuhkan hampir mencapai 20% dari kebutuhan badan seluruhnya. Oksigen ini diperoleh dari darah. Pada keadaan normal, darah yang mengalir ke otak (CBF = cerebro blood flow) adalah 5060 ml/100 g otak/menit. Ada 3 selaput yang melapisi otak, yaitu duramater, araknoid dan pia mater.4 (Gambar 2)

Gambar 2. Selaput otak

Suplai darah ke otak melalui dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis (kanan dan kiri) dan arteri karotis interna (kanan dan kiri). Arteri vertebralis menyuplai darah ke area belakang dan area bawah dari otak, sampai di tempurung kepala dan arteri karotis interna menyuplai darah ke area depan dan area atas otak.5 (Gambar 3)

Gambar 3. Aliran darah arteri yang menuju otak.

Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar 15% dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi normal. Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis interna yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua adalah vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu sirkulus willisi.3,7

Gambar 4. Sirkulus Willisi

Ada dua hemisfer serebri (belahan otak), yaitu hemisfer serebri sinistra (kiri) dan hemisfer serebri dextra (kanan). Hemisfer serebri sinistra (kiri) berfungsi dalam mengendalikan gerakan sisi kanan tubuh, seperti berbicara, berhitung dan menulis, sedangkan hemisfer serebri dextra (kanan) berfungsi dalam mengendalikan gerakan sisi kiri tubuh, seperti perasaan, kemampuan seni, keterampilan dan orientasi.4

Gambar 5. Bagian Otak dan Fungsi Otak C. Klasifikasi Stroke Hemoragik Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas:
1. Perdarahan Intraserebral (PIS)

Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer berasal dari pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma. Perdarahan ini banyak disebabkan oleh hipertensi, selain itu faktor penyebab lainnya adalah aneurisma kriptogenik, diskrasia darah, penyakit darah seperti hemofilia, leukemia, trombositopenia, pemakaian antikoagulan angiomatosa dalam otak, tumor otak yang tumbuh cepat, amiloidosis serebrovaskular.
2. Perdarahan Subarakhnoidal (PSA)

Perdarahan Subarakhnoidal (PSA) adalah keadaan terdapatnya/masuknya darah ke dalam ruangan subarakhnoidal, atau perdarahan yang terjadi di pembuluh darah di luar otak, tetapi masih di daerah kepala

seperti di selaput otak atau bagian bawah otak.6. Perdarahan ini terjadi karena pecahnya aneurisma (50%), pecahnya malformasi arteriovena atau MAV (5%), berasal dari PIS (20%) dan 25% kausanya tidak diketahui.
3. Perdarahan Subdural (PSD)

Perdarahan subdural adalah perdarahan yang terjadi akibat robeknya vena jembatan ( bridging veins) yang menghubungkan vena di permukaan otak dan sinus venosus di dalam durameter atau karena robeknya araknoidea.4,7,9 D. Gejala Stroke Hemoragik 1. Gejala klinis PIS:
a. Sakit kepala, muntah, pusing vertigo, gangguan kesadaran b. Gangguan fungsi tubuh (defisit neurologis), tergantung pada lokasi

perdarahan: Bila perdarahan ke kapsula interna (perdarahan kapsuler), maka ditemukan: o Hemiparese kontralateral o Hemiplegia o Koma (bila perdarahan luas) Perdarahan luas/masif otak kecil/ serebelum (perdarahan serebeler) maka akan ditemukan ataksia serebelum (gangguan koordinasi), nyeri kepala di oksipital, vertigo, nistagmus dan disartri. Perdarahan terjadi di pons (batang otak), maka akan ditemukan: o Biasanya kuadriplegik dan flaksid, kadang dijumpai rigiditas deserebrasi. o Pupil kecil dan reaksi cahaya minimal o Depresi pernapasan o Hipertensi (reaktif) o Panas (febris) o Penurunan kesadaran dengan cepat tanpa didahului sakit kepala, vertigo, mual atau muntah. Perdarahan di talamus: o Defisit hemisensorik o Hemiparesis atau hemiplegi kontralateral o Afasia, anomia dan mutisme, bila mengenai hemisfer dominan

Perdarahan putamen (area striata), daerah yang paling sering terkena PIS o Hemiparesis atau hemiplegi kontralateral o Defisit hemisensorik dan mungkin disertai hemianopsia homonim o Afasia, bila mengenai hemisfer dominan

