Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TAFSIR 1 (SHALAT MENDIDIK HIDUP BERSIH)

SHALAT MENDIDIK HIDUP BERSIH


(Tafsir Q.S. Al-Ma-idah/5:6)
!!., _ `.., :| `.. _|| :l.l l.s! >>`>` >,., _|| _.l
>.. >.',`, l`> _|| _,,->l | .. !,`.`> `L! | .. _.`.
_ls . ,l> .> >.. _. 1!-l `,.`...l ,!..l l .> ,!. ..,. .,-.
!,,L >..! >`>', >,., .. !. .,`, < _->,l ,l. _. _> _>.l
.,`, L`,l .`,l ...-. >,l. l-l _`>: _

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu serta (basuhlah)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu dalam keadaan junub maka mandilah,
dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan
tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.





MAKALAH TAFSIR 1 (SHALAT MENDIDIK HIDUP BERSIH)

A. Pendahuluan
Al-biqai menjelaskan bahwa surat ini dibuka dengan perintah memenuhi
akad-akad perjanjian, disusul dengan uraian tentang betapa Allah telah memenuhi
pemeliharaan-Nya kepada manusia dengan menyediakan buat mereka aneka
kebutuhan pangan dan seks, dengan mendahulukan uraian tentang pangan atas uraian
tentang seks, karena kebutuhan pangan lebih utama. Selanjutnya disebutkan
pemenuhan perjanjian yang berkaitan dengan ibadah kepadaNya dan ini dimulai
dengan shalat, karena shalat adalah ibadah yang paling mulia setelah iman. Dalam
konteks shlat ini, terlebih dahulu di uraikan tentang wudhu, karena wudhu adalah
syarat sahnya shalat.
Shalat merupakan suatu ibadah yang terdiri dari ucapan dan perbuatan tertentu
yang dibuka dengan takbir dan di tutup dengan salam. Firman di atas menyangkut
keterangan tentang hal-hal yang menentukan sahnya shalat, yang berupa aspek
bersuci, baik berwudhu maupun mandi. Sebagaimana telah di maklumi bahwa ibadah
shalat dalam islam adalah kewajiban utama dan terpenting. Allah SWT memang
sangat menganjurkan hamba-hambanya agar senantiasa dalam keadaan suci lahir dan
batin, yang berupa sifat dan perbuatan tercela. Cara menyucikan batin yakni dengan
bertaubat dari segala noda dosa dan penyakit hati yang menjauhkan manusia dari
Tuhannya, seperti syirik, suudzon (buruk sangka), dengki, kikir, dzalim, dan segala
perbuatan maksiat lainnya. Sedangkan cara menyucikan lahir yakni dengan
membersihkan diri, pakaian, dan tempat dari segala kotoran (najis) dan hadast.
Pembersihan diri disini tidak terbatas pada badan saja tetapi juga termasuk pakain dan
tempat. Dan hukum bersuci atau membersihkan diri ini wajib, khususnya bagi orang
yang akan melaksanakan shalat. Hal ini didasarkan pada firman Allah AWT:
| .. !,`.`> `L!
Dan jika kamu junub (Berhadas besar) maka bersucilah.... (Q.S. Al-Maidah / 5:6)
Secara fikih jika kalian akan menegakkan shalat maka basuhlah wajah kalian
menunjukkan keharusan dan niat merupakan rukun dalam wudhu. Shalat mempunyai
arti penting dan kedudukkan yang sangat istimewa yaitu shalat merupakan ibadah
yang pertama kali diwajibkan oleh Allah SWT yang perintahnya langsung diterima
Rassulullah SAW pada malam Isra Miraj. Shalat juga merupakan tiang agama, maka
MAKALAH TAFSIR 1 (SHALAT MENDIDIK HIDUP BERSIH)

shalat harus selalu ditegakkan dan tidak boleh di tinggalkan dalam keadaan
bagaimanapun juga, baik itu dalam keadaan sakit, musafir atau bahkan saat perang.
Shalat merupakan amalan yang pertama kali di hisab pada hari kiamat. Di
dalam riwayat al- Thabrani disebutkan: maka jika shalatnya baik maka baiklah
semua amalannya, namun jika shalatnya rusak maka rusaklah semua amalnya.
Ayat ini menetapkan agar kaum muminin yang niat dan tekadnya telah bulat
akan melaksanakan shalat, agar membasuh muka dan tangan hingga siku, dan agar
mengusap kepala dan membasuh kaki hingga dua mata kaki, dan agar mandi (bersuci)
apabila mereka junub. Apabilah mereka sakit, atau sedang dalam perjalanan atau
salah seorang di antara mereka menyentuh perempuan, maksud menyentuh
perempuan di sini yaitu bersentuhan kulit, yang lain berpendapat "bersentuhan kulit
disertai syahwat", sedangkan yang lain lagi berpendapat, bahwa maksudnya adalah
berjima', inilah pendapat yang rajih, karena sebelumnya menyebutkan tentang hadats
kecil karena buang air, dan kemudian menyebutkan tentang hadats besar karena
menyentuh perempuan, yakni berjima', maka jika tidak ada air, lakukanlah
tayammum, di mana tayammum dapat menyucikan diri kita dari hadats kecil dan
hadats besar. Di samping itu, jika menyentuh perempuan membatalkan wudhu', tentu
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam akan berwudhu' lagi setelah mencium istrinya,
namun ternyata Beliau langsung melaksanakan shalat tanpa berwudhu' (sebagaimana
dalam hadits Aisyah yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmidzi, dan dishahihkan
oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi). Tujuan menegakkan Shalat bagi
umat Islam yaitu agar mendidik dan melatih seseorang menjadi tenang dalam
menghadapi kesusahan dan tidak bersikap kikir saat mendapat nikmat dari Allah
SWT, serta dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar dan dapat mendidik hidup
menjadi bersih dari pikiran-pikiran negatif. Pada bagian ini akan di uraikan tafsir QS.
Al-Maidah/5:6 yang berbicara tentang Shalat dapat mendidik Hidup seseorang
menjadi bersih.




