Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

A.

HAMBATAN PENDIDIKAN
Hingga saat ini saat ini masih banyak masalah pada umumnya pendidikan di indonesi

masih terjadi berbagai hal yang mengakibatkan terjadinya ketimpangan dan ketidaksuksesan
pendidikan yakni antara lain:
1) Menguatnya Nepotisme
Nepotisme berarti lebih memilih saudara atau teman akrab. berdasarkan hubungannya
bukan berdasarkan kemampuannya. Kata ini biasanya digunakan dalam konteks derogatori. K
ata nepotisme berasal dari kata Latin nepos, yang berarti keponakan atau cucu. Pada Aba
d Pertengahan beberapa paus Katholik dan uskup yang telah mengambil janji chastitysehin
gga biasanya tidak mempunyai anak kandung memberikan kedudukan khusus kepada keponakannya seolah-olah seperti kepada anaknya sendiri.
Di Indonesia tuduhan adanya nepotisme bersama dengan Korupsi dan Kolusi (ketigan
ya disingkat menjadi KKN) dalam pemerintahan Orde Baru dijadikan sebagai salah satu pemi
cu gerakan reformasi yang mengakhiri kekuasaan presiden Soeharto pada bulan Mei tahun
1998.
Nepotisme adalah kebijaksanaan mendahulukan saudara, sanak famili serta temanteman. Nepotisme dapat tumbuh subur di Indonesia karena budaya partrimonial yang lengket
sejak zaman dahulu.
Nepotistic Corruption, Penunjukkan yang tidak sah terhadap teman atau sanak saudar
a untuk memegang jabatan dalam pemerintahan, atau tindakan yang memberikan perlakuan
yang mengutamakan, dalam bentuk uang atau bentuk-bentuk lain, kepada mereka, secara
bertentangan dengan norma dan peraturan yang berlaku.
Pengertian Nepotisme, yang beredar dalam masyarakat adalah memberikan sebuah ke
percayaan, jabatan, posisi, yang bukan berdasar pada kemampuan, tetapi lebih pada kekeluar
gaan. memang hal ini sangat susah dihindari. Dalam artian kita sering lebih mengingat
saudara kita. Penunjukan saudara untuk posisi tertentu tidak akan menjadi masalah jika mema
ng kerabat tersebut dikenal mampu.1
1

Chudlori,Yusup. 2012. Akhlak untuk pembangunan karakter muslim. Bandung : Penerbit

Marja hlm.128

Menurut Bab I Pasal 1 ayat (5) UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara
Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, Nepotisme, yang di maksud Nepotisme
adalah Setiap perbuatan, penyelenggara Negara secara melawan hokum yang menguntungkan
kepentingan keluarganya di atas kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara. Dengan demik
ian, unsur-unsur Nepotisme adalah: Perbuatan penyelenggara negara, melawan hukum formil
dan materiil, menguntungkan keluarganya dan/atau kroninya di atas kepentingan masyarakat,
bangsa dan negara, dan tidak adanya unsur pembenar (unsur yang diterima secara diamdiam). Namun rumusan Nepotisme ini sebetulnya belum konkret sehingga menyulitkan
dalam pengawasan dan pelaksanaannya. Salah satu keterbatasan hukum dalam menjaring
pelaku nepotisme terletak pada ancaman sanksi dalam Pasal 22.
Sebagai contoh, kalau seorang manajer mengangkat atau menaikan jabatan seorang
saudara, bukannya seseorang yang lebih berkualifikasi namun bukan saudara, manajer
tersebut akan bersalah karena nepotisme. Pakar-pakar biologi telah mengisyaratkan bahwa
tendensi terhadap Nepotisme adalah berdasarkan naluri, sebagai salah satu bentuk dari
pemelihan saudara.
Di beberapa negara berkembang, rasa setia dan ikatan yang kuat adalah pada suku dan
keluarga. Di beberapa tempat malah hanya pada suku dan keluarga. Peran dan kedudukan
seseorang digariskan oleh keluarga, dan keluargalah yang melindungi dan memberi rasa
aman pada anggota-anggotanya.Hal ini terlihat jelas pada masyarakat yang terpencil dan
hidup menyendiri, yang makin jarang ditemui dewasa ini.Di luar keluarga sebagai titik pusat
ini, rasa ikatan rakyat kepada suku dan keluarga secara berangsur-angsur mulai menipis
digantikan kepada ikatan kepada negara dan bangsa.
Nepotisme sistem bagi rezeki dan kursi- adalah fenomena yang paling menonjol di
lingkungan pemerintahan di banyak negara-negara sedang berkembang.Para elite politik
dengan cerdik, baik dengan nada tulus campur pura pura maupun terus terang, menjadikanny
a bahan olok olok dan gunjingan sesame mereka.Bagi yang merasa jijik dengan nepotisme,
melihat hal ini sebagai suatu kecurangan. Yang jelas, nepotisme ataupun apapun namanya,
mempunyai pengaruh negative pada pembangunan politik di Negara negara berkembang. Pen
ilaian yang negative atas nepotisme, mengundang cercaan orang yang tidak setuju dengan per
luasan nepotisme.2
Seorang fungsionalis Robert K Merton; mengutarakannya demikian: Dalam sistem
sosial, nepotisme, sistem bagi jabatan dan rezeki punya fungsi yang berguna.