Perdarahan di lobus, terdapat perdarahan di substansia alba supratentorial o Frontalis: hemiparesis kontralateral dengan lengan lebih nyata disertai sakit kepala bifrontal, deviasi konjuge ke arah lesi o Parietalis: defisit persepsi sensorik kontralateral dengan hemiparesis ringan. o Oksipitalis: hemianopsia dengan atau tanpa hemiparesis minimal pada sisi ipsilateral dengan hemianopsia. o Temporalis: afasia sensorik, bila area Wernicke hemisfer dominan terkena, hemianopsia atau kuadranopsia karena massa darah mengganggu radiasio optika.1,2

2. Gejala klinis PSA: a. Sakit kepala mendadak dan hebat dimulai dari leher b. Nausea dan vomiting (mual dan muntah) c. Fotofobia (mudah silau) d. Paresis saraf okulomotorius, pupil anisokor, perdarahan retina pada funduskopi e. Gangguan otonom (suhu tubuh dan tekanan darah naik) f. Kaku leher (meningismus), bila pasien masih sadar g. Gangguan kesadaran berupa rasa kantuk (somnolen) sampai kesadaran hilang (koma). 1,4 3. Gejala klinis PSD: Pada penderita perdarahan subdural akan dijumpai gejala: nyeri kepala, tajam penglihatan mundur akibat edema papil yang terjadi, tanda-tanda defisit neurologik daerah otak yang tertekan. Gejala ini timbul berminggu-minggu hingga berbulan-bulan setelah terjadinya trauma kepala.5 E. Faktor Risiko Stroke
1. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah

a. Faktor Keturunan

Hingga sekarang faktor keturunan masih belum dapat dipastikan gen mana yang menjadi penentu terjadinya stroke. Gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke, misalnya hipertensi, jantung, diabetes dan kelainan pembuluh darah. Riwayat stroke dalam keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah mengalami stroke pada usia kurang dari 65 tahun, meningkatkan risiko terkena stroke.2,4
b. Umur

Penyakit stroke baik stroke hemoragik maupun stroke iskemik sering dianggap sebagai penyakit monopoli orang tua, namun sekarang ada kecenderungan juga diderita oleh kelompok usia muda (<40 tahun). Hal ini terjadi karena adanya perubahan gaya hidup terutama orang muda perkotaan modern, seperti mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang mengandung kadar lemak tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga dan stres. Risiko terkena stroke meningkat sejak usia 45 tahun. Setiap penambahan usia tiga tahun akan meningkatkan risiko stroke sebesar 11-20%. Dari semua stroke, orang yang berusia lebih dari 65 tahun memiliki risiko paling tinggi yaitu 71%, sedangkan 25% terjadi pada orang yang berusia 65-45 tahun, dan 4% terjadi pada orang berusia <45 tahun. 2,3
c. Jenis Kelamin

Laki-laki cenderung untuk menderita stroke lebih tinggi dibandingkan wanita, dengan perbandingan 1,3 : 1, kecuali pada usia lanjut laki-laki dan wanita hampir tidak berbeda. Laki-laki yang berumur 45 tahun bila bertahan hidup sampai 85 tahun kemungkinan terkena stroke 25%, sedangkan risiko bagi wanita hanya 20%. Pada laki-laki cenderung terkena stroke iskemik sedangkan wanita lebih sering menderita perdarahan subarakhnoid dan kematiannya 2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan laki-laki.4
d. Ras

Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke dari pada orang kulit putih. Hal ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan gaya hidup. 2,4
2. Faktor Risiko yang Dapat Diubah

a. Stres Pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh faktor stres pada proses aterosklerosis adalah melalui peningkatan pengeluaran hormon kewaspadaan oleh tubuh.