MAKALAH TAFSIR 1 (SHALAT MENDIDIK HIDUP BERSIH)

B. Terjemahan Kata-kata

!!., _ `.., :| `.. _|| :l.l
iahaw gaar - gaar argrea alabwpa eapwaa natne thapat
gaar brgwaaa briwgw

l.s! >>`>` >,., _||
aaea aean - anea taaraa - taaraa iaa taalaw
lnlwpah eapwaa eapwaa

_.l >.. >.',`,
twen - twen hapltan iaa laia
eapwaa eapwaa erlapa - erlapa

l`> _|| _,,->l | ..
( haphntab( iaa taalaw ataa erina iaa eapwaa
eapwaa eaew - eaew eaew iwea triaar

!,`.`> `L! | .. _.`.
( pnarbrg ) inanb ahpwiaaa aaea iaa eapwaa tweat
eapwaa iwea triaar

_ls . ,l> .>
atau dalam perjalanan atau datang salah
seorang


MAKALAH TAFSIR 1 (SHALAT MENDIDIK HIDUP BERSIH)

>.. _. 1!-l `,.`...l ,!..l
Di dari kakus atau kalian menyentuh perempuan
Antara kalian (menggauli)

l .> ,!. ..,. .,-.
papn eapwaa awg aaea iraraa
twiae araialateaa brgtagaaanapah eapwaa )irbn )

!,,L >..! >`>', >,., ..
/ bawe gaar haplatn aaea laia iaa iraraaaga
tnlw aawpea anean taaraa - taaraa ( irbn )

!. .,`, < _->,l ,l. _. _>
Tidak Allah untuk bagi kalian dari kesulitan
Mengendaki menjadikan

_>.l .,`, L`,l .`,l
Akan tetapi Dia untuk membersihkan dan untuk
Menghendaki kalian (dari hadas dan najis) menyempurnakan


...-. >,l. l-l _`>: _
aweaatkga aawpae atat aawpae agaltn brgtgneng
( wtpaa ) ( atat kweaatkga )


MAKALAH TAFSIR 1 (SHALAT MENDIDIK HIDUP BERSIH)

C. Tafsir Mufradat
:l.l : Shalat, yang secara harfiah berarti doa, dalam syariat ialah
serangkaian ucapan dan perbuatan ibadah yang diawali dengan takbir dan diakhiri
dengan salam.
l.s! : Menurut pandangan orang Arab, ialah meratakan air dengan tangan
terhadap angggota badan yang dicuci, hingga segala kotoran yang ada pada anggota
badan tersebut menjadi hilang, baik itu dalam rangka ibadah maupun karena
kebiasaan semata-mata. Atau, seperti terdapat dalam kamus al-Mujam al-Wasith, al-
ghaslu adalah menghilangkan kotoran dan membersihkannya dengan air. Kata al-
ghaslu lazim diterjemahkan dengan mandi dalam bahasa Indonesia, yaitu
membersihkan tubuh dengan air.
>>`>` : Jamak dari kata wajhun, yang terambil dari kata muwajaba, artinya
muka yang batas panjangnya sejak ujung jidat atau kening hingga dagu, dan lebarnya
dari cuping telinga yang satu hingga ke cuping telinga yang lain.
>,., : Kata tunggalnya adalah yadun artinya tangan. Batasan tangan dalam
berwudhu ialah sejak ujung jemari-jemari sampai siku.
>.. : Kata masaha artinya mengusap atau menghapus, sedangkan al-rasu
berarti kepala. Jadi, yang dimaksud dengan istilah mash al-rasi di sini ialah
mengusap atau menyapu kepala dengan air.
_,,->l : ialah dua mata kaki yang menonjol di pergelangan betis pada dua
arah. Jadi, kaki yang harus dibasuh disaat wudhu ialah telapak kaki hingga kedua
mata kaki.
!,`.`> : al-junub adalah kata yang lazim digunakan untuk bentuk mufrad,
mutsanna maupun jamak, serta mudzakkar maupun muannats. Yang dimaksud
MAKALAH TAFSIR 1 (SHALAT MENDIDIK HIDUP BERSIH)

dengan junub aialah bersetubuh atau berjimak, atau bercumbu rayu hingga keluar
mani, atau keluar sperma karena mimpi bersetubuh dan lain sebagainya.
_.`. : Yang dimaksud dengan sakit disini ialah seperti luka kulit atau sakit
lain yang apabila terkena air akan semakin luka atau bertambah lama penyakitnya.
1!-l : Asal maknanya adalah tempat yang rendah dari permukaan tanah,
semisal lobang. Yang dimaksud dengan al-ghaith di sini ialah datang hajat yaitu
membuang air kecil (seni) atau air besar.
1