ibid

Barangkali ini sebabnya mengapa pola tingkah laku ini juga ditemui dalam berbagai bentuk
dan tingkat perkembangan di negara-negara yang telah maju. Kebiasaan-kebiasaan nepotisme
tidak dapat dikurangi dan dilenyapkan sama sekali, kecuali bila tiba masanya golongan
minoritas yang sepaham dengan para pengritik yang mengatakan bahwa kebiasaan-kebiasaan
ini merusak dan melanggar tata susila dan perlu dilenyapkan.

1. Bentuk-bentuk Nepotisme
Sudah menjadi rahasia umum bahwa sebagian besar pegawai negeri memiliki akar
keterkaitan yang mengarah kepada nepotisme. Kecenderungan nepotisme ini dapat dilihat
dalam berbagai bentuk, mulai dari yang paling umum seperti ikatan kekeluargaan, College
Tribalsm, Organizational Tribalism, sampai Institutional Tribalism.
Ikatan Kekeluargaan.
merupakan bentuk nepotisme yang paling sederhana, karena mudah dikenali. Hal ini
terjadi karena biasanya ikatan kekeluargaan tercermin dari kesamaan nama belakang atau
kemiripan wajah. Memang lucu apabila diperhatikan di jajaran pegawai negeri, terutama di
kantor Pemda, banyak yang memiliki wajah yang mirip serta nama belakang yang sama.
Mereka memang dalam kehidupan sebagai rakyat biasa adalah bersaudara.
Lebih luas dari ikatan kekeluargaan ini adalah adanya fenomena pegawai suatu
instansi yang berasal dari suku atau suatu daerah tertentu. Sebagai contoh fenomena yang
terjadi di kantor Pemda DKI. Walaupun berganti-ganti gubernur, tetapi para pejabat terasnya
biasanya berasal dari suatu derah yang dikenal dengan sebutan Babi Kuning, yaitu dari
daerah Batak, Bima, dan Kuningan. Atau fenomena pen-Jabar-an di kantor Depdagri pada
waktu menterinya berasal dari Jawa Barat. Dan masih banyak contoh lalnnya.3
College Tribalism.
Adalah bentuk nepotisme yang biasanya terjadi bilamana para pelakunya alumni dari
perguruan tinggi atau jurusan yang sama. Tidaklah aneh ketika pimpinan suatu unit kerja
adalah alumni suatu perguruan tinggi atau jurusan tertentu, maka mereka akan merekrut
sebagian besar stafnya dari alumni perguruan tinggi atau jurusan yang sama. Bahkan, lebih
jauh lagi, counterpart di instansi teknis, serta rekanannya juga diatur sedemikian rupa
sehingga merupakan rombongan dari perguruan tinggi atau jurusan yang sama.