Stres jika tidak dikontrol dengan baik akan menimbulkan kesan pada tubuh adanya keadaan bahaya sehingga direspon oleh tubuh secara berlebihan dengan mengeluarkan hormon-hormon yang membuat tubuh waspada seperti kortisol, katekolamin, epinefrin dan adrenalin. Dengan dikeluarkannya adrenalin atau hormon kewaspadaan lainnya secara berlebihan akan berefek pada peningkatan tekanan darah dan denyut jantung. Hal ini bila terlalu keras dan sering dapat merusak dinding pembuluh darah dan menyebabkan terjadi plak. Selain itu, kecenderungan dari orang yang sedang stres umumnya mendorong seseorang melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri seperti minum minuman keras, merokok, makan dan ngemil secara berlebihan. 1,3 b. Hipertensi Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke. Hipertensi meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak 4 sampai 6 kali. Sebanyak 70% dari orang yang terserang stroke mempunyai tekanan darah tinggi. 1,2 c. Minum Alkohol Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu metabolisme tubuh sehingga terjadi dislipidemia, diabetes melitus, mempengaruhi berat badan dan tekanan darah, dapat merusak sel-sel saraf tepi, saraf otak dan lainlain. Semua ini mempermudah terjadinya stroke.3 Konsumsi alkohol berlebihan meningkatkan risiko terkena stroke 2-3 kali. 2,4 d. Diabetes Melitus Diabetes melitus menyebabkan kadar lemak darah meningkat karena konversi lemak tubuh yang terganggu. Dikatakan menderita diabetes melitus jika kadar gula darah >200 mg/dl (Sudoyo, 2009). Bagi penderita diabetes melitus peningkatan kadar lemak darah akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. 1 e. Kegemukan (Obesitas) Obesitas berhubungan erat dengan hipertensi, dislipidemia, dan diabetes melitus. Obesitas meningkatkan risiko stroke sebesar 15%.4 f. Hiperkolesterolemia Kolesterol merupakan zat di dalam aliran darah di mana semakin tinggi kolesterol maka semakin besar pula kemungkinan dari kolesterol tersebut tertimbun pada dinding pembuluh darah. Hal ini menyebabkan saluran

pembuluh darah menjadi lebih sempit sehingga mengganggu suplai darah ke otak.2,4 g. Minum Kopi Kebiasaan minum kopi secara berlebihan dapat merugikan kesehatan karena kafein yang terdapat dalam kopi. Kafein yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, kadar kolesterol total dan kolesterol LDL dalam darah. 2 F. Letak Perdarahan Stroke Hemoragik
1.

Hemisfer Serebri Hemisfer serebri dibagi menjadi dua belahan, yaitu hemisfer serebri sinistra (kiri) dan hemisfer serebri dextra (kanan). Hemisfer serebri kiri mengendalikan kemampuan memahami dan mengendalikan bahasa serta berkaitan dengan berpikir matematis atau logis, sedangkan hemisfer serebri dextra berkaitan dengan ketrampilan, perasaan dan kemampuan seni.4

2.

Ganglion Basalis Fungsional peranan umum ganglion basal adalah untuk bekerja sebagai stasiunstasiun pemrosesan yang menghubungkan korteks serebrum dengan

nukleusnukleus thalamus tertentu dan akhirnya berproyeksi ke korteks serebrum. Kerusakan pada ganglion basalis akan mengakibatkan penderita mengalami kesukaran untuk memulai gerak yang diingini. 4
3.

Batang Otak Batang otak adalah bagian otak yang masih tersisa setelah hemisfer serebri dan serebelum diangkat. Medula oblongota, pons dan otak tengah merupakan bagian bawah atau bagian infratentorium batang otak. Kerusakan pada batang otak akan mengakibatkan gangguan berupa nyeri, suhu, rasa kecap, pendengaran, rasa raba, raba diskriminatif, dan apresiasi bentuk, berat dan tekstur. 4

4.

Serebelum Serebelum terbagi menjadi tiga bagian, yaitu archiserebelum berfungsi untuk mempertahankan agar seseorang berorientasi terhadap ruangan. Kerusakan pada daerah ini akan mengakibatkan ataxia tubuh, limbung dan terhuyung-huyung. Paleoserebelum, mengendalikan otot-otot antigravitas dari tubuh, apabila mengalami kerusakan akan menyebabkan peningkatan refleks regangan pada otototot penyokong. Neoserebelum, berfungsi sebagai pengerem pada gerakan dibawah kemauan, terutama yang memerlukan pengawasan dan penghentian, serta