D. Asbabun NuzuL Ayat
- Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa suatu ketika diperjalanan, kalung Siti
Aisyah terjatuh dan hilang di suatu lapangan dekat kota madinah. Kemudian
Rasul Allah SAW, memberhentikan untanya seraya beliau turun guna mencari
kalung tersebut. Namun kemudian beliau beristirahat hingga tertidur di pangkuan
Siti Aisyah. Tidak lama kemudian, datanglah Abu Bakar menghampiri Aisyah
dan menamparnya, seraya Abu Bakar berkata : Kamulah yang menahan orang
banyak hanya karena sebuah kalung. Kemudian Nabi Muhammad terbangun dari
tidurnya dan waktu subuh pun tiba. Kemudian beliau mencari air, tetapi tidak
mendapatkannya. Lalu turunlah ayat Q.S al-Maidah:6 ini. Kemudian berkatalah
Usaid bin Mudhair, Allah telah memberi berkah bagi manusia dengan
sebabkeluarga Abu Bakar. Ayat ini mewajibkan berwudhu atau tayammum
sebelum shalat ( diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Amar bin al-Harst dari Abd al-
Rahman bin al-Qasim dari bapaknya yang bersumber dari Asyah).
- Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa suatu ketika terjadi peristiwa kehilangan
kalung Siti Aisyah yang menimbulkan fitnah yang besar dalam suatu peristiwa
peperangan yang disertai Rasul Allah SAW. Kalung Aisyah jatuh lagi sehingga
orang-orang terhalang pulang karena harus mencari kalung yang hilang itu.
Kemudian Abu Bakar berkata kepada Aisyah,Wahai anakku, tiap-tiap
perjalanan kamu selalu bala (penghambat) dan menjengkelkan orang lain. Lalu
allah menurunkan ayat Q.S al-Maidah: 6 yang membolehkan tayamum sehingga
kemudian Abu Bakar berkata,Sesungguhnya Engkau membawa berkah. Dalam

1
Muhammad Amin Suma, 1997. Tafsir Ahkam 1 (wacana ilmu), Jakarta: PT Logos, hlm.,10
MAKALAH TAFSIR 1 (SHALAT MENDIDIK HIDUP BERSIH)

hal ini al-Suyuthi memberikan keterangan bahwa ada dua hal yang patut di catat
berkenaan dengan sebab nuzul di atas yaitu:
2

1. Hadist al-Bukhari dari Amr bin al-Harst dengan jelas mengatakan bahwa
ayat tayammum yang diriwayatkan dalam berbagai hadist ialah ayat dalam
surat al-Maidah, tetapi berbarengan dengan banyak juga riwayat yang
mengemukakan ayat tayammum tanpa tegas-tegas menyebutkan sumber
suratnya.
2. Kadist al-Bukhari menunjukkan bahwa wudhu telah diwajibkan kepada
umat islam sebelum turun ayat ini. Dan oleh karena itu maka mereka
mersa berkeberatan untuk berhenti di tempat yang tidak ada air itu,
sehingga Abu Bakar mengatakan kepada Aisyah bahwa dia membawa
berkah (dalam hal ini dibolehkannya tayammum).
- Menurut Ibn Abd al-Barr, para ahli sejarah peperangan telah maklum, bahwa
sesunggunya Rasul Allah SAW selalu berwudhu untuk shalat (sejak mulai shalat
difardukan), dan tidak ada yang membantahnya kecuali yang bodoh atau
pembangkang.
3

- Menurut ahli lain, boleh jadi awal ayat itu mula-mula diturunkan lebih dahulu
berkenaan dengan fardu wudhu, sementara sisanya diturunkan kemudian
berkenaan dengan tayammum dalam riwayat Q.S al-Maidah :6.
4

- Asyah berkata Kalungku terjatuh di tengah padang pasir saat kami pulang ke
Madinah. Rasulullah menghentikan untanya, kemudian turun untuk membantu
mencari kalungku. Kemudian, beliau istirahat dantertidur di pangkuanku. Abu
Bakar datang menamparku dan berkata, kamu telah menelantarkan orang-orang
hanya karena kalungmu. Tak lama, waktu shalat subuh pun tiba. Rasul terbangun
dan berusaha mencari air untuk berwudhu. Namun, beliau tidak menemukan air.
Lalu turunlah ayat ini. (Q.S al-Maidah :6)
5