Karim,Abdul . Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. (Pustaka Book Publisher,Yogyakar

ta, 2007). Halaman, 89

Organizational Tribalism.
Adalah bentuk nepotisme dimana para pelakunya adalah sama-sama anggota suatu
organisasi, seperti partai politik, organisasi profesi, organisasi pemuda, dll. Bentuk nepotisme
ini akan menjadi sangat berbahaya apabila mereka memiliki misi untuk memperjuangkan
suatu kepentingan politik. Hal ini akan menyebabkan pegawai negeri menjadi orang-orang
partisan. Di samping itu, patut disadari bahwa korupsi untuk membiayai kepentingan politik
memerlukan biaya yang sangat besar.
Institutional Tribalism:
Adalah bentuk nepotisme dimana para pelakunya adalah berasal dari instansi yang
sama di luar instansinya saat ini. Biasanya seorang pimpinan yang berasal dari instansi lain
akan membawa pegawai yang datang secara bergerombol maupun bertahap. Bentuk nepotism
ini juga dicirikan dengan masih kentalnya ikatan pegawai instansi tersebut dengan instansi
asalnya.4
2) Maraknya Suap dan Sogok- Menyogok
Pada era modern sekarang ini ada sebuah ungkapan kata yang sering dilontarkan oleh
para penganut matrialisme yaituuang adalah segalanyayang artinya adalah dengan uang
apapun dapat kita miliki, atau lakukan meskipun apa yang dilakukannya sudah keluar dari
batas-batas keislaman.
Maraknya praktek suap-menyuap (sogok) yang sering dibugkus dengan kata-kata
yang lebih halus dan indah terkadang mengecoh umat Islam dan akhirnya tidak mampu
membedakannya dengan hadiyah yang selama ini dianggapnya sebagai suatu pemberian
secara Cuma-Cuma bahkan mendapat pahala disisi allah.
Menyuap dalam masalah hukum adalah memberikan sesuatu, baik berupa uang maup
un lainya kepada penegak hukum agar terlepas dari ancaman hukum atau mendapat hukum
ringan.
Perbuatan seperti itu sangat dilarang dalam Islam dan disepakati oleh para ulama seba
gai perbuatan haram. Harta yang diterima dari hasil menyuap tersebut tergolong dalam harta
yang diperoleh melalui jalan batil.
Suap menyuap sangat berbahaya dalam kehidupan masyarakat karena akan merusak b
erbagaitatanan atas system dalam masyarakat, dan menyebabkan terjadinya kecerobohan dan
kesalahan dalam menetapkan ketetapan hukum sehingga hukum dapat dipermainkan dengan
uang. Akibatnya terjadi kekacauan dan ketidakadilan dengan suap, banyak para pelanggar