gerakan halus dari tangan. Kerusakan pada neoserebelum akan mengakibatkan dysmetria, intenton tremor dan ketidakmampuan untuk melakukan gerakan mengubah-ubah yang cepat. 4 G. Letak Kelumpuhan 1. Kelumpuhan Sebelah Kiri (Hemiparese Sinistra) Kerusakan pada sisi sebelah kanan otak (Hemispere kanan otak) yang menyebabkan kelumpuhan tubuh bagian kiri. Pasien dengan kelumpuhan sebelah kiri sering memperlihatkan ketidakmampuan persepsi visuomotor, kehilangan memori visual dan mengabaikan sisi kiri. Penderita memberikan perhatian hanya kepada sesuatu yang berada dalam lapang pandang yang dapat dilihatnya. 4 2. Kelumpuhan Sebelah Kanan (Hemiparese Dextra) Kerusakan pada sisi sebelah kiri otak (Hemispere Kiri Otak) yang menyebabkan kelumpuhan tubuh bagian kanan. Penderita ini biasanya mempunyai kekurangan dalam komunikasi verbal. Namun persepsi dan memori visuomotornya sangat baik, sehingga dalam melatih perilaku tertentu harus dengan cermat diperlihatkan tahap demi tahap secara visual. Dalam komunikasi kita harus lebih banyak menggunakan body language (bahasa tubuh). 4 3. Kelumpuhan Kedua Sisi (Paraparese) Karena adanya sclerosis pada banyak tempat, penyumbatan dapat terjadi pada dua sisi yang mengakibatkan kelumpuhan satu sisi dan diikuti sisi lain. Timbul gangguan psedobulber (biasanya hanya pada vaskuler) dengan tanda-tanda hemiplegi dupleks, sukar menelan, sukar berbicara dan juga mengakibatkan kedua kaki sulit untuk digerakkan dan mengalami hiperaduksi. 4 H. Diagnosis Stroke 1. Anamnesis Anamnesis dapat dilakukan pada penderita sendiri, keluarga yang mengerti tentang penyakit yang diderita. Anamnesis dilakukan dengan mengetahui riwayat perjalanan penyakit, misalnya waktu kejadian, penyakit lain yang diderita, faktorfaktor risiko yang menyertai stroke. Stroke hemoragik biasanya disertai penurunan kesadaran, nyeri kepala, muntah dan terjadi saat aktivitas.4,9 2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain : pemeriksaan fisik umum (yaitu pemeriksaan tingkat kesadaran, suhu, denyut nadi, anemia, paru dan jantung), pemeriksaan neurologis dan neurovaskuler. 4,10

3. Pemeriksaan Penunjang Kemajuan teknologi kedokteran memberi kemudahan untuk membedakan antara stroke hemoragik dan stroke iskemik diantaranya : a. Computerized Tomograph scanning (CT Scan) : pasien dimasukkan ke dalam
suatu tabung besar untuk dipotret pada bagian otak yang terserang/rusak.

b. Cerebral angiografi, Elektroensefalografi (EEG) : aktivitas listrik otak pasien


akan dimonitor dengan menggunakan Electroencephalogram (EEG), yang dapat menemukan epilepsi atau kelainan listrik lainnya.

c. Magnetic Resonance Imaging (MRI) : jika pada pemindaian CT-scan tidak


menunjukkan adanya sumbatan atau kerusakan, akan dilakukan pemotretan dengan MRI atau pencitraan getaran magnetis, atau dengan PET (positron Emission Tomography), yang mampu mendeteksi kelainan yang lebih detail. Testes tersebut biasanya segera dilakukan karena dalam sebulan tanda otak yang terserang akan hilang.

d. Elektrokardiografi (EKG) : menunjukkan grafik detak jantung untuk


mendeteksi penyakit jantung yang mungkin mendasari serangan stroke serta tekanan darah tinggi.

e. Pemeriksaan laboratorium dan Lainnya.1,4

Oleh karena tidak seluruh Rumah Sakit memiliki alat-alat di atas, maka untuk memudahkan pemeriksaan dapat dilakukan dengan sistem lain, misalnya sistem skoring yaitu sistem yang berdasarkan gejala klinis yang ada pada saat pasien masuk Rumah Sakit. Sistem skoring yang sering digunakan antara lain:

Gambar 6. Siriraj score Pembacaan: - Skor > 1 : Perdarahan otak - < -1: Infark otak Sensivitas: - Untuk perdarahan: 89.3%. - Untuk infark: 93.2%. Ketepatan diagnostik: 90.3%.7

Gambar 7. Algoritma gajah mada score I. Tindakan Medis Stroke Hemoragik Tindakan medis pada stroke hemoragik ditujukan agar penderita tetap hidup dengan harapan pendarahan dapat berhenti secara spontan. Sekali terjadi pendarahan maka terapi medikanmentosa tidak dapat menghentikannya. Tindakan medis yang dilakukan pada penderita stroke hemoragik meliputi : 1. Tindakan Operatif Pertimbangan untuk melakukan operasi biasanya bila perdarahan berada di daerah superficial (lobar) hemisfer serebri atau perdarahan sereberal. Penentuan waktu untuk operasi masih bersifat kontroversial. Berdasarkan data mortalitas pasca operasi, disimpulkan bahwa waktu untuk operasi adalah antara 7-9 pasca perdarahan. Tindakan operasi segera setelah terjadi perdarahan merupakan tindakan berbahaya karena terjadinya retraksi otak yang dalam keadaan

membengkak. Sementara itu tindakan operasi yang dini dapat menimbulkan komplikasi iskemi otak.4 2. Tindakan Konservatif a. Pencegahan peningkatan tekanan intrakranial lebih lanjut. Upaya pencegahan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) lebih lanjut adalah pengendalian hipertensi dan pengobatan kejang. Hipertensi yang menetap akan meningkatkan edema otak dan TIK. Pengendalian hipertensi harus hatihati karena apabila terjadi hipotensi maka otak akan terancam iskemia dan kerusakan neuron. Obat yang di anjurkan dalam mencegah peningkatan TIK adalah beta bloker atau yang mempunyai aksi beta dan alfa bloking (misalnya labetolol), diberikan secara intravena di kombinasikan dengan deuretika. Kejang biasanya terjadi pada perdarahan obar sehingga pemberian anti konpulsan secara rutin tidak dianjurkan. Pada hiperglikemia tidak diajurkan untuk diberi difenilhidantoin karena glukosa darah akan meninggi dan kejang tidak terkontrol. Secara umum antikonfulson yang dianjurkan adalah difenilhidantoin (bolus intravena) dan diazepam. b. Pengendalian peningkatan tekanan intrakranial. Secara umum terapi untuk hipertensi intrakranial meliputi hiperventilasi, diuretika, dan kortikosteroid. Hipertventilasi paling efektif untuk menurunkan hipertensi intrakranial secara cepat, biasanya dalam beberapa menit untuk mencapai tingkat hipokapnia antara 25-30 mmHg. Urea intravena (0,30 gr/Kg BB), atau lebih umum dipakai manitol (0,25-1,0 gr/Kg BB) dapat menurunkan TIK secara cepat, sering diberikan bersama-sama dengan hiperventilasi pada kasus herniasi otak yang mengancam. 4 J. Pencegahan Stroke 1. Pencegahan Premordial Tujuan pencegahan premordial adalah mencegah timbulnya faktor risiko bagi individu yang belum mempunyai faktor risiko. Pencegahan premordial dapat dilakukan dengan cara melakukan promosi kesehatan, seperti berkampanye tentang bahaya rokok terhadap stroke dengan membuat selebaran atau poster yang dapat menarik perhatian masyarakat. Selain itu, promosi kesehatan lain yang dapat dilakukan adalah program pendidikan kesehatan masyarakat, dengan memberikan informasi tentang penyakit stroke hemoragik melalui ceramah, media cetak, media elektronik.4,9,11

2. Pencegahan Primer Tujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko stroke bagi individu yang mempunyai faktor risiko tetapi belum menderita stroke dengan cara melaksanakan gaya hidup sehat bebas stroke, antara lain: a. Menghindari merokok, stres mental, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan, obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya. b. Mengurangi kolesterol, lemak dalam makanan seperti jerohan, daging berlemak, goreng-gorengan. c. Mengatur pola makan yang sehat seperti kacang-kacangan, susu dan kalsium, ikan, serat, vitamin yang diperoleh dari makanan dan bukan suplemen (vit C, E, B6, B12 dan beta karoten), teh hijau dan teh hitam serta buah-buahan dan sayur-sayuran. d. Mengendalikan faktor risiko stroke, seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan lain-lain. e. Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang dan berolahraga secara teratur, minimal jalan kaki selama 30 menit, cukup istirahat dan check up kesehatan secara teratur minimal 1 kali setahun bagi yang berumur 35 tahun dan 2 kali setahun bagi yang berumur di atas 60 tahun. 3,9 3. Pencegahan Sekunder Untuk pencegahan sekunder, bagi mereka yang pernah mendapat stroke, dianjurkan : a. Hipertensi : diet, obat antihipertensi yang sesuai b. Diabetes melitus : diet, obat hipoglikemik oral/ insulin c. Penyakit jantung aritmik nonvalvular (antikoagulan oral) d. Dislipidemia : diet rendah lemak dan obat antidislipidemia e. Hindari alkohol, kegemukan dan kurang gerak.4 4. Pencegahan Tertier Meliputi program rehabilitasi penderita stroke yang diberikan setelah terjadi stroke. Rehabilitasi meningkatkan kembali kemampuan fisik dan mental dengan berbagai cara. Tujuan program rehabilitasi adalah memulihkan independensi atau mengurangi ketergantungan sebanyak mungkin. Cakupan program rehabilitasi stroke dan jumlah spesialis yang terlibat tergantung pada dampak stroke atas pasien dan orang yang merawat. 11

DAFTAR PUSTAKA 1. Junaidi, I. 2011. Stroke Waspadai Ancamannya. Penerbit Andi, Yogyakarta 2. Usrin, Irwan. 2013. Pengaruh hipertensi terhadap kejadian stroke iskemik dan stroke hemoragik di ruang neurologi di rumah sakit stroke nasional (rssn) bukit tinggi tahun 2011. Universitas Sumatra Utara, Medan. Diakses tanggal 4 Januari 2014 dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37654/7.pdf 3. Feigin, V, 2006. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan Dan Pemulihan Stroke. PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta. 4. Sirait, Mustafa. 2009. Karakteristik penderita stroke hemoragik yang di rawat inap di rsup h adam malik medan tahun 2007-2008. Universitas Sumatra Utara, Medan. Diakses tanggal 4 Januari 2014 dari :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30235/6.pdf 5. Harsono. 2003. Kapita Selekta Neurologi. Gadjah Mada University Press, Edisi Kedua, Yogyakarta. 6. Price, S & Wilson, L, 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. EGC, Jakarta. 7. Sinaga, Sri Andriany. 2008. Karakteristik penderita stroke rawat inap di rumah sakit haji medan tahun 2002-2006. Universitas Sumatra Utara, Medan. Diakses tanggal 4 Januari 2014 dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16617/7.pdf 8. Lumbantobing, S.M, 2003. Neurogeriatri. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 9. Bustan, MN, 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta, Jakarta. 10. Arif, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga jilid 2. Media Aesculavius, FKUI, Jakarta. 11. Felgin, V, 2006. Stroke. PT Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai

  • Power 11
    Power 11
    Dokumen5 halaman
    Power 11
    indah_ichtiani100
    Belum ada peringkat
  • Ikm Penyuluhan
    Ikm Penyuluhan
    Dokumen29 halaman
    Ikm Penyuluhan
    indah_ichtiani100
    Belum ada peringkat
  • Power 11
    Power 11
    Dokumen5 halaman
    Power 11
    indah_ichtiani100
    Belum ada peringkat
  • Kulit
    Kulit
    Dokumen17 halaman
    Kulit
    indah_ichtiani100
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen19 halaman
    Bab I
    indah_ichtiani100
    Belum ada peringkat
  • Itis Numular
    Itis Numular
    Dokumen23 halaman
    Itis Numular
    indah_ichtiani100
    Belum ada peringkat
  • Cor Pulmonal Chronic
    Cor Pulmonal Chronic
    Dokumen6 halaman
    Cor Pulmonal Chronic
    indah_ichtiani100
    Belum ada peringkat
  • Cor Pulmonal Chronic
    Cor Pulmonal Chronic
    Dokumen6 halaman
    Cor Pulmonal Chronic
    indah_ichtiani100
    Belum ada peringkat
  • Cor Pulmonal Chronic
    Cor Pulmonal Chronic
    Dokumen6 halaman
    Cor Pulmonal Chronic
    indah_ichtiani100
    Belum ada peringkat
  • Cor Pulmonal Chronic
    Cor Pulmonal Chronic
    Dokumen6 halaman
    Cor Pulmonal Chronic
    indah_ichtiani100
    Belum ada peringkat
  • Missed Ab
    Missed Ab
    Dokumen30 halaman
    Missed Ab
    indah_ichtiani100
    Belum ada peringkat
  • Penyebab SNHL
    Penyebab SNHL
    Dokumen8 halaman
    Penyebab SNHL
    booby_adhy
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    indah_ichtiani100
    Belum ada peringkat
  • Stroke
    Stroke
    Dokumen16 halaman
    Stroke
    indah_ichtiani100
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Saraf
    Laporan Kasus Saraf
    Dokumen11 halaman
    Laporan Kasus Saraf
    indah_ichtiani100
    Belum ada peringkat
  • Referat Efusi
    Referat Efusi
    Dokumen8 halaman
    Referat Efusi
    indah_ichtiani100
    Belum ada peringkat
  • BST Stroke
    BST Stroke
    Dokumen2 halaman
    BST Stroke
    indah_ichtiani100
    Belum ada peringkat