E. Munasabah Ayat
Ayat sebelumnya, Q.S. al-Maidah ayat 5, berbicara tentang dihalalkannya makanan-
makanan yang halal bagi mereka, kemudian mereka dihalalkan untuk menikahi
perempuan-perempuan yang pandai menjaga kehormatannya, diantaranya yaitu

2
Ibid. hlm.,11
3
Ibid.hlm.,12
4
Ibid. hlm.,13
5
Ahmad hatta Magfirah, 2009. Tafsir Quran perkata, Jakarta : magfirah Pustaka, hlm.,173
MAKALAH TAFSIR 1 (SHALAT MENDIDIK HIDUP BERSIH)

perempuan-perempuan yang beriman dan perempuan-perempuan yang menjaga
kehormatan diantara orang-orang yang diberi kitab sebelumnya.
6


F. Tafsir ijmali atau Makna Global
Seperti kita ketahui bahwa antara hamba dan Tuhannya terdapat dua macam
perjanjian yaitu perjanjian rububiyah dan kebaikan (ihsan), serta janji ubudiyah dan
ketaatan. Sebelum ayat ini Allah memenuhi janji yang pertama dengan menerangkan
hal-hal yang di halalkan dan yang di haramkan berkenaan dengan kelezatan
kehidupan seperti makanan dan pernikahan. Kemudian dalam ayat ini Allah menuntut
hamba-Nya supaya menepati janjinya yang kedua, yaitu janji penghambaan dan
ketaatan manusia kepada Allah.
Ketaatan yang paling agung setelah iman kepada Allah ialah shalat. Dan shalat
itu tidaklah mungkin dapat ditegakkan dengan baik kecuali dalam keadaan suci baik
dari hadas kecil dan lebih hadas besar seperti tersurat dalam ayat 6 surat al-Maidah.
7


G. Tafsir Ayat
!!., _ `.., :| `.. _|| :l.l
Dari sini, ayat ini mengajak dan menuntun untuk melaksanakan shalat. Yang
dimaksud dengan idza qumtum ila al-shalati ialah apabila kamu (orang-orang
mukmin) bermaksud hendak menegakkan shalat, maka hendaklah kamu berwudhu,
yaitu dengan mencuci muka dan seterusnya. Penggalan ayatini harus ditafsirkan
demikian, seperti halnya ketika menafsirkan surat an-Nahl ayat 98:
8


:| , ,1l .-.`.! <!, _. _.L,:l ,>l __
Tafsir ayat tersebut adalah: kemudian jika kamu hendak membaca Al-quran, maka
hendaklah (Lebih dahulu) kamu berlindung kepada Allah dari godaan Setan yang
terkutuk.

6
Ahmad Mustafa, 1993. Tafsir Al-Maragi, Semarang: Toha Putra, hlm.,5-6
7
Muhammad Amin Suma, 1997. Tafsir Ahkam 1 (wacana ilmu), Jakarta: PT Logos, hlm.,10-11
8
Syaltut. Mahmud, 1990. Tafsir Al-Quran Karim (jilid 1), Bandung: CV Diponegoro., hlm., 551
MAKALAH TAFSIR 1 (SHALAT MENDIDIK HIDUP BERSIH)

Potongan ayat di atas harus di tawilkan demikian rupa, karena kalau
dipertahankan makna hakikinya, maka brarti harus mendahulukan shalat dan
mengakhirinya dengan wudhu. Padahal yang dikehendaki oleh ayat ini adalah
mendahulukan wudhu dan melatarbelakangkan shalat seperti halnya membaca
taawwudz bagi seorang menjelang membaca Al-quran. Digunakannya redaksi fiil
madhi pada ayat di atas, untuk mengisyaratkan betapa erat dan bahkan menyatu antara
wudhu di satu pihak dan shalat di pihak lain. Jadi maksud ayat di atas, apabila kamu
hendak mengerjakan shalat, sedang kamu berhadas, maka basuhlah.. dan
seterunya.
9

Lahirnya ayat di atas menunjukkan bahwa setiap orang yang hendak
menunaikan shalat harus lebih dulu wudhu, tidak peduli apakah dia dalam keadaan
berhadas atau tidak. Dengan kalimat lain, satu kali wudhu hanya untuk satu kali
shalat.
Ahmad, Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan hadist dari Abu Hurairah
yang intinya menyatakan bahwa Allah SWT tidak akan menerima shalat salah
seorang di antara kamu yang berhadas sampai dia berwudhu. Beberapa hadist di atas
menunjukkan bahwa kaum muslimin di zaman Nabi tidak selalu bewudhu untuk
setiap kali mengerjakan shalat.
10

Dari keterangan di atas, dapatlah diketahui bahwa melakukan wudhu untuk
setiap kali shalat pada dasarnya adalah merupakan keharusan (azimah), dan itulah
yang paling afdhal. Namun demikian kewajiban kewajiban berwudhu untuk setiap
kali shalat itu hanya dibebankan kepada orang-orang yang berhadas, tidak pada yang
masih memiliki wudhu. Atau dengan kalimat lain, melakukan wudhu untuk setiap kali
shalat bagi orang yang tidak berhadas lebih bersifat anjuran atau mandub, bukan suatu
keharusan.
l.s! >>`>` >,., _|| _.l