ibid

yang seharusnya diberi hukuman berat justru mendapat hukuman ringan, bahkan lolos dari jer
atan hukum. Sebaliknya, banyak pelanggar hukum kecil, yang dilakukan oleh orang kecil me
ndapat hukuman sangat berat karena tidak memiliki uang untuk menyuap para hakim.5
Bagaimanapun juga, seorang hakim yang telah mendapatkan uang suap tidak
mungkin dapat berbuat adil. Ia akan membolak balikkan supremasi hukum. Apalagi kalau
perundangundangan yang digunakannya merupakan hasil buatan manusia, Mudah sekali
baginya untuk megutak atiknya sesuai dengan kehendaknya. Lama-kelamaan masyarakat
terutama golongan kecil tidak akan percaya lagi pada penegak hukum karna selalu menjadi
pihak yang dirugikan. Dengan demikian, hukum rimbah yang berlaku, yaitu siapa yang kuat
siapa yang menang.
Islam melarang perbuatan tersebut, bahkan menggolongkannya sebagai salah satu
dosa besar, yang dilaknat oleh Allah dan Rasul-Nya. Karna perbuatan tersebut tidak
hanya melecehkan hukum, tetapi lebih jauh lagi melecehkan hak seseorang untuk mendapat
perlakuan yang sama didepan hukum. Oleh karena itu, seorang hakim hendaklah tidak
menerima pemberian apapun dan dari pihak siapapun selain gajinya sebagai hakim.
Untuk mengurangi perbuatan suap-menyuap dalam masalah hukum, jabatan hakim
lebih utama diberikan kepada orang yang berkecukupan dari pada dijabat oleh mereka yang
hidupnya serba kekurangan karena kemiskinan seorang hakim akan mudah membawa dirinya
untuk berusaha mendapatkan sesuatu yang bukan haknya. Sebenarnya, suap menyuap tidak
hanya dilarang dalam masalah hukum saja, tetapi dalam berbagai aktifitas dankegiatan. Dala
m beberapa hadis lainnya, suap-menyuap tidak dikhususkan terhadap masalah hukum saja,
tetapi bersifat umum, seperti dalam hadis:
Misalnya dalam penerimaan tenaga kerja, jika didasarkan pada besarnya uang suap,
bukan pada profesionalisme dan kemanpuan, hal ini diyakini akan merusak kualitas dan
kuantitas hasil kerja, bahkan tidak tertutup kemugkinan bahwa pekerja tersebut tidak manpu
melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya, sehingga akan merugikan rakyat.
Begitu juga satu proyek atau tender yang didapatkan melalui suap, maka pemenang
tender akan mengerjakan proyeknya tidak sesuai program atau rencana sebagaimana yang
ada alam gambar, tetapi mengurangi kualitas agar uang yang dipakai untuk menyuap dapat
tertutupi atau tidak merugi. Sehingga tidak jarang hasil pekerjaan mereka tidak tahan lama
atau cepat rusak.
5

http://junaidimuadzin.wordpress.com/2009/07/02/konsep-nepotisme-menurut-hukum-islam-

dan-hukum-positif-di-indonesia/

Dengan demikian, kapan dan dimana saja, suap akan menyebabkan kerugian bagi
masyarakat banyak, dengan demikian, larangan Islam untuk menjauhi suap tidak lain agar
manusia terhindar dari kerusakan dan kebinasaan didunia dan siksa Allah SWT kelak
diakhirat.
Sangat disayangkan suap menyuap dewasa ini seperti sudah menjadi penyakit menahu
n yang sangat sulit disembuhkan bahkan disinyalir sudah membudaya. Segala aktifitas, baik
yang berskala kecil maupun yang berskala besar tidak terlepas dari suap menyuap. Dengan ka
ta lain, sebagaimana yang diungkapkan Muh Qurais shihab, masyarakat telah melahirkan bud
aya yang tadinya munkar (tidak dibenarkan) dapat menjadi maruf(dikenal dan dinilai baik)
apabila berulang-ulang dilakukan banyak orang. Yang maruf pun dapat menjadi munkar bila
tidak lagi dilakukan orang.
Memenurut Ibn Ismail Al-khailani sebagaimana yang dikutif Rachmat syafeI,suap
diperbolehkan dalam rangka memperoleh sesuatu yang menjadi haknya atau untuk mencegah
dari kedzaliman, baik yang menimpa dirinya maupun keluarganya. Hal itu didasarkan pada
pendapat tabiin bahwa boleh melakukan suap jika takut tertimpa dzalim, baik untuk dirinya
maupun keluarganya.