9
Op.Cit, hlm.,13
10
Ibid. hlm.,16
MAKALAH TAFSIR 1 (SHALAT MENDIDIK HIDUP BERSIH)

Allah menyatakan bahwa wudhu yang diperintakan itu adalah dengan cara
membasuh muka dan kedua tangan dari ujung jari hingga siku. (l.s!)
faqhilu/basuhlah, berarti mengalirkan air pada anggota badan, sementara ulama
menambahkan keharusan menggosok anggota badan saat mengalirkan air.
Yang dimaksud dengan wajah adalah dari ujung tempat tumbuhnya rambut
kepala sampai ke ujung dagu dan bagian antara kedua telinga. Dan tidak termasuk apa
yang ada di dalam mata, atau hidung, dan tidak juga harus berkumur, yang dinilai dari
mayoritas ulama sebagai sunnah atau anjuran.
11

Muslim meriwayatkan sebuah hadist dari Abu hurairah, bahwa Abu Hurairah
itu berwudhu, dengan membasuh wajahnya maka dia sempurnakan wudunya.
Kemudian dia basuh tangan kanannya sampai lengan atas, kemudian membasuh
tangan kirinya sampai lengan atas, kemudian mengusap kepalanya, terus membasuh
kaki kanannya sampai betis, lalu membasuh kaki kirinya sampai betis (pula).sesudah
itu dia berkata, demikian saya melihat rasulullah berwudhu.
>.. >.',`, l`>
Para ulama telah sepakat bahwa menyapu kepala dalam wudhu adalah
merupaka kewajiban. Hanya saja mereka berbeda pendapat mengenai batas minimal
mash al-rasi itu sendiri.menurut al-SyafiI dan para pengikutnya, mash al-rasi telah
dianggap cukup walau dilakukan hanya dengan menyapu dua helai rambut.
Sedangkan menurut Malik dan orang-orang yang sependirian dengannya mash al-rasi
harus dilakukan dengan menyapu seluruh kepala. Adapun menurut Abu Hanifah dan
para pendukungnya, batas minimal dari mash al-rasi adalah seperempat kepala.
Batasan seperempat ini alasannya didasarkan pada pemikiran bahwa kegiatan
manyepu kepala itu dilakukan dengan tangan dimana telapak tangan yang berair itu
manakala diletakkan di atas kepala, maka paling sedikit akan membasahi seperempat
kepala.

11
M. Quraish,2002 Shihab. Tafsir Al-Mishbah ( Pesan, kesan dan keserasian Al-quran), Tanggerang:
Lentera Hati. Halm.,36
MAKALAH TAFSIR 1 (SHALAT MENDIDIK HIDUP BERSIH)

Sumber utama yang menyebabkan mereka berbeda pendapat mengenai batas
mash al-rasi adalah terletak pada ketidaksamaan mereka dalam memahami fungsi
huruf ba yang pada kalimat >.',`,. Sebagian mereka diantaranya kalangan
malikiyah dan hanabilah memandang huruf ba itu sebagai bazaidah. Yang dimaksud
dengan menyapu kepala disini cukup dengan sebagian kepala saja, maka dengan
disapu semua kepala tentu otomatis yang sebagian itu akan termasuk.
12

l`> _|| _,,->l
Ayat ini menjelaskan serangkaian wudhu setelah menyapu kepala ialah
membasuh kedua kaki, dalam hal ini kedua telapak kaki sampai dua mata kaki.
Maksud ayat ini yaitu menganjurkan sebelum melaksanakan shalat harus melakukan
langkah wudhu terlebih dahulu, seperti memenuhi syarat seperti penggaLan surat di
atas yatu membasuh kaki sampai kedua mata kaki. Hal ini didukung pula oleh
perbuatan Nabi saw sendiri dan perbuatan para sahabat beliau, di samping pendapat
kebanyakan imam mazhab.
Menurut riwayat Muslim dari Abu Hurairah, bahwa Nabi saw pernah melihat
seorang lelaki yang tidak membasuh tumitnya (dalam berwudhu), maka beliau berkata
:
celakalah bagi tumit-tumit (yang tak terbasuh) karena (akan di jilat) api neraka.
13

Begitu pula Al-Bukhari dan muslim meriwayatkan dari Ibnu Umar, beliau
berkata dalam suatu perjalanan, Rasulullah saw tertinggal dari kami. Ketika beliau
kemudian dapat mengejar kami, kami sudah memasuki waktu asar. Maka, mulailah
kami berwudhu dan mengusap kaki-kaki kami. Kata Ibnu Umar meneruskan
riwayatnya, maka Rasulullah saw berseru dengan sura keras : wailun lil-Aqabi
mina-nari, dua atau tiga kali.

12
Syakir Jmaluddin., 2009. Shalat Sesuai tuntunan Nabi saw, Yogyakarta: LPPI UMY. Hlm., 48
13
Ahmad Mustafa., 1993. Tafsir Al-Maragi, Semarang: Toha Putra, hlm., 119
MAKALAH TAFSIR 1 (SHALAT MENDIDIK HIDUP BERSIH)

Membasuh kaki itu bisa juga diganti dengan mengusap dua sepatu bila
keduanya sudah dikenakan. Hal ini sudah diriwayatkan oleh para sahabat Nabi yang
tidak terhitung banyaknya.
Al-hasan berkata, ada tujuh puluh orang shabat Rasulullah saw yang telah
meriwayatkan hadis kepada saya, bahwa Rasulullah, telah mengusap dua sepatu
(terompa).
Adapun hadis yang terkuat sebagai hujjah dalam masalah ini ialah jarir. Imam
Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud dan At-tarmizi telah meriwayatkan, bahwa jarir
itu buang air kecil, Anda melakukan begini? jawabnya iya, saya lihat rasulullah
saw buang air kecil, kemudian berwudhu dan mengusap kedua sepatunya.
Kesimpulannya, bahwa membasuh kedua kaki yang terbuka dan mengusap
keduanya dalam keadaan tertutup adalah otentik berdasarkan sunnah Mutawatir yang
merupakan penjelasan dari Al-Quran, yang cocok dengan Hikmah tahara ini.
| .. !,`.`> `L!
Maksud dari ayat di atas yaitu jika kamu dalam keadaan berjunub dan kamu
bermaksud hendak menegakkan sahalat , maka hendak kamu lebih dulu mencuci
seluruh anggota badanmu (lazim disebut dengan istilah mandi junub/ mandi wajib).
Jadi, orang yang memiliki junub, bersucinya tidak dianggap cukup hanya dengan
wudhu yakni mencuci anggota-anggota badan tertentu, akan tetapi harus terlebih
dahulu mandi guna menghilangkan hadas besar.
Maksud penjelasan di atas ialah apabila kalian melakukan persetubuhan
(hanabat) sebelum mengerjakan shalat, kemudian kamu hendak melakukannya, maka
bersucilah dulu dari janabat itu dengan membasuh sekujur badan sebelum kamu
memesuki shalat yang kamu kehendaki itu.
Termasuk dalam arti persetubuhan ialah keluarnya mani karena mimpi, itupun
menurut syara disebut janabat. Dalam sebuah hadis H.R. Muslim dikatakan bahwa
sesungguhnya air itu karena air. Maksudnya, sesungguhnya air (mandi) itu wajib
dilakukan setelah air (mani) yang memancar ke luar dari seseorang dengan sebab
apapun. Dan setelah Allah SWT menerangkan wajibnya kedua macam tahara tersebut,
MAKALAH TAFSIR 1 (SHALAT MENDIDIK HIDUP BERSIH)

sedang kaum muslimin sekurang-kurangnya melakukan tahara wudhu sekali atau
lebih dalam sehari, dan mandi tiap minggu, yang umumnya sekali atau lebih. Maka,
diterangkan pula keinginan (rukhsah) untuk meninggalkan ketika mengalami
kesulitan atau tidak mampu melakukan.
| .. _.`.
Maksud dari potongan ayat di atas apabila kamu sakit, yakni sakit kulit
umpamanya, seperti cacar, kudis, korengan, luka dan penyakit kulit lainnya, atau sakit
apa saja yang menyulitkan atau berbahaya, jika terkena air. Demikian pula halnya
dengan sakit yang mengakibatkan si sakit tidak merasa sanggup untuk berwudhu atau
mandi dengan menggunakan air dingin, seperti orang demam yang menggigil. Dengan
demikian maka penyakit atau sakit yang tidak membahayakan seseorang untuk
berwudhu dan mandi dengan menggunakan air, maka tidak dibenarkan tayammum
seperti hanya sekedar sakit flu, sakit gigi dan lain sebagainya. Namun demikian, para
ulama tafsir ahkam berbeda pendapat mengenai batasan lebih jauh tentang sakit yang
membolehkan atau tidak dibolehkan bertayammum.
_ls .
Ayat di atas menjelaskan apabila seseorang dalam perjalanan jauh atau dekat,
yang apa pun alasannya, yang dalam perjalanan itu biasanya sulit melakukan wudhu
dan mandi, maka di anjurkan untuk melakukan tayammum dengan tanah yang baik
atau suci. Walaupun di perjalanan harus tetap melakukan shalat, karena shalat
merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim.
,l> .> >.. _. 1!-l
1!-l Al-ghaith : tempat atau tanah yang rendah. Sedang dalam syara,
maksudnya ialah buang air besar atau kecil.
MAKALAH TAFSIR 1 (SHALAT MENDIDIK HIDUP BERSIH)

Al- ghaith, bermakan tempat yang tinggi. Tempat yang tinggi , biasanya menjadi
tempat yang aman karena tidak mudah di jangkau orang. Di sini kata tersebut
dipahami dalam arti tempat yang aman dan yang tenang. Dari sini maknanya
berkembang, menjadi tempat buang air (kakus). Ada juga yang memahami kata al-
ghaith dalam arti tempat yang rendah. Yang dimaksud dari ayat di atas apabila
keluar hajat (keluar air seni dan air besar), atau lain-lain yang keluar dari dua jalan
(qubul dan dubur) yang disamakan dengan buang hajat, yang menuntun seseorang
harus berwudhu manakala dia bermaksud hendak melakukan shalat, atau kegiatan
lain semisal thawaf. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila seseorang
sedang berhadas baik itu keluarnya dari qubul ataupun dubur maka hendaklah
seseorang tersebut mengambil air wudhu, apabila ia ingin manjalankan shalat. Karena
syarat sah shalat itu harus bersih atau suci dari hadas besar ataupun hadas kecil.
14

`,.`...l ,!..l
Yang di maksud dengan lamastum an-nisa disini ialah al-jima (bersetubuh) atau
bersentuhan, yang sama- sama dilakukan oleh kedua belah pihak, antara laki-laki dan
perempuan. Namun demikian terdapat perselisihan pendapat di kalangan para ahli
dalam memahami lamastum al-nisa dalam kaitannya dengan batal wudhu. Hal ini
akan dibahas oleh ayat 42 surat an-nisa. Kata ini digunakan untuk menegpresikan hal-
hal yang ahrus dirahasiakan.
l .> ,!. ..,. .,-. !,,L >..! >`>', >,., ..
Kata dari (.,-.) shaidan yang diterjemahan tanah, dipahami oleh Imam SyapiI
dalam arti tanah yang dapat menyuburkan tumbuhan. Pengertian ini antara lain karena
kata tersebut disertai dengan kata (!,,L) thayyiban yang bukan saja dipahami dalam
arti suci, tetapi juga berpotensi menumbuhkan tumbuhan.

14
Kamaruddin Shale,dkk, 2004. Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsir,Surabaya: Bina Ilmu, hlm., 37
MAKALAH TAFSIR 1 (SHALAT MENDIDIK HIDUP BERSIH)

Dari ayat di atas dapat di jelaskan bahwa apabila kamu mengalami salah satu
dari ketiga macam keadaan berikut: sakit, safar atau tidak ada air ketika kamu
membutuhkannya untuk kepentingan salah satu dari dua macam bersuci (wudhu atau
mandi), maka hendaklah kamu bertayammum dengan menggunakan shaidan
thayyiban, yaitu debu yang suci. Namun demikian, Sayyid Quthub menegaskan
bahwa yang dimaksud dengan shai dan thayyiban ialah setiap sesuatu dari jenis
bumi (tanah) yang suci, termasuk debu yang ada di punggung hewan, menempel pada
dinding dan lain sebagainya.
Imam Abu Hanifah memahaminya dalam arti segala sesuatu yang merupakan
bagian dari bumi sehingga termasuk pula pasir, batu dan semacamnya selama ia tidak
najis. Ulama juga sepakat tidak memperkenankan bertayammum dengan emas murni,
perak, mutiara, makanan seperti roti atau daging, tidak juga dengan barang-barang
yang najis.
>..! >`>', >,., ..
Sedangkan ayat ini menunjukkan bahwa dalam bertayammumhanya wajah dan
tangan yang harus disapu dengan tanah, apapun sebab bertayamum dan tujuannya,
apakah sebagai pengganti wudhu atau mandi.ada yang memahami kedua tangan
hingga siku, da nada juga yang memahaminya hingga pergelangannya saja.

Jadi, dengan memperhatikan pendapat Sayyid Quthub ini, bertayammum tidak
mesti dengan menggunakan debu yang secara khusus di ambil dari tanah/bumi, akan
tetapi bisa juga dari tempat-tempat di mana terdapat ventilasi udara yang
mengakibatkan debu dapat masuk dan menempel pada benda-benda yang ada di
dalamnya misalkan pada jok mobil, tempat duduk di kereta atau kopkit di pesawat
udara dan lain sebagainya. Tentu saja sejauh debu yang ada itu diyakini kesuciannya.
Jadi kesimpulannya dari ayat di atas yaitu apabila seseorang berhadas dengan hadas
maka di wajibkan mandi, karena merupakan hadas besar.
!. .,`, < _->,l ,l. _. _>
MAKALAH TAFSIR 1 (SHALAT MENDIDIK HIDUP BERSIH)

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT sama sekali tidak bermaksud
memberatkan beban kepada umat manusi dalam hal ini orang-orang beriman akan
berbagi ketentuan yang ia syariatkan, termasuk di dalamnya perintah bersuci (mandi
dan wudhu) perintah melakukan tayammum sebagai pengganti dari wudhu di saat-saat
tidak ada air atau berhalangan menggunakan air , merupaka salah satu bukti ketiadaan
maksud Allah untuk memberikan beban yang berat, melainkan ia memberikan suatu
kebaikan dan suatu manfaat bagimu.
_>.l .,`, L`,l
Ayat ini memberitahukan perintah bersuci dalam hal mandi dan wudhu, Allah
bermaksud memerintahkan umat manusia supaya menyucikan dirinya dari berbagai
macam kotoran,, baik yang bersifat lahiria yang menempel pada anggota badan ,
maupun yang bersifat rohaniah seperti kerusakan aqidah dan parasangka buruk
kepada Allah. Sebab melalui mandi dan wudhu, akan terpelihara kebersihan yang
merupakan pangkal kesehatan. Dan dari sini umat Islam belajar tentang arti
pentingnya dari kebersihan pada umumnya.
.`,l ...-. >,l.
Potongan surat ini menjelaskan bahwa melalui perintah ini Allah bermaksud
hendak menyempurnakan nikmat-Nya kepada kamu, sehingga berpadu antara nikmat
lahiriah berupa pembersihan anggota badan, dan nikmat rohaniah seperti melalui
perintah shalat dan lain sebagainya.
Dengan demikian, mempermudah pelaksanaan ibadah dan lain-lain. Sungguh
betapa agung nikmat allah atas hamba-hambanya dan betapa wajibnya orang yang
mendapat petunjuk-Nya untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya.
l-l _`>: _
MAKALAH TAFSIR 1 (SHALAT MENDIDIK HIDUP BERSIH)

Potongan ayat terakhir ini menjelaskan tentang penyempurnaan nikmat dari
Allah, dan diharapkan supaya dapat mensyukuri nikmat Allah SWT, baik yang
kelihatan nyata maupun yang tidak kelihatan .

H. Kesimpulan
Dari uraian tafsir Q.S. al-Maidah/5:6 yang telah dipaparkan diatas, dapat
disimpulkan beberapa hal berikut:
1. Shalat adalah kewajiban oleh setiap muslim yang tidak boleh di tinggalkan
sekalipun dalam kondisi sulit, sakit ataupun perang.
2. Bersuci dari hadas besar maupun kecil merupakan syarat sahnya shalat.
3. Tayammum adalah pengganti wudhu dalam upaya menghilangkan hadas
kecil yang merupakan kesepakatan ulama. Tapi mengenai kedudukan
tayammum sebagai pengganti mandi wajib dalam rangka membersihkan
hadas besar, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Menurut
sebagian kecil ulama, di antaranya Ibn Masud, tayammum tidak dapat
menggantikan kedudukkan mandi.
4. Kebersihan adalah pangkal kesehatan jasmani. Dan kotoran adalah sumber
penyakit dan bermacam-macam gangguan.
5. Taharah berarti memuliahkan diri seorang muslim, baik untuk dirinya atau
di hadapan keluarga dan masyarakat tempat ia tinggal.
6. Lahiriah ayat yang menunjukkan bahwa kewajiban berwudhu dibebankan
kepada setiap orang mukmin yang hendak menegakkan shalat, walaupun ia
tidak berhadas. Dengan demikian maka bersuci itu tidak wajib kecuali bagi
yang berhadas
7. Wudhu menjadikan hidup seseorang menjadi bersih dari hadas kecil
ataupun hadas besar. Dan seseorang yang melaksanakan shalat akan
mendidik hidup seseorang terarah ke sifat yang baik dan menjadikan hidup
menjadi bersih.
8. Membiasakan hidup disiplin. Sholat mendidik disiplin waktu dalam arti
membagi dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Orang yang lengah
terhadap sholat berate lengah terhadap waktu, adanya jarak diantara
waktu-waktu sholat mengandung maksud dan pelajaran agar kita selalu
waspada dalam menggunakan waktu yang berfungsi sebagai kontrol diri.
MAKALAH TAFSIR 1 (SHALAT MENDIDIK HIDUP BERSIH)

Islam menaruh perhatian yang tinggi terhadap waktu, bahkan Allah sendiri
dalam beberapa surah bersumpah atas nama waktu

I. Daftar Pustaka

Suma. Muhammad Amin, 1997. Tafsir Ahkam 1 (wacana ilmu), Jakarta: PT
Logos
Syaltut. Mahmud, 1990. Tafsir Al-Quran Karim (jilid 1), Bandung: CV
Diponegoro
Jmaluddin. Syakir, 2009. Shalat Sesuai tuntunan Nabi saw, Yogyakarta: LPPI
UMY
Mahali. Mudjab, 1998. Asbabun Nuzul (studi pendalaman Al-Quran),
Yogyakarta: Pesantren Al-Mahali
Shihab. M. Quraish,2002. Tafsir Al-Mishbah ( Pesan, kesan dan keserasian
Al-quran), Tanggerang: Lentera Hati
Shale. Kamaruddin,dkk, 2004. Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu
Katsir,Surabaya: Bina Ilmu
Mustafa. Ahmad, 1993. Tafsir Al-Maragi, Semarang: Toha Putra
Magfirah. Ahmad hatta, 2009. Tafsir Quran perkata, Jakarta : magfirah
Pustaka

Anda mungkin juga menyukai