3). Merebaknya Bisnis dalam Dunia Pendidikan


Maraknya bisnis pendidikan yang berkembang saat ini, mendorong para pemilik lemb
aga pendidikan saling berlomba untuk menawarkan peluang usahanya dengan system
kemitraan.
Berbagai peluang kerjasama seperti franchise maupun business opportunity di bidang
pendidikan, sekarang ini menjamur di berbagai daerah. Salah satu contoh pengusaha yang
sukses menjalankan bisnis pendidikan, hingga berhasil membuka ratusan cabang di berbagai
daerah Indonesia adalah Sony Sugema. Pria lulusan SMA Negeri 3 Bandung ini, mulai menekuni ibisnispendidikan sejak Ia duduk di bangku SMA. Setelah ayahnya meninggal, Ia mulai
menjalankan bisnis sampingan dengan membuka jasa les privat bagi teman teman dengan bia
ya Rp 5.000,00 perbulan. Dari sinilah minat Sony untuk mengajar mulai
muncul.
Minat Sony untuk terjun di dunia pendidikan ternyata tidak berhenti dibangku sekola
hsaja sejak melanjutkan pendidikannya di bangku kuliah (jurusan teknik mesin di ITB).
Ia memutuskan untukmengajar matematika, fisika, dan kimia di salahsatu SMA swasta yang
ada di Bandung. Tidak cukup satu sekolah saja, Sony juga bekerja sebagai pengajar di beber
apa bimbingan belajar.

Banyaknya pengalaman yang diperoleh Sony saat Ia mengajar di berbagai lembaga pe


ndidikan, membuatnya termotivasi untuk membuka bisnis bimbingan belajar sendiri pada
tahun 1990. Bimbingan belajar tersebut diberi nama Sony Sugema College (saat ini lebih dike
nal dengan brand SSC). Dengan modal Rp 1,5juta, Sony gunakan untuk membayar pegawai d
an menyewasebuah ruangan belajar bagi para siswa yang ikut bimbingan belajarnya.
Pada awal usahanya, bimbingan belajar yang didirikan pria kelahiran Bandung ini hanya kusu
memberikan bimbingan intensif untuk menghadapi ujianmasuk perguruan tinggi saja. Dengan
metode fastest solution dan learning is fun, SSC berupaya untuk membantu para siswa agar
dapat menyelesaikan soal dengan cara yang mudah, dan lebih bersemangat lagi untuk mempe
lajari berbagai pelajaran yang selama ini dianggap sebagai momok (seperti matematika dan fi
sika).6
Keberhasilan metode yang diberikan Sony, ternyata menjadi media pemasaran yang
cukup efektif. Semakin hari jumlah siswa yang mengikuti bimbingan di SSC semakin bertam
bah, sampai pada akhirnya tahun 1991 Sony memutuskan untuk membuka cabang di Jakarta.
Moment Inilah yang menjadi awal perkembangan SSC hingga akhirnya berhasil tersebar di
berbagai kota yang ada di Indonesia. Kini setelah dua puluh tahun menjalankan bisnisnya, ke
berhasilan Sony sudah tidak perlu diragukan lagi. Ia memiliki empat perusahaan yang semua
nya bergerak dibidang pendidikan. Dan segudang penghargaan pun diraih Sony atas keberhas
i-lannya dalam mengembangkan bisnis di bidang pendidikan. Dengan tekad yang kuat dan
keberaniannya untuk bangkit dari kegagalan-kegagalan usaha sebelumnya,Sony menjadikan
SSC sebagai salah satu lembaga bimbingan belajar ternama di Indonesia.

Bakar,Abu, 1989, Bisnis Pendidikan,Surakarta : Cetakan Keenam, Hlm. 37-39

DAFTAR PUSTAKA
Chudlori,Yusup. 2012. Akhlak untuk pembangunan karakter muslim. Bandung : Penerbit
Marja
Bakar,Abu. 1989. Bisnis Pendidikan.Surakarta : Cetakan Keenam
Karim,Abdul . 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher
http://junaidimuadzin.wordpress.com/2009/07/02/konsep-nepotisme-menurut-hukum-islamdan-hukum-positif-